Selasa, 09 Juni 2015

Cara Budidaya Ikan Gabus

Ikan gabus merupakan ikan air tawar liar dan predator benih yang rakus dan sangat
ditakuti pembudidaya ikan. Ikan ini merupakan ikan buas (carnivore yang bersifat 
predator). Di alam, ikan gabus tidak hanya memangsa benih ikan tetapi juga ikan 
dewasa dan serangga air lainnya termasuk kodok. Bahkan di Kalimantan pernah 
dilaporkan gabus memangsa anak bebek. Ini masuk akal karena di sungai dan di 
rawa-rawa Kalimantan terdapat jenis gabus berukuran besar (gabus toman/aruan 
dan sejenisnya). 

Ikan gabus dikenal dengan banyak nama. Ada yang menyebutnya sebagai aruan, 
haruan (Melayu dan Banjar), kocolan (Betawi); bayong, bogo, licingan, kutuk (Jawa); 
dan lain-lain. Dalam bahasa Inggris, belut juga disebut dengan berbagai nama, 
seperti common snakehead, snake-head murrel, chevron snakehead, striped 
snakehead juga aruan. Name ilmiahnya adalah Channa striata (Bloch, 1793) dan 
ada yang menyebutnya Ophiocephalus striatus. 


Kelas: Pisces 
Subkelas: Actinopterygii 
Ordo: Perciformes 
Famili: Channidaeae 
Genus: Channa 
Species: Channa sriata/ Ophiocephalus striatus 

Ada beberapa jenis gabus. Channa striata merupakan jenis ikan gabus yang banyak 
ditemui dan memiliki ukuran tubuh relatif kecil. Jenis lain adalah gabus toman 
Channa micropeltes dan Channa pleuropthalmus. Gabus toman merupakan jenis 
gabus yang berukuran tubuh besar, mencapai panjang 1 meter dengan berat 5 
kg.Ikan gabus memiliki kepala berukuran besar dan agak gepeng mirip kepala ular 
(sehingga dinamai snakehead). Terdapat sisik-sisik besar di atas kepala. Tubuh 
berbentuk bulat gilig memanjang, seperti peluru kendali atau torpedo. Sirip 
punggung memanjang dan sirip ekor membulat di ujungnya. Sisi atas tubuh dari 
kepala hingga ke ekor berwarna gelap, hitam kecokelatan atau kehijauan. Sisi 
bawah tubuh putih. Sisi samping bercoret-coret tebal (striata).Warna ini sering kali 
menyerupai lingkungan sekitarnya. Mulut besar, dengan gigi-gigi besar dan tajam. 
Ikan gabus biasa ditemukan di perairan umum sebagai ikan liar. Banyak ditangkap di 
danau, rawa, sungai, dan saluran-saluran air hingga ke sawah-sawah. Di Indonesia, 
ikan gabus awalnya hanya terdapat di barat garis Wallacea (Sumatera, Jawa, dan 
Kalimantan). Namun dalam perjalanan waktu, ikan gabus diintroduksi (dimasukkan) 
ke wilayah Indonesia Timur. 

Pada beberapa daerah yang dilalui aliran sungai besar seperti di Sumatera dan 
Kalimantan, ikan gabus seringkali terbawa banjir ke parit-parit di sekitar rumah, atau 
memasuki kolam-kolam pemeliharaan ikan dan menjadi hama yang memangsa ikan-
ikan peliharaan. Jika sawah, kolam atau parit mengering, ikan ini akan berupaya 
pindah ke tempat lain, atau bila terpaksa, akan mengubur diri di dalam lumpur 
hingga tempat itu kembali berair. Oleh sebab itu ikan ini acap kali ditemui ―berjalan‖ 
di daratan—khususnya di malam hari di musim kemarau—mencari tempat lain yang 
masih berair. Ikan gabus bisa bertahan hidup tanpa air karena bisa bernapas 
menyerap oksigen bebas menggunakan alat bantu pernapasan berupa ―labirin‖. 

Pengendalian 

Biasanya ikan ini menyambar mangsa di permukaan sehingga jika masuk ke kolam 
ikan yang lain kehadirannya dapat segera diketahui. lkan gabus yang akan 
menyambar mangsa biasanya berdiam diri di sekitar tanaman air (sehingga tidak 
terlihat oleh mangsanya) dan secara tiba-tiba meluncur cepat ke arah mangsanya 
dan langsung menelannya. Mulutnya yang besar memungkinkan untuk itu. 

Pada musim kawin, ikan gabus jantan dan betina bekerjasama menyiapkan sarang 
di antara tumbuhan di tepi air. Anak-anak ikan berwarna jingga merah bergaris 
hitam, berenang dalam kelompok yang bergerak bersama-sama kian kemari untuk 
mencari makanan. Kelompok muda ini dijaga oleh induknya. Ini merupakan saat 
yang paling baik untuk menangkap/mengusir gabus dari kolam. 

Untuk mencegah masuknya gabus ke kolam, pada saat pengolahan, dasar kolam 
harus benar-benar kering sampai retak-retak sehingga tidak memungkinkan gabus 
bertahan hidup. Biarkan dasar kolam dijemur sinar matahari selama beberapa hari. 

Pada bagian saluran pemasukan, dipasang saringan dari ijuk yang sangat rapat 
sehingga benih dan telur gabus tidak ikut masuk ke kolam bersama aliran air. 
Jika di dalam kolam sudah terdapat ikan gabus, harus segera ditangkap. Biasanya 
populasinya tidak begitu banyak. Gabus dapat dipancing dengan mengggunakan 
umpan berupa ikan kecil, anak kodok atau eating. Cara pemancingannya cukup 
unik, yaitu dengan menggerak-gerakkan umpan di permukaan air. Umpan yang 
bergerak biasanya disambar gabus karena disangka mangsanya. Gabus yang 
tertangkap dapat dikonsumsi karena memang rasanya enak dan menjadi makanan 
favorit di beberapa daerah baik dalam bentuk segar maupun kering/asin. 

Ikan inipun mudah sekali didapat, bisa dibeli di pasar, bahkan di warung-warung 
sekitar tempat tinggal. Namun apakah mereka tahu asal-usul ikan tersebut. Tentu 
saja tidak semua orang tahu, termasuk cara budidayanya. Inilah yang akan dikupas 
dalam artikel ini. 

Soal asal usul. Ternyata ikan gabus adalah ikan asli Indonesia. Hidup di perairan 
sekitar kita, di rawa, di waduk dan di sungai-sungai yang airnya tenang. Namun ikan 
gabus yang bisa dibeli di pasar-pasar dan warung-warung, kemungkinan besar dari 
Kalimantan. Karena pulau itulah yang kini menjadi pemasok terbesar untuk pasar-
pasar seluruh Indonesia. Namun sayang, populasi ikan gabus di alam sudah mulai 
berkurang, sehingga budiadaya ikan ini perlu dikembangkan. 

Lalu soal cara budidaya ikan gabus. Ternyata ikan inipun tidak susah. Tidak perlu 
dengan pemijahan buatan, cukup dengan pemijahan alami. Tentu saja hal ini 
disebabkan karena ikan gabus sudah akrab dengan perairan kita. Salah satu 
instansi perikanan yang sudah berhasil adalah Balai Budidaya Air Tawar 
Mandiangin, Kalimantan Selatan. Artikel inipun diambil dari salah satu leafletnya. 

Namun sebelum mengupas tentang cara budidayanya, alangkah lebih baiknya kita 
tahu dulu tentang biologinya, terutama habitat, kebiasaan hidup, kebiasaan makan 
dan sistematikanya. Di Kalimantan, ikan gabus banyak ditemukan di rawa-rawa 
daerah pedalaman, hidup di dasar perairan yang dangkal, bersifat carnivor atau 
pemakan daging, terutama ikan-ikan kecil yang mendekatinya. Ikan gabus bersifat 
musiman, memijah pada musim hujan dari Bulan Oktober hingga Desember. 

Secara sistematika, seorang ahli perikanan, Kottelat (1993) memasukan kedalam : 
Kelas : Pisces; Ordo : Labyrinthycy; Famili : Chanidae; Genus : Channa; Spesies : 
Channa striata; sinonim dengan Ophiochephalus striatus. Ikan gabus memiliki nama 
lain, yaitu gabus isilah Indonesia, Haruan merupakan nama daerah Kalimantan. 
Sedangkan dalam Bahasa Inggeri disebut Snaka Head Fish. 

BEDA JANTAN DAN BETINA IKAN GABUS 

Jantan dan betina ikan gabus bisa dibedakan dengan mudah. Caranya dengan 
melihat tanda-tanda pada tubuh. Jantan ditandai dengan kepala lonjong, warna 
tubuh lebih gelap, lubang kelamin memerah dan apabila diurut keluar cairan putih 
bening. Betina ditandai dengan kepala membulat, warna tubuh lebih terang, perut 
membesar dan lembek, bila diurut keluar telur. Induk jantan dan harus sudah 
mencapai 1 kg. 

PEMIJAHAN IKAN GABUS 
Pemijahan dilakukan dalam bak beton atau fibreglass. Caranya, siapkan sebuah bak 
beton ukuran panjang 5 m, lebar 3 m dan tinggi 1 m; keringkan selama 3 – 4 hari; 
masukan air setinggi 50 cm dan biarkan mengalir selama pemijahan; sebagai 
perangsang pemijahan, masukan eceng gondok hingga menutupi sebagian 
permukaan bak; masukan masukan 30 ekor induk betina; masukan pula 30 ekor 
induk jantan; biarkan memijah; ambil telur dengan sekupnet halus; telur siap untuk 
ditetaskan. 

Untuk mengetahui terjadinya pemijahan dilakukan pengontrolan setiap hari. Telur 
bersifat mengapung di permukaan air. Satu ekor induk betina bisa menghasilkan 
telur sebanyak 10.000 – 11.000 butir. 

PENETASAN TELUR IKAN GABUS 
Penetasan telur dilakukan di akuarium. Caranya : siapkan sebuah akuarium ukuran 
panjang 60 cm, lebar 40 cm dan tinggi 40 cm; keringkan selama 2 hari; isi air bersih 
setinggi 40 cm; pasang dua buah titik aerasi dan hidupkan selama penetasan; 
pasang pula pemanas air hingga bersuhu 28 O C; masukan telur dengan kepadatan 
4 – 6 butir/cm2; biarkan menetas. Telur akan menetas dalam waktu 24 jam. Sampai 
dua hari, larva tidak perlu diberi pakan, karena masih menyimpan makanan 
cadangan. 

PEMELIHARAAN LARVA IKAN GABUS 
Pemeliharaan larva dilakukan setelah 2 hari menetas hingga berumur 15 hari, dalam 
akuarium yang sama dengan kepadatan 5 ekor/liter. Kelebihan larva bisa dipelihara 
dalam akuarium lain. Pada umur 2 hari, larva diberi pakan berupa naupli artemia 
dengan frekwensi 3 kali sehari. Dari umur 5 hari, larva diberi pakan tambahan 
berupa daphnia 3 kali sehari, secukupnya. Untuk menjaga kualitas air, dilakukan 
penyiponan, dengan membuang kotoran dan sisa pakan dan mengganti dengan air 
baru sebanyak 50 persen. Penyiponan dilakukan 3 hari sekali, tergantung kualitas 
air. 

PENDEDERAN IKAN GABUS 
Pendederan I ikan gabus dilakukan di kolam tanah. Caranya : siapkan kolam ukuran 
200 m2; keringkan selama 4 – 5 hari; perbaiki seluruh bagiannya; buatkan kemalir 
dengan lebar 40 cm dan tinggi 10 cm; ratakan tanah dasarnya; tebarkan 5 – 7 
karung kotoran ayam atau puyuh; isi air setinggi 40 cm dan rendam selama 5 hari 
(air tidak dialirkan); tebar 4.000 ekor larva pada pagi hari; setelah 2 hari, beri 1 – 2 
kg tepung pelet atau pelet yang telah direndam setiap hari; panen benih dilakukan 
setelah berumur 3 minggu. 


Sumber: http://carabudidaya.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar