Sabtu, 11 April 2015

Gerakan Memasyarakatkan Makan Ikan (Gemarikan)

Gerakan Memasyarakatkan Makan Ikan (Gemarikan) & Forum Peningkatan Konsumsi Ikan (Forikan) Gerakan Memasyarakatkan Makan Ikan (Gemarikan) Gemarikan diluncurkan pertama kali pada tanggal 4 April 2014 oleh Presiden Republik Indonesia ke-5 Megawati Soekarno Putri. Peluncuran Gemarikan dilakukan bersamaan dengan peresmian Pasar Ikan Higienis (PIH) Pejompongan Jakarta Pusat. Pencanangan Gemarikan merupakan momentum yang sangat penting dalam rangka mewujudkan masyarakat Indonesia yang kuat, sehat, cerdas dan berpenampilan prima sekaligus membangun karakter bangsa, yakni mencerdaskan masyarakat secara fisik dan mental dengan mengkonsumsi ikan. Gemarikan sebagai gerakan nasional dilaksanakan secara terus menerus dan berkesinambungan dengan melibatkan seluruh komponen bangsa (seperti instansi pemerintah pusat, pemerintah daerah provinsi/kabupaten/kota, swasta, LSM, asosiasi, lembaga profesional, lembaga/organisasi kemasyarakatan, lembaga keagamaan dan pelaku usaha) Ruang lingkup Gemarikan adalah penyebarluasan informasi dan penguatan edukasi kepada masyarakat luas tentang ikan dan manfaatnya bagi kesehatan, kekuatan, dan kecerdasan melalui berbagai kegiatan promosi, safari Gemarikan, pemberian makanan tambahan berbahan baku ikan (PMTAS), ceramah/seminar/simposium manfaat makan ikan, penyebarluasan materi promosi, keikutsertaan pada pameran, iklan layanan masyarakat, talkshow serta lomba masak serba ikan. Gemarikan dilaksanakan di provinsi, kabupaten/kota diseluruh Indonesia, terutama pada daerah pedesaan dan perkotaan dengan tingkat konsumsi ikan rendah dan daerah dengan kasus gizi buruk atau rawan pangan serta daerah khusus sesuai kepentingan dengan target massa seluruh unsur masyarakat seperti ibu hamil, ibu menyusui, balita, anak sekolah, LSM, DPR dan lembaga/organisasi kemasyarakatan lainnya. Dengan adanya program Gemarikan diharapkan masyarakat Indonesia akan memperoleh asupan nutrisi dari sumber pangan ikan yang kaya gizi, menguatkan, menyehatkan dan mencerdaskan. Disamping itu, diharapkan pula dapat mewujudkan peningkatan kesejahteraan masyarakat khususnya nelayan, pembudidaya, pengolah dan pemasaran hasil perikanan melalui peningkatan rata-rata konsumsi ikan; FORUM PENINGKATAN KONSUMSI IKAN (FORIKAN)

Selamatkan Ekosistem Pantai dengan Mangrove



Hutan mangrove secara umum dapat didefinisikan sebagai suatu tipe ekosistem hutan yang tumbuh di suatu daerah pasang surut (pantai, laguna, muara ataupun sungai) yang tergenang pasang dan bebas pada saat air laut surut serta komunitas tumbuhannya mempunyai toleransi terhadap garam (salinity) air laut. Tumbuhan yang hidup di ekosistem mangrove adalah tumbuhan yang bersifat halophyteatau mempunyai toleransi yang tinggi terhadap tingkat keasinan (salinity) air laut dan pada umumnya bersifat alkalin.

Hutan mangrove di Indonesia sering juga disebut hutan bakau. Tetapi istilah ini sebenarnya kurang tepat karena bakau (rhizophora) adalah salah satu family tumbuhan yang sering ditemukan dalam ekosistem hutan mangrove. Mangrove merupakan salah satu tumbuhan yang ada di ekosistem pantai atau pesisir. Keberadaannya sangatlah menunjang bagi kelangsungan hidup biota yang ada di sekitar pantai atau laut, seperti kehidupan ikan, kerang, burung dan biota lainnya.

Lingkungan pesisir yang di dalamnya juga terdapat mangrove sebagai sumberdaya alam didukung oleh berbagai fungsi spesifik yaitu: sebagai sumber daya pariwisata dan rekreasi, sebagai sumberdaya perikanan, sumberdaya pertanian, sumberdaya ekologis dan konservasi alam serta sebagai tempat tinggal penduduk.

Polikultur Gracillaria, Udang dan Bandeng

Polikultur dapat dilakukan pada tambak biasa dan tambak yang ditanami mangrove. Sistem budidaya polikultur yang berkembang antara lain : 
  • Udang + Bandeng 
  • Udang + Nila 
  • Bandeng +Rumput Laut Glacillaria sp 
  • Udang + Bandeng/NIla + Rumput laut Glacillaria sp 
Keuntungan dengan sistem polikultur ini dapat meningkatkan produktivitas lahan dengan menghasilkan lebih dari satu komoditi. Pada satu petakan akan terjadi hubungan yang saling menguntungkan dan termanfaatkannya potensi yang ada di tambak. Misalnya polikultur udang, rumput laut Glacillaria sp., dan bandeng. Rumput laut sebagai sumber oksigen pada siang, dapat memanfaatkan unsur hara. Bandeng dan udang memanfaatkan pakan alami yang tumbuh pada sekitar batang rumput laut. Udang akan berlindung pada sekitar rumput laut.

Budidaya Udang Vanname Hemat Biaya Untung Besar

Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) merupakan varietas udang asli dari perairan Amerika latin. Masuk ke Indonesia sekitar tahun 1999. Perkembangannya cukup pesat terutama petambak yang ada di Jawa dan luar Jawa banyak mengalihkan komoditi udang windu ke komoditi udang vannamei. Mengingat tambak-tambak udang windu banyak mengalami masalah gagal panen.

Selama ini budidaya udang vannamei dilakukan dengan teknologi intensif dan semi intensif oleh petambak berkantong tebal, dengan rata-rata masa pemeliharaan 100-120 hari dengan modal puluhan hingga ratusan juta rupiah per siklus. Berbeda dilakukan oleh P.Kasau, penyuluh perikanan swadaya dan Abdul Salam Atjo penyuluh perikanan PNS di desa Wiringtasi kecamatan Suppa. Hanya menginves modal operasional sekitar Rp.8 jutaan dalam tempo 55 hari masa pemeliharaan mampu mendapatkan omzet Rp. 38,5 Juta. Cukup singkat, modal tipis dan menguntungkan.

Menurut P. Kasau, budidaya udang vannamei tidak perlu modal besar dan waktu yang lama bagi petambak yang bermodal sedikit. Hal ini telah dibuktikan oleh ayah dari dua orang anak ini di satu petakan seluas sekitar 1 hektare. Kajian berkali-kali yang telah dilakukan P. Kasau ingin menghapus kesan bahwa budidaya udang vannamei hanya mampu dilakukan oleh pemilik modal besar. “Tapi, kenyataan lapangan membuktikan dengan modal operasional yang pas-pasan dengan teknologi seadanya mampu juga menghasilkan untung berlipat,” ungkapnya. Cara budidaya udang yang diterapkan P. Kasau sebetulnya masuk kategori teknologi tradisional plus. Sebab, padat tebarnya masih dibawah 10 ekor permeter namun pemberian pakan sudah dilakukan sejak awal tebar.

Persiapan Tambak

Untuk mengawali pemeliharaan udang vannamei pola tradisional plus lebih dahulu dilakukan persiapan tambak. Seperti hal dengan budidaya udang windu persiapan tambak dimulai dengan rehab dengan petakan tambak yang sudah ada dengan menambal bocoran, menaikkan lumpur dari dalam tambak ke pematang, meratakan tanah dasar dan perbaikan pintu air tambak. Kemudian tambak dikeringkan hingga redoks mencapai lebih dari 50 mV, pemberantasan hama dengan saponin 20 ppm, pembilasan tambak, pengapuran dengan kapur dolomite. Disini tidak melakukan pemupukan karena melihat kondisi air sudah cukup plankton sebagai makanan alami benur.

Tebar Benur Sehat

Setelah plankton dalam tambak dipastikan sudah tumbuh subur ditandai warna air hijau kecoklatan. Pada 13 Oktober 2014 dipilih waktu tepat untuk tebar benur. Benur udang vannamei ukuran berat awal 0,001 gram/ekor (PL.12) yang diperoleh dari hatchery PT. Kencana Suppa (Grobest Group) telah dinyatakan lolos uji virus dan bebas pathogen Spesific Pathogen Free ( SPF) dari Laboratorium pengujian kesehatan benur. Ciri-ciri benur vannamei yang baik antara lain ukuran PL 10 yang ditandai organ insang telah sempurna, tubuh transparan, bergerak aktif, hepatopankreas terlihat jelas, dan jika berenang melawan arus. Sebelum benur ditebar lebih awal dilakukan penyesuaian (aklimatisasi) terhadap kadar garam, suhu air dan parameter kualitas air lainnya. Caranya, kantong plastik atau wadah berisi benur vannamei diapungkan dan secara perlahan disiram air tambak . Agar salinitas dalam wadah pengangkutan bisa mendekati salinitas air tambak maka tutup kantong plastik dibuka dan diberi sedikit demi sedikit air tambak selama 15-20 menit. Selanjutnya kantong benur dimiringkan secara perlahan benur vannamei akan keluar dengan sendirinya bila lingkungnnya yang baru sudah sesuai. Penebaran benur dilakukan pagi hari dengan padat tebar 70.000 ekor/ha.

Pemeliharaan

Selama masa pemeliharaan kegiatan yang dilakukan antara lain pemberian probiotik RICA, pemberian pakan tambahan, penambahan volume air tambak agar kedalaman tetap bertahan sekitar 60-70 cm. Pengapuran susulan berupa kapur dolomite super dilakukan apabila pengamatan terhadap pH memperlihatkan variasi yang tidak normal atau alkalinitas drop. Pemberian pakan buatan pabrik dapat dilakukan mulai hari pertama dengan kadar protein tinggi. Tujuannya agar benur yang masih bayi memerlukan asupan gizi yang cukup untuk daya tahan tubuhnya. Dosis pakan buatan yang diberikan 2 kg perhari dengan frekuensi pemberian 2 kali/ hari yakni 30 persen pada jam 06.00 dan 70 persen jam 18.00. Memasuki umur ke 31-55 pemberian pakan ditingkatkan frekwensinya menjadi 4 kali sehari yaitu jam 06.00, jam 11.00, jam 17.00 dan jam 22.00 dengan jumlah pakan 2,5-3 kg per sekali pemberian.

Kualitas air tambak untuk budidaya udang vannamei yang optimal tetap dipertahankan.

No.
Parameter Kualitas Air
Ppt
Derajat Celsius
ppm
ppm

1.
Salinitas
10-25




2.
Suhu

28-31



3.
Oksigen Terlarut


>4


4.
Ammoniak



< 0,1

5.
Ph




7,5-8,2

Pemberian Probiotik RICA

Berbeda dari sebagian petambak udang di kecamatan Suppa. P. Kasau sudah rutin melakukan kultur probiotik RICA untuk memperbaiki lingkungan dasar tambak sehingga udang tetap sehat dan lingkungan tambak tetap bersih. Aplikasi bakteri probiotik RICA (”Research Institute for Coastal Aquaculture”) terbukti mampu mencegah serangan penyakit melalui perbaikan kualitas air tambak. Menurut peneliti Balai Penelitian Perikanan Budidaya Air Payau Maros, Ir. Muharjadi Atmomarsono, M.Sc, bakteri probiotik mampu mengurangi kandungan total ammonium nitrogen (TAN), nitrit-nitrogen, dan H2S, serta menekan jumlah bakteri Vibrio spp dalam air tambak dan dapat meningkatkan sintasan dan produksi udang vannamei. Probiotik RICA 1,2 dan 3 merupakan hasil isolat bakteri asal tambak kelompok Bacilllus (Brevibacillus laterosporus), Serratia marcescens dari daun mangrove dan isolat Pseudoalteromonas sp. Edeep-1 yang berasal dari laut. Sedangkan probiotik RICA 4 dan 5 diisolasi dari bakteri bacillus mikro algae dan makro algae rumput laut.

Dalam aplikasi di tambak P.Kasau menebar probiotik RICA 1 sebanyak 10 liter setiap lima hari sampai umur udang memasuki hari ke 25. Selanjutnya RICA 2 ditebar mulai umur 26-50 hari dengan dosis sama dengan RICA 1. Mendekati usia panen 55 hari pemberian probiotik RICA 3 sebanyak 10 liter per untuk memperbaiki kualitas udang.

Panen

Karena pertimbangan aspek harga, pertumbuhan dan kesehatan udang maka pada tanggal 8 Desember 2014 (umur 55) hari dilakukan panen. Panen dilakukan dengan cara memasang kantong saringan di mulut pintu air lalu udang mengalir bersamaan keluarnya air dari petakan ke saluran pembuang. Cukup perlu waktu 2-3 jam udang sudah panen total. Sebelum panen lebih dahulu dilakukan pemberian kapur dolomite sebanyak 8 ppm dan mempertahankan ketinggian air atau tidak ada pergantian air selama 2-4 hari menjelang panen untuk menghindari terjadi moulting (ganti kulit).

Berdasarkan analisis ekonomi dari tambak P. Kasau untuk luas 1 ha ditebar 70.000 ekor /ha dengan masa pemeliharaan 55 hari memerlukan modal operasional sekitar Rp.8 juta terdiri dari harga benur, pakan 250 kg, kapur dolomit, saponin, dan probiotik 110 liter. Sedangkan produksi udang vannamei 700 kg ukuran 90 ekor/kg dengan harga Rp.55.000/kg. maka keuntungan kotor hasil budidaya udang vannamei pola tradisional plus sekitar Rp.30 juta.

Disunting/di Edit dari :http://pusluh.kkp.go.id/cyberextemsion

Alat Penangkapan Ikan - Purse Seine


Pukat cincin atau purse seine merupakan alat penangkap ikan dari jaring yang dioperasikan dengan melingkari gerombolan ikan. Pukat cincin dilengkapi dengan cincin/ring dan tali kerut yang diletakkan dibagian bawah jaring. Prinsip kerja pukat cincin adalah melingkari gerombolan ikan dengan cepat, kemudian menarik tali kerut sehingga jaring akan bebentuk seperti mangkuk. Beberapa nama lain pukat cincin adalah jaring kursin, pukat kantong dan lainnya. Tipe pukat cincin di Indonesia diantaranya pukat

cincin dua kapal, pukat cincin satu kapal, pukat cincin mini dan pukat cincin skala besar.

Bagian-bagian pukat cincin biasanya terdiri dari pelampung tanda, tali selambar, pelampung jaring, tali pelampung, tali ris, serampat, webbing (bagian sayap, dan kantong), tali pemberat, pemberat, tali cincin/ring, cincin/ring dan tali kerut. Pengoperasian pukat cincin juga dibantu dengan mesin bantu seperti alat penarik gardan, line hauler, winch hauler, dan power block. Sedangkan pada pukat cincin tipe dua kapal, penarikan tali kerut dilakukan dengan menggunakan kapal yang bergerak maju dengan kecepatan tertentu.

Ikan sasaran tangkap pukat cincin adalah ikan pelagis yang bergerombol seperti ikan Layang, Lemuru, Tongkol, Cakalang, Selar, Kembung, dan lain sebagainya. Untuk memudahkan pengoperasian

pukat cincin, nelayan biasa menggunakan alat bantu pengumpul ikan berupa rumpon dan lampu, sehingga pukat cincin biasa dioperasikan pada malam hari. Pada kapal pukat cincin yang modern, pengoperasian dapat dilakukan pada siang hari dengan mengejar gerombolan dan menghadang arah laju gerombolan. namun kapal tersebut sudah dilengkapi dengan alat pendeteksi ikan dan alat navigasi lainnya. Sebelum pengoperasian pukat cincin dilakukan, terlebih dahulu dilakukan persiapan alat tangkap diatas deck kapal. Penyusunan alat tangkap harus sudah dipersiapkan sebelum kapal berangkat menuju fishing ground. Penataan jaring dilakukan dengan memisahkan pelampung, badan jaring dan pemberat (termasuk cincin). Cincin disusun secara berurutan sehingga jaring tidak kusut pada saat diturunkan.

Tahapan operasi penangkapan pukat cincin dimulai dengan menurunkan alat tangkap dari kapal yang bergerak maju dengan melingkari gerombolan ikan sesempurna mungkin berbentuk lingkaran penuh. Kemudian dilanjutkan dengan segera menarik tali kerut dengan menggunakan line hauler atau winch hauler agar ikan terperangkap dan tidak sempat lolos. tahap selanjutnya adalah menaikkan bagian badan jaring ke kapal dengan cara menarik selambar menggunakan alat bantu power block pada pukat cincin skala besar, atau dengan manual (tenaga manusia) pada pukat cincin mini hingga bagian kantong. kemudian mengambil hasil tangkapan dengan jaring serok/tanggok untuk dinaikkan ke atas

kapal. Langkah terakhir adalah melakukan penanganan hasil tangkapan di atas kapal dengan penyortiran dan pendinginan ikan.

Sumber : http://pusluh.kkp.go.

Jumat, 10 April 2015

Standar Kompetensi Penyuluh Perikanan Terbaru


Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan dengan dukungan sepenuhnya Komite Standar Kompetensi KKP pada tahun 2014 yang lalu selesai melakukan kaji ulang terhadap SKKNI Penyuluh Perikanan untuk mengganti SKKNI Penyuluh Perikanan yang sudah ditetapkan sejak tahun 2010. Berbagai rangkaian kegiatan dalam rangka kaji ulang telah selesai dilakukan sampai tahap konvensi dan penetapan SKKNI oleh Kemenankertrans. SKKNI hasil konvensi sudah digunakan dalam sertifikasi profesi penyuluh perikanan pada bulan November 2014 yang lalu yang hasilnya saat ini masih dalam proses di BNSP.

Pemerintah telah menetapkan Keputusan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 403 Tahun 2014 Tentang Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Kategori Jasa Profesional, Imliah Dan Teknis Golongan Pokok Jasa Profesional, Ilmiah dan Teknis Lainnya Bidang Penyuluh Perikanan. Legislasi selengkapnya dapat diunduh (IH).

Sumber : www.pusluh.kkp.go.id

Unduh lampiran : skkni penyuluh perikanan

Larangan Penangkapan Lobster, Kepiting dan Rajungan

Janji Menteri Kelautan dan Perikanan pada berbagai kesempatan menyampaikan keinginan yang kuat untuk menjaga kelestarian sumberdaya lobster, kepiting dan rajungan agar berkelanjutan dibuktikan dengan ditetapkannya legislasi yang mengatur hal dimaksud. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 1/PERMEN-KP/2015 tentang Penangkapan Lobster (Panulirus spp), Kepiting (Scylla spp.) dan Rajungan (Portunius pelagicus spp) telah ditetapkan Menteri Kelautan dan Perikanan pada tanggal 6 Januari 2015 yang lalu.

Hal yang menjadi pertimbangan ditetapkan legislasi tersebut yaitu keberadaan dan ketersediaan lobster, kepiting dan rajungan telah mengalami penurunan populasi, sehingga perlu dilakukan pembatasan penangkapan terhadap lobster, kepiting dan rajungan.

Secara umum legislasi ini menetapkan larangan setiap orang atau pun koorporasi untuk menangkap lobster, kepiting dan rajungan dalam kondisi bertelur. Penangkapan lobster, kepiting dan rajungan hanya dapat dilakukan dengan ukuran:

· Lobster dengan ukuran panjang karapas di atas 8 cm.

· Kepiting dengtan ukuran lebar karapas lebih dari 15 cm.

· Rajungan dengan ukuran lebar karapas lebih dari 10 cm.

Berkenaan dengan ditetapkan legislasi tersebut, mohon kerja sama penyuluh perikanan di seluruh Indonesia untuk turut bersama-sama menyampaikan atau mensosialisasikan legislasi ini kepada pelaku utama dan pelaku usaha di wilayah kerja masing-masing (IH).

Sumber : www.pusluh.kkp.go.

Peaturannya dapat diunduh disini :PermenKP No.1 Th. 2015


Minggu, 05 April 2015

Teknik Pembenihan Udang Galah






















Sumber : http://pusluh.kkp.go.id

Bioflok: Mengoptimalkan Budidaya Lele

Budidaya lele dengan sistem bioflok mampu meningkatkan produktivitas dan menghemat biaya produksi


Budidaya ikan lele di lahan sempit kini kian mudah dilakukan dengan penggunaan teknologi bioflok Dengan bantuan bakteri menguntungkan ( probiotik) budidaya ikan air tawar ini berhasil dilakukan pada kolam ukuran kecil dengan hasil maksimal. Hal ini sudah dibuktikan hasilnya oleh Legisan Sugimin Samtafsir, seorang pembudidaya lele di Depok Jawa Barat. Legisan mengaku, dengan kolam fiber berbentuk bulat berdiameter 2,5 m sudah dapat berbudidaya lele. “Satu kolam diameter 2,5 m saya bisa tebar 5.000 ekor lele,” ungkap Legisan. Menurutnya, untuk memulai budidaya lele bioflok ini bisa dilakukan di pekarangan rumah cukup dengan luasan lahan 15 m2. Pria yang memulai budidaya lele dengan sistem bioflok pada 2012 ini menggambarakan hitungan analisa usahanya. Menurutnya,untuk 1 kolam sampai panen dari mulai benih, pakan, dan bak budidaya hanya butuh investasi Rp 6,5 juta (lihat tabel). Dari modal investasi tersebut bisa diperoleh keuntungan Rp 1,5 – 2 juta per siklus dari hasil panen sekitar 450 kg. Satu siklus panen 2,5 – 3 bulan untuk panen ukuran ukuran 1 kg isi 10 atau 8.

Peran dan Manfaat Bioflok

Menurut Legisan yang dimaksud bioflok adalah partikel yang teraduk oleh aerasi dan sirkulasi, yang terdiri dari kumpulan organisme autotrof dan heterotrof. Itu kenapa dalam sistem ini penggunaan probiotik sangat penting sebagai pakan alami untuk lele. Dengan demikian jika flok sudah terbentuk maka pemberian pakan pelet bisa dikurangi. Selama masa budidaya, lanjut Legisan, endapan flok juga harus dikontrol jika sudah terlalu banyak, harus membuang air sebagian dan mengganti dengan yang baru. Disarankan pada budidaya bioflok dilakukan pemberian probiotik secara rutin dari awal paling tidak 1 minggu sekali. Dikombinasi molase/tetes/tepung terigu dari awal juga secara rutin. Fungsi pemberian probiotik dan molase untuk mengatur keseimbangan unsur C (Carbon) dan N (Nitrogen) pada media pemeliharaan. Keseimbangan C dan N ini akan berpengaruh pada kualitas air media pemeliharaan. Lele juga sebaiknya secara berkala dipuasakan 1 hari. “Puasa meningkatkan metabolisme penyerapan nutrisi lele,” ujar Legisan. Ia lanjut memaparkan, berbeda dengan budidaya konvensional yang FCR (konversi pakan) mencapai 1,1 kg pakan, dengan menggunakan teknologi bioflok FCR bisa lebih rendah hingga 0,8 kg pakan. “Bahkan pembudidaya yang sudah mahir menerapkan bioflok, FCR-nya bisa sampai 0,7 kg pakan,” ungkap Legisan. Semakin kecil FCR tentunya akan semakin menguntungkan bagi pembudidaya, karena biaya pakan yang dikeluarkan semakin kecil.


Teknis Budidaya

Dijelaskan Suprapto konsultan/ahli bioflok udang dan ikan, sistem bioflok pada budidaya lele sebelumnya telah diterapkan pembudidaya di daerah Pekalongan Jawa Tengah sejak 2010. “Awalnya sistem ini diterapkan karena kesulitan memperoleh air, lalu saya bersama Amir (pembudidaya lele di Pekalongan) coba menerapkan teknologi ini sebelumnya saya diaplikasikan pada udang,” kata Suprapto. Menurutnya sistem ini menitikberatkan pada kualitas air budidaya “Intinya bagai-mana kita memanfaatkan amonia atau kotoran ikan yang di dalam kolam menjadi protein sel dan makanan untuk lele,” tutur lelaki yang berbudidaya udang sejak 1990-an. Berbeda dengan budidaya lele konvensional yang memiliki kepadatan hanya 100- 200 ekor/m2, budidaya lele bioflok dengan kepadatan tinggi perlu persiapan media budidaya yang lebih kompleks. Dijelaskan Suprapto, budidaya bioflok harus ada pemberian probiotik, penambahan aerator dan sirkulator, juga tidak boleh dilakukan di kolam tanah. “Perlu persiapan media pemeliharaan 5 - 7 hari sebelum tebar benih,” ungkap Suprapto. Secara rinci ia menjelaskan langkah persiapan kolam yang perlu dilakukan pada sistem bioflok. Pertama isi kolam dengan ketinggian air 80 hingga 100 cm, kemudian lakukan sterilisasi air. Sterilisasi dilakukan dengan pemberian kaporit 20 - 30 gram/m3 air, lalu aerasi hingga 3 hari sampai bau kaporit hilang. Kemudian tambahkan garam 1 - 3 kg/m3 air kemudian lakukan aerasi kembali.Esok harinya berikan dolomite/kapur 100 gram/m3 air. Esok harinya lagi berikan molase (tetes) 100 ml/m3 dan probitik misalnya Bacillus sp dan tambahkan pupuk. Pupuk digunakan guna menumbuhkan plankton atau bakteri baik di kolam, tunggu sekitar 4 hari baru kemudian benih siap ditebar. “Benih yang digunakan harus jenis yang unggul supaya memiliki daya tahan yang baik pasalnya kepadatannya sangat tinggi,” ujar Suprapto.Ia lanjut menjelaskan, pemberian pakan juga harus sangat diperhatikan. Pemberian pakan dilakukan hanya 2 kali sehari, dan selama budidaya 100 % lele diberikan pakan pelet, tidak boleh dicampur dengan yang lain. “Pemberian pakan cukup 80 % dari tingkat kekenyangan lele,” ungkap Suprapto. Ia menambahkan, untuk meningkatkan dayaserap nutrisi pakan perlu dilakukan fermentasi pakan selama dua hari dengan mencampur probiotik 5 cc/kg

Tabel. Analisa Usaha Lele Bioflok Padat tebar 5.000 ekor
Biaya Investasi

Harga (Rp)
Bak ukuran 2,5 m2

1.500.000



Biaya Operasional


Benih 5.000 ekor
@Rp 250
1.250.000
Pakan 400 kg
@Rp 8.500/kg
3.400.000
Probiotik, kapur, tepung

350.000



Total Operasional

5.000.000
Total biaya Investasi+Operasional

6.500.000



Pendapatan


Panen SR (tingkat hidup) 90 %


4.500 ekor/450 kg
@ Rp 15.000/kg
6.750.000



Keuntungan di luar investasi kolam

1.750.000


*Rata-rata SR diatas 90 % , harga lele Rp 15.000/kg
Sumber : Majalah Infomina – Mei 2014

Dari Tulang Ikan Jadi Makanan Ringan

Snack tulang ikan berbahan baku tulang ikan yang kaya omega 3 dan kalsium menjadi sajian murah dan bernutrisi

Aray D Harjunathin dan istrinya pada 2009 mulai berkecimpung di usaha pengolahan ikan dengan produk baby nila crispy di wilayah Sleman Jogjakarta . Setahun kemudian menambah variasi olahannya dengan memproduksi abon nila. Dari hasil pengolahan produk ikan tersebut, setiap pekan selalu menghasilkan limbah berupa ekor,tulang , dan kepala ikan.Menurutnya, di sekitar bagian kepala ikan masih banyak dagingnya. Pada awalnya tetangga masih mau ngopeni (memanfaatkan). Tapi lama kelamaan mulai jenuh, sehingga memenuhi kulkas. Padahal jumlah limbah yang dihasilkan cukup banyak sekitar 50 % – 60 % dari bobot utuh nila. Melihat kondisi tersebut, Aray mulai terpikir untuk memanfaatkan limbah nila tersebut. Setelah melakukan beberapa kali percobaan, akhirnya ia berhasil memanfaatkan limbah tulang nila menjadi produk olahan snack (makanan ringan) tulang ikan. Ternyata produk olahan ini banyak peminatnya, permintaannya kian meningkat.Baru-baru ini, difasilitasi oleh Kementerian Perdagangan, Aray dipertemukan dengan gerai modern seperti Indogrosir, Mirota, dan Progo. Ia menyanggupi untuk mengirim snack tulang ikan dan produk lain seperti abon ikan, nila crispy, rambak kulit ikan, dan keripik kulit lele total 2.000 bungkus perbulan. “Tapi mereka menginginkan kemasan lebih besar, 160 g/bungkus. Untuk snack tulang ikan,harga dari kami Rp 7.500 perbungkus oleh mereka dijual Rp 10.000,” paparnya semangat.

Untuk Anak Autis

Selain gurih dan renyah, menurut Aray, kandungan yang ada pada snack tulang ikan ternyata baik juga dikonsumsi untuk anak autis. Pasalnya anak autis membutuhkan nutrisi dengan spesifikasi khusus yang tinggi kadar kalsium, protein dan omega-3 untuk menjaga kondisi tubuh, pertumbuhan dan membantu kecerdasannya.Snack tulang ikan yang diproduksi Aray sudah banyak dikonsumsi anak autis. “Kami mensuplai stick dan pangsit tulang ikan untuk anak autis,” kata pemilik label Balibu foods ini. Setiap bulan ia memasok 20 kg stick ke agen yangkhusus menjual makanan bagi anak autis. Oleh agen produknya itu dibandrol Rp 22.500/100 gram. Aray mengungkapkan, ada beberapa bahan yang pantang dipakai untuk membuat stick khusus ini antara lain tepung terigu dan gula pasir. “Diganti dengan tepung beras dan gula aren asli,” terang Ketua Kelompok Pengolah dan Pemasar Perikanan Sleman ini. Informasi bahan yang pantang digunakan dan alternatif penggantinya itu didapatkan dari pemesan,yang memang mengkhususkan diri menjual makanan untuk penyandang autis. “Katanya mereka sensitif terhadap bahan-bahan tersebut,” tutur Aray. Selain itu, tekstur produk, komposisi, kualitas bahan baku,utama berupa tulang dan kepala ikan selalu dijaga. Aray memberi contoh, selain stick tulang ikan ia juga memproduksi abon ikan untuk anak autis. Abon harus benar-benar kering, jika sedikit saja lembab akan dikembalikan oleh agen.

Pemasaran

Tak hanya dipasarkan untuk anak penyandang autis, Aray Harjunathin juga memasarkan untuk konsumen umum secara luas. “Sampai sekarang produksi terbesar kami tetap untuk konsumen umum, dari anak-anak hingga dewasa,” ungkap mantan karyawan Perhutani ini. Aray ingin menunjukkan keunggulan nutrisi makanan ringan berbahan tulang ikan ini. “Kalau untuk anak berkebutuhan khusus saja baik, apalagi untuk kita dan anak-anak kita,” tegasnya. Itu sebabnya, snack tulang ikan ini laris manis di pasaran. Hinggasaat ini Aray masih memasarkan sendiri snack dalam kemasan 100g itu ke toko-toko, warung, dan pusat jajan pasar yang menjamur. “Balibu snack tulang ikan hadir di 50 titik di seluruh Jogjakarta,” tandasnya. Selain di dalam kota, Aray setiap bulan mengirim produknya dalam bentuk curah (tanpa merk) ke Jakarta, Bangka, Surabaya, dan Semarang. Setiap kali pengiriman minimal 20 kg. Aray optimis dengan perkembangan pasar snack tulang ikan ini,karena dari pengamatannya setiap kali mengikuti pameran sambutan warga terhadap produknya sangat baik. “Pada pameran Pangan Nusantara di Jogja Expo Centre yang lalu, mereka suka citarasanya.Banyak pula yang memborong,” urai Sarjana Ekonomi-Akuntansi ini.

Bahan Baku dan Proses


Bahan baku snack tulang ikan Balibu ternyata bukan hanya tulang saja, tetapi juga menggunakan kepala ikan. “Meskipun limbah, tapi bukan limbah sisa konsumsi. Ini limbah dari pengolahan fillet (daging tanpa tulang),” ungkap Aray. Limbah pengolahan yang digunakan antara lain limbah fillet nila, marlin/cakalang, dan kepala baby tuna.Pada awalnya bahan baku limbah fillet nila diperoleh hanya dari sisa produksi abon nila sendiri.Setelah permintaan snack tulang ikan meningkat, Aray dipasok limbah nila eks Aquafarm. “Tapi sekarang berhenti karena bersaing dengan resto gulai kepala ikan. Sehingga harganya jadi mahal,terdiri dari tulang, ekor, dan kepala,” ujarnya bernada kecewa. Untunglah, ia mendapatkan ganti pasokan limbah olahan nila dari Cianjur. Perbedaannya, limbah ikan dari sana tanpa tulang tengah, hanya ekor, dan kepala saja. “Sebab bukan dari industri fillet, melainkan pemasok ikan beku untuk restoran dan hotel,” jelasnya. Bahan baku itu ia beli Rp 4.500/kg saja. Saban pekan tak kurang dari 100 kg kepala dan ekor nila beku dikirim dari Cianjur. Untuk menambah rasio tulang ikan, Aray membeli tulang ikan tipe kerongkong dari pemasok warung penyet janggut ikan nila. “Kalau ini isinya betul-betul tulang ikan dan tulang kepala. Asalnya adalah limbah fillet aquafarm yang telah diambil janggut kepalanya,” sebutnya. Dari pemasok yang sama, ia mendapatkan kepala baby tuna sebanyak 100 kg per pekan. Uniknya, kepala tuna ini rendemen tulangnya sedikit karena masih ada 40 % dagingnya. “Insangnya juga sudah tidak ada,” kata Aray. Daging dan kepala tuna ini menjadi pemasok protein dalam komposisi produk snack yang ia buat. Apalagi diyakini kadar omega-3 tertinggi justru berada dalam kepala ikan gemuk yang ia dapatkan hanya dengan harga Rp 4.500/kg ini. Dari bahan baku tersebut Aray coba mengolah menjadi snack tulang ikan. “Saya coba mempresto-nya dan kemudian digiling menjadi pasta,” urainya. Pasta itu kemudian dicampur dengan tepung dan bumbu, kemudian dicetak berbentuk stick maupun pangsit. Aray menjamin perbandingan pasta tulang dan kepala ikan dengan tepung adalah 80 : 20. “Pasti lebih banyak pastanya, supaya betul-betul merupakan snack tulang ikan, bukan snack tepung,” tegasnya. Setiap kilogram tulang dan kepala ikan, akan menghasilkan 1,5 kg snack tulang ikan matang.

Sumber :
Majalah Infomina Edisi Mei/Th.V/2014