Ikan bandeng biasanya memijah pada
fase ke enam
. ikan ini memijah dalam 2 musim setiap tahunnya di Indonesia. Musim 1 antara
bulan februari sampai mei
dengan puncaknya pada bulan maret
sampai april . musim 2 pada bulan juli
sampai desember dengan puncak bulan
september sampai oktober.
A. TEHNIK
PEMIJAHAN
Ada dua teknik pemijahan ikan bandeng:
1. Pemijahan Alami.
a. Ukuran bak induk 30-100
ton dengan kedalaman 1,5-3,0 meter berbentuk bulat dilengkapi aerasi kuat
menggunakan “diffuser” sampai dasar bak serta ditutup dengan jaring.
b. Pergantian air minimal
150 % setiap hari.
c. Kepadatan tidak lebih
dari satu induk per 2-4 m3 air.
d. Pemijahan umumnya pada
malam hari. Induk jantan mengeluarkan sperma dan induk betina mengeluarkan
telur sehingga fertilisasi terjadi secara eksternal.
2. Pemijahan Buatan.
a. Pemijahan buatan dilakukan melalui rangsangan hormonal. Hormon
berbentuk cair diberikan pada saat induk jantan dan betina sudah matang gonad
sedang hormon berbentuk padat diberikan setiap bulan (implantasi).
b. Induk bandeng akan memijah setelah 2-15 kali implantasi
tergantung dari tingkat kematangan gonad. Hormonyang digunakan untuk implantasi
biasanya LHRH –a dan 17 alpha methyltestoterone pada dosis masingmasing 100-200
mikron per ekor induk (> 4 Kg beratnya).
c. Pemijahan induk betina
yang mengandung telur berdiameter lebih dari 750 mikron atau induk jantan yang
mengandung sperma tingkat tiga dapat dipercepat dengan penyuntikan hormon LHRH-
a pada dosis 5.000-10.000IU per Kg berat tubuh.
d. Volume bak 10-20 kedalaman 1,5-3,0 meter berbentuk bulat
terbuat dari serat kaca atau beton ditutup dengan jaring dihindarkan dari
kilasan cahaya pada malam hari untuk mencegah induk meloncat keluar tangki.
B. PERANGSANGAN PEMIJAHAN
Ikan
Bandeng sulit memijah secara alami sehingga perlu dilakukan suatu bantuan dalam
proses pemijahannya. Teknik yang dapat digunakan adalah Teknologi rekayasa
hormonal. Hormon yang digunakan adalah hormon LHRH (Letuizing Hormon Releasing
Hormon) atau Methyl Testosteron. Hormon ini biasanya Diberikan dalam
bentuk pellet hormon dengan
cara penyuntikan
Cara
penyuntikan pellet hormon ke ikan bandeng :
·
Induk bandeng diletakkan di atas bantalan busa.
·
Lendir yang melapisi bagian punggung sebelah kanan indukan
dibersihkan. Salah satu sisik dilepas dengan pisau kecil kemudian pisau
tersebut ditisukkan untuk membuat lubang untuk menanam pellet hormon.
·
Pellet hormon dimasukkan dengan bantuan implanter.
·
Indukan kemudian dimasukkan lagi ke bak pemeliharaan.
Pemijahan
telur dan spermatozoa bandeng yaitu :
Pemijahan
ini terjadi pada malam hari dan memerlukan paling sedikit 300 ton air dengan
salinitas 30 permil. bak tempat pemijahan tersebut diaerasi. Kemudian terjadi
pembuahan telur sehingga dihasilkan zigot.
telur
akan terapung dalam air bak pemijahan sehingga harus dipindahkan ke bak
inkubasi telur dimana pengambilan telur menggunakan aliran air yang diberi
saringan berukuran 850 mikron.
Inkubasi
telur
·
Telur tersebut diinkubasi selama 6 jam
·
Inkubasi pada bak inkubasi
·
salinitas bak sebesar 30 permil
·
Setelah selesai kemudian dipindahkan ke bak penetasan
·
Pemindahan dilakukan dengan peningkatan salinitas menjadin 40 per
mil dengan tujuan mempermiudah penyerokan.
C. PENANGANAN
TELUR
a. Telur ikan bandeng yang
dibuahi berwarna transparan, mengapung pada salinitas > 30 ppt, sedang tidak
dibuahi akan tenggelam dan berwarna putih keruh.
b. Selama inkubasi, telur harus diaerasi yang cukup hingga telur
pada tingkat embrio. Sesaat sebelum telur dipindahkan aerasi dihentikan.
Selanjutnya telur yang mengapung dipindahkan secara hati-hati ke dalam bak
penetasan/perawatan larva. Kepadatan telur yang ideal dalam bak penetasan
antara 20-30 butir per liter.
c. Masa kritis telur
terjadi antara 4-8 jam setelah pembuahan. Dalam keadaan tersebut penanganan
dilakukan dengan sangat hati-hati untuk menghindarkan benturan antar telur yang
dapat mengakibatkan menurunnya daya tetas telur. Pengangkatan telur pada fase
ini belum bisa dilakukan.
d. Setelah telur dipanen dilakukan desinfeksi telur yang
menggunakan larutan formalin 40 % selama 10-15 menit untuk menghindarkan telur
dari bakteri, penyakit dan parasit.
D. PEMELIHARAAN
LARVA
a. Air media pemeliharaan
larva yang bebas dari pencemaran, suhu 27-310 C salinitas 30 ppt, pH 8 dan
oksigen 5-7 ppm diisikan kedalam bak tidak kurang dari 100 cm yang sudah
dipersiapkan dan dilengkapi sistem aerasi dan batu aerasi dipasang dengan jarak
antara 100 cm batu aerasi.
b. Larva umur 0-2 hari
kebutuhan makananya masih dipenuhi oleh kuning telur sebagai cadangan
makanannya. Setelah hari kedua setelah ditetaskan diberi pakan alami yaitu
chlorella dan rotifera. Masa pemeliharaan berlangsung 21-25 hari saat larva
sudah berubah menjadi nener.
c. Pada hari ke nol
telur-telur yang tidak menetes, cangkang telur larva yang baru menetas perlu
disiphon sampai hari ke 8-10 larva dipelihara pada kondisi air stagnan dan
setelah hari ke 10 dilakukan pergantian air 10% meningkat secara bertahap
sampai 100% menjelang panen.
d. Masa kritis dalam pemeliharaan larva biasanya terjadi mulai
hari ke 3-4 sampai ke 7-8. Untuk mengurangi jumlah kematian larva, jumlah pakan
yang diberikan dan kualitas air pemeluharan perlu terus dipertahankan pada
kisaran optimal.
e. Nener yang tumbuh normal dan sehat umumnya berukuran panjang
12- 16 mm dan berat 0,006-0,012 gram dapat dipelihara sampai umur 25 hari saat
penampakan morfologisnya sudah menyamai bandeng dewasa.
·
Tidak ada komentar:
Posting Komentar