Minggu, 05 April 2015

Dari Tulang Ikan Jadi Makanan Ringan

Snack tulang ikan berbahan baku tulang ikan yang kaya omega 3 dan kalsium menjadi sajian murah dan bernutrisi

Aray D Harjunathin dan istrinya pada 2009 mulai berkecimpung di usaha pengolahan ikan dengan produk baby nila crispy di wilayah Sleman Jogjakarta . Setahun kemudian menambah variasi olahannya dengan memproduksi abon nila. Dari hasil pengolahan produk ikan tersebut, setiap pekan selalu menghasilkan limbah berupa ekor,tulang , dan kepala ikan.Menurutnya, di sekitar bagian kepala ikan masih banyak dagingnya. Pada awalnya tetangga masih mau ngopeni (memanfaatkan). Tapi lama kelamaan mulai jenuh, sehingga memenuhi kulkas. Padahal jumlah limbah yang dihasilkan cukup banyak sekitar 50 % – 60 % dari bobot utuh nila. Melihat kondisi tersebut, Aray mulai terpikir untuk memanfaatkan limbah nila tersebut. Setelah melakukan beberapa kali percobaan, akhirnya ia berhasil memanfaatkan limbah tulang nila menjadi produk olahan snack (makanan ringan) tulang ikan. Ternyata produk olahan ini banyak peminatnya, permintaannya kian meningkat.Baru-baru ini, difasilitasi oleh Kementerian Perdagangan, Aray dipertemukan dengan gerai modern seperti Indogrosir, Mirota, dan Progo. Ia menyanggupi untuk mengirim snack tulang ikan dan produk lain seperti abon ikan, nila crispy, rambak kulit ikan, dan keripik kulit lele total 2.000 bungkus perbulan. “Tapi mereka menginginkan kemasan lebih besar, 160 g/bungkus. Untuk snack tulang ikan,harga dari kami Rp 7.500 perbungkus oleh mereka dijual Rp 10.000,” paparnya semangat.

Untuk Anak Autis

Selain gurih dan renyah, menurut Aray, kandungan yang ada pada snack tulang ikan ternyata baik juga dikonsumsi untuk anak autis. Pasalnya anak autis membutuhkan nutrisi dengan spesifikasi khusus yang tinggi kadar kalsium, protein dan omega-3 untuk menjaga kondisi tubuh, pertumbuhan dan membantu kecerdasannya.Snack tulang ikan yang diproduksi Aray sudah banyak dikonsumsi anak autis. “Kami mensuplai stick dan pangsit tulang ikan untuk anak autis,” kata pemilik label Balibu foods ini. Setiap bulan ia memasok 20 kg stick ke agen yangkhusus menjual makanan bagi anak autis. Oleh agen produknya itu dibandrol Rp 22.500/100 gram. Aray mengungkapkan, ada beberapa bahan yang pantang dipakai untuk membuat stick khusus ini antara lain tepung terigu dan gula pasir. “Diganti dengan tepung beras dan gula aren asli,” terang Ketua Kelompok Pengolah dan Pemasar Perikanan Sleman ini. Informasi bahan yang pantang digunakan dan alternatif penggantinya itu didapatkan dari pemesan,yang memang mengkhususkan diri menjual makanan untuk penyandang autis. “Katanya mereka sensitif terhadap bahan-bahan tersebut,” tutur Aray. Selain itu, tekstur produk, komposisi, kualitas bahan baku,utama berupa tulang dan kepala ikan selalu dijaga. Aray memberi contoh, selain stick tulang ikan ia juga memproduksi abon ikan untuk anak autis. Abon harus benar-benar kering, jika sedikit saja lembab akan dikembalikan oleh agen.

Pemasaran

Tak hanya dipasarkan untuk anak penyandang autis, Aray Harjunathin juga memasarkan untuk konsumen umum secara luas. “Sampai sekarang produksi terbesar kami tetap untuk konsumen umum, dari anak-anak hingga dewasa,” ungkap mantan karyawan Perhutani ini. Aray ingin menunjukkan keunggulan nutrisi makanan ringan berbahan tulang ikan ini. “Kalau untuk anak berkebutuhan khusus saja baik, apalagi untuk kita dan anak-anak kita,” tegasnya. Itu sebabnya, snack tulang ikan ini laris manis di pasaran. Hinggasaat ini Aray masih memasarkan sendiri snack dalam kemasan 100g itu ke toko-toko, warung, dan pusat jajan pasar yang menjamur. “Balibu snack tulang ikan hadir di 50 titik di seluruh Jogjakarta,” tandasnya. Selain di dalam kota, Aray setiap bulan mengirim produknya dalam bentuk curah (tanpa merk) ke Jakarta, Bangka, Surabaya, dan Semarang. Setiap kali pengiriman minimal 20 kg. Aray optimis dengan perkembangan pasar snack tulang ikan ini,karena dari pengamatannya setiap kali mengikuti pameran sambutan warga terhadap produknya sangat baik. “Pada pameran Pangan Nusantara di Jogja Expo Centre yang lalu, mereka suka citarasanya.Banyak pula yang memborong,” urai Sarjana Ekonomi-Akuntansi ini.

Bahan Baku dan Proses


Bahan baku snack tulang ikan Balibu ternyata bukan hanya tulang saja, tetapi juga menggunakan kepala ikan. “Meskipun limbah, tapi bukan limbah sisa konsumsi. Ini limbah dari pengolahan fillet (daging tanpa tulang),” ungkap Aray. Limbah pengolahan yang digunakan antara lain limbah fillet nila, marlin/cakalang, dan kepala baby tuna.Pada awalnya bahan baku limbah fillet nila diperoleh hanya dari sisa produksi abon nila sendiri.Setelah permintaan snack tulang ikan meningkat, Aray dipasok limbah nila eks Aquafarm. “Tapi sekarang berhenti karena bersaing dengan resto gulai kepala ikan. Sehingga harganya jadi mahal,terdiri dari tulang, ekor, dan kepala,” ujarnya bernada kecewa. Untunglah, ia mendapatkan ganti pasokan limbah olahan nila dari Cianjur. Perbedaannya, limbah ikan dari sana tanpa tulang tengah, hanya ekor, dan kepala saja. “Sebab bukan dari industri fillet, melainkan pemasok ikan beku untuk restoran dan hotel,” jelasnya. Bahan baku itu ia beli Rp 4.500/kg saja. Saban pekan tak kurang dari 100 kg kepala dan ekor nila beku dikirim dari Cianjur. Untuk menambah rasio tulang ikan, Aray membeli tulang ikan tipe kerongkong dari pemasok warung penyet janggut ikan nila. “Kalau ini isinya betul-betul tulang ikan dan tulang kepala. Asalnya adalah limbah fillet aquafarm yang telah diambil janggut kepalanya,” sebutnya. Dari pemasok yang sama, ia mendapatkan kepala baby tuna sebanyak 100 kg per pekan. Uniknya, kepala tuna ini rendemen tulangnya sedikit karena masih ada 40 % dagingnya. “Insangnya juga sudah tidak ada,” kata Aray. Daging dan kepala tuna ini menjadi pemasok protein dalam komposisi produk snack yang ia buat. Apalagi diyakini kadar omega-3 tertinggi justru berada dalam kepala ikan gemuk yang ia dapatkan hanya dengan harga Rp 4.500/kg ini. Dari bahan baku tersebut Aray coba mengolah menjadi snack tulang ikan. “Saya coba mempresto-nya dan kemudian digiling menjadi pasta,” urainya. Pasta itu kemudian dicampur dengan tepung dan bumbu, kemudian dicetak berbentuk stick maupun pangsit. Aray menjamin perbandingan pasta tulang dan kepala ikan dengan tepung adalah 80 : 20. “Pasti lebih banyak pastanya, supaya betul-betul merupakan snack tulang ikan, bukan snack tepung,” tegasnya. Setiap kilogram tulang dan kepala ikan, akan menghasilkan 1,5 kg snack tulang ikan matang.

Sumber :
Majalah Infomina Edisi Mei/Th.V/2014



5 komentar:

  1. Mas, kalok cari tulang ikan dimana ya ?? Terutama di surabaya ??

    BalasHapus
  2. Mas, kalok cari tulang ikan dimana ya ?? Terutama di surabaya ??

    BalasHapus
  3. Klo ada yang butuh tulang ikan dan kepala ikan tuna hub : 08129939050

    BalasHapus
  4. untuk yg membutuhkan tulang ikan di wilayah siduarjo bisa hubungin nomer kontak 085645951886

    BalasHapus
  5. Ayo Daftar Sekarang, Nikmati Freechip Berlimpah Setiap Hari... Join Disini Banyak Jenis Permainan Taruhan Online Terbaik, Kunjungi Website Kami Di Klik Disini dan Dapatkan Bonus Terbaru 8X 9X 10X win klik disini untuk mendapatkan akun Sabung Ayam anda dan Bonus Berlimpah.
    +

    BalasHapus