Udang sebagai biota budidaya akan dapat hidup
dan tumbuh normal bila dipelihara pada kondisi lingkungan yang baik
dan nyaman. Artinya, lingkungan hidup udang berada pada kondisi nilai parameter
yang optimum untuk pertumbuhan serta dalam keadaan stabil atau tidak terjadi
perubahan nilai parameter lingkungan yang drastis selama proses budidaya.
Perubahan lingkungan secara drastis akan menyebabkan energi yang
digunakan untuk proses adaptasi terhadap lingkungan lebih banyak. Akibatnya
pertumbuhan menjadi rendah dan kondisi lemah sehingga mudah terserang patogen
penyakit.
Kegagalan budidaya udang di tambak
diantaranya disebabkan oleh benih yang tidak berkualitas, lingkungan kawasan
tambak tempat budidaya udang yang sudah tercemar atau tertular penyakit, dan
perubahan kualitas air petak budidaya yang ekstrim selama proses pemeliharaan.
SUHU
Suhu air tambak tergantung cuaca dan
berpengaruh langsung terhadap nafsu makan. Laju komsumsi pakan, menurun hingga
mencapai 50% pada suhu kurang dari 26 oC.
Suhu air di bagian dasar tambak juga di
pengaruhi oleh kedalaman air, tingkat kecerahan dan gerakan air. Tingkat
kecerahan akan menghambat penetrasi cahaya dalam air. Untuk teknologi
intensif, penggunaan kincir akan mampu meratakan suhu air setiap lapisan kolom
air tambak.
Penebaran kapur tohor (CaO) yang digiling
pada malam hari dengan dosis 3-5 ppm dapat membantu menahan agar suhu pada
malam hari tidak turun. Hidroksida kapur tohor dapat menghasilkan panas.
Pemberian kapur tersebut bila pH air masih kurang dari 8,5.
Warna Air dan Tingkat Kecerahan
Air tambak yang baik banyak mengandung
berbagai jenis plankton dengan dominasi phytoplankton terutama dari kelas
Chloropiceae lebih dari 80%. Perubahan warna air menunjukan terjadinya
perubahan dominasi plankton dan menjadi indikator bagi biota budidaya.
Phytoplankton dan makroalga juga berperan sebagai produsen primer oksigen
terlarut. Bagi tambak teknologi sederhana atau semi intensif yang tidak
menggunakan kincir air di siang hari, oksigen terlarut dapat dihasilkan dari
proses fotosintesa pada seluruh kolom air. Pengaturan kedalaman air tambak akan
memungkinkan terjadi penetrasi cahaya dari permukaan hingga dasar tambak.
Caranya, mengatur kedalaman air dengan ketinggian dua kali nilai kecerahan.
Di tambak sederhana, populasi ganggang
(makroalga) maksimum 30% dari luasan tambak dan sebarannya merata dalam
petakan. Maksudnya, agar terjadi penyebaran produsen oksigen terlarut pada
siang hari maupun konsumsi oksigen karena respirasi pada malam hari.
Dan agar makroalga dapat tumbuh, diperlukan
unsur hara. Secara umum faktor pembatas unsur hara adalah phospat (P2O5) dangan
kandungan otimum lebih dari 0,25 ppm. Penyediaan phospat dalam air tergantung
dari sumber air. Sumber phospat adalah batuan phospat. Diduga, sumber air
tambak yang berasal dari laut sangat sedikit mengandung phospat dibanding air
dari sungai yang bersumber dari daratan yang mengandung bantuan. Beberapa
kajian yang telah dilakukan dengan pemberian pupuk phosfat secara rutin tiap
4-7 hari sekali dengan dosis 1-2 ppm dan dolomit (Ca,Mg,CO3) dosis 3 ppm dapat
mempertahankan kesuburan plankton. Ketika plankton belum tumbuh, aplikasi pupuk
phospat dan dolomit dapat dilakukan tiap hari.
Alkalinitas
Alkalinitas merupakan penyangga (buffer) perubahan pH air dan indikasi kesuburan yang diukur dengan kandungan karbonat. Alkalinitas optimal pada nilai 90-150 ppm. Alkalinitas rendah diatasi dengan pengapuran, dosis 5 ppm. Dan jenis kapur yang digunakan disesuaikan kondisi pH air sehingga pengaruh pengapuran tidak membuat pH air tinggi, serta disesuaikan dengan keperluan dan fungsinya. Jenis kapur hidroksida Ca(OH)2 diaplikasikan untuk menaikkan alkalinitas sekaligus menaikan pH air. Sementara apabila pH air tinggi, menaikkan alkalinitas menggunakan kapur carbonat (CaCO3) atau kaptan dan dolomit.
Alkalinitas merupakan penyangga (buffer) perubahan pH air dan indikasi kesuburan yang diukur dengan kandungan karbonat. Alkalinitas optimal pada nilai 90-150 ppm. Alkalinitas rendah diatasi dengan pengapuran, dosis 5 ppm. Dan jenis kapur yang digunakan disesuaikan kondisi pH air sehingga pengaruh pengapuran tidak membuat pH air tinggi, serta disesuaikan dengan keperluan dan fungsinya. Jenis kapur hidroksida Ca(OH)2 diaplikasikan untuk menaikkan alkalinitas sekaligus menaikan pH air. Sementara apabila pH air tinggi, menaikkan alkalinitas menggunakan kapur carbonat (CaCO3) atau kaptan dan dolomit.
pH AIR
Kisaran pH air tambak udang yang optimum
adalah 7,5-8,5. Pengukuran pH dilakukan pada pagi pukul 05.00 (sebelum
matahari terbit) dan sore hari sekitar pukul 16.00. Nilai fluktuasi pH
pagi dan sore hari dapat digunakan sebagai indikator proses kimia dan biologis.
Pada waktu malam hari semua biota dalam air melakukan respirasi menghasilkan
CO2 sehingga nilai pH turun. Sebaliknya pada siang hari terjadi proses
fotosintesa oleh phytoplankton, makroalga dan tanaman air lainnya dengan
menggunakan CO2 sehingga menyebabkan nilai pH naik.
Kisaran optimal fluktuasi nilai pH air pagi
dan sore adalah 0,2-0,5. Fluktuasi nilai pH harian yang lebih dari 0,5
menunjukan bahwa karbonat dalam air sebagai penyangga adalah kurang.
Sebaliknya bila fluktuasi kurang dari 0,2 atau bahkan sore hari sama dengan
pagi hari, menunjukkan fotosintesis tidak berjalan normal. Kondisi lingkungan
lebih berbahaya bila nilai pH pagi lebih tinggi dari sore hari.
SALINITAS
Fluktuasi harian salinitas pada petak pembesaran udang dipertahankan tidak lebih dari 3 ppt per hari untuk menghindari stres pada udang. Fungsi tandon adalah untuk persediaan air sehingga dapat menekan fluktuasi salinitas yang tinggi. Sebelum melakukan pergantian atau penambahan air, dilakukan pengontrolan salinitas antara petak pembesaran udang dan petak biofilter dengan perbedaan tidak lebih dari 3 ppt. Pembesaran udang dapat dilakukan pada salinitas rendah atau payau maupun pada salinitas yang tinggi. Yang penting, tidak terjadi perubahan salinitas yang drastis.
BAHAN ORGANIK
Kandungan total bahan organik merupakan
sumber terjadinya senyawa yang dapat meracuni udang dalam proses anaerob atau
reaksi reduksi. Peningkatan kandungan N-organik disebabkan sisa pakan yang
tidak dikonsumsi, kotoran udang, kematian plankton atau tanaman air lainnya, bahan
organik yang masuk pada saat pergantian air. Kandungan bahan organik yang
tinggi lebih dari 150 ppm menunjukkan kualitas air yang menurun. Proses
perombakan bahan organik tidak dapat berlangsung dengan sempurna
Penguraian bahan organik akan berlangsung
cepat apabila komposisi C/N rasio dalam bahan organik tersebut lebih dari 10.
Oleh karena itu di beberapa lokasi kajian dilakukan penambahan sumber karbon
(C-organik). Sumber C-organik yang digunakan adalah tepung tapioka.
Aplikasi tepung tapioka diberikan 1-2 kali per minggu. Dosis pemberian adalah
10% dari jumlah total protein (crude protein) dari pakan komersial yang telah
diberikan. Sebagai dampak dari perlakukan ini terjadinya penurunan bahan
organik dan pertumbuhan plankton yang ditandai warna hijau.
LUMPUR DASAR TAMBAK
Nilai redoks potensial lumpur
dasar tambak menunjukkan kondisi tanah yang dapat digunakan untuk mengikuti
perkembangan fenomena reaksi kimia dan biologi dalam tambak. Nilai redoks
potensial negatif menunjukkan terjadinya reaksi reduksi, yang dapat
menghasilkan senyawa yang bersifat racun terhadap udang seperti senyawa sulfida
(H2S), nitrit dan amonia. Oleh sebab itu sangat penting melakukan pengamatan
lumpur dasar selama pemeliharaan untuk menentukan perlakuan.
Kondisi lumpur dasar tambak selama
pemeliharaan juga sangat ditentukan oleh manajemen pakan tambahan. Dampak
penggunaan pakan yang tidak terkontrol juga akan menyebabkan permasalahan
memburuknya lingkungan tambak yang dapat menyebabkan penyakit dan kematian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar