Selasa, 05 Mei 2015

Alat Tangkap Payang





sebagian masyarakat nelayan di wilayah kabupaten Mukomuko mencari ikan di laut dengan menggunakan jaring, atau Gillnet, namun demikian ada juga beberapa Nelayan lainnya yang menangkap ikan dengan alat yang lain terutama seperti payang.

Payang adalah termasuk alat penangkap ikan yang sudah lama dikenal nelayan Indonesia. Payang adalah pukat kantong yang digunakan untuk menangkap gerombolan ikan permukaan (pelagic fish). Kedua sayapnya berguna untuk menakut-nakuti atau mengejutkan serta menggiring ikan untuk masuk ke dalam kantong. Cara operasinya adalah dengan melingkari gerombolan ikan dan kemudian pukat kantong tersebut ditarik ke arah kapal.

Payang hampir dikenal di seluruh daerah perikanan laut Indonesia dengan nama yang berbeda-beda, antara lain: payang (Jakarta, Tegal, Pekalongan, Batang dan daerah lain di pantai utara Jawa), payang uras (Selat Bali dan sekitarnya), payang ronggeng (Bali Utara), payang gerut (Bawean), payang puger (daerah Puger), payang jabur (Padelengan/ Madura, Lampung), pukat nike (Gorontalo), pukat banting Aceh (Sumatera Utara, Aceh), pukat tengah (Sumatera Barat: Pariaman, Sungai Limau, Perairan Tiku), jala lompo (Kaltim, Sulsel), panja/pajala (Muna, Buton, Luwuk, Banggai), pukat buton (Air Tembaga, Gorontalo, Manokwari, Kupang, Kalabai, Kendari, Flores), jala uras (Sumbawa, Manggarai/Flores).

Senin, 04 Mei 2015

Mengenal Alat Tangkap Rawai Tuna (Tuna Longline)


Rawai tuna adalah alat tangkap tuna yang paling efektif. Rawai tuna merupakan rangkaian sejumlah pancing yang dioperasikan sekaligus, yang terdiri dari rangkaian tali utama, tali pelampung yang dimana pada tali utama pada jarak tertentu terdapat beberapa tali cabang yang pendek dan lebih kecil diameternya. Di ujung tali cabang, diikat pancing yang berumpan.

Longline memiliki beberapa jenis, salah satunya adalah :Rawai tetap/bottom long line adalah alat tangkap rawai yang dipasang didasar perairan serta tetap dalam jangka waktu tertentu, dan biasanya digunakan untuk menangkap ikan-ikan demersal.Rawai hanyut/dript long line adalah alat tangkap rawai yang mengikuti arah arus air, dan biasanya untuk menangkap ikan-ikan pelagis.

Bagian-bagian dari tuna long line:

Seperti alat penangkap lainnya, satu unit long line terdiri dari kapal yang dirancang khusus, alat penangkap dan crew. Kapal-kapal tuna modern bagian belakang dari kapal ini telah dirancang dengan baik untuk mudah dioperasi dan pengaturan alat tangkap.

Tuna long line sendiri pada umumnya terdiri dari: pelampung, bendera, tali pelampung, tali utama (main line),tali Cabang(branch line), pancing wire leader,dan lain-lain.Antara pelampung dengan pelampung dihubungkan dengan tali pelampung dan tali utama dimanasepanjang tali utama terpasang beberapa tali cabang.Satu rangkaian alat inilah yang disebut dengan satu basket long linejumlah mata pancing pada setiap basket bervariasi.


Gambar 1. Rawai Tuna

Mengenal Beberapa Jenis Tanaman Mangrove




Sebagai seorang penyuluh perikanan, kita harus mengenal lebih dekat dengan jenis mangrove yang tumbuh didarah estuaria ini. mangrove yang sangat penting bagi konservasi ternyata memiliki jenis umum yang mudah dikenali. Diperkirakan ada sekitar 89 spesies mangrove yang tumbuh di dunia, yang terdiri dari 31 genera dan 22 famili. Tumbuhan mangrove tersebut pada umumnya hidup di hutan pantai Asia Tenggara, yaitu sekitar 74 spesies, dan hanya 11 spesies hidup di daerah Caribbean. Lebih lanjut menurut Soegiarto dan Polunin (1982) dalam Supriharyono (2000) dari jumlah ini sekitar 51% atau 38 spesies hidup di Indonesia. Ada beberapa spesies tumbuhan pantai, yaitu sekitar 12-16 spesies, yang masih diragukan apakah tumbuh-tumbuhan tersebut termasuk mangrove atau tidak. Sebagai contoh, famili Rhizophoraceae mempunyai 17 genera dan sekitar 70 spesies, akan tetapi hanya empat generasi dan 17 spesies diketahui benar – benar sebagai mangrove. Demikian pula famili Combretaceae, hanya tiga genera dan lima spesies yang diketahui sebagai mangrove (Supriharyono, 2000). Ciri-ciri mangrove dari penampakan hutan mangrove terlepas dari habitatnya yang unik adalah jenis-jenisnya relatif sedikit, akar jangkar yang melengkung dan menjulang pada Rhizophora sp,akar yang tidak teratur dan keras atau pneumatofora pada marga Avicennia sp, dan Sonneratia sp, yang mencuat vertikal seperti pensil, adaptasinya yang kuat terhadap lingkungan sehingga biji (propagul) Rhizophora berkecambah di pohon (vivipar), sehingga banyaknya lentisel pada bagian kulit pohon (Departemen Kehutanan, 1997dalam Noor et al., 1999) Adapun beberapa jenis mangrove yang dikenal selama ini adalah:

Mengenal Kepiting Kelapa (Birgus latro)




Ketam kenari, Birgus latro, atau disebut Kepiting Kelapa merupakan artropoda darat terbesar di dunia. Meskipun disebut ketam/kepiting, hewan ini bukanlah ketam/kepiting. Ketam ini merupakan jenis umang-umang yang sangat maju dalam hal evolusi. Jadi mungkin ia lebih tepat disebut umang-umang kenari, namun demikian penduduk kepulauanMaluku sudah menyebutnya ketam kenari. Ketam ini dikenal karena kemampuannya mengupas buah kelapa dengan capitnya yang kuat untuk memakan isinya. Ia satu-satunyaspesies dari genus Birgus. Ia juga disebut dalam bahasa Inggris “terrestrial hermit crab” (umang-umang darat) karena penggunaan kulit keong oleh umang muda; tetapi, ada juga umang darat lain yang tidak menanggalkan kulit keongnya setelah dewasa. Hewan ini – khususnya genus Coenobita yang masih berkerabat dekat – biasanya disebut “umang-umang darat”; karena dekatnya kekerabatan antara Coenobita dan Birgus maka istilah “umang-umang darat” ini biasanya mengacu pada anggota familiCoenobitidae.

Mengenal Alat Tangkap Huhate (Mini Pole and Line)


Huhate adalah alat tangkap yang terdiri atas bagian-bagian joran yang terbuat dari bahan bambu (bamboe’s pole), tali pancing dan mata pancing. Mata pancing yang digunakan ada 2 macam yaitu yang berkait balik dan tanpa kait. Mata pancing ini diselipkan atau disembunyikan pada umpan tiruan, palsu sehingga tidak secara langsung mencolok. Untuk mata pancing yang berkait balik memakai umpan, yaitu umpan hidup atau segar. Penggunaan pancing ini hanya dilakukan apabila ikan target sudah tidak suka memakan umpan tiruan.

Membuat Pakan Ikan Murah


Pembuatan pakan ikan murah sebetulnya sudah biasa dilakukan oleh para pembudidaya di beberapa termpat di Sumatera, terutama di daerah Sumatera Selatan, Riau dan Jambi. Kebutuhan pakan ikan yang diperlukan oleh para pembudidaya ikan mencapai 100 ribu ton setiap bulan, itu menurut data yang diperoleh dari asosiasi GPMT (Gabungan Pengusaha Makanan Ternak). Melihat besarnya kebutuhan pakan ikan tersebut, maka dapat diprediksi bahwa prospek usaha pakan ikan sangat menjanjikan.

Selama ini sebagian besar pemenuhan pakan ikan tersebut masih dibuat dan dipasok dari pabrik besar yang harganya semakin hari terus melonjak. Sebut saja pakan ikan lele dengan protein lebih dari 30% yang harganya mencapai Rp.10ribu/kg. Begitu juga dengan pakan ikan mas dengan protein 25% harganya Rp.7 ribu/kg. Padahal kebutuhan pakan di satu usaha budidaya ikan intensif seperti lele dengan kolam beton atau terpal berukuran besar atau ikan mas di keramba jaring apung mencapai ratusan kilogram setiap hari.

Melihat besarnya kebutuhan pakan ikan dan mahalnya harga pakan ikan pabrikan membuat usaha pembuatan pakan ikan curah skala industri rumahan dinilai cukup menjanjikan dan dijadikan sebagai solusi para petani ikan untuk memotong biaya pakan yang terlalu tinggi. Usaha pakan curah skala industri rumahan cukup prospektif, selama mampu menjamin ketersediaan bahan baku lokal berkualitas secara berkesinambungan, sehingga tidak tergantung pada pakan pabrikan yang masih menggunakan bahan pakan impor. Dengan menggunakan bahan baku lokal, tentu harga pakan bisa lebih murah.

Membuat Akuaponik Sederhana

Akuaponik merupakan sebuah alternatif memelihara tanaman ikan dalam satu wadah atau satu kesatuan proses. Pada sistem akuaponik tanaman memanfaatkan unsur hara yang berasal dari kotoran ikan yang menghasilkan nutrien yang apabila dibiarkan di dalam kolam akan menjadi racun bagi ikan, pada bagaian tanaman akan berfungsi sebagai filter (penyaring) vegetasi yang akan mengurai zat racun tersebut menjadi zat yang tidak berbahaya bagi ikan, dan suplai oksigen pada air yang digunakan untuk memelihara ikan. Dengan siklus ini akan terjadi siklus saling menguntungkan dan bagi kita yang mengaplikasikanya tentu saja akan sangat menguntungkan sekali, karena lahan yang dipakai tidak akan terlalu luas.

Akuaponi dibuat dengan cara, bentuk, metoda yang beragam dari yang sederhana dan murah dengan desain seadanya sampai bentuk dan cara yang rumit dengan biaya sangat malah. Untuk menerapkan teknologi dimasyarakt, maka perlu inovasi sederhana, biaya murah serta menarik minat. Perawatan sistem akuaponik juga harus seminimal mungkin, agar tidak merepotkan masyarakat urban yang cenderung sibuk dan memiliki alokasi waktu untuk mengembangkan hobi sangat terbatas.

Kita mulai saja bagaimana membuat akuaponik sederhana.

Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan sistem budidaya ikan secara akuaponik , diantaranya adalah :

Bak beton/kolam terpal/drum, untuk wadah budidaya, ukurannya disesuaikan dengan luas area yang mungkin digunakan, dalam sistem akuaponik ini digunakan bak berukuran 2 x 3 m,
Pipa, untuk jalur sirkulasi air, ukurannya disesuaikan dengan luas area yang mungkin digunakan, dalam sistem akuaponik ini pipa yang digunakan sebanyak 8 buah dengan panjangnya masing-masing 4 m, selang ukurannya disesuaikan dengan banyaknya pot yang digunakan, dalam sistem akuaponik ini mengunakan selang sepanjang 4 m. Pipa Keni sistem L, untuk sambungan antar pipa, digunakan sebanyak 16 buah, Dop, untuk menyambungkan pipa, dalam sistem akuaponik ini menggunakan sebanyak 8 buah.

Ember plastik atau pot, untuk wadah tanaman konsumsi, banyaknya disesuaikan dengan ukuran bak dan keinginan, dalam sistem akuaponik ini menggunakan 36 ember, Aerator, untuk sumber oksigen ikan, Pompa, untuk mensirkulasi air, Timer, untuk mengatur sirkulasi air oleh pompa. Benih ikan, sebagai objek budidaya, ikan yang digunakan beragam, dalam sistem akuaponik ini menggunakan ikan mas dan ikan nila, kepadatannya sendiri disesuaikan dengan ukuran bak, dalam sistem akuaponik ini dilakukan penebaran sebanyak 10 ekor per m3 ekor ikan nila dan ikan mas.

Bibit tanaman yang digunakan berupa sayuran daun dan buah seperti terong, tomat dan cabe jenisnya disarankan lebih beragam agar kelihatan lebih menarik. Media tanam dapat berupa arang yang berfungsi sebagai media hidup tanaman dan filter air serta banyaknya disesuaikan dengan jumlah tanaman yang ditanam. Dalam sistem akuaponik dengan ukuran kolam 2X 4 m sebaiknya disiapkan minimal 2 karung arang ukuran 25 kg.

Langkah-langkah pembuatan sistem akuaponik, diantaranya adalah: Pembuatan bak beton/Kolam terpal (harus dilengkapi dengan para-para dari kayu yang dipasang dengan ketinggian tepat diatas permukaan kolam terpal) dan tandon. Pemasangan pompa, pemasangan ember yang sebelumnya diisi arang dan bibit tanaman, pemasangan dilakukan pada bagian atas tembok, Pemasangan pipa sirkulasi air, yang terdiri dari dua bagian yang pertama pipa yang berada di atas tanaman, yang merupakan pipa yang berisi air hisapan dari kolam yang akan dialirkan ke tanaman, kedua adalah pipa di bawah tanaman, merupakan pipa berisi air dari tanaman yang kemudian dialirkan ke tandon sebelum mengalir kembali ke kolam, Pemasangan selang diantara tanaman dan pipa bawah resirkulasi awal air kurang lebih selama seminggu.

Sumber:
https://suksesmina.wordpress.com

Minggu, 03 Mei 2015

Pengelolaan Kolam Budidaya Ikan

Untuk lebih jelasnya akan diuraikan tahapan-tahapan yang harus dilakukan meliputi :

1. Pengeringan kolam budidaya ikan

Pengeringan dasar kolam sangat dibutuhkan oleh ikan agar bakteri pembusuk yang dapat menyebabkan ikan sakit, racun sisa dekomposisi selama budidaya terbuang. Pada kolam pemijahan budidaya ikan pengeringan dasar kolam bertujuan agar ikan dapat memijah karena tanah yang dikeringkan dan diairi akan melepaskan bau tertentu yang disebut petrichor, selain itu pengeringan dasar kolam dapat membunuh hama dan penyakit yang ada di dalam kolam Gambar1.


Gambar 1. Pengeringan dasar kolam budidaya ikan

2. Perbaikan pematang kolam budidaya ikan
Perbaikan pematang bertujuan untuk mencegah kebocoran kolam. Kebocoran kolam dapat diakibatkan oleh binatang air seperti belut, kepiting dan hewan air lainnya. Pematang kolam budidaya ikan bocor mengakibatkan air kolam tidak stabil dan benih ikan banyak yang keluar kolam. Perbaikan pematang ini hanya dilakukan pada kolam tanah, sedangkan pada kolam tembok dilakukan perawatan dan pengecekan kebocoran pada setiap bagian pematang.

3. Pengolahan dasar kolam budidaya ikan
Pengolahan dasar kolam dilakukan pada kolam tradisional dan kolam semi intensif dimana dasar kolam berupa tanah. Pengolahan dasar kolam dilakukan dengan mencangkul dasar kolam sedalam 10 – 20 cm. Tanah tersebut dibalik dan dibiarkan kering sampai 3-5 hari.

Tujuan pengolahan dasar kolam adalah mempercepat berlangsungnya proses dekomposisi (penguraian) senyawa-senyawa organik dalam tanah sehingga senyawa senyawa yang beracun yang terdapat di dasar kolam budidaya ikan akan menguap. Tanah yang baru dicangkul diratakan. Setelah dasar kolam rata, lalu dibuat saluran ditengah kolam. Saluran ini disebut kemalir. Kemalir berfungsi untuk memudahkan pemanenan dan sebagai tempat berlindung benih ikan pada siang hari. Saluran pemasukan dan pengeluaran air dilengkapi dengan saringan. Tujuannya untuk menjaga agar tidak ada hama yang masuk ke dalam kolam dan benih ikan budidaya yang ditebarkan tidak kabur atau keluar kolam (Gambar 2).



Gambar 2. Pengolahan tanah dasar kolam budidaya ikan

Penangkapan Ikan yang Merusak Ekosistem Laut


Pada era serba terbuka ini penyuluh perikana sebagai agen perubahan harus paham betul tentang kegiatan-kegiatan pelaku utama yang menimbulkan dampak terhadap kerusakan lingkungan perairan. Kegiatan penangkapan yang dilakukan nelayan seperti menggunakan bahan peledak, bahan beracun dan menggunakan alat tangkap trawl, bertentangan dengan kode etik penangkapan. Kegiatan ini umumnya bersifat merugikan bagi sumberdaya perairan yang ada. Kegiatan ini semata-mata hanya akan memberikan dampak yang kurang baik bagi ekosistem perairan, akan tetapi memberikan keuntungan yang besar bagi nelayan. Dalam kegiatan penangkapan yang dilakukan nelayan dengan cara dan alat tangkap yang bersifat merusak yang dilakukan khususnya oleh nelayan tradisional. Untuk menangkap sebanyak-banyaknya ikan karang yang banyak, digolongkan kedalam kegiatan illegal fishing. Karena kegiatan penangkapan yang dilakukan semata-mata memberikan keuntungan hanya untuk nelayan tersebut, dan berdampak kerusakan untuk ekosistem karang. Kegiatan yang umumnya dilakukan nelayan dalam melakukan penangkapan dan termasuk kedalam kegiatan illegal fishing adalah penggunaan alat tangkap yang dapat merusak ekosistem seperti kegiatan penangkapan dengan pemboman, penangkapan dengan menggunakan racun serta penggunaan alat tangkap trawl pada daerah yang memiliki karang.

Kegiatan penangkapan dengan menggunakan bahan peledak merupakan cara yang sering digunakan oleh nelayan tradisional di dalam memanfaatkan sumberdaya perikanan khususnya di dalam melakukan penangkapan ikan-ikan karang. Penangkapan ikan-ikan karang dengan menggunakan bahan peledak dapat memberikan akibat yang kurang baik, baik bagi ikan-ikan yang akan ditangkap maupun untuk karang yang terdapat pada lokasi penangkapan. Penggunaan bahan peledak dalam penangkapan ikan di sekitar daerah terumbu karang menimbulkan efek samping yang sangat besar. Selain rusaknya terumbu karang yang ada di sekitar lokasi peledakan, juga dapat menyebabkan kematian biota lain yang bukan merupakan sasaran penangkapan. Oleh sebab itu, penggunaan bahan peledak berpotensi menimbulkan kerusakan yang luas terhadap ekosistem terumbu karang.

Persyaratan Jaminan Mutu & Keamanan Hasil Perikanan pada Tempat Pendaratan dan Pemasaran Ikan


TEMPAT PENDARATAN IKAN

Pelaku usaha dalam melakukan bongkar muat hasil perikanan di tempat pendaratan ikan wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1. Bongkar muat ikan
a. peralatan pendaratan yang berhubungan langsung dengan hasil perikanan:
  1. terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan;
  2. disanitasi; dan
  3. dijaga dalam keadaan baik.
b. tempat bongkar muat:
  1. bersih; dan
  2. bebas dari kontaminasi.
c. pekerja yang menangani langsung hasil perikanan:
  1. menggunakan pakaian kerja yang bersih dan tutup kepala sehingga menutupi rambut secara sempurna;
  2. mencuci tangan sebelum memulai pekerjaan;
  3. harus sehat, tidak sedang mengalami luka, tidak menderita penyakit menular atau menyebarkan kuman penyakit menular, dan dilakukan pemeriksaan kesehatan secara periodik minimal 1 (satu) kali dalam setahun; dan
  4. tidak diperbolehkan merokok, meludah, makan dan minum di area penanganan dan penyimpanan produk.
d. proses bongkar muat dan pendaratan hasil perikanan harus dihindarkan dari kontaminan dengan cara:
  1. melakukan bongkar muat dan pendaratan dengan cepat;
  2. tidak menggunakan peralatan dan perlakuan yang menyebabkan hal-hal kerusakan pada hasil perikanan; dan
  3. menghindari pembongkaran langsung dibawah sinar matahari.
e. menempatkan hasil perikanan pada tempat dengan suhu sesuai yang dipersyaratkan.

Reproduksi dan Perkembangbiakan Belut



Seperti telah diketahui bahwa belut memang gembongnya kaum ikan air tawar, disebut sebagai gembong lantaran ikan ini gemar mencaploki ikan kecil yang masih lembut. Sifat buruk yang lain dari belut adalah kegemarannya merusak dan menggali galungan-galungan sawah, makanya belut ini sering dianggap sebagai hama yang perlu diberantas olah petani.
Sebagai lauk, belut merupakan jenis ikan yang banyak disukai bahkan dirumah makan Padang goreng dan dendeng belut merupakan hidangan yang banyak digemari, dan bahkan dalam forum international pun belut merupakan sumber protein hewani yang dianjurkan . Berikut ini perbandingan kandungan Gizi Belut dibanding dengan sumber gizi lain seperti telur dan daging sapi.

Tabel 1. Perbandingan zat gizi dalam belut, telur dan daging sapi
NO
ZAT  GIZI
BELUT
TELUR
DAGING SAPI
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Kalori
Protein
Lemak
Karbohidrat
Fospor
Kalsium
Zat  Besi
Vitamin A
Vitamin B1
Vitamin C
A i r
303
14,0  gr
27,0  gr
0,0  gr
200  gr
20  mg
20  mg
1.600 SI
0,10 mg
2,0  mg
58   gr
162
12,8 gr
11,5 gr
0,7  gr
180 gr
54 mg
2,7 mg
900 SI
0,10 mg
0,0   mg
74,0 gr
207
18,8 gr
14,0 gr
0,0 gr
170 gr
11 mg
2,8 mg
30  SI
0,08 mg
0,0  mg
66   gr

Dalam forum international dianjurkan belut sebagai sumber gizi ikan pernahdipromosikan pemasarannya dalam “ Kongres Gizi Asia III “ di Hotel Indonesia Jakarta pada tanggal 7 – 10 Oktober 1980.




Klasifikasi
Dalam ilmu pengetahuan belut ini termasuk jenis ikan darat/air tawar yang diklasifikasikan :
Class           : Pisces
Sub Class    : Teleoski
Ordo            : Syunbrnchoidae
Famili          : Syubranchidae
Genus          : Fluta
Spesies        : Fluta alba
Jenis ikan yang tidak mempunyai sirip atau anggota lain untuk bergerak, tidak mempunyai sisik, dan kulitnya licin mengeluarkan lendir, mata kecil tertutup kulit, gigi runcing kecil berbentuk kerucut.

Habitat
Ikan ini lebih menyukai hidup didalam Lumpur atau genangan air tawar yang tak mengalir dan tidak betah kena cahaya dan ikan ini juga mampu hidup dalam air dengan kadar oksigen yang sangat rendah. Karena belut mempunyai alat pernapasan tambahan yakni berupa kulit tipis berlendir yang terdapat dirongga mulut, alat ini
Hal lain yang sangat menarik perhatian pada belut adalah kelaminnya yang hemaphrodit, yang mana belut yang berumur muda adalah berjenis kelamin betina (berukuran ± 10-30 cm) sementara yang jantan berukuran lebih panjang lagi (ukurannya diatas 30 cm). Pada dasarnya belut punya kebiasaan makan bersifat Carnivora atau pemakan daging, dimasa kecil suka makan jasad renik dari jenis zooplankton atau zoobenthos. Belut dewasa memakan jenis binatang yang lebih besar lagi seperti larva serangga, cacing , jentik, siput bahkan benih ikan kecil.



REPRODUKSI DAN PERKEMBANGBIAKAN
Secara alami belut berkembang biak setahun sekali, tapi dengan masa perkawinan yang panjang, yakni mulai dari musim penghujan sampai kepada musim kemarau, perkawinan terjadi pada malam hari dengan suhu ± 20°C, biasanya telur yang telah dibuahi akan dijaga oleh belut jantan dalam sarang sampai menetas dan akan menetas setelah 9 – 10 hari.
Untuk keperluan induk diperlukan dua macam ukuran belut yang berbeda umur, yakni;
· belut yang panjangnya antara 20 – 30 cm, ini merupakan belut betina yang siap kawin.
· Belut yang panjangnya sudah lebih dari 40 cm, ini merupakan belut yang berfungsi sebagai pejantan, berfungsi untuk mengambil oksigen dari udara bebas sedangkan insang mengambil oksigen dari dalam air.

Sumber:
http://komunitaspenyuluhperikanan.blogspot.com

Pengolahan Ikan Kering

PENDAHULUAN

Ikan kering merupakan produk ikan yang paling mudah pembuatannya. Jeroan dan sisik ikan dibuang, kemudian dijemur atau dikeringkan dengan alat pengering. Ikan berukuran kecil bisa langsung dikeringkan.
Ikan kering mempunyai aroma yang agak berbeda dengan ikan segar. Terjadinya oksidasi lemak menyebabkan ikan kering mempunyai aroma yang khas.

BAHAN: 
Ikan

PERALATAN
  1. Pisau. Alat ini digunakan untuk membuang sisik dan jeroan, serta untuk membelah ikan yang berukuran besar. Pisau yang digunakan hendaknya tajam, tipis dan terbuat dari logam stainless steel.
  2. Sikat ikan. Alat ini digunakan untuk menyikat sisik sehingga lepas dari kulit ikan.
  3. Talenan. Alat ini digunakan sebagai alas pada saat mengiris ikan.
  4. Pengering. Alat ini digunakan untuk mengeringkan irisan daging. Pengering dapat berupa alat penjemur sederhana atau berupa alat pengering yang berbahan bakar (minyak, kayu bakar, atau arang) bertenaga listrik atau bertenaga cahaya matahari.
CARA PEMBUATAN
1) Proses Pendahuluan
  • Proses pendahuluan dilakukan terhadap ikan berukuran sedang dan besar. Ikan berukuran kecil atau teri (panjang kurang dari 10 cm) tidak memerlukan proses pendahuluan. Ikan hanya perlu dicuci (jika kotor), kemudian dapat langsung dikeringkan.
  • Ikan berukuran sedang dan besar (panjang lebih dari 15 cm) perlu diberi proses pendahuluan, yaitu penyiangan, pembelahan, dan filleting.
2) Penyiangan
  • Mula-mula sisik disikat dari ekor mengarah ke kepala dengan sikat ikan tanpa melukai dagingnya. Kemudian dicuci, dan sisik yang tertinggal dibuang
  • Bagian di bawah insang dipotong tanpa menyebabkan kepala ikan terpotong.
  • Kemudian perut ikan dibelah dari anus ke arah insang tanpa melukai jeroannya.
  • Perut yang sudah terbelah dibuka. Jeroan dan insang dibuang.
  • Bagian dalam perut disikat dengan ujung pisau untuk membuang sisa-sisa darah.
  • Setelah itu, ikan dicuci sampai bersih.
3) Pembelahan
Ikan yang dikeringkan sebaiknya dibelah agar permukaan menjadi luas sehinga waktu pengeringan lebih singkat.a. Ikan ukuran sedang. Ikan dibelah pada bagian perut. Pembelahan dimulai dari kepala ke arah ekor tanpa menyebabkan bagian punggung terpotong.
b. Ikan ukuran besar
  • Mula-mula ikan dibelah pada baian perut. Pembelahan dimulai dari bagian bawah insang ke arah ekor tanpa menyebabkan bagian punggung terbelah.
  • Setelah itu ikan dibalik. Ikan dibelah pada bagian perut. Pembelahan dimulai dari kepala ke arah ekor tanpa menyebabkan bagian punggung terpotong. Dengan demikian terdapat dua belahan, dan permukaan ikan semakin luas, dan ikan semakin tipis. Hal ini memungkinkan ikan lebih cepat kering.
4) Filleting
Filleting adalah penyayatan daging rusuk secara membujur sehingga menghasilkan daging tanpa tulang. Filleting tidak selalu harus dilakukan. Proses ini hanya dilakukan jika produk ikan yang dikehendaki berupa sayatan yang bebas tulang.
a. Filleting ikan ukuran sedang
  • Ikan diletakkan di atas talenan. Kepala ikan menghadap ke kanan dan perut menghadap ke arah pekerja (jika pekerja bukan kidal). Bagian bawah insang diiris melintang sampai menyentuh tulang belakang.
  • Daging diiris dari arah sayatan tadi mengarah ke ekor. Mata pisau diusahakan menyentuh tulang belakang, tapi tidak sampai melukainya.
  • Ikan dibalikkan, dan prosedur b di atas diulangi. Irisan yang diperoleh disebut fillet.
  • Jika perlu, tulang rusuk pada fillet dapat diiris dan dibuang.
b. Filleting ikan ukuran besar
  • Ikan diletakkan di atas talenan. Perut menghadap ke atas, dan kepala mengarah ke kanan. Kepala dipotong mengikuti alur tulang rahang.
  • Ikan disayat dari arah kepala menuju ekor seperti gambar dibawah ini. Mata pisau harus menyentuh tulang belakang tanpa melukai tulang tersebut.
  • Ikan dibalik, sehingga kepala menghadap ke kiri. Kemudian dilakukan penyayatan seperti No. b diatas. Irisan daging yang diperoleh disebut fillet.
  • Jika perlu, tulang rusuk pada fillet dapat diiris dan dibuang.
5) Pengeringan
a. Pengeringan ikan ukuran kecil
Ikan ukuran kecil dijemur atau dikeringkan dengan alat pengering sampai kadar air di bawah 7%. Selama penjemuran atau pengeringan, ikan perlu dibalik-balik sehingga pengeringan lebih cepat dan merata.
b. Pengeringan ikan ukuran sedang dan besar
  • Ikan yang telah dibelah, atau fillet dijemur di bawah sinar matahari, atau dikeringkan dengan alat pengering sampai kadar air di bawah 7%.
  • Khusus untuk ikan atau fillet yang cukup besar, pengeringan dilakukan dengan berbagai cara:
  • Bahan dijemur atau dikeringkan dalam posisi tergantung.
  • Bahan dijemur atau dikeringkan dalam posisi tergeletak di atas tampah atau rak pengering.
  • Bahan dijepit dengan anyaman kawat tahan karat agar diperoleh produk kering yang datarnya permukaanya.
  • Penyimpanannya. Ikan atau fillet yang benar-benar kering dapat dikemas di dalam kantong plastik, kemudian si-seal dengan rapat.
  • Daging yang kurang kering (kadar air di atas 8%) tidak dapat dikemas di dalam wadah yang tertutup rapat.
SUMBER:
  • http://komunitaspenyuluhperikanan.blogspot.com
  • http://www.ristek.go.id
  • Teknologi Tepat Guna Agroindustri Kecil Sumatera Barat, Hasbullah, Dewan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Industri Sumatera Barat

Pengolahan Ikan Asin Cara Kombinasi Penggaraman dan Peragian (Ikan Peda)

PENDAHULUAN

Ikan merupakan bahan makanan yang banyak dikonsumsi masyarakat selain sebagai komoditi ekspor. Ikan cepat mengalami proses pembusukan dibandingkan dengan bahan makanan lain. Bakteri dan perubahan kimiawi pada ikan mati menyebabkan pembusukan. Mutu olahan ikan sangat tergantung pada mutu bahan mentahnya.

Tanda ikan yang sudah busuk:
- mata suram dan tenggelam;
- sisik suram dan mudah lepas;
- warna kulit suram dengan lendir tebal;
- insang berwarna kelabu dengan lendir tebal;
- dinding perut lembek;
- warna keseluruhan suram dan berbau busuk.

Tanda ikan yang masih segar:
- daging kenyal;
- mata jernih menonjol;
- sisik kuat dan mengkilat;
- sirip kuat;
- warna keseluruhan termasuk kulit cemerlang;
- insang berwarna merah;
- dinding perut kuat;
- bau ikan segar.
Ikan merupakan salah satu sumber protein hewani yang banyak dikonsumsi masyarakat, mudah didapat, dan harganya murah. Namun ikan cepat mengalami proses pembusukan. Oleh sebab itu pengawetan ikan perlu diketahui semua lapisan masyarakat. Pengawetan ikan secara tradisional bertujuan untuk mengurangi kadar air dalam tubuh ikan, sehingga tidak memberikan kesempatan bagi bakteri untuk berkembang biak. Untuk mendapatkan hasil awetan yang bermutu tinggi diperlukan perlakukan yang baik selama proses pengawetan seperti : menjaga kebersihan bahan dan alat yang digunakan, menggunakan ikan yang masih segar, serta garam yang bersih. Ada bermacam-macam pengawetan ikan, antara lain dengan cara: penggaraman, pengeringan, pemindangan, perasapan, peragian, dan pendinginan ikan.




Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa ikan mempunyai nilai protein tinggi, dan kandungan lemaknya rendah sehingga banyak memberikan manfaat kesehatan bagi tubuh manusia.
Manfaat makan ikan sudah banyak diketahui orang, seperti di negara Jepang dan Taiwan, ikan merupakan makanan utama dalam lauk sehari-hari yang memberikan efek awet muda dan harapan hidup lebih tinggi dari negara lainnya. Penggolahan ikan dengan berbagai cara dan rasa menyebabkan orang mengkonsumsi ikan lebih banyak.

Ikan asin adalah makanan awetan yang diolah dengan cara penggaraman dan pengeringan. Ada 3 cara pembuatan : (1) Penggaraman kering dengan pengeringan; (2) Penggaraman basah (perebusan dalam air garam) dengan pengneringan; dan (3) Penggaraman yang dikombinasikan dengan peragian (pembuatan ikan peda).

BAHAN
1) Ikan kembung atau ikan lemuru 10 kg
2) Garam dapur 4 kg

ALAT
1) Bak (tong kayu)
2) Tampah (nyiru)

CARA PEMBUATAN
1. Buang isi perut ikan dan cuci;
2. Susun dalam bak (tong kayu) yang diselang-seling dengan lapisan garam.
3. Lapisan garam paling atas harus tebal;
4. Tutup bak, biarkan selama 4-7 hari (peragian I);
5. Keluarkan ikan dari bak, jemur selama 2-3 jam;
6. Angin-anginkan selama satu malam, kemudian kemas dalam peti kayu yang tertutup rapat;
7. Simpan sekitar 1-3 bulan (peragian II);
8. Jemur supaya tidak terlalu basah.

Diagram Alir Pembuatan Ikan Peda



Catatan:
1) Ikan asin yang bermutu baik adalah jika memenuhi syarat Standar Industri Indonesia (SII), yaitu :
  • Mempunyai bau, rasa, dan warna normal, serta bentuk yang baik;
  • Berkadar air paling tinggi 25 %
  • Berkadar garam (NaCl) antara 10 % ~ 20 %;
  • Tidak mengandung logam jamur, juga tidak terjadi pemerahan bakteri;
2) Ada beberapa cara untuk mempercepat pengeringan ikan asin :
  • Menjemur ikan di atas para-para setinggi ± 1 m dari atas tanah, di halaman terbuka;
  • Menjemur ikan di dalam ruang pengering dari plastik (solar dryer);
  • Mengalir udara panas ke permukaan ikan dalam ruangan (mechanical dryer);
  • Mengatur cara penjemuran ikan, jangan sampai bertumbuk;
  • Membelah daging ikan;
  • Membuat sayatan pada daging ikan.
3) Perbandingan komposisi ikan asin dan ikan teri kering per 100 gram bahan adalah sebagai berikut :



SUMBER:
  • http://www.ristek.go.id
  • Daftar komposisi bahan makanan. Jakarta : Bhratara Karya Aksara, 1979.
  • Pembuatan ikan asin. Jakarta : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Industri Hasil Pertanian, Departemen Perindustrian, 1982. Publikasi No. 4

Pembuatan Kecap Ikan

PENDAHULUAN

Kecap ikan adalah cairan yan diperoleh dari hasil fermentasi ikan di dalam larutan garam. Selama fermentasi, mikroba halofilik seperti Saccharomyces, Torulopsis, dan Pediococcus yang tahan garam berkembang menghasilkan senyawa flavor.



BAHAN
  1. Ikan. Sebaiknya digunakan ikan-ikan kecil yan kurang disukai untuk dikonsumsi. Ikan dicuci bersih, ditiriskan dengan sempurna. Kemudian dihamparkan dan diangin-anginkan selama satu jam.
  2. Garam. Garam kasar ditumbuk sampi halus. Jumlah: 20% dari berat ikan.
  3. Bumbu. Bumbu kecap adalah jahe, lengkuas, kayu manis, dan gula merah.
PERALATAN
  1. Wadah fermentasi. Alat ini digunakan untuk fermentasi ikan menjadi kecap ikan. Untuk usaha rumahtangga dapat digunakan ember plastik. Untuk usaha agak besar, perlu menggunakan wadah dari logam yang tahan garam, atau wadah dari fiber glass.
  2. Wadah perebus. Wadah ini digunakan untuk merebus cairan kecap.
  3. Kompor
  4. Kain penyaring. Alat ini digunakan untuk menyaring kecap hingga diperolehkecap yang jernih.
  5. Botol
  6. Alat penutup botol
  7. Pemberat. Dibuat dari kayu dan di atasnya diletakkan coran semen
  8. Pemberat.

CARA PEMBUATAN

1) Proses Pendahuluan
  • Bila menggunakan ikan ukuran sedang dan besar, ikan harus disiangi untuk membuang jeroan dan insang. Kemudian ikan dicuci, dibelah dan dipotong-potong berukuran 3-4 cm.
  • Bila menggunakan ikan berukuran kecil (teri) ikan cukup dicuci dan ditiriskan.
2) Fermentasi Kecap No. 1
  • Dasar wadah fermentasi ditaburi dengan garam yang telah ditumbuk halus setinggi 0,25 cm, kemudian ikan disusun membentuk satu lapisan. Di atas lapisan ini ditaburi lagi garam setinggi 0,25 cm secara merata, kemudian diatasnya disusun lagi satu lapis ikan. Demikian seterusnya sampai wadah penuh. Garam yang digunakan adalah 20 % dari berat ikan. Setiap 1 kg ikan membutuhkan 200 g garam halu. Wadah ditutup rapat kemudian disimpan (difermentasi) selama 3-6 bulan.
  • Setelah masa fermentsi tersebut, saluran cairan pada bagian wadah dibuka, dan ciran yang keluar ditampung melalui kain saring (2 lapis).
  • Cairan jernih ini disebut kecap nomor 1.
3) Fermentasi Kecap No. 2
Ikan-ikan yang belum hancur, dapat ditambahkan garam 5% dari berat ikan semula. Kemudian difermentasikan lagi selama 3 bulan. Cairan yang diperoleh merupakan kacap nomor 2. Kecap nomor 2 ini tidak sejernih dan tidak sesedap kecap nomor 1.

4) Penyiapan Bumbu Kecap Asin
  • Jahe dikupas, dicuci, kemudian digiling sampai hancur (tiap 1 liter cairan kecap membutuhkan 40 gram jahe).
  • Lengkuas dicuci, kemudian digiling sampai hancur (tiap 1 liter cairan kecap membutuhkan 40 gram lengkuas).
  • Kayu manis dipotong kecil-kecil (tiap liter kecap membutuhkan 20 gram kayu manis).
  • Bumbu-bumbu tersebut dibungkus dengan 2 lapis kain, diikat dan diberi tali dari benang katun yang kuat.
5) Penyiapan Bumbu Kecap Manis
  • Gula merah diiris-iris, dan digiling sampai halus (tiap liter kecap membutuhkan 500 gram gula merah).
  • Jahe dikupas, dicuci, kemudian digiling sampai hancur (tiap 1 liter cairan kecap membutuhkan 40 gram jahe)
  • Lengkuas dicuci, kemudian digiling sampai hancur (tiap 1 liter cairan kecap membutuhkan 40 gram lengkuas).
  • Kayu manis dipotong kecil-kecil (tiap liter kecap membutuhkan 20 gram kayu manis).
  • Gula merah dan bumbu-bumbu tersebut dibungkus dengan 2 lapis kain, diikat dan diberi tali dari benang katun yang kuat.
6) Pembumbuan dan Pemasakan Kecap Asin
Cairan kecap (yang nomor 1 atau nomor 2) ditambahkan dengan air (tiap liter cairan kecap ditambah dengan 0,5 liter air). Cairan direbus sampai mendidih. Setelah itu api dikecilkan sekedar menjaga agar cairan tetap mendidih. Bumbu kecap asin yang telah dibungkus diatas dicelupkan ke dalam cairan yang mendidih dan diaduk-aduk terus menerus selama 15 menit. Kecap yang dihasilkan adalah kecap asin. Ketika masih panas, kecap asin ini disaring dengan 2 lapis kain saring.

7) Pembumbuan dan Pemasakan Kecap Manis
Cairan kecap (yang nomor 1 atau nomor 2) ditambahkan dengan air (tiap liter cairan kecap ditambah dengan 0,5 liter air). Cairan direbus sampai mendidih. Setelah itu api dikecilkan sekedar menjaga agar cairan tetap mendidih.
Bumbu kecap manis yang telah dibungkus diatas dicelupkan ke dalam cairan yang mendidih dan diaduk-aduk terus menerus selama 15 menit. Kecap yang dihasilkan adalah kecap manis. Ketika masih panas, kecap manis ini disaring dengan 2 lapis kain saring.

8) Pembotolan
Kecap yang masih panas segera dimasukkan ke dalm botol, kemudian ditutup rapat dan diberi label.

SUMBER:
  • http://komunitaspenyuluhperikanan.blogspot.com
  • http://www.ristek.go.id
  • Tepat Guna Agroindustri Kecil Sumatera Barat, Hasbullah, Dewan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Industri Sumatera Barat.

Jenis-Jenis Ikan Berbahaya













VMS - Vessel Monitoring System











Teknis Budidaya Rumput Laut Organik

A. Latar Belakang
Rumput laut (sea weeds) yang dalam dunia ilmu pengetahuan dikenal sebagai Algae sangat populer dalam dunia perdagangan akhir – akhir ini.
Rumput laut dikenal pertama kali oleh bangsa Cina kira – kira tahun 2700 SM. Pada saat itu rumput laut banyak digunakan untuk sayuran dan obat – obatan. Pada tahun 65 SM, bangsa Romawi memanfaatkannya sebagai bahan baku kosmetik. Namun dengan perkembangan waktu, pengetahuan tentang rumput lautpun semakin berkembang. Spanyol, Perancis, dan Inggris menjadikan rumput laut sebagai bahan baku pembuatan gelas.
Kapan pemanfaatan rumput laut di Indonesia tidak diketahui. Hanya pada waktu bangsa Portugis datang ke Indonesia sekitar tahun 1292, rumput laut telah dimanfaatkan sebagai sayuran. Baru pada masa sebelum perang dunia ke – 2, tercatat bahwa Indonesia telah mengekspor rumput laut ke Amerika Serikat, Denmark, dan Perancis.

Sekarang ini rumput laut di Indonesia banyak dikembangkan di pesisir pantai Bali dan Nusa Tenggara. Mengingat panjangnya garis pantai Indonesia (81.000 km), maka peluang budidaya rumput laut sangat menjanjikan. Jika menilik permintaan pasar dunia ke Indonesia yang setiap tahunnya mencapai rata – rata 21,8 % dari kebutuhan dunia, sekarang ini pemenuhan untuk memasok permintaan tersebut masih sangat kurang, yaitu hanya berkisar 13,1%. Rendahnya pasokan dari Indonesia disebabkan karena kegiatan budidaya yang kurang baik dan kurangnya informasi tentang potensi rumput laut kepada para petani.

B. Kandungan
Rumput laut yang banyak dimanfaatkan adalah dari jenis ganggang merah (Rhodophyceae) karena mengandung agar – agar, keraginan, porpiran, furcelaran maupun pigmen fikobilin (terdiri dari fikoeretrin dan fikosianin) yang merupakan cadangan makanan yang mengandung banyak karbohidrat. Tetapi ada juga yang memanfaatkan jenis ganggang coklat (Phaeophyceae). Ganggang coklat ini banyak mengandung pigmen klorofil a dan c, beta karoten, violasantin dan fukosantin, pirenoid, dan lembaran fotosintesa (filakoid). Selain itu ganggang coklat juga mengandung cadangan makanan berupa laminarin, selulose, dan algin. Selain bahan – bahan tadi, ganggang merah dan coklat banyak mengandung jodium.

C. Manfaat
1. Agar – agar
Masyarakat pada umumnya mengenal agar – agar dalam bentuk tepung yang biasa digunakan untuk pembuatan puding. Akan tetapi orang tidak tahu secara pasti apa agar – agar itu. Agar – agar merupakan asam sulfanik yang meruapakan ester dari galakto linier dan diperoleh dengan mengekstraksi ganggang jenis Agarophytae. Agar – agar ini sifatnya larut dalam air panas dan tidak larut dalam air dingin.

Sekarang ini penggunaan agar – agar semakin berkembang, yang dulunya hanya untuk makanan saja sekarang ini telah digunakan dalam industri tekstil, kosmetik, dan lain – lain. Fungsi utamanya adalah sebagai bahan pemantap, dan pembuat emulsi, bahan pengental, bahan pengisi, dan bahan pembuat gel. Dalam industri, agar – agar banyak digunakan dalam industri makanan seperti untuk pembuatan roti, sup, saus, es krim, jelly, permen, serbat, keju, puding, selai, bir, anggur, kopi, dan cokelat. Dalam industri farmasi bermanfaat sebagai obat pencahar atau peluntur, pembungkus kapsul, dan bahan campuran pencetak contoh gigi. Dalam industri tekstil dapat digunakan untuk melindungi kemilau sutera. Dalam industri kosmetik, agar – agar bermanfaat dalam pembuatan salep, krem, lotion, lipstik, dan sabun. Selain itu masih banyak manfaat lain dari agar – agar, seperti untuk pembuatan pelat film, pasta gigi, semir sepatu, kertas, dan pengalengan ikan dan daging.

2. Keraginan
Keraginan merupakan senyawa polisakarida yang tersusun dari unit D-galaktosa dan L-galaktosa 3,6 anhidrogalaktosa yang dihubungkan oleh ikatan 1 – 4 glikosilik. Ciri kas dari keraginan adalah setiap unit galaktosanya mengikat gugusan sulfat, jumlah sulfatnya lebih kurang 35,1%.
Kegunaan keraginan hampir sama dengan agar – agar, antara lain sebagai pengatur keseimbangan, pengental, pembentuk gel, dan pengemulsi. Keraginan banyak digunakan dalam industri makanan untuk pembuatan kue, roti, makroni, jam, jelly, sari buah, bir, es krim, dan gel pelapis produk daging. Dalam industri farmasi banyak dimanfaatkan untuk pasta gigi dan obat – obatan. Selain itu juga dapat dimanfaatkan dalam industri tekstil, kosmetik dan cat.

3. Algin (Alginat)
Algin ini didapatkan dari rumput laut jenis algae coklat. Algin ini merupakan polimer dari asam uronat yang tersusun dalam bentuk rantai linier panjang. Bentuk algin di pasaran banyak dijumpai dalam bentuk tepung natrium, kalium atau amonium alginat yang larut dalam air.
Kegunaan algin dalam industri ialah sebagai bahan pengental, pengatur keseimbangan, pengemulsi, dan pembentuk lapisan tipis yang tahan terhadap minyak. Algin dalam industri banyak digunakan dalam industri makanan untuk pembuatan es krim, serbat, susu es, roti, kue, permen, mentega, saus, pengalengan daging, selai, sirup, dan puding. Dalam industri farmasi banyak dimanfaatkan untuk tablet, salep, kapsul, plester, dan filter. Industri kosmetik untuk cream, lotion, sampo, cat rambut,. Dan dalam industri lain seperti tekstil, kertas, fotografi, insektisida, pestisida, dan bahan pengawet kayu.

D. Fungsi TON dalam Ekologi Rumput Laut
Rumput laut pertama kali ditemukan hidup secara alami bukan hasil budidaya. Mereka tersebar di perairan sesuai dengan lingkungan yang dibutuhkannya. Rumput laut memerlukan tempat menempel untuk menunjang kehidupannya. Di alam tempat menempel ini bisa berupa karang mati, cangkang moluska, dan bisa juga berupa pasir dan lumpur.

Selain itu rumput laut sangat membutuhkan sinar matahari untuk melangsungkan proses fotosintesa. Banyaknya sinar matahari ini sangat dipengaruhi oleh kecerahan air laut. Supaya kebutuhan sinar matahari tersedia dalam jumlah yang optimal maka harus diatur kedalaman dalam membudidayakannya. Kedalaman idealnya adalah berada 30 – 50 cm dari permukaan air.

Proses fotosintesa rumput laut tidak hanya dipengaruhi oleh sinar matahari saja, tetapi juga membutuhkan unsur hara dalam jumlah yang cukup baik makro maupun mikro. Unsur hara ini banyak didapatkan dari lingkungan air yang diserap langsung oleh seluruh bagian tanaman. Untuk mensuplai unsur hara ini biasanya dilakukan pemupukan selama budidaya. Untuk membantu menyediakan unsur hara dalam jumlah yang optimal dan supaya cepat diserap oleh rumput laut ini, maka harus disediakan unsur hara yang sudah dalam keadaan siap pakai (ionik). Unsur hara ini banyak dikandung dalam TON (Tambak Organik Nusantara).

TON (Tambak Organik Nusantara), mengandung segala bahan-bahan yang dibutuhkan dalam pertumbuhan rumput laut. Baik menyediakan unsur hara mikro lengkap, juga menyediakan unsur makro. Selain itu TON juga akan meningkatkan kualitas rumput laut, karena akan menurunkan tingkat pencemaran logam berat yang juga akan terserap oleh rumput laut. Jika logam berat ini tidak ada yang mengikat, maka akan ikut terserap dalam proses absorbsi unsur hara dari rumput laut, sehingga sangat berbahaya bagi konsumen. Dengan adanya TON, logam berat ini akan terikat dalam bentuk senyawa dan akan mengendap atau sulit terserap oleh proses absorbsi.

Pertumbuhan rumput laut juga dipengaruhi oleh jumlah oksigen terlarut (DO), salinitas (kadar garam) dan temperatur. Kandungan Oksigen selain dipengaruhi oleh gerakan air juga dipengaruhi oleh ketersediaan unsur hara. Sehingga TON juga sangat penting untuk menunjang ketersediaan oksigen di perairan. Temperatur ideal bagi pertumbuhan rumput laut adalah berkisar 200 – 280 C

Dengan tersedianya unsur hara dalam jumlah yang optimal dan kondisi lingkungan yang seimbang karena pengaruh TON, maka kualitas dan kuantitas bahan – bahan yang dikandung oleh rumput laut juga akan meningkat.

Selain itu, pemakaian TON untuk budidaya rumput laut juga akan membantu mengikat senyawa – senyawa dan unsur – unsur berbahaya dalam perairan. Senyawa – senyawa dan unsur-unsur ini jika teradsorbsi dalam sistem metabolisme rumput laut, akan mengganggu pertumbuhan rumput laut dan juga akan menurunkan kualitas hasilnya. Selain itu jika rumput laut ini akan digunakan untuk bahan makanan, akan sangat berbahaya bagi yang menkonsumsinya. Kandungan senyawa karbon aktif dari TON akan sangat membantu untuk mereduksi senyawa-senyawa dan unsur – unsur berbahaya tersebut.

E. Budidaya Rumput Laut dan Cara Pemakaian TON (Tambak Organik Nusantara)
Dalam menjalankan budidaya rumput laut, pertama yang harus diperhatikan adalah pemilihan lokasi budidaya. Sebaiknya lokasi budidaya diusahakan di perairan yang tidak mengalami fluktuasi salinitas (kadar garam) yang besar dan bebas dari pencemaran industri maupun rumah tangga. Selain itu pemilihan lokasi juga harus mempertimbangkan aspek ekonomis dan tenaga kerja.

Budidaya rumput laut dapat dilakukan di areal pantai lepas maupun di tambak. Dalam pembahasan sekarang ini kita akan menekankan pada budidaya di tambak. Hal ini mengingat peran TON yang tidak efektif jika diperairan lepas (pantai). Untuk budidaya perairan lepas dibedakan dalam beberapa metode, yaitu :

1. Metode Lepas Dasar
Dimana cara ini dikerjakan dengan mengikatkan bibit rumput laut pada tali – tali yang dipatok secara berjajar – jajar di daerah perairan laut dengan kedalaman antara 30 – 60 cm. Rumput laut ditanam di dasar perairan.

2. Metode Rakit
Cara ini dikerjakan di perairan yang kedalamannya lebih dari 60 cm. Dikerjakan dengan mengikat bibit rumput di tali – tali yang diikatkan di patok – patok dalam posisi seperti melayang di tengah – tengah kedalaman perairan.

3. Metode Tali Gantung
Jika dua metode di atas posisi bibit – bibit rumput laut dalam posisi horizontal (mendatar), maka metode tali gantung ini dilakukan dengan mengikatkan bibit – bibit rumput laut dalam posisi vertikal (tegak lurus) pada tali – tali yang disusun berjajar.

Pemakaian TON dengan 3 cara di atas hanya dapat dilakukan dengan sistem perendaman bibit. Karena jika TON diaplikasikan di perairan akan tidak efektif dan akan banyak yang hilang oleh arus laut. Metode perendaman bibit dilakukan dengan cara :
1. Larutkan TON dalam air laut yang ditempatkan dalam wadah .
2. Untuk 1 liter air laut diberikan seperempat sendok makan (5 – 10 gr) TON dan tambahkan 1 – 2 cc Hormonik.
3. Rendam selama 4 – 5 jam, dan bibit siap ditanam.

Pemakaian TON akan sangat efektif jika diaplikasikan dalam budidaya rumput laut di tambak. Cara budidaya di tambak ini dapat dilakukan dengan metode tebar. Caranya adalah sebagai berikut :
  1. Tambak harus dilengkapi saluran pemasukan dan pengeluaran.
  2. Tambak dikeringkan dahulu.
  3. Taburkan kapur agar pH-nya netral ( 0,5 – 2 ton per-hektar tergantung kondisi keasaman lahan).
  4. Diamkan selama 1 minggu.
  5. Aplikasikan TON, dengan dosis 1 – 5 botol per-hektar (untuk daerah – daerah yang tingkat pencemarannya tinggi, dosisnya ditinggikan), dengan cara dilarutkan dengan air dahulu, kemudian disebar secara merata di dasar tambak.
  6. Diamkan 1 hari
  7. Masukkan air sampai ketinggian 70 cm.
  8. Tebarkan bibit rumput laut yang sudah direndam dengan TON dan hormonik seperti cara perendaman di atas. Dengan kepadatan 80 – 100 gram/m2.
  9. Bila dasar tambak cukup keras, bibit dapat ditancapkan seperti penanaman padi.
  10. Tidak perlu ditambah pupuk makro.

F. Pemeliharaan dan aplikasi TON (Tambak Organik Nusantara) susulan.
Selama budidaya, harus dilakukan pengawasan secara kontinyu. Khusus untuk budidaya di tambak harus dilakukaan minimal 1 – 2 minggu setelah penebaran bibit, hal ini untuk mengontrol posisi rumput laut yang ditebar. Biasanya karena pengaruh angin, bibit akan mengumpul di areal tertentu, jika demikian harus dipisahkan dan ditebar merata lagi di areal tambak.

Kotoran dalam bentuk debu air (lumpur terlarut/ suspended solid) sering melekat pada tanaman, apalagi pada perairan yang tenang seperti tambak. Pada saat itu, maka tanaman harus digoyang – goyangkan di dalam air agar tanaman selalu bersih dari kotoran yang melekat. Kotoran ini akan mengganggu metabolisme rumput laut. Beberapa tumbuhan laut seperti Ulva, Hypea, Chaetomorpha, dan Enteromorpha sering membelit tanaman. Tumbuhan – tumbuhan tersebut harus segera disingkirkan dan dipisahkan dari rumput laut agar tidak menurunkan kualitas hasil. Caranya dengan mengumpulkannya di darat. Bulu babi, ikan dan penyu merupakan hewan herbivora yang harus dicegah agar tidak memangsa rumput laut. Untuk menghindari itu biasanya dipasang jaring disekeliling daerah budidaya. Untuk budidaya di tambak di lakukan dengan memasang jaring di saluran pemasukan dan pengeluaran.

G. Pemanenan
Pada tahap pemanenan ini harus diperhatikan cara dan waktu yang tepat agar diperoleh hasil yang sesuai dengan permintaan pasar secara kualitas dan kuantitas.

Tanaman dapat dipanen setelah umur 6 – 8 minggu setelah tanam. Cara memanen adalah dengan mengangkat seluruh tanaman rumput laut ke darat. Rumput laut yang dibudidayakan di tambak dipanen dengan cara rumpun tanaman diangkat dan disisakan sedikit untuk dikembangbiakkan lebih lanjut. Atau bisa juga dilakukan dengan cara petik dengan memisahkan cabang – cabang dari tanaman induknya, tetapi cara ini akan berakibat didapatkannya sedikit keraginan dan pertumbuhan tanaman induk untuk budidaya selanjutnya akan menurun.

Jika rumput laut dipanen pada usia sekitar satu bulan, biasanya akan diperoleh perbandingan berat basah dan berat kering 8 : 1, dan jika dipanen pada usia dua bulan biasanya akan didapat perbandingan 6 : 1. Untuk jenis gracilaria biasanya diperoleh hasil panen sekitar 1500 – 2000 kg rumput laut kering per- hektarnya. Diharapkan dengan penggunaan TON (Tambak Organik Nusantara) akan meningkat sekitar 30 – 100 %.

Sumber:
http://budidayaagrokomplek.blogspot.com

Teknis Pemeliharaan Udang Windu Organik

I. Pendahuluan
Budidaya udang windu di Indonesia dimulai pada awal tahun 1980-an, dan mencapai puncak produksi pada tahun 1985-1995. Sehingga pada kurun waktu tersebut udang windu merupakan penghasil devisa terbesar pada produk perikanan. Selepas tahun 1995 produksi udang windu mulai mengalami penurunan. Hal itu disebabkan oleh penurunan mutu lingkungan dan serangan penyakit.

II. Teknis Budidaya
Budidaya udang windu meliputi beberapa faktor, yaitu :

2.1. Syarat Teknis
  • Lokasi yang cocok untuk tambak udang yaitu pada daerah pantai yang mempunyai tanah bertekstur liat atau liat berpasir yang mudah dipadatkan sehingga mampu menahan air dan tidak mudah pecah.
  • Air yang baik yaitu air payau dengan salinitas 0-33 ppt dengan suhu optimal 26 – 300C dan bebas dari pencemaran bahan kimia berbahaya.
  • Mempunyai saluran air masuk/inlet dan saluran air keluar/outlet yang terpisah.
  • Mudah mendapatkan sarana produksi yaitu benur, pakan, pupuk , obat-obatan dan lain-lain.
  • Pada tambak yang intensif harus tersedia aliran listrik dari PLN atau mempunyai Generator sendiri.

2.2. Tipe Budidaya.
Berdasarkan letak, biaya dan operasi pelaksanaannya, tipe budidaya dibedakan menjadi :
  • Tambak Ekstensif atau tradisional.: Petakan tambak biasanya di lahan pasang surut yang umumnya berupa rawa bakau. Ukuran dan bentuk petakan tidak teratur, belum meggunakan pupuk dan obat-obatan dan program pakan tidak teratur.
  • Tambak Semi Intensif.:Lokasi tambak sudah pada daerah terbuka, bentuk petakan teratur tetapi masih berupa petakan yang luas (1-3 ha/petakan), padat penebaran masih rendah, penggunaan pakan buatan masih sedikit.
  • Tambak Intensif.: Lokasi di daerah yang khusus untuk tambak dalam wilayah yang luas, ukuran petakan dibuat kecil untuk efisiensi pengelolaan air dan pengawasan udang, padat tebar tinggi, sudah menggunakan kincir, serta program pakan yang baik.

2.3. Benur
. Benur yang baik mempunyai tingkat kehidupan (Survival Rate/SR) yang tinggi, daya adaptasi terhadap perubahan lingkungan yang tinggi, berwarna tegas/tidak pucat baik hitam maupun merah, aktif bergerak, sehat dan mempunyai alat tubuh yang lengkap. Uji kualitas benur dapat dilakukan secara sederhana, yaitu letakkan sejumlah benur dalam wadah panci atau baskom yang diberi air, aduk air dengan cukup kencang selama 1-3 menit. Benur yang baik dan sehat akan tahan terhadap adukan tersebut dengan berenang melawan arus putaran air, dan setelah arus berhenti, benur tetap aktif bergerak.

2.4. Pengolahan Lahan
Pengolahan lahan, meliputi :
  • Pengangkatan lumpur. Setiap budidaya pasti meninggalkan sisa budidaya yang berupa lumpur organik dari sisa pakan, kotoran udang dan dari udang yang mati. Kotoran tersebut harus dikeluarkan karena bersifat racun yang membahayakan udang. Pengeluaran lumpur dapat dilakukan dengan cara mekanis menggunakan cangkul atau penyedotan dengan pompa air/alkon.
  • Pembalikan Tanah. Tanah di dasar tambak perlu dibalik dengan cara dibajak atau dicangkul untuk membebaskan gas-gas beracun (H2S dan Amoniak) yang terikat pada pertikel tanah, untuk menggemburkan tanah dan membunuh bibit panyakit karena terkena sinar matahari/ultra violet.
  • Pengapuran. Bertujuan untuk menetralkan keasaman tanah dan membunuh bibit-bibit penyakit. Dilakukan dengan kapur Zeolit dan Dolomit dengan dosis masing-masing 1 ton/ha.
  • Pengeringan. Setelah tanah dikapur, biarkan hingga tanah menjadi kering dan pecah-pecah, untuk membunuh bibit penyakit.
  • Perlakuan pupuk TON ( Tambak Organik Nusantara ). Untuk mengembalikan kesuburan lahan serta mempercepat pertumbuhan pakan alami/plankton dan menetralkan senyawa beracun, lahan perlu diberi perlakuan TON dengan dosis 5 botol/ha untuk tambak yang masih baik atau masih baru dan 10 botol TON untuk areal tambak yang sudah rusak. Caranya masukkan sejumlah TON ke dalam air, kemudian aduk hingga larut. Siramkan secara merata ke seluruh areal lahan tambak.

2.5. Pemasukan Air
Setelah dibiarkan 3 hari, air dimasukkan ke tambak. Pemasukan air yang pertama setinggi 10-25 cm dan biarkan beberapa hari, untuk memberi kesempatan bibit-bibit plankton tumbuh setelah dipupuk dengan TON. Setelah itu air dimasukkan hingga minimal 80 cm. Perlakuan Saponen bisa dilakukan untuk membunuh ikan yang masuk ke tambak. Untuk menyuburkan plankton sebelum benur ditebar, air dikapur dengan Dolomit atau Zeolit dengan dosis 600 kg/ha.

2.6. Penebaran Benur.
Tebar benur dilakukan setelah air jadi, yaitu setelah plankton tumbuh yang ditandai dengan kecerahan air kurang lebih 30-40 cm. Penebaran benur dilakukan dengan hati-hati, karena benur masih lemah dan mudah stress pada lingkungan yang baru. Tahap penebaran benur adalah :
  • Adaptasi suhu. Plastik wadah benur direndam selama 15 30 menit, agar terjadi penyesuaian suhu antara air di kolam dan di dalam plastik.
  • Adaptasi udara. Plastik dibuka dan dilipat pada bagian ujungnya. Biarkan terbuka dan terapung selama 15 30 menit agar terjadi pertukaran udara dari udara bebas dengan udara dalam air di plastik.
  • Adaptasi kadar garam/salinitas. Dilakukan dengan cara memercikkan air tambak ke dalam plastik selama 10 menit. Tujuannya agar terjadi percampuran air yang berbeda salinitasnya, sehingga benur dapat menyesuaikan dengan salinitas air tambak.
  • Pengeluaran benur. Dilakukan dengan memasukkan sebagian ujung plastik ke air tambak. Biarkan benur keluar sendiri ke air tambak. Sisa benur yang tidak keluar sendiri, dapat dimasukkan ke tambak dengan hati-hati/perlahan.

2.7. Pemeliharaan.
Pada awal budidaya, sebaiknya di daerah penebaran benur disekat dengan waring atau hapa, untuk memudahkan pemberian pakan. Sekat tersebut dapat diperluas sesuai dengan perkembangan udang, setelah 1 minggu sekat dapat dibuka. Pada bulan pertama yang diperhatikan kualitas air harus selalu stabil. Penambahan atau pergantian air dilakukan dengan hati-hati karena udang masih rentan terhadap perubahan kondisi air yang drastis. Untuk menjaga kestabilan air, setiap penambahan air baru diberi perlakuan TON dengan dosis 1 – 2 botol TON/ha untuk menumbuhkan dan menyuburkan plankton serta menetralkan bahan-bahan beracun dari luar tambak.
Mulai umur 30 hari dilakukan sampling untuk mengetahui pekembanghan udang melalui pertambahan berat udang. Udang yang normal pada umur 30 hari sudah mencapai size (jumlah udang/kg) 250-300. Untuk selanjutnya sampling dilakukan tiap 7-10 hari sekali. Produksi bahan organik terlarut yang berasa dari kotoran dan sisa pakan sudah cukup tinggi, oleh karena itu sebaiknya air diberi perlakuan kapur Zeolit setiap beberapa hari sekali dengan dosis 400 kg/ha. Pada setiap pergantian atau penambahan air baru tetap diberi perlakuan TON.
Mulai umur 60 hari ke atas, yang harus diperhatikan adalah manajemen kualitas air dan kontrol terhadap kondisi udang. Setiap menunjukkkan kondisi air yang jelek (ditandai dengan warna keruh, kecerahan rendah) secepatnya dilakukan pergantian air dan perlakuan TON 1-2 botol/ha. Jika konsentrasi bahan organik dalam tambak yang semakin tinggi, menyebabkan kualitas air/lingkungan hidup udang juga semakin menurun, akibatnya udang mudah mengalami stres, yang ditandai dengan tidak mau makan, kotor dan diam di sudut-sudut tambak, yang dapat menyebabkan terjadinya kanibalisme.

2.8. Panen.
Udang dipanen disebabkan karena tercapainya bobot panen (panen normal) dan karena terserang penyakit (panen emergency). Panen normal biasanya dilakukan pada umur kurang lebih 120 hari, dengan size normal rata-rata 40 – 50. Sedang panen emergency dilakukan jika udang terserang penyakit yang ganas dalam skala luas (misalnya SEMBV/bintik putih). Karena jika tidak segera dipanen, udang akan habis/mati.
Udang yang dipanen dengan syarat mutu yang baik adalah yang berukuran besar, kulit keras, bersih, licin, bersinar, alat tubuh lengkap, masih hidup dan segar. Penangkapan udang pada saat panen dapat dilakukan dengan jala tebar atau jala tarik dan diambil dengan tangan. Saat panen yang baik yaitu malam atau dini hari, agar udang tidak terkena panas sinar matahari sehingga udang yang sudah mati tidak cepat menjadi merah/rusak.

III. Pakan Udang.
Pakan udang ada dua macam, yaitu pakan alami yang terdiri dari plankton, siput-siput kecil, cacing kecil, anak serangga dan detritus (sisa hewan dan tumbuhan yang membusuk). Pakan yang lain adalah pakan buatan berupa pelet. Pada budidaya yang semi intensif apalagi intensif, pakan buatan sangat diperlukan. Karena dengan padat penebaran yang tinggi, pakan alami yang ada tidak akan cukup yang mengakibatkan pertumbuhan udang terhambat dan akan timbul sifat kanibalisme udang.
Pelet udang dibedakan dengan penomoran yang berbeda sesuai dengan pertumbuhan udang yang normal.
  1. Umur 1-10 hari pakan 01
  2. Umur 11-15 hari campuran 01 dengan 02
  3. Umur 16-30 hari pakan 02
  4. Umur 30-35 campuran 02 dengan 03
  5. Umur 36-50 hari pakan 03
  6. Umur 51-55 campuran 03 dengan 04 atau 04S
  7. (jika memakai 04S, diberikan hingga umur 70 hari).
  8. Umur 55 hingga panen pakan 04, jika pada umur 85 hari size rata-rata mencapai 50, digunakan pakan 05 hingga panen.
Kebutuhan pakan awal untuk setiap 100.000 ekor adalah 1 kg, selanjutnya tiap 7 hari sekali ditambah 1 kg hingga umur 30 hari. Mulai umur tersebut dilakukan cek ancho dengan jumlah pakan di ancho 10% dari pakan yang diberikan. Waktu angkat ancho untuk size 1000-166 adalah 3 jam, size 166-66 adalah 2,5 jam, size 66-40 adalah 2,5 jam dan kurang dari 40 adalah 1,5 jam dari pemberian.
Untuk meningkatkan pertumbuhan udang, perlu penambahan nutrisi lengkap dalam pakan. Untuk itu, pakan harus dicampur dengan POC NASA yang mengandung mineral-mineral penting, protein, lemak dan vitamin dengan dosis 5 cc/kg pakan untuk umur dibwah 60 hari dan setelah itu 10 cc/kg pakan hingga panen.

IV. Penyakit.
Beberapa penyakit yang sering menyerang udang adalah ;
  1. Bintik Putih. Penyakit inilah yang menjadi penyebab sebagian besar kegagalan budidaya udang. Disebabkan oleh infeksi virus SEMBV (Systemic Ectodermal Mesodermal Baculo Virus). Serangannya sangat cepat, dalam beberapa jam saja seluruh populasi udang dalam satu kolam dapat mati. Gejalanya : jika udang masih hidup, berenang tidak teratur di permukaan dan jika menabrak tanggul langsung mati, adanya bintik putih di cangkang (Carapace), sangat peka terhadap perubahan lingkungan. Virus dapat berkembang biak dan menyebar lewat inang, yaitu kepiting dan udang liar, terutama udang putih. Belum ada obat untuk penyakit ini, cara mengatasinya adalah dengan diusahakan agar tidak ada kepiting dan udang-udang liar masuk ke kolam budidaya. Kestabilan ekosistem tambak juga harus dijaga agar udang tidak stress dan daya tahan tinggi. Sehingga walaupun telah terinfeksi virus, udang tetap mampu hidup sampai cukup besar untuk dipanen. Untuk menjaga kestabilan ekosistem tambak tersebut tambak perlu dipupuk dengan TON.
  2. Bintik Hitam/Black Spot. Disebabkan oleh virus Monodon Baculo Virus (MBV). Tanda yang nampak yaitu terdapat bintik-bintik hitam di cangkang dan biasanya diikuti dengan infeksi bakteri, sehingga gejala lain yang tampak yaitu adanya kerusakan alat tubuh udang. Cara mencegah : dengan selalu menjaga kualitas air dan kebersihan dasar tambak.
  3. Kotoran Putih/mencret. Disebabkan oleh tingginya konsentrasi kotoran dan gas amoniak dalam tambak. Gejala : mudah dilihat, yaitu adanya kotoran putih di daerah pojok tambak (sesuai arah angin), juga diikuti dengan penurunan nafsu makan sehingga dalam waktu yang lama dapat menyebabkan kematian. Cara mencegah : jaga kualitas air dan dilakukan pengeluaran kotoran dasar tambak/siphon secara rutin.
  4. Insang Merah. Ditandai dengan terbentuknya warna merah pada insang. Disebabkan tingginya keasaman air tambak, sehingga cara mengatasinya dengan penebaran kapur pada kolam budidaya. Pengolahan lahan juga harus ditingkatkan kualitasnya.
  5. Nekrosis. Disebabkan oleh tingginya konsentrasi bakteri dalam air tambak. Gejala yang nampak yaitu adanya kerusakan/luka yang berwarna hitam pada alat tubuh, terutama pada ekor. Cara mengatasinya adalah dengan penggantian air sebanyak-banyaknya ditambah perlakuan TON 1-2 botol/ha, sedangkan pada udang dirangsang untuk segera melakukan ganti kulit (Molting) dengan pemberian saponen atau dengan pengapuran.
  6. Penyakit pada udang sebagian besar disebabkan oleh penurunan kualitas kolam budidaya. Oleh karena itu perlakuan TON sangat diperlukan baik pada saat pengolahan lahan maupun saat pemasukan air baru.
sumber:
http://budidayaagrokomplek.blogspot.com

Teknis Pemeliharaan Bandeng Organik

I. Pendahuluan.
Ikan bandeng merupakan adalah satu jenis ikan penghasil protein hewani yang tinggi. Usaha intensifikasi budidaya perlu dilakukan karena rendahnya produktivitas bandeng dengan budidaya tradisional. Peningkatan sistem budidaya juga harus diikuti dengan penggunaan teknologi baru.

II. Sifat Biologis.
Bandeng termasuk golongan ikan herbivora , yaitu bangsa ikan yang mengkonsumsi tumbuhan. Mampu mencapai berat rata-rata 0,6 kg pada usia 5 – 6 bulan dengan pemeliharaan yang intensif.

III. Penyediaan Benih.
Usaha penyediaan benih (nener) secara kontinyu dengan mutu yang baik dilakukan dengan sistem pembenihan yang intensif pada kolam-kolam khusus, yaitu kolam pematangan induk, pemijahan, peneneran dan kolam pembsaran. Dalam pembenihan bandeng langkah yang dilakukan adalah :

1. Pemilihan induk yang unggul . Induk yang unggul akan menurunkan sifat-sifatnya kepada keturunannya, Ciri-cirinya :
– bentuk normal, perbandingan panjang dan berat ideal.
– ukuran kepala relatif kecil, diantara satu peranakan pertumbuhannya paling cepat.
– susunan sisik teratur, licin, mengkilat, tidak ada luka.
– gerakan lincah dan normal.
– umur antara 4 5 tahun.

2. Merangsang pemijahan. Kematangan gonad dapat dipercepat dengan penggunaan hormone LHRH (Letuizing Hormon Releasing Hormon) melalui suntikan.`

3. Memijahkan. Pemijahan adalah pencampuran induk jantan dan berina yang telah matang sel sperma dan sel telurnya agar terjadi pengeluaran (ejakulasi) kedua sel tersebut. Setelah berada di air, sel sperma akan membuahi sel telur karena sistem pembuahan ikan terjadi diluar tubuh. Pemijahan dilakukan pada kolam khusus pemijahan

4. Penetasan. Telur yang mengapung di kolam pemijahan menetas setelah 24 – 26 jam dari awal pemijahan. Telur yang telah menetas akan menjadi larva yang masih mempunyai cadangan makanan dari kuning telur induk, sehingga belum perlu diberi pakan hingga umur 2 hari.

5. Merawat benih. Setelah berumur 9 hari larva dipindahkan ke kolam pemeliharaan nener . Di kolam ini larva diberi pakan alami berupa plankton. Penumbuhan plankton dilakukan dengan pemupukan dan pengapuran. Pemupukan yang tepat adalah dengan pupuk TON (TAMBAK ORGANIK NUSANTARA) yang mengandung berbagai unsur mineral penting untuk pertumbuhan plankton, diantaranya N,P,K,Mg, Ca, Mg, S, Cl dan lain-lain, juga dilengkapi dengan asam humat dan vulvat yang mempu memperbaiki tekstur dan meningkatkan kesuburan tanah dasar kolam dengan dosis 5 botol TON/ha atau 25 gr (2 sendok makan)/100 m2 pada tiap pemasukan air. Waktu peneneran 8 minggu. Pakan yang diberikan berupa tepung dengan kadar protein 30%. Untuk menambah nutrisi pakan pencampuiran pakan dengan NASA dengan dosis 2 – 5 /kg pakan sangat diperlukan, karena NASA mengandung unsur-unsur mineral penting yaitu N,P,K,Mg,Fe,Ca,S dan lain-lain, vitamin, protein dan lemak untuk meningkatkan pertumbuhan dan kesehatan nener.

IV. Pembesaran.
Setelah dipelihara di kolam peneneran selama 8 minggu, bandeng dipindahkan ke kolam pembesaran. Teknis pembesaran bandeng meliputi beberapa hal, yaitu :
1. Persiapan lahan.
Tahap ini dilakukan sebelum pemasukan air. kegiatan yang dilakukan selama persiapan lahan adalah :
  • Pencangkulan dan pembalikan tanah. Bertujuan untuk membebaskan senyawa dan gas beracun sisa budidaya hasil dekomposisi bahan organik baik dari pakan maupun dari kotoran. Selain itu dengan menjadi gemburnya tanah, aerasi akan berjalan dengan baik sehingga kesuburan lahan akan meningkat.
  • Pengapuran. Selama budidaya, ikan memerlukan kondisi keasaman yang stabil yaitu pada pH 7 – 8. Untuk mengembalikan keasaman tanah pada kondisi tersebut, dilakukan pengapuran karena penimbunan dan pembusukan bahan organik selama budidaya sebelumnya menurunkan pH tanah. Pengapuran juga menyebabkan bakteri dan jamur pembawa penyakit mati karena sulit dapat hidup pada pH tersebut. Pengapuran dengan kapur tohor, dolomit atau zeolit dengan dosis 1 TON /ha atau 10 kg/100 m2.
  • Pemupukan. Fungsi utama pemupukan adalah memberikan unsur hara yang diperlukan bagi pertumbuhan pakan alami, memperbaiki struktur tanah dan menghambat peresapan air pada tanah-tanah yang tidak kedap air (porous). Penggunaan TON untuk pemupukan tanah dasar kolam sangat tepat, karena TON yang mengandung unsur-unsur mineral penting, dan asam-asam organik utama memberikan bahan-bahan yang diperlukan untuk peningkatan kesuburan lahan dan pertumbuhan plankton. Dosis pemupukan TON adalah 5 botol/ha atau 25 gr/100 m2.
  • Pengelolaan air. setelah dilakukan pemupukan dengan TON, air dimasukkan hingga setinggi 10 – 20 cm kemudian dibiarkan beberapa hari, untuk menumbuhkan bibit-bibit plankton. Air dimasukkan hingga setinggi 80 cm atau menyesuaikan dengan kedalaman kolam.

2. Pemindahan nener. Setelah plankton tumbuh (warna air hijau) dan kecerahan sedalam 30 – 40 cm, nener di kolam peneneran dipindahkan ke kolam pembesaran dengan hati-hati dengan adaptasi terhadap lingkungan yang baru.

3. Pemberian Pakan. Sesuai dengan sifat bandeng yang termasuk hewan herbivore, maka ikan ini suka memakan tumbuh-tumbuhan yang ada di kolam. Tumbuhan yang disukai bandeng adalah lumut, ganggang dan klekap. Untuk mempercepat pertumbuhan, perlu pakan buatan pabrik, dengan standar nutrisi yang dibutuhkan untuk tumbuh optimal dengan kadar protein .minimal 25 – 28 %.

Sebagai hewan herbivora, unsur tumbuhan dalam pakan memang sangat penting,. Oleh karena itu, sebaiknya bahan baku unsur protein harus didominasi dari sumber tumbuhan atau nabati dari tepung kedelai atau bungkil kacang tanah. Sebagai acuan pemberian pakan adalah : Jumlah pakan 5 – 7% dari berat badan. Waktu pemberian 3 – 5 kali sehari.

Penambahan NASA pada pakan buatan merupakan pilihan yang tepat untuk meningkatkan pertumbuhan dan ketahanan tubuh bandeng. NASA mengandung mineral-mineral penting, protein, lemak dan vitamin akan menambah kandungan nutrisi pakan. Dosis pencampuran NASA dengan pakan buatan adalah 2 – 5 cc/kg pakan dengan cara :
1. Timbang pakan sesuai dengan kebutuhan bandeng.
2. Basahi pakan dengan sedikit air agar pencampuran dengan NASA dapat merata.
3. Campurkan NASA sesuai jumlah pakan yang diberikan dengan dosis 2 – 5 cc/kg pakan.
4. Pakan siap untuk diberikan.
Pemberian pakan dengan menyebarkan secara merata pada seluruh areal kolam, agar seluruh bandeng dapat pakan.

V. Pengendalian hama dan Penyakit.
Penyakit penting yang sering menyerang bandeng adalah :
  1. Pembusukan sirip, disebabkan oleh bakteri. Gejalanya sirip membusuk dari bagian tepi.
  2. Vibriosis. Disebabkan oleh bakteri Vibriosis sp , gejalanya nafsu makan turun, pembusukan sirip, dan bagian perut bengkak oleh cairan.
  3. Penyakit oleh Protozoa. Gejalanya nafsu makan hilang, mata buta, sisik terkelupas, insang rusak, banyak berlendir.
  4. Penyakit oleh cacing renik. Sering disebabkan oleh cacing Diploctanum yang menyerang bagian insang sehingga menjadi pucat dan berlendir.
  5. Penyakit dari bakteri, parasit dan jamur disebabkan lingkungan yang buruk, dan penurunan daya tahan tubuh ikan. Penurunan kualitas lingkungan disebabkan oleh tingginya timbunan bahan organik dan pencemaran lingkungan dari aliran sungai.. Bahan organik dan kotoran akan membusuk dan manghasilkan gas-gas yang berbahaya. Ketahanan tubuh ikan ditentukan konsumsi nutrisinya. Maka cara pengendalian penyakit harus menitikberatkan pada kedua faktor tersebut. Untuk mengatasi penurunan kualitas lingkungan dapat dilakukan perlakuan TON dengan dosis 5 botol/ha atau 25 gr (2 sendok makan)/100 m2 yang mengandung unsur mineral dan asam-asam organik penting yang mampu menetralkan berbagai gas berbahaya hasil pembusukan kotoran dalam kolam dan unsur mineral akan menyuburkan plankton sebagai pakan alami. Untuk mencukupi kebutuhan nutrisi dalam jumlah yang ideal, perlu diberikan pakan dengan standar protein yang sesuai serta dengan penambahan/pencampuran NASA pada pakan buatan. NASA dengan kandungan mineral-mineral penting, vitamin, asam organic, protein dan lemak akan menambah dan melengkapi nutrisi pakan, sehingga ketahanan tubuh untuk hidup dan berkembang selalu tercukupi.
Sumber :
http://budidayaagrokomplek.blogspot.com