Rabu, 25 Februari 2015

Pengelolaan Kolam Budidaya Ikan

Tahapan yang harus dilakukan meliputi :

1. Pengeringan kolam budidaya ikan
Pengeringan dasar kolam sangat dibutuhkan oleh ikan agar bakteri pembusuk yang dapat menyebabkan ikan sakit, racun sisa dekomposisi selama budidaya terbuang. Pada kolam pemijahan budidaya ikan pengeringan dasar kolam bertujuan agar ikan dapat memijah karena tanah yang dikeringkan dan diairi akan melepaskan bau tertentu yang disebut petrichor, selain itu pengeringan dasar kolam dapat membunuh hama dan penyakit yang ada di dalam kolam Gambar1.


Gambar 1. Pengeringan dasar kolam budidaya ikan

2. Perbaikan pematang kolam budidaya ikan
Perbaikan pematang bertujuan untuk mencegah kebocoran kolam. Kebocoran kolam dapat diakibatkan oleh binatang air seperti belut, kepiting dan hewan air lainnya. Pematang kolam budidaya ikan bocor mengakibatkan air kolam tidak stabil dan benih ikan banyak yang keluar kolam. Perbaikan pematang ini hanya dilakukan pada kolam tanah, sedangkan pada kolam tembok dilakukan perawatan dan pengecekan kebocoran pada setiap bagian pematang.

3. Pengolahan dasar kolam budidaya ikan
Pengolahan dasar kolam dilakukan pada kolam tradisional dan kolam semi intensif dimana dasar kolam berupa tanah. Pengolahan dasar kolam dilakukan dengan mencangkul dasar kolam sedalam 10 – 20 cm. Tanah tersebut dibalik dan dibiarkan kering sampai 3-5 hari.

Tujuan pengolahan dasar kolam adalah mempercepat berlangsungnya proses dekomposisi (penguraian) senyawa-senyawa organik dalam tanah sehingga senyawa senyawa yang beracun yang terdapat di dasar kolam budidaya ikan akan menguap. Tanah yang baru dicangkul diratakan. Setelah dasar kolam rata, lalu dibuat saluran ditengah kolam. Saluran ini disebut kemalir. Kemalir berfungsi untuk memudahkan pemanenan dan sebagai tempat berlindung benih ikan pada siang hari. Saluran pemasukan dan pengeluaran air dilengkapi dengan saringan. Tujuannya untuk menjaga agar tidak ada hama yang masuk ke dalam kolam dan benih ikan budidaya yang ditebarkan tidak kabur atau keluar kolam (Gambar 2).


Gambar 2. Pengolahan tanah dasar kolam budidaya ikan

4. Pengapuran kolam budidaya ikan.
Pengapuran dasar kolam sebaiknya dilakukan setelah pengolahan tanah. Pada saat tanah dibalikkan dan sambil menunggu kering tanah dasar, penebaran kapur dapat dilakukan. Pengapuran merupakan salah satu upaya untuk mempertahankan kestabilan keasaman (pH) tanah dan air, sekaligus memberantas hama penyakit dalam kolam budidaya ikan. Jenis kapur yang digunakan untuk pengapuran kolam ada beberapa macam diantaranya adalah kapur pertanian, yaitu kapur carbonat : CaCO3 atau [CaMg(CO3)]2, dan kapur tohor / kapur aktif (CaO).

Kapur pertanian yang biasa digunakan adalah kapur karbonat yaitu kapur yang bahannya dari batuan kapur tanpa lewat proses pembakaran tapi langsung digiling. Kapur pertanian ada dua yaitu Kalsit dan Dolomit. Kalsit bahan bakunya lebih banyak mengandung karbonat, magnesiumnya sedikit (CaCO3), sedangkan dolomit bahan bakunya banyak mengandung kalsium karbonat dan magnesium karbonat [CaMg(CO3)]2, Dolomit merupakan kapur karbonat yang dimanfaatkan untuk mengapur lahan kolam budidaya ikan bertanah masam. Kapur tohor adalah kapur yang pembuatannya lewat proses pembakaran. Kapur ini dikenal dengan nama kapur sirih, bahannya adalah batuan tohor dari gunung dan kulit kerang.

Dosis kapur yang akan ditebarkan harus tepat ukurannya karena jika berlebihan kapur akan menyebabkan kolam tidak subur, sedangkan bila kekurangan kapur dalam kolam akan menyebabkan tanah dasar kolam menjadi masam. Sebagai acuan dalam memberikan kapur pada kolam budidaya ikan dapat dilihat pada Tabel 1. Tetapi ada juga para petani menggunakan dosis kapur berkisar antara 100 - 200gram/m2 hal ini dilakukan bergantung kepada keasaman tanah kolam.

Tabel 1. Dosis kapur Tohor (CaO) menurut jenis tanah dan macam kolam dengan luas 100 meterpersegi


5. Pemupukan kolam budidaya ikan.
Pemupukan tanah dasar kolam bertujuan untuk meningkatkan kesuburan kolam, memperbaiki struktur tanah dan menghambat peresapan air pada tanah-tanah yang porous serta menumbuhkan phytoplankton dan zooplankton yang digunakan sebagai pakan alami benih ikan dalam kolam budidaya ikan. Jenis pupuk yang biasa digunakan adalah pupuk kandang dan pupuk buatan. Pupuk kandang adalah pupuk yang berasal dari kotoran ternak besar (sapi, kerbau, kuda dan lain-lain) atau kotoran unggas (ayam, itik dan lain-lain) yang telah dikeringkan.

Sedangkan pupuk buatan berupa bahan-bahan kimia yang dibuat manusia dipabrik pupuk yang berguna untuk menyuburkan tanah. Jenis pupuk buatan yang dapat digunakan antara lain adalah pupuk nitrogen (urea, ZA), pupuk phosphor (TSP), pupuk kalium (KCl) dan pupuk NPK yang merupakan gabungan dari ketiga hara tunggal. Dosis pupuk kandang juga bergantung kepada kesuburan kolam ikan, biasanya berkisar antara 100-150 gram/m2 sedangkan untuk kolam budidaya ikan yang kurang kesuburannya dapat ditebarkan kotoran ayam sebanyak 300 – 500 gr/m2 .

Dosis yang digunakan untuk pupuk buatan biasanya berkisar antara 200-300 gram/m2. Kolam dapat juga dipupuk menggunakan, TSP dan Urea masing-masing sebanyak 10 gr/m2 dan kapur pertanian sebanyak 25 – 30 gr/ m2 atau disesuaikan dengan tingkat kesuburan lahan budidaya ikan.

6. Pengairan kolam budidaya ikan
Kolam yang telah dikeringkan, dikapur dan di pupuk tersebut lalu diairi agar pakan alami di kolam tersebut tumbuh dengan subur. Pengairan ini harus dilakukan minimal 4 –7 hari sebelum larva/benih ikan di tebar ke dalam kolam pemeliharaan budidaya ikan agar pakan alami tumbuh dengan sempurna. Ketinggian air di kolam ikan ini bergantung pada jenis kolam, untuk kolam pemijahan ketinggian air 0,75-1,00 m, kolam pemeliharaan 1-1,25 m (Gambar 3).


Gambar 3. Mengairi kolam Wadah budidaya ikan (kolam) yang sudah dipersiapkan dan siap untuk dipergunakan sebagai wadah untuk kegiatan budidaya.

Agar kolam budidaya ikan yang dipergunakan senantiasa baik untuk kegiatan budidaya maka harus selalu dilakukan pengelolaan terhadap kolam budidaya baik kolam pemeliharaan, pemijahan, penetasan telur dan lain sebagainya

Sumber :
http://penyuluhankelautanperikanan.blogspot.com

Pengenalan, Penanggulangan dan Pencegahan Penyakit

Hama dan penyakit ikan merupakan salah satu masalah yang sangat serius dalam usaha budidaya ikan. Dengan semakin berkembangnya teknologi budidaya maka luas areal semakin sempit, padat penebaran semakin tinggi, serta pemberian pakan buatan semakin ditingkatkan. Sementara air yang digunakan, secara bertahap, mengalami pengotoran oleh bahan organik maupun cemaran limbah inustri. Keadaan seperti ini membuka peluang bagi tumbuh dan berkembangnya wabah dan parasit ikan. Oleh karena itu, tidak mengherankan bila kini masalah hama dan penyakit ikan seolah – olah menjadi momok yang sangat menakutkan karena bisa menimbulkan kerugian yang sangat besar.

Berikut penyakit yang sering menyerang dan bagaimana cara penanggulangan dan pencegahan penyakit pada ikan mas.

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TIMBULNYA PENYAKIT

Terdapat banyak faktor yang menentukan seekor ikan menjadi sakit. Faktor utamanya adalah Host (organisme peliharaan/inang), Pathogen (microba, parasit) dan Environment (lingkungan menyangkut fisik, kimia atau tingkah laku seperti stress). Sehingga dapat dikatakan bahwa penyakit merupakan ekspresi dari kompleks interaksi antara host-pathogen-environment. Hal di atas digambarkan oleh Snieszko dalam Zonneveld (1994) melalui 3 lingkaran yang salingoverlapping untuk memperlihatkan interaksi antara host, potential pathogen dan environment(lingkungan).

Snieszko Ring


PENYAKIT NON PARASITER

Penyakit non parasiter yaitu penyakit yang disebabkan bukan oleh hama maupun organisme parasit. Penyakit ini dapat dikelompokkan berdasarkan faktor penyebabnya yaitu lingkungan (dalam hal ini air sebagai media hidup) dan pakan.

a. Lingkungan/Kualitas Air
Perlu diingat bahwa kualitas air memegang peranan penting dalam kegiatan budidaya khususnya dan perikanan pada umumnya. Pada peranan alami kualitas air mempengaruhi seluruh komunitas perairan (bakteri, tanaman, ikan, zooplankton dsb) (Zonneveld,dkk.,1994).

Beberapa kondisi lingkungan yang menyebabkan kematian ikan adalah :
  • Perubahan suhu air secara mendadak
  • pH air yang terlalu rendah atau sangat tinggi
  • Kurangnya oksigen terlarut dalam air.
  • Meningkatnya senyawa-senyawa beracun seperti H2S (gas metan), karbondioksida, ammoniak, adanya polusi pestisida, limbah industri dan rumah tangga
  • Kekeruhan air meningkat/ kecerahan air menurun (Djarijah, 1995).
Deplesi/kekurangan oksigen merupakan salah satu faktor lingkungan yang sering menyebabkan kematian ikan terutama di kolam yang banyak mengandung bahan organik. Secara tidak langsung kekurangan oksigen menyebabkan ikan stress sehingga daya tahan tubuh menurun yang berakibat ikan tersebut mudah diserang organisme pathogen. Faktor utama yang mempengaruhi konsentrasi oksigen dalam kolam adalah fotosintesis, respirasi dan difusi oksigen dari udara ke dalam air. Suhu juga memegang peranan penting dalam ketersediaan oksigen dalam air. Dimana peningkatan suhu air akan menurunkan kemampuan air untuk mengikat oksigen (Afrianto dan Liviawaty, 1992).

Variasi suhu air lebih kecil dan lebih lambat terjadinya bila dibandingkan dengan variasi suhu udara. Hal ini menyebabkan organisme akuatik seringkali kurang dapat mentoleransi perubahan-perubahan suhu (Stenothermal). Akibatnya pencemaran termal yang ringanpun akan dapat berakibat luas. Pertumbuhan embrio ikan mas pada suhu 30 0C mengalami penurunan setengah kali dibanding pada suhu 20 0C (Tamanampo, 1994). Selanjutnya dikemukakan bahwa nafsu makan ikan mas nyata menurun apabila suhu air meningkat. Dari pengamatan di lapangan ditemukan bahwa ikan mas yang dipijahkan di kolam secara alami, baru memijah setelah suhu airnya berkisar 20 – 22 0C (Wardoyo dalamTamanampo, 1994). EIFAC dalam Tamanampo (1994) mengemukakan bahwa ikan mas yang dipelihara pada suhu 24 – 26 0C akan segera mati bila dipindahkan ke dalam perairan bersuhu 38,2 0C secara tiba-tiba tanpa aklimatisasi. Dan kalaupun dapat hidup setelah diaklimatisasi, ikan tersebut akan mengalami hambatan dalam pertumbuhannya dan daya makannya. Selanjutnya Klein dalam Tamanampo (1994) menyatakan bahwa daya racun Potasium Sianida terhadap ikan air tawar adalah dua kali lipat apabila suhu airnya meningkat 10 0C.

b. Pakan

Selain itu, baik buruknya kondisi tubuh ikan juga sangat dipengaruhi oleh faktor pakan yang diberikan. Pakan harus memenuhi kebutuhan ikan dengan memperhatikan kualitas dan kuantitas makanan tersebut.

PENYAKIT PARASITER

Penyakit-penyakit parasiter yang menyerang ikan mas umumnya disebabkan oleh virus, bakteri, jamur, protozoa dan cacing.

a. Virus Penyebab Penyakit

Ephithelioma papulasum merupakan virus yang sering menyerang ikan mas (C. carpio), ikan mas koki (Carassius auratus) dan beberapa jenis ikan hias air tawar. Serangan virus ini mengakibatkan penyakit cacar, dimana pada tubuh ikan timbul bercak-bercak putih seperti susu yang perlahan-lahan membentuk lapisan lebar mirip kaca atau lemak dengan ketebalan antara 1 - 2 mm (Afrianto dan Liviawaty, 1992).

Aktivitas serangan virus bersifat akut (mematikan), menghasilkan kerusakan jaringan cukup luas dan menyebabkan kematian dalam waktu singkat. Infeksi virus sering dilanjutkan dengan infeksi sekunder oleh bakteri ataupun didahului oleh infeksi sekunder oleh organisme parasit misalnya Argulus (kutu ikan), Lernea dan lain-lain.

b. Bakteri Penyebab Penyakit

Berdasarkan reaksi sel bakteri terhadap pewarnaan warna gram, maka bakteri dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu bakteri gram positif (terlihat berwarna biru) dan bakteri gram negatif (berwarna pink atau merah). Kebanyakan bakteri pathogen ikan termasuk golongan gram negatif, seperti Aeromonas sp., Pseudomonas sp., Flexibacter sp. dan Vibrio sp. Diman bakteri-bakteri ini hampir selalu ditemukan dan hidup di air kolam, di permukaan tubuh ikan dan pada organ-organ tubuh bagian dalam ikan. Umumnya ikan mas sering terserang bakteri Aeromonas hydrophilla, A.salmonicida, dan Pseudomonas flourescens.

c. Jamur Penyebab Penyakit

Jamur adalah mikroorganisme yang sering terlihat seperti benang yang tumbuh di bagian dalam atau luar tubuh ikan. Ada beberapa organisme jamur yang sering menimbulkan penyakit pada ikan mas, yaitu Saprolegnea sp. yang menyebabkan penyakit Saprolegniasis, Achlya sp., Branchiomyces sp. Tetapi yang paling akut dan ditakuti adalah Saprolegnea sp. dan Branchiomyces sp, sebab Saprolegnea sp. selain menyerang organisme dewasa juga menyerang telur-telur ikan. Sedangkan Branchiomyces sp. dapat menyebabkan kematian masal pada ikan budidaya.

Jamur Saprolegnea sp. menyerang ikan disebabkan adanya infeksi sekunder oleh organisme lain misalnya bakteri atau copepoda. Selain adanya luka juga juga dikarenakan suhu air menurun sehingga ikan stress. Pada ikan yang terinfeksi akan terlihat adanya sekumpulan hypa (benang-benang halus menyerupai kapas). Biasanya hypa ditemukan di bagian kepala, tutup insang dan sekitar sirip. Ikan-ikan ini biasanya menjadi kurus karena daya makan menurun dan sering menggosok-gosokan tubuhnya pada benda-benda lain.

d. Protozoa Penyebab Penyakit

Protozoa yang sering menyerang ikan mas adalah Icthyopthirius multifilis, Myxobulus sp., Tricodina sp. (Afrianto dan Liviawaty, 1992; Djarijah, 1995). Akibat serangan I. multifilis pada tubuh ikan banyak dijumpai bintik-bintik putih sehingga penyakit ini disebut White spot. Serangan protozoa ini umumnya terjadi pada musim hujan dengan suhu berkisar 20 – 24 0C.Ikan yang terserang akan kehilangan fungsi insang sehingga mengganggu respirasi. Selain itu ikan menjadi malas berenang dan cenderung mengapung di permukaan air.

e. Cacing Penyebab Penyakit

Ada dua jenis cacing Kelas Trematoda yang kerap kali menyerang ikan mas serta ikan-ikan air tawar pada umumnya, yaitu Gyrodactylus sp. dan Dactylogyrus sp. Gyrodactylus sp. biasanya menyerang ikan pada bagian kulit dan sirip sedang Dactylogyrus sp. lebih suka menyerang insang. Cacing-cacing parasit ini akan menyerang ikan pada tingkat pemeliharaan yang cukup padat.

Saprolegnia

Saprolegnia atau dikenal juga sebagai "water molds" dapat menyerang ikan dan juga telur ikan. Mereka umum dijumpai pada air tawar maupun air payau. Jamur ini dapat tumbuh pada selang suhu 0 - 35 °C, dengan selang pertumbuhan optimal 15 - 30 °C. Pada umumnya, Saprolegnia akan menyerang bagian tubuh ikan yang terluka, dan selanjutnya dapat pula menyebar pada jaringan sehat lainnya. Serangan Saprolegnia biasanya berkaitan dengan kondisi kualitas air yang buruk, seperti sirkulasi air rendah, kadar oksigen terlarut rendah, atau kadar amonia tinggi, dan kadar bahan organik tinggi. Kehadiran Saproglegnia sering pulang disertai dengan kahadiran infeksi bakteri Columnaris, atau parasit eksernal lainnya.




Gambar Ikan yang terserang Saprolegnia

Tanda-tanda penyakit

Kehadiran Saprolegnia biasanya ditandai dengan munculnya "benda" seperti kapas, berwarna putih, terkadang dengan kombinasi kelabu dan coklat, pada kulit, sirip, insang, mata atau telur ikan. Apabila anda sempat melihatnya di bawah mikroskop maka akan tampak jamur ini seperti sebuah pohon yang bercabang-cabang.

Pencegahan dan Perawatan

Serangan Saprolegnia dapat dihindari dengan melakukan perawatan yang baik terhadap kondisi akuarium, terutama dengan menjaga kualitas air selalu dalam kondisi optimal, hindari pemeliharaan ikan dengan kepadatan tinggi untuk mencegah terjadinya luka, dan selalu menjaga ikan agar mendapat gizi yang memadai. Apabila gejala serangan Saprolegnia ditemukan, segera lakukan evaluasi kualitas air akuarium anda dan lakukan koreksi yang diperlukan. Apabila kondisi serangan pada ikan parah, lakukan pengobatan. Selain dengan fungisida khusus ikan,perlakuan dengan PK, formalin dan povidone iodine dapat pula mengobati serangan Saprolegnia.

Branchiomycosis

Branchiomyces demigrans atau "Gill Rot (busuk insang)" disebabkan oleh jamurBranchiomyces sanguinis and Branchiomyces demigrans . Spesies jamur ini biasanya dijumpai pada ikan yang mengalami stres lingkungan, seperti pH rendah (5.8 -6.5), kandungan oksigen rendah atau pertumbuhan algae yang berlebih dalam akuarium, Branchiomyces sp.tumbuh pada temperatur 14 - 35°C , pertumbuhan optimal biasanya terjadi pada selang suhu 25 - 31°C. Penyebab utama infeksi biasanya adalah spora jamur yang terbawa air dan kotoran pada dasar akuarium.

Tanda-tanda Penyakit

Branchiomyces sanguinis dan B. demigrans pada umumnya menyerang insang ikan. Ikan yang terjangkit akan menunjukkan gejala bernafas dengan tersengal-sengal dipermukaan air dan malas. Insang tampak mengeras dan berwarna pucat, khususnya pada daerah yang terjangkit. Pengamatan dibawah mikroskop akan sangat membantu mengenali serangan jamur ini. Apabila bagian jaringan yang terserang mati dan lepas, maka spora jamur akan ikut terbebas dan masuk kedalam air sehingga akan memungkinkan untuk menyerang ikan lainnya.

Pencegahan dan Perawatan

Usaha pencegahan merupakan cara yang sangat disarankan untuk mengontrol serangan jamur ini. Pengelolaan lingkungan akuarium yang baik akan menciptakan kondisi yang tidak disukai oleh jamur tersebut untuk tumbuh. Apabila penyakit telah terlanjur berjangkit, segera lakukan isolasi. Formalin dan Copper Sulfat diketahui dapat mencegah kematian akibat infekasi Branchiomycosis. Akuarium yang terjangkit hendaknya segera dikuras, dan dikeringkan serta lakukakan tindakan sterilisasi. Apabila hal ini menyerang ikan dalam kolam, keringkan kolam dan berikan perlakuan dengan kalsium oksida.

Icthyophonus

Icthyophonus disebabkan oleh jamur Icthyophonus hoferi . Jamur ini tumbuh baik pada air tawar maupun air asin (laut). Meskipun demikian, biasanya serangan jamur ini hanya akan terjadi pada air dingin 2 - 20° C. Penyebaran Icthyophonus berlangsung melalu kista yang terbawa kotoran ikan atau akibat kanibalisme terhadap ikan yang terjangkit.





Gambar parasit Icthyophonus hoferi dan daging yang terinfeksi

Tanda-tanda penyakit

Sebaran penyakit biasanya berlangsung melalui pencernaan, yaitu melalui spora yang termakan. Oleh karena itu, ikan yang terserang ringan sampai sedang biasanya tidak menunjukkan gejala penyakit. Pada kasus serangan berat, kulit ikan tampak berubah kasar seperti amplas. Hal ini disebabkan terjadinya infeksi dibagian bawah kulit dan jaringan otot. Ikan dapat pula menunjukkan gejala pembengkokan tulang. Bagian dalam ikan akan pada umumnya tampak membengkak disertai dengan luka-luka berwarna kelabu-putih.

Pencegahan dan Perawatan

Tidak ada pengobatan yang bisa dilakukan terhadap penyakit ini, ikan biasanya akan menjadi carrier sepanjang hidupnya. Pencegahan adalah satu-satunya cara untuk menghindari serangan penyakit Icthyophonus. Pencegahan dapat dilakukan dengan tidak memberikan ikan mentah atau produk ikan mentah pada ikan, kecuali diyakini bahwa pakan ini terbebas dari Icthyophonus hoferi. Memasak terlebih dahulu pakan tersebuti dapat membantu menghilangkan jamur infektif yang terkandung. Apabila Icthyophonus ditemukan pada ikan anda, maka disarankan untuk segera memusnahkan ikan tersebut. Selanjutnya lakukan sterilisasi pada akuarium yang bersangkutan, termasuk filter dan peralatan lainnya. Apabila hal ini menyerang ikan dalam kolam, dan kolam memiliki dasar pasir atau lumpur maka akan diperlukan pengeringan kolam selama berbulan-bulan untuk menghilangkan jamur tersebut.

Sumber :
http://penyuluhankelautanperikanan.blogspot.com/

Jenis dan Daftar Obat Ikan


I. JENIS-JENIS OBAT KERAS

A. Antibiotika tersebut di bawah ini serta derivat-derivat dan garam-garamnya :
  • Albucid, sodium; 
  • Ampicillin, sodium; 
  • Ampicillin Thrihydrate; 
  • Aureomycin; 
  • Bacitracin;
  • Carbenicilin disodium; 
  • Cephaloridine; 
  • Chlortetracycline; 
  • Cloxacillin, sodium; 
  • Colistin Sulfate; 
  • Cycloserine; 
  • Doxycline Hyclate; 
  • Emtrysidina; 
  • Enrofloxacin; 
  • Erythromycin; 
  • Fosfomicina; 
  • Furpyridinol; 
  • Gentamycin sulfate; 
  • Griseofulvin; 
  • Kanamycin; 
  • Lincomycin; 
  • Methacillin sodium; 
  • Neomycin; 
  • Novobiocin; 
  • Oleandomycin; 
  • Oxolinic Acid (Quinolon); 
  • Paromomycin; 
  • Penicilin, Potasium; 
  • Polymyxin B, Sulfate. 
B. Sulfonamida tersebut di bawah ini serta derivat-derivat dan garam-garamnya :
  • Albucid, sodium; 
  • Sulfadiazine; 
  • Sulfadimethoxine Sodium; 
  • Sulfamethazine, Sodium; 
  • Sulfamonomethxine; 
  • Sulfanilamide; 
  • Sulfisoxazole; 
  • Trimethoprim. 
C. Obat-obat anti bakteri yang lain tersebut di bawah ini serta derivat-derivat dan garam-garamnya :
  • Acriflavine (hydrochloride dan neutral); 
  • Basic Bright Green, Oxalate; 
  • Benzentonium chlorida; 
  • Cloxacillin, Sodium; 
  • Merthiolate; 
  • Nifurpyrinol; 
  • Nifurprazine HCL. 
D. Obat-obat antelmintika tersebut di bawah ini serta derivat-derivat dan garam-garamnya :
Antimony Potassium tartrate.

E. Obat-obat anti protozoa tersebut di bawah ini serta derivat-derivat dan garam-garamnya :
Acetarsone.

F. Obat-obat anesthesi tersebut di bawah ini serta derivat-derivat dan garam-garamnya :
  • Ether; 
  • MS-22 (tricaine methanesulfonate); 
  • Propoxate; 
  • Quinaldine sulfate. 
G. Vaksin :
  • Vaksin Aeromonas; 
  • Vaksin Vibrio. 
H. Imunostimulan (Sediaan Biologi) :
  • LPS; 
  • Glucan 
G. Hormon : 17 - Methyl

II. JENIS-JENIS OBAT BEBAS TERBATAS

A. Desinfektan :
  • Acriflavine; 
  • Benzalkonium chloride; 
  • Boric acid; 
  • Calcium hypochlorite (kaporit); 
  • Chloramine – B; 
  • Copper sulfate; 
  • Formalin (37-40%); 
  • Iodophors; 
  • Paraformaldehyde; 
  • Phenoxethol; 
  • Silvol; 
  • Sodium hypochloride; 
  • Sodium Peroxide Pyrophosphate; 
  • Sodium Thiosulfate. 
B. Antiseptik :
  • Betanaphthol; 
  • Chloramine – T; 
  • Potassium Permanganate (PK, KMnO4). 
C. Antibakteri :
  • Atabrine, hyrochloride; 
  • Basic Bright Green, oxalate; 
  • Malachite Green, zinc free oxalate. 
D. Antelmentika :
  • Niclosamide; 
  • Picric Acid. 
E. Feed Additive (imbuhan pakan ikan/udang) :
  • Avilamisina; 
  • Avoparsina; 
  • Bacitracin zink; 
  • Enramisina; 
  • Flavomisina; 
  • Hygromycin B; 
  • Kitasamycin; 
  • Kolistin sulfat feed grade; 
  • Lasalosid; 
  • Linkomisina hidroklorida; 
  • Maduramisina; 
  • Monensin (natrium) 
  • Narasina; 
  • Nistatina; 
  • Salinomycin (natrium); 
  • Spiramycin (base, embonat); 
  • Tiamulin hidrogen fumarat; 
  • Tilocyn; 
  • Virginiamycin; 
  • Aklomide; 
  • Amrolium; 
  • Butynorate; 
  • Clopidol; 
  • Decoquinate; 
  • Ethopabate; 
  • Halquinaol; 
  • Olakuinol; 
  • Sulfanitran. 
III. JENIS-JENIS OBAT BEBAS

A. Desinfektan dan Antiseptik :
  • Calcium chloride; 
  • Calcium Nitrate; 
  • Lysol; 
  • Rivanol; 
  • Hydrogen Peroxida (H2O2) dengan konsentrasi kurang dari 3%. 
B. Antiprotozoa :
  • Calcium Carbonate (Ca CO3); 
  • Sodium Chloride (Na C1/garam dapur). 
C. Antelmintika :
  • Garlic. 
IV. ZAT AKTIF YANG DILARANG BEREDAR DAN DIPERGUNAKAN SEBAGAI OBAT IKAN 
  • Nitrofuran, termasuk Furazolidone dan derivat-derivatnya; 
  • Ronidozol; 
  • Dapson; 
  • Chloramphenicol, termasuk derivat-derivatnya dan garam-garamnya; 
  • Cholichicin; 
  • Chlorpromazone; 
  • Trichlorfon; 
  • Dimetildazole; 
  • Metronidazole; 
  • Aristolochia spp. 

Sumber: Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor: KEP.20/MEN/2003 tentang Klasifikasi Obat Ikan

Petunjuk Praktis Penanggulangan Penyakit Ikan


Dalam kegiatan usaha budidaya, penyakit merupakan salah satu hal yang sering menjadi hambatan pembudidaya ikan untuk melakukan usahanya secara berkesinambungan. Untuk menghindari kerugian yang lebih besar, para pembudidaya ikan perlu dibekali dengan pengetahuan tentang penyakit dan cara menanggulanginya.

Beberapa Jenis Penyakit dan Cara Menanggulangi-nya :

A. Penyakit yang disebabkan parasit

1. Bintik Putih / White Spot

Penyebab :
- Ichthyophthirius multifiliis

Gejala :
- Terdapat bintik putih pada permukaan tubuh
- Tubuhnya berwarna pucat
- Sering menggosokan badannya ke dinding/ dasar kolam
- Megap-megap dan sering berkumpul di sekitar air masuk

Penanggulangan :
- Menaikan suhu di atas 280 C
- Rendam dalam larutan Methylen Blue 3 ppm selama 24 jam
- Rendam dalam larutan NaCl 1-3 gram tiap 100 liter air dengan waktu 5 menit

2. Gatal / Trichodiniasis

Penyebab :
- Trichodina sp

Gejala :
- Keadaan ikan lemah
- Warna tubuh kusam
- Sering menggosokan badannya
- Parasit menempel di seluruh tubuh

Penanggulangan :
- Menjaga kualitas air agar tetap baik
- Rendam dengan larutan Formandehyda sebanyak 40ppm selama 24 jam

3. Myxosporeasis

Penyebab :
- Myxobolus sp
- Myxosoma sp

Gejala :
- Terlihat adanya benjolan di permukaan tubuh atau insang menyerpai tumor
- Ada bintik putih pada bagian kulit dan sirip

Penanggulangan :
- Pengendapan dan penyaringan air
- Diberi PK 10 gram/m3 air selama 5 jam

4. Dactylogylassis
Penyebab :
- Dactylogytus sp
- Gyrodactylus sp

Gejala :
- Ikan lemah nafsu makan berkurang
- Megap-megap seperti kekurangan oksigen

Penanggulangan :
- Rendam dengan NaCl sebanyak 12,5 gram/m3 air selama 24-36 jam

5. Kutilen / Clinostinasis

Penyebab :
- Clinostonum sp

Gejala :
- Ikan kurus,ada bintik-bintik pada kulit/daging

Penanggulangan :
- Membunuh induk semang siput air dengan saponin 5 kg/Ha

6. Lernaeosis

Penyebab :
- Lernaea sp

Gejala :
- Terlihat adanya benda yang tertancap seperti jarum di permukaan tubuh ikan

Penanggulangan :
- Rendam dgn larutan formalin 25 ppm 25 menit
- Rendam dgn larutan pestisida 0,25 ppm selama 10 menit

7. Argulosis
Penyebab :
- Argulus sp

Gejala :
- Ikan kurus, kutu ikan ini dapat dilihat menempel pada ikan

Penanggulangan :
- Rendam dengan NHCl sebanyak 1,5% selama 15 menit
- Rendam dengan NaCl sebanyak 1,25% selama 15 menit

B. Penyakit yang disebabkan jamur

1. Jamur

Penyebab :
- Saprolegnia sp
- Achlya sp

Gejala :
- Terlihat ada benang-benang halus yang menyerupai kapas

Penanggulangan :
- Rendam dengan Malachit green sebanyak 20 gram/m3 air selama 1 jam
- Rendam dengan larutan garam dapur sebanyak 20 gram/m3 air selama 1 jam
- Rendam dgn larutan Methelin Blue 3 ppm selama 10 menit

C. Penyakit yang disebabkan bakteri

1. Columnaris

Penyebab :

- Flexibacter columnaris

Gejala :
- - Lecet pada kulit, kepala dan insang
- - infeksi pada insang

Penanggulangan :
- perbaikan kondisi lingkungan
- mengurangi kandungan bahan organic dalam air
- penambahan oksigen

2. Edwardsielosis

Penyebab :
- Edwardsiela tarda

Gejala :
- Ikan pucat
- Gembung perut
- Pendarahan pada anus
- Mata pudar

Penanggulangan :
- Penyuntikan dengan Oxytetracycline HCl 25 mg/kg ikan

3. Mycobacteriosis
Penyebab :
- Mycobacterium spp

Gejala :
- Lecet seperti cacar
- Ikan lemah mata menonjol
- Pembengkakan pada kulit
- Adanya borok

Penanggulangan :
- Belum diketemukan obatnya

4. Bercak merah/Red spot

Penyebab :
- Aeromonas sp
Gejala :
- Pendarahan pada tubuh ikan terdapat bercak merah pada kulit
- Sisik rontok dan lendir berkurang
- Mata melotot

Penanggulangan :
- Dengan garam dapur sebanyak 5-10% dalam waktu 30-60 menit
- Dengan PK sebanyak 3 gram/m3 air dengan waktu 12 jam

D. Penyakit yang disebabkan virus

1. Chanel Catfish Virus Disease/CCDV

Penyebab :
- Channel Catfish Virus

Gejala :
- Sering menggantung di permukaan
- Hilang keseimbangan
- Bergerak berputar-putar
- Pendarahan pada sirip dan perut

Penanggulangan :
- Belum ditemukan obat yang efektif

Penanggulangan :
- Belum ada jenis obat yang efektif.

sumber :
http://penyuluhankelautanperikanan.blogspot.com/

Pengolahan Dendeng Ikan Lumat

Dendeng daging ikan yang dilumatkan merupakan produk olahan tradisional yang mempunyai cita rasa dan aroma khas, prinsip pengolahannya adalah dengan membuat adonan daging ikan yang dicampur dengan bumbu-bumbu seperti garam, gula, asam, dan bumbu lainnya yang kemudian dibentuk menjadi lembaran tipis dan kemdian dijemur atau dimasukkan ke dalam oven.

Alat yang digunakan

a. Pisau
b. Talenan
c. Pemipih adonan/botol bekas yang higienis
d. Loyang
e. Baskom
f. Lembaran Plastik

Bahan yang Digunakan

a. Bahan Baku :
1. Daging ikan yang telah dilumatkan sebanyak 1.000 gram. Ikan air tawar yang dapat diolah menjadi dendeng seperti ikan nila, patin atau lele.

b. Bumbu :
1. Gula putih : 100 gram
2. Gula merah : 100 gram
3. Garam : 50 gram
4. Asam Jawa : 50 gram
5. Ketumbar : 15 gram
6. Lengkuas : 25 gram
7. Jahe : 5 gram
8. Bawang merah : 50 gram
9. Bawang putih : 50 gram

Langkah Kerja
  1. Daging ikan yang telah di fillet kemudian dilumatkan. Pelumatan daging ini dapat dibantu dengan food processor. Atau dapat diblender tanpa menggunakan air.
  2. Haluskan semua bumbu-bumbu yang ada. Setelah halus, campurkan bumbu-bumbu tersebut ke dalam daging yang telah dilumatkan. Aduk adonan tersebut sampai merata.
  3. Setelah adonan merata, maka langkah selanjutnya adalah mencetak adonan dalam loyang yang telah diberi alas berupa lembaran plastik.
  4. Adonan yang telah dimasukkan dalam loyang dipipihkan menggunakan pemipih adonan yang terbuat dari kayu atau dapat juga menggunakan botol bekas sirup yang sudah dicuci bersih dan higienis. Pipihkan adonan hingga permukaannya rata. Adonan dipipihkan sampai ketebalan + 0,5 cm.
  5. Setelah dipipihkan, adonan dalam loyang tersebut dapat segera dikeringkan dengan cara dijemur di bawah sinar matahari atau dimasukkan dalam oven pada suhu 80-900C sampai adonan kering.
  6. Setelah adonan kering, potong-potong adonan tersebut hingga menyerupai lembaran-lembaran.
  7. Pengemasan dapat dilakukan dengan kantong plastik.
  8. Untuk penyajian, goreng dendeng tersebut dalam api sedang hingga berwarna kecoklatan.




Selamat Mencoba !!!

sumber :
http://adia-luhkan.blogspot.com

Pembekuan Ikan












Pembekuan ikan berarti menyiapkan ikan untuk disimpan di dalam suhu rendah yaitu jauh dibawah titik rendah ikan. Seperti pendinginan, pembekuan bertujuan untuk mengawetkan sifat-sifat lalami ikan. Pembekuan mengubah hampir seluruh kandungan air pada ikan menjadi es, tetapi pada waktu ikan beku dilelehkan kembali untuk digunakan, keadaan ikan harus kembali seperti sebelum dibekukan. Pada prakteknya sangan sulit untuk membekukan seluruh cairan di dalam tubuh ikan karena sebagian cairan itu mempunyai titik beku yang sangat rendah yaitu antara -55°C sampai dengan -65°C. pada umumnya pembekuan sampai -12°C atau -30°C dianggap telah cukup, tergantung pada jangka waktu yang direncanakan.

Alat yang digunakan untuk membekukan ikan disebut freezer. Pada freezer proses pendinginan ikan dikendalikan dengan peralatan mekanis. Bahan pendingin cair dari tangki penampung dimasukkan ke dalam evaporator melalui sebuah katup ekspansi. Dalam evaporator bahan pendingin cair (refrigerant) dipaksa menguap dengan jalan menurunkan tekanannya dengan kompresor. Uap bahan pendingin yang terisap olehkompresor kemudian dimampatkan ke dalam kondensor. Bahan pendingin yang telah menjadi cairan kembali ditampung di dalam sebuah tangki penampung untuk kemudian diuapkan kembali di dalam evaporator. Begitu seterusnya, siklus itu berjalan berulang-ulang sehingga bahan pendingin tidak perlu terbuang.


Gambar 1. Diagram siklus dalam mesin pendingin mekanis (freezer)


Berdasarkan alat yang dipakai cara pembekuan dibagi menjadi 5 golongan sebagai berikut :

Tabel 2. Alat Pembekuan Ikan







Gambar 2. Horizontal plate freezer



Gambar 3. Vertical plate freezer

SUMBER:
http://komunitaspenyuluhperikanan.blogspot.com

Masyamsir, 2001. Modul Penanganan Hasil Perikanan. Departemen Pendidikan Nasional, Proyek Pengembangan Sistem dan Standar Pengelolaan SMK, Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan, Jakarta.

Penggaraman Ikan



Penggaraman merupakan cara pengawetan ikan yang banyak dilakukan oleh pengolah ikan. Ikan yang diawet dengan garam disebut ikan asin.

Garam yang dipakai berupa garam dapur NaCl) baik yang berbentuk kristal maupun larutan.Fungsi garam untuk membunuh bakteri secara langsung.

Kematian bakteri akibat garam menyerap air dari tubuh ikan melalui poses osmosa. Akibatnya air bagi bakteri berkurang sehingga metabolisme bakteri terganggu. Selain itu gram akan menyerap air dari tubuh bakteri itu sendiri hingga bakteri mengalami plasmolisis akhirnya mati.

Penggaraman seringkali dilanjutkan dengan proses pengeringan atau perebusan. Oleh karena itu kita menjumpai tiga macam ikan asin yakni:

a. Ikan asin basah (tidak dikeringkan setelah digarami)
b. Ikan asin kering (dikeringkan setelah digarami)
c. Ikan asin rebus (direbus setelah digarami, misalnya ikan Pindang)

Garam yang digunakan dalam proses penggaraman dapat dikelompokkan menjadi tiga kelas seperti terlihat pada tabel di bawah ini:


Penggaraman dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu penggaraman kering (dry salting), penggaraman basah (wet salting) dan pelumuran garam (kench salting). Penggaraman kering dilakukan dengan menaburkan garam Kristal pada lapisan ikan yang disusun rapi. Dalam proses penggaraman ini cairan tubuh ikan akan diserap oleh kristal garam. Akibatnya kristal garam akan mencair dan terbentuk larutan garam pekat. Jumlah garam yang digunakan umumnya 10%-35% dari berat ikan.

Penggaraman basah dilakukan dengan merendam ikan dalam larutan garam pekat. Bedanya dengan penggaraman kering adalah larutan garam perendam ikan dibuat lebih dulu sehingga konsentrasi larutan ini disesuaikan dengan selera dan keperluan. Umumya larutan garam yang digunakan 30% - 50% (setiap 100 liter larutan garam berisi 30 - 50 kg garam). Kench salting hampir sama dengan penggaraman kering, tetapi larutan garam yang terbentuk dibiarkan mengalir keluar dari wadah. Wadah yang digunakan tidak kedap air tetapi berupa keranjang. Ikan yang dilumuri garam ditumpuk dalam keranjang dan dipadatkan serta ditutup rapat.


Gambar 1. Penggaraman kering

Gambar 2. Penggaraman basah


Gambar 3. Penggaraman cara kench

SUMBER:
http://komunitaspenyuluhperikanan.blogspot.com

Masyamsir, 2001. Modul Penanganan Hasil Perikanan. Departemen Pendidikan Nasional, Proyek Pengembangan Sistem dan Standar Pengelolaan SMK, Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan, Jakarta.

Ikan Asap

Ikan merupakan bahan makanan yang banyak dikonsumsi masyarakat selain sebagai komoditi ekspor. Ikan cepat mengalami proses pembusukan dibandingkan dengan bahan makanan lain. Bakteri dan perubahan kimiawi pada ikan mati menyebabkan pembusukan. Mutu olahan ikan sangat tergantung pada mutu bahan mentahnya.

Tanda ikan yang sudah busuk:
- mata suram dan tenggelam;
- sisik suram dan mudah lepas;
- warna kulit suram dengan lendir tebal;
- insang berwarna kelabu dengan lendir tebal;
- dinding perut lembek;
- warna keseluruhan suram dan berbau busuk.

Tanda ikan yang masih segar:
- daging kenyal;
- mata jernih menonjol;
- sisik kuat dan mengkilat;
- sirip kuat;
- warna keseluruhan termasuk kulit cemerlang;
- insang berwarna merah;
- dinding perut kuat;
- bau ikan segar.

Ikan merupakan salah satu sumber protein hewani yang banyak dikonsumsi masyarakat, mudah didapat, dan harganya murah. Namun ikan cepat mengalami proses pembusukan. Oleh sebab itu pengawetan ikan perlu diketahui semua lapisan masyarakat. Pengawetan ikan secara tradisional bertujuan untuk mengurangi kadar air dalam tubuh ikan, sehingga tidak memberikan kesempatan bagi bakteri untuk berkembang biak. Untuk mendapatkan hasil awetan yang bermutu tinggi diperlukan perlakukan yang baik selama proses pengawetan seperti : menjaga kebersihan bahan dan alat yang digunakan, menggunakan ikan yang masih segar, serta garam yang bersih. Ada bermacam-macam pengawetan ikan, antara lain dengan cara: penggaraman, pengeringan, pemindangan, perasapan, peragian, dan pendinginan ikan.



Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa ikan mempunyai nilai protein tinggi, dan kandungan lemaknya rendah sehingga banyak memberikan manfaat kesehatan bagi tubuh manusia.

Manfaat makan ikan sudah banyak diketahui orang, seperti di negara Jepang dan Taiwan ikan merupakan makanan utama dalam lauk sehari-hari yang memberikan efek awet muda dan harapan hidup lebih tinggi dari negara lainnya.

Penggolahan ikan dengan berbagai cara dan rasa menyebabkan orang mengkonsumsi ikan lebih banyak.

Ikan asap adalah hasil pengawetan ikan secara tradisional yang pengerjaannya merupakan gabungan dari penggaraman (perendaman dalam air garam) dan pengasapan sehingga memberikan rasa khas.

Berbagai cara penggasapan tergantung kepada faktor-faktor berikut :

a. jenis ikan yang diasap;
b. besar kecilnya ikan yang diasap.

BAHAN
1) Ikan bandeng 6 kg
2) Garam 1 kg
3) Arang, potongan kayu, atau serbuk gergaji secukupnya

ALAT
1) Lemari asap (tungku, drum)
2) Pisau
3) Baskom

CARA PEMBUATAN
1) Siangi ikan, cuci, dan kelompokkan menurut ukuran;
2) Masukkan garam ke dalam ½ liter air dan didihkan, kemudian dinginkan.
3) Rendam ikan selama ± 15-20 menit, tiriskan, dan angin-anginkan sampai permukaan kering;
4) Ikat satu persatu kemudian :
  • gantungkan dalam ruang pengasapan, dengan jarak masing-masing ± 1 cm atau;
  • gantung dengan ekor ke bawah dan kepala menghadap ke atas dengan menggunakan kaitan kawat, atau
  • susun satu persatu di atas anyaman bambu, kemudian disusun dalam lemari pengasapan secara berlapis-lapis. Antara masing-masing lapisan diberi jarak kira-kira sama dengan rata-rata panjang ikan. Agar pengasapan merata ikan harus dibolak-balik.
5) Siapkan bahan bakar berupa arang dan potong-potong kayu di bawah ruang pengasap, kemudian bakar;
6) Bubuhkan ampas tebu atau serbuk gergaji sedikit demi sedikit sampai timbul asap :
  • Panas diatur pada suhu ± 700 ~ 800 C. selama 2-3 jam (harus dijaga agar panas merata dan ikan tidak sampai hangus);
  • Panas diatur pada suhu ± 300 ~ 400 C selama 4 jam terus menerus. Hasil pengasapan ditandai dengan bau harum yang khas dari ikan asap;
7) Keluarkan ikan asap dari lemari pengasapan lalu bungkus atau kemas dalam kantong plastik.

Catatan:

1. Ciri-ciri khas ikan asap yang baik adalah :
  • rupa dan warna: produk harus licin, mengkilat, dan berwarna coklat emas muda;
  • bau dan rasa: produk memberikan bau atau aroma yang khas ikan asap (bau asap yang sedap dan merangsang selera);
  • berair.
2. Dengan cara pengasapan pada suhu 700 ~ 800 C, ikan tahan lama disimpan sampai 1 bulan, dibandingkan dengan pengasapan pada suhu 200 - 300C (kurang dari 1 bulan) panas dibandingkan dengan pengasapan pada suhu 200 - 300C. (sampai 1 bulan).

3. Selain bandeng, ikan yang biasa diasap adalah ikan tembang, lemuru, kembung, selar, tongkol, dan cakalang.

SUMBER:
http://komunitaspenyuluhperikanan.blogspot.com
http://www.ristek.go.id
Ikan asap. Jakarta : Dirjen Industri Kecil, Departemen Perindustrian, s.a.
Moeljanto. Pengasapan dan fermentasi. Jakarta : Penebar Swadaya, 1987

Status Perlindungan Terbatas Ikan Napoleon (Cheilinus undulatus)



Ikan Napoleon Wrasse (Cheilinus undulatus) merupakan ikan karang berukuran besar anggota dari familia Labridae, dengan ukuran bisa mencapai 2 m dan berat 190 kg. Ikan ini mempunyai pola reproduksi hermaprodite protogini dengan sebaran di wilayah perairan india-pasifik (Sadovy et al., 2003). Ikan napoleon merupakan jenis ikan karang yang mempunyai daya tarik menarik bagi para penyelam untuk menikmati wisata alam bawah laut. Namun menurut Sadovy et. al (2007) akibat dampak penangkapan berlebih untuk perdagangan ikan karang hidup, ikan napoleon rentan (vulnerable) mengalami kepunahan. Penangkapan ikan napoleon umumnya menggunakan racun sianida dan merusak ekosistem terumbu karang. Penurunan drastis diberbagai tempat menyebabkan ikan napoleon dimasukkan ke dalam daftar CITES appendix II pada tahun 2004.

Namun jauh sebelumnya atas dasar ekses kerusakan habitat yang ditimbulkan oleh penangkapan yang merusak, pemerintah telah mengeluarkan Keputusan Menteri Pertanian Nomor 375/Kpts/IK.250/95 tentang Larangan Penangkapan Ikan Napoleon Wrasse (Cheilinus undulatus) dan dengan Keputusan Dirjen Perikanan Nomor HK.330/Dj.8259/95 tentang ukuran, lokasi dan tata cara penangkapan ikan Napoleon Wrasse. yang ketika itu Dirjen Perikanan masih di bawah Departemen Pertanian. Dalam perjalanan waktu, regulasi-regulasi tersebut kemudian dianggap usang walaupun belum dicabut secara resmi, karena peraturan ini dianggap sudah tidak efektif karena Undang-Undang yang menaunginya (UU No. 9/1985) sudah tidak berlaku, dan kelembagaannya (Dirjen Perikanan) sudah tidak ada. Sehingga perlu adanya suatu review terhadap peraturan tersebut yang didukung oleh scientific review dan dapat dipertanggung jawabkan agar dapat menekan kasus – kasus IUU yang berkembang subur di wilayah abu – abu seperti itu.

Pengaturan
Inisiatif terakhir adalah penegakkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan, Nomor PER.03/MEN/2010, tentang tata cara penetapan status perlindungan jenis ikan. Diharapkan ketetapan ini menjadi pintu masuk bagi perlindungan ikan yang terancam punah, seperti Napoleon Wrasse, dan sekaligus menjadi pedoman dalam penentuan kebijakan (decison making) lebih lanjut.

Oleh karena itu Kementerian Kelautan dan Perikanan mengeluarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 37 Tahun 2013 tentang Penetapan Status Perlindungan Terbatas Ikan Napoleon (Cheilinus undulatus) dalam rangka mereview Kepmentan Nomor 375/Kpts/IK.250/5/95. Didalam Kepmen KP tersebut diatur bahwa ikan napoleon dilarang dimanfaatkan pada ukuran 100 gram – 1000 gram dan ukuran diatas 3000 gram. Pengaturan ini mengakomodir kepentingan ekonomi dan kepentingan konservasi, dimana permintaan pasar ekspor paling banyak pada ukuran tersebut, sedangkan dari sisi konservasi pada ukuran 1000 gram ikan napoleon diprediksi sudah pernah memijah, sehingga memberikan kesempatan kepada napoleon untuk berkembang biak. Selain itu pengaturan ini juga bertujuan untuk meningkatkan rekruitmen juvenile napoleon dari kematian alami di habitatnya, melalui upaya pembesaran dan pembudidayaan di keramba.

Penyusunan Kepmen KP ini telah melewati tahapan sesuai yang diatur dalam Permen KP 03 Tahun 2010, yaitu usulan inisiatif, verifikasi usulan, analisis kebijakan, rekomendasi ilmiah dari LIPI, dan penetapan oleh Menteri.

Sumber:
http://komunitaspenyuluhperikanan.blogspot.com
http://kkji.kp3k.kkp.go.id/index.php/beritabaru/159-kkp-terbitkan-kepmen-perlindungan-terbatas-ikan-napoleon
Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 37 Tahun 2013 tentang Penetapan Status Perlindungan Terbatas Ikan Napoleon (Cheilinus undulatus)

Baso Ikan

PENDAHULUAN
Baso adalah campuran homogen daging, tepung pati dan bumbu yang telah mengalami proses ekstraksi dan pemasak. Cara pembuatan baso tidak sulit. Daging digiling halus dengan screw extruder, kemudian dicampur dengan tepung dan bumbu di dalam alat pencampur yang khusus sehingga bahan tercampur menjadi bahan pasta yang sangat rata dan halus. Setelah itu pata dicetak bulat dan direbus sampai matang. Baso yang bermutu bagus dapat dibuat tanpa penambahan bahan kimia apapun.


Gambar 1. Baso Ikan

BAHAN
1)    Ikan. Ikan yang digunakan adalah ukuran sedang dan besar, seperti ikan tongkol, tuna (sisiak), beledang, tenggiri, dan gabua. Ikan harus seger, semakin segar semakin baik. Ikan segar yang baru ditangkap paling baik digunakan. Ikan yang akan dijadikan baso lebih baik dibekukan secara cepat sebelum digiling. Ikan beku akan memberikan rasa dan aroma baso yang lebih gurih.
2)    Tapioka
3)    Bumbu-bumbu. Rempah-rempah apa saja dapat dijadikan bumbu. Akan tetapi biasanya pengusaha baso menggunakan bawang merah, bawang putih, merica bubuk dan garam.
4)    Telur. Telur tidak selalu digunakan. Telur apa saja dapat digunakan.
5)    Sodium tripoli fosfat. Bahan kimia ini berfungsi sebagai pengemulsi sehingga dihasilkan adonan yang lebih rata (homogen). Adonan yang lebih rata akan memberikan tekstur baso yang lebih baik.

PERALATAN
1)    Penggiling dan Pencampur. Alat ini terdiri dari bagian penggiling baso berupa screw extruder dan pencampur adonan. Pncampur adonan berupa piring baja yang dilengkapi pengaduk sentrifugal yang dipasang mendatar. Pengaduk tersebut berputar dengan kecepatan tinggi sehingga bahan-bahan yang tidak liat dan tidak keras akan dihancurkan.
2)    Ketel perebus. Alat ini digunakan untuk merebus baso mentah menjadi matang. Pengusaha baso biasanya menggunakan panci sebagai ketel perebus.

CARA PEMBUATAN
1) Proses Pendahuluan
Proses pendahuluan dilakukan untuk penyiangan, dan filleting.
a) Penyiangan
-    Mula-mula sisik disikat dari ekor mengarah ke kepala dengan sikat ikan tanpa melukai dagingnya. Kemudian ikan dicuci, dan sisik yang tertinggal dibuang.
-    Bagian di bawah insang dipotong tanpa menyebabkan kepala ikan terpotong. Kemudian perut ikan dibelah dari anus ke arah insang tanpa melukai jeroannya.
-    Perut yang sudah terbelah dibuka. Jeroan dan insang dibuang. Bagian dalam perut disikat dengan ujung pisau untuk membuang sisa-sisa darah.
-    Setelah itu, ikan dicuci sampai bersih.

b) Filleting
-    Daging rusuk di sayat dari arah kepala ke ekor sehingga diperoleh fillet. Daging yang tersisa pada tulang dikerok dengan pisau dan dicampurkan dengan fillet.
-    Kulit pada filletdikelupas dan dipisahkan. Kulit ini tidak digunakan untuk membuat baso.
c) Pembekuan fillet
-    Fillet dibekukan secara cepat. Kemudian digiling sampai halus menjadi bubur ikan.
-    Fillet tidak harus dibekukan, dan dapat langsung digiling.
Tabel 1. Komposisi Bahan-Bahan Penyusun Baso
2) Penyusunan Bahan Baso
Komposisi bahan penyusun baso tergantung kepada rasa baso yang diinginkan. Semakin banyak kandungan ikan, semakin enak rasa basonya.

3) Penggilingan Ikan Menjadi Adonan Baso
Bubur ikan diaduk dan lebih dihaluskan di dalam bagian alat pencampur adonan. Setelah bubur ikan benar-benar rata dan halus ditambahkan bumbu, sodium tripolifosfat, dan tepung sedikit demi sedikit sambil terus diaduk dengan kecepatan tingi. Selama pengadukan, ditambahkan butiran atau bongkahan es. Pengadukan dianggap selesai jika terbentuk adonan yang rata, halus dan dapat dibulatkan bila di remas dengan tangan, kemudian dikeluarkan melalui lobang yang dibentuk oleh telunjuk dan ibu jari.

4) Pembuatan Bulatan Baso Mentah dan Perebusan
Adonan diremas-remas dengan telapak tangan, kemudian dibuat bulatan dengan meremas-remas adonan, kemudian dikeluarkan melalui lobang yang dibentuk oleh telunjuk dan ibu jari. Dengan bantuan ujung sendok terbalik, bulatan adonan secara cepat dimasukkan ke dalam air mendidih. Bila sudah matang, baso akan mengapung. Baso ini dibiarkan mengapung selama 5 menit, kemudian diangkat untuk ditiriskan. Hasil yang diperoleh disebut baso ikan.

5) Penyimpanan
Baso merupakan bahan basah yang mudah rusak. Agar dapat tahan lama, baso harus disimpan di dalam ruang pembeku (freezer) dalam kemasan plastik tertutup rapat. Suhu freezer hendaknya di bawah -180C.

PEMBUATAN KUAH BASO
1) Kuah baso merupakan kaldu daging yang dibumbui. Kebanyakan kuah baso berupa kaldu yang sangat encer karena sangat sedikit menggunakan daging. Kuah baso seperti ini biasanya ditambah monosodium glutamat (MSG) dalam jumlah tinggi (sampai 2% atau 20 gram per liter kuah).

2) Agar kuah baso terasa enak, daging yang digunakan untuk membuat baso sekurang-kurangnya 10% dari jumlah kuah baso yang dihasilkan. Kuah baso seperti itu tidak perlu ditambah MSG.

3) Bahan
o  Air (4 liter)
o  Daging cincang kasar (300 gram)
o  Tulang cincang kasar (250 gram)
o  Bawang putih digiling halus (150 gram)
o  Bawang merah digiling halus (150 gram)
o  Merica halus (25 gram)
o  Seledri segar (5 tangkai)
o  Pala cacahan kasar (10 gram)
o  Kapulaga/gardamungu (4 buah)
o  Garam (secukupnya)

4) Cara Pengolahan
a.     Daging cincang dan tulang direbus di dalam air mendidih selama 30 menit.
b.    Bawang putih, bawang merah dan merica yang telah digiling halus ditumis dengan sedikit minyak sampai harum.
c.     Semua bumbu, kecuali seledri dimasukkan ke dalam rebusan daging dan tulang yang mendidih. Sepuluh menit kemudian ditambahkan irisan seledri, dan kuah baso tetap dibiarkan mendidih sebentar, kemudian diangkat, hasil yang diperoleh adalah kuah baso yang enak dan gurih tanpa bahan kimia tambahan.

SUMBER:
http://komunitaspenyuluhperikanan.blogspot.com
http://www.ristek.go.id
Teknologi Tepat Guna Agroindustri Kecil Sumatera Barat, Hasbullah, Dewan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Industri Sumatera Barat.

Tehnik Memijahkan Ikan Bandeng


Ikan bandeng biasanya memijah pada fase ke enam . ikan ini memijah dalam 2 musim setiap tahunnya di Indonesia. Musim 1 antara bulan februari sampai mei dengan puncaknya pada bulan maret sampai april . musim 2 pada bulan juli sampai desember dengan puncak bulan september sampai oktober.
A.         TEHNIK PEMIJAHAN
Ada dua teknik pemijahan ikan bandeng:
1.   Pemijahan Alami.
a.   Ukuran bak induk 30-100 ton dengan kedalaman 1,5-3,0 meter berbentuk bulat dilengkapi aerasi kuat menggunakan “diffuser” sampai dasar bak serta ditutup dengan jaring.
b.   Pergantian air minimal 150 % setiap hari.
c.   Kepadatan tidak lebih dari satu induk per 2-4 m3 air.
d.   Pemijahan umumnya pada malam hari. Induk jantan mengeluarkan sperma dan induk betina mengeluarkan telur sehingga fertilisasi terjadi secara eksternal.
2.   Pemijahan Buatan.
a. Pemijahan buatan dilakukan melalui rangsangan hormonal. Hormon berbentuk cair diberikan pada saat induk jantan dan betina sudah matang gonad sedang hormon berbentuk padat diberikan setiap bulan (implantasi).
b. Induk bandeng akan memijah setelah 2-15 kali implantasi tergantung dari tingkat kematangan gonad. Hormonyang digunakan untuk implantasi biasanya LHRH –a dan 17 alpha methyltestoterone pada dosis masingmasing 100-200 mikron per ekor induk (> 4 Kg beratnya).
c.   Pemijahan induk betina yang mengandung telur berdiameter lebih dari 750 mikron atau induk jantan yang mengandung sperma tingkat tiga dapat dipercepat dengan penyuntikan hormon LHRH- a pada dosis 5.000-10.000IU per Kg berat tubuh.
d. Volume bak 10-20 kedalaman 1,5-3,0 meter berbentuk bulat terbuat dari serat kaca atau beton ditutup dengan jaring dihindarkan dari kilasan cahaya pada malam hari untuk mencegah induk meloncat keluar tangki.
B.         PERANGSANGAN PEMIJAHAN
Ikan Bandeng sulit memijah secara alami sehingga perlu dilakukan suatu bantuan dalam proses pemijahannya. Teknik yang dapat digunakan adalah Teknologi rekayasa hormonal.  Hormon yang digunakan adalah hormon LHRH (Letuizing Hormon Releasing Hormon) atau Methyl Testosteron.  Hormon ini biasanya Diberikan dalam bentuk pellet hormon dengan cara penyuntikan
Cara penyuntikan pellet hormon ke ikan bandeng :
·         Induk bandeng diletakkan di atas bantalan busa.
·         Lendir yang melapisi bagian punggung  sebelah kanan indukan dibersihkan. Salah satu sisik dilepas dengan pisau kecil kemudian pisau tersebut ditisukkan untuk membuat lubang untuk menanam pellet hormon.
·         Pellet hormon dimasukkan dengan bantuan implanter.
·         Indukan kemudian dimasukkan lagi ke bak pemeliharaan.
Pemijahan telur dan spermatozoa bandeng yaitu :
Pemijahan ini terjadi pada malam hari dan memerlukan paling sedikit 300 ton air dengan salinitas 30 permil. bak tempat pemijahan tersebut diaerasi. Kemudian terjadi pembuahan telur sehingga dihasilkan zigot.
telur akan terapung dalam air bak pemijahan sehingga harus dipindahkan ke bak inkubasi telur dimana pengambilan telur menggunakan aliran air yang diberi saringan berukuran 850 mikron.
Inkubasi telur
·           Telur tersebut diinkubasi selama 6 jam
·           Inkubasi pada bak inkubasi
·           salinitas bak sebesar 30 permil
·           Setelah selesai kemudian dipindahkan ke bak penetasan
·           Pemindahan dilakukan dengan peningkatan salinitas menjadin 40 per mil dengan tujuan mempermiudah penyerokan.
C.         PENANGANAN TELUR
a.   Telur ikan bandeng yang dibuahi berwarna transparan, mengapung pada salinitas > 30 ppt, sedang tidak dibuahi akan tenggelam dan berwarna putih keruh.
b. Selama inkubasi, telur harus diaerasi yang cukup hingga telur pada tingkat embrio. Sesaat sebelum telur dipindahkan aerasi dihentikan. Selanjutnya telur yang mengapung dipindahkan secara hati-hati ke dalam bak penetasan/perawatan larva. Kepadatan telur yang ideal dalam bak penetasan antara 20-30 butir per liter.
c.   Masa kritis telur terjadi antara 4-8 jam setelah pembuahan. Dalam keadaan tersebut penanganan dilakukan dengan sangat hati-hati untuk menghindarkan benturan antar telur yang dapat mengakibatkan menurunnya daya tetas telur. Pengangkatan telur pada fase ini belum bisa dilakukan.
d. Setelah telur dipanen dilakukan desinfeksi telur yang menggunakan larutan formalin 40 % selama 10-15 menit untuk menghindarkan telur dari bakteri, penyakit dan parasit.
D.         PEMELIHARAAN LARVA
a.   Air media pemeliharaan larva yang bebas dari pencemaran, suhu 27-310 C salinitas 30 ppt, pH 8 dan oksigen 5-7 ppm diisikan kedalam bak tidak kurang dari 100 cm yang sudah dipersiapkan dan dilengkapi sistem aerasi dan batu aerasi dipasang dengan jarak antara 100 cm batu aerasi.
b.   Larva umur 0-2 hari kebutuhan makananya masih dipenuhi oleh kuning telur sebagai cadangan makanannya. Setelah hari kedua setelah ditetaskan diberi pakan alami yaitu chlorella dan rotifera. Masa pemeliharaan berlangsung 21-25 hari saat larva sudah berubah menjadi nener.
c.   Pada hari ke nol telur-telur yang tidak menetes, cangkang telur larva yang baru menetas perlu disiphon sampai hari ke 8-10 larva dipelihara pada kondisi air stagnan dan setelah hari ke 10 dilakukan pergantian air 10% meningkat secara bertahap sampai 100% menjelang panen.
d. Masa kritis dalam pemeliharaan larva biasanya terjadi mulai hari ke 3-4 sampai ke 7-8. Untuk mengurangi jumlah kematian larva, jumlah pakan yang diberikan dan kualitas air pemeluharan perlu terus dipertahankan pada kisaran optimal.
e. Nener yang tumbuh normal dan sehat umumnya berukuran panjang 12- 16 mm dan berat 0,006-0,012 gram dapat dipelihara sampai umur 25 hari saat penampakan morfologisnya sudah menyamai bandeng dewasa.





·