Minggu, 14 Juni 2015

Konstruksi Rumpon




Sebagaimana yang kita ketahui, bahwa Rumpon yang dikenal sebagai tempat untuk menemtukan dan memastikan bagi ikan untuk tetap berkumpul ditempatnya, ini memiliki Konstruksi. Adapun Konstruksi tersebut merupakan suatu model yang dapat ditentukan. Komponen rumpon secara umum terdiri dari, ponton dan komponen bagian atas, tali rumpon, rantai bawah dan jangkar. Perhatikan skematik rumpan pada gambar 2.1

Kamis, 11 Juni 2015

Mencegah Penyakit Aeromonas pada Ikan Lele dengan Obat Herbal


Dalam proses pembudidayaan ikan, salah satu permasalahan yang selalu menjadi momok bagi para pembudidaya ikan adalah masalah penyakit seperti penyakit Aeromonas yang dapat menyebabkan hasil produksi tidak optimal. Ikan yang terserang oleh penyakit ini ditandai dengan gejala-gejala sebagai berikut: 
  

               Gambar :  Lele yang terinfeksi Aeromonas
  • terdapat bercak merah pada bagian dada, perut, dan pangkal sirip, 
  • berkurangnya selaput lendir (mucus),
  • sisik rusak dan rontok 
  • sirip punggung, dada dan ekor rusak dan pecah-pecah, menyebabkan ikan lemah dan kehilangan keseimbangan. 

Teknik Pemilihan dan Penanaman Rumput Laut

Bibit sebaiknya dipilih dari tanaman yang masih segar yang dapat diperoleh dari tanaman rumput laut yang tumbuh secara alami maupun dari tanaman budidaya. Penyediaannya segera dilakukan setelah konstruksi rakit kegiatan budidaya telah terpasang dan sumber bibit telah tersedia. Bibit yang digunakan berupa stek, harus baru, serta masih muda dan banyak cabang.

Kriteria Bibit :
Dalam penyediaan bibit sebaiknya diseleksi bibit yang baik dari hasil panen dengan ciri-ciri : (a). Bercabang banyak, rimbun dan runcing (b). Tidak terdapat bercak dan terkelupas (c). Warna spesifik (cerah). (d). Umur 25 – 35 hari. Berat bibit yang ditanam adalah antara 50 – 100 gram per rumpun dan (e). Tidak terkena penyakit ice-ice.

Pengendalian Hama - Penyakit pada Budidaya Ikan Gurame

Dalam melakukan usaha budidaya ikan, keberadaan hama dan penyakit seolah menjadi hal yang sangat lumrah untuk dijumpai apalagi pada ikan gurame. Ketepatan dalam pengendalian hama dan penyakit ikan menjadi faktor kunci penentu keberhasilan suatu usaha budidaya ikan. Berikut ini akan dijelaskan teknik pengendalian hama dan penyakit yang sering dijumpai pada usaha budidaya ikan gurame


Penanganan Pasca Panen Kepiting Hidup

Pada umumnya kepiting dijual dalam bentuk daging yang dikemas dalam kaleng atau dijual dalam keadaan hidup. Kepiting hidup memiliki harga yang tinggi dan dapat menjangkau pasar yang jauh.

Beberapa prinsip penanganan kepiting hasil panen perlu memperhatikan faktor-faktor waktu, suhu, higienis (kebersihan) sejak kepiting itu dipanen hingga diserahkan kepada pembeli atau diolah. Panen perlu dilakukan secara cepat dan hati-hati untuk menghindari stres yang berlebihan.

Faktor suhu dapat mempengaruhi laju kecepatan metabolisme (pencernaan), kesehatan, kesegaran dan laju dehidrasi (kehilangan cairan tubuh). Kehilangan berat sekitar 3 - 4% akibat dehidrasi pada proses penyimpanan kepiting tanpa air dapat menyebabkan kematian. Selain itu, Penyimpanan kepiting tanpa air pada suhu dingin (< 140 C) atau suhu panas (> 320 C) dapat menyebabkan kematian kepiting karena lingkungan hidup kepiting berkisar antara 120 C sampai dengan 320 C.

Analisa Usaha Mina Padi

Mina padi adalah salah satu tipe budidaya ikan di sawah dimana ikan dan padi ditanam secara bersama-sama. Untuk usaha ini tidak diperlukan kekhususan konstruksi sawah, hanya saja perlu dibuatkan kemalir (caren), yaitu semacam parit disekeliling dalam petakan sawah dengan diagonal atau menyilang pada petakan sawah. Kemalir ini berfungsi sebagai tempat berlindung ikan dan untuk

memudahkan dalam pemanenan ikan. Ukuran lebar kemalir umumnya berkisar antara 40 - 60 cm dengan kedalaman air 40 cm. Jenis ikan yang biasanya dipelihara dengan cara ini antara lain : ikan Mas, Karper, Tawes, Nilem, Mujair dan Nila. Ikan mas dan Karper merupakan jenis-jenis yang paling baik dipelihara di sawah karena ikan-ikan tersebut tumbuh dengan baik dengan air dangkal serta tahan panas.

Penebaran ikan dilakukan setelah padi berumur 5 -7 hari dengan lama pemeliharaan ikan disawah sebaiknya 60 hari. Sasaran dari usaha pemeliharaan ikan bersama padi ini adalah untuk meningkatkan pendapatan petani, karena disamping hasil tanaman padi, diperoleh juga tambahan hasil berupa ikan. Selain itu nilai gizi keluarga dapat terpenuhi serta resiko kegagalan panen dapat dikurangi.

Aplikasi Fishfinder Hydro-Acoustic dan GPS dalam Teknologi Pencarian Ikan

Global Positioning System (GPS) menyediakan informasi posisi dan waktu secara terus menerus di berbagai tempat di bumi. Karena GPS dapat diakses oleh sejumlah user yang tidak terbatas, maka GPS adalah sebuah sistem yang pasif. Oleh karena itu, user hanya dapat menerima sinyal satelit dengan bantuan GPS receiver. Penggunaan teknologi GPS sangat membantu pekerjaan - pekerjaan survey pemetaan, topografi, hydrografi, geologi, land survey, dan juga bisa dimanfaatkan sebagai alat bantu navigasi pencarian ikan. Bahkan ada beberapa tipe GPS yang digunakan untuk hobby. Seperti kegiatan memancing, mendaki gunung, travelling, serta olah raga.

Pada awalnya Acoustic System dikembangkan oleh Inggris pada masa pra-Perang Dunia II (PD II) dengan membuat ASDIC (Anti Sub-marine Detection Investigation Committee) yang terbukti sangat berguna bagi Angkatan Laut Negara-negara Sekutu pada PD II. Setelah PD II berakhir, penggunaan akustik semakin berkembang luas untuk tujuan damai dan ilmiah, antara lain digunakan untuk; mempelajari proses perambatan suara pada medium air, penelitian sifat-sifat akustik dan benda-benda yang terdapat pada suatu perairan, komunikasi dan penentuan posisi di kolom perairan. Selanjutnya perkembangan akustik semakin pesat pada awal dekade 70-an karena telah ditemukan Echo Integrator yang dapat menghasilkan nilai absolut untuk pendugaan dan estimasi bawah air.

Selasa, 09 Juni 2015

Penanganan Hama & Penyakit Pada Rumput Laut

Dengan semakin berkembangnya usaha budidaya rumput laut di Indonesia segala permasalahan dan hambatan yang mungkin terjadi terutama terhadap kemungkinan serangan hama dan penyakit pada tanaman rumput laut perlu mendapat diperhatikan khusus. Serangan hama dan penyakit bila dibiarkan dapat berakibat menurunnya produksi. Oleh karena itu perlu diketahui jenis hama dan penyakit yang menyerang rumput laut sehingga dapat diambil langkah-langkah penanggulangannya atau paling tidak dapat memperkecil kerugian. Data mengenai dampak penyakit terhadap produksi budidaya rumput laut masih sangat terbatas.

HAMA

Hama tanaman budidaya rumput laut umumnya merupakan organisme laut yang memangsa tanaman rumput laut. Organisme ini hidup dengan rumput laut sebagai makanan utamanya atau sebagian masa hidupnya memakan rumput laut. Hama dapat menimbulkan kerusakan secara fisik pada tanaman budidaya, seperti; tanaman terkelupas, patah atau habis dimakan sama sekali.

Hama yang menyerang tanaman budidaya rumput laut berdasarkan ukuran besar kecilnya hama dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu hama mikro (mikro grazer) hama makro (makro grazer) (Doty, 1987).

Ekosistem Pesisir dan Pengelolaannya di Indonesia

Pengertian Wilayah Pesisir

Berdasarkan ketentuan Pasal 3 UU No. 6/1996 tentang Perairan Indonesia, wilayah perairan Indonesia mencakup :
  1. Laut territorial Indonesia adalah jalur laut selebar 12 mil laut diukur dari garis pangkal kepulauan Indonesia,
  2. Perairan Kepulauan, adalah semua perairan yang terletak pada sisi dalam garis pangkal lurus kepulauan tanpa memperhatikan kedalaman dan jarak dari pantai,
  3. Perairan Pedalaman adalah semua peraiaran yang terletak pada sisi darat dari garis air rendah dari pantai-pantai Indonesia, termasuk didalamnya semua bagian dari perairan yang terletak pada sisi darat pada suatu garis penutup

Pengelolaan Parameter Kualitas Air Tambak

Dalam perkembangan dan tingkat kelangsungan hidup udang yang dipelihara, parameter kualitas air media harus berada pada kondisi yang optimal. Demikian pula pada kegiatan ujicoba ini dilakukan monitoring dan pengamatan parameter kualitas air media. Pengamatan parameter kualitas air yang dilakukan selama ujicoba berlangsung adalah pH, oksigen terlarut, nitrat, ammonia, bahan organik, suhu, salinitas, dan nitrit.

Kisaran optimum parameter kualitas air fisika dan kimia pada pemeliharaan udang di tambak.
  1. Suhu 28-310C
  2. Salinitas 15-25 g/l
  3. Kecerahan 30-40 cm
  4. Oksigen terlarut 4-8 mg/l
  5. pH 7-8
  6. Alkalinitas 100-120 mg/l
  7. Karbondioksida < 25 mg/l
  8. Amoniak < 0,01 mg/l
  9. Nitrit (NO2) < 0,1 mg/l
  10. H2S < 0,01 mg/l

Penanganan Rumput Laut Hasil Panen

Penanganan merupakan kegiatan pra panen untuk mendapatkan mutu bahan baku yang baik sesuai standar. Oleh karenanya untuk mendapatkan hasil yang maksimal, maka kegiatan pra panen akan dapat memaksimalkan mutu rumput laut baik dari mutu bahan baku maupun nilai jualnya.

Pemanenan Rumput Laut
Rumput laut yang sudah siap panen yang dibudidayakan dengan metode rumpon (tali), dipanen dengan cara menarik rumpon ke pinggir pantai. Rumput laut dilepas dari ikatannya, dipetik pucuknya untuk ditanam kembali, diikat lagi pada rumpon sebagai tanaman baru. Umur panen yang optimum adalah 40-45 hari, hal ini sangat disarankan karena pada umur tanaman tersebut kandungan karagenannya sangat optimum.

Mengenal Istilah Participatory Rural Appraisal (PRA)

Participatory Rural Appraisal (PRA) merupakan pendekatan program yang mulai dikembangkan pada awal dekade 1990-an. Saat ini PRA dikembangkan dan diaplikasikan dalam pengembangan program-program di berbagai negara di dunia termasuk Indonesia, dengan dasar pemikiran bahwa keberhasilan suatu pendekatan pengembangan masyarakat perlu benar-benar melibatkan masyarakat itu sendiri.

Program pembangunan masyarakat dimana lebih banyak direncanakan oleh pemerintah/lembaga penyelenggara program tanpa melibatkan masyarakat yang menjadi pelaku utama pembangunan (top-down) maka proses perencanaan pembangunan dengan cara itu mengakibatkan:
  • Program pembangunan tidak menyentuh kepentingan masyarakat yang sesungguhnya.
  • Keterlibatan masyarakat hanya sebagai pelaksana bukan sebagai pemilik program sehingga dukungannya kecil 
  • Masyarakat hanya sebagai pelaksana akan mengakibatkan kurangnya kemandirian dan keberlanjutan program, karena masyarakat tergantung pada pihak luar.


Polikultur Rumput Laut Lawi-Lawi dan Rajungan di Tambak


Lawi –lawi (Caulerpa, sp), diambil dari bahasa daerah Makassar Sulawesi Selatan. Masyarakat di Sulawesi Selatan secara turun temurun telah mengkonsumsi rumput laut dari golongan makro alga yang mirip anggur hijau ini. Beberapa sebutan lain untuk lawi-lawi antara lain : Latoh (Jawa), Lato (Filipina), Umi Budo (Jepang), Latin, Caulerpa sp, Anggur laut (Indonesia) dan Sea grapes (bahasa Inggris).

Rajungan (Portunus pelagicus. Linn), merupakan jenis kepiting yang memiliki habitat alami hanya di laut. Jenis ini biasa ditemukan di areal pasang surut dari Samudera Hindia, Samudera Pasifik dan Timur Tengah sampai Mediterania. Rajungan dimanfaatkan sebagai sumber bahan pangan dengan nilai ekonomis tinggi. Makanan rajungan di alam antara lain bivalvia, ikan dan beberapa jenis alga. Rajungan memiliki sifat yang sangat berbeda dengan kepiting bakau (Scylla serrata), Rajungan tidak dapat bertahan lama hidup di darat atau keluar dari lingkungan air.

Polikultur Gracillaria, Udang dan Bandeng

Polikultur dapat dilakukan pada tambak biasa dan tambak yang ditanami mangrove. Sistem budidaya polikultur yang berkembang antara lain :
  • Udang + Bandeng
  • Udang + Nila
  • Bandeng +Rumput Laut Glacillaria sp
  • Udang + Bandeng/NIla + Rumput laut Glacillaria sp
Keuntungan dengan sistem polikultur ini dapat meningkatkan produktivitas lahan dengan menghasilkan lebih dari satu komoditi. Pada satu petakan akan terjadi hubungan yang saling menguntungkan dan termanfaatkannya potensi yang ada di tambak. Misalnya polikultur  udang, rumput laut Glacillaria sp., dan bandeng. Rumput laut sebagai sumber oksigen pada siang, dapat memanfaatkan unsur hara. Bandeng dan udang memanfaatkan pakan alami yang tumbuh pada sekitar batang rumput laut. Udang akan berlindung pada sekitar rumput laut.

Ekosistem Lamun

Pada dasarnya ekosistem lamun memiliki fungsi yang hampir sama dengan ekosistem lain di perairan seperti ekosistem terumbu karang ataupun ekosistem mangrove, seperti sebagai habitat bagi beberapa organism laut, juga tempat perlindungan dan persembunyian dari predator. Menurut Azkab (1988), ekosistem lamun merupakan salah satu ekosistem di laut dangkal yang paling produktif. Di samping itu ekosistem lamun mempunyai peranan penting dalam menunjang kehidupan dan perkembangan jasad hidup di laut dangkal, menurut hasil penelitian diketahui bahwa peranan lamun di lingkungan perairan laut dangkal sebagai berikut:


Identifikasi Biaya-Biaya dalam Usaha Perikanan

Usaha perikanan merupakan suatu kegiatan ekonomi di bidang perikanan dimana terdapat sejumlah unsur (input) yang digunakan dan setiap input tersebut mengandung suatu nilai yang merupakan korbanan bagi pelaku usaha perikanan, yaitu sebagai biaya usaha perikanannnya. Input usaha perikanan yang umumnya dibutuhkan oleh pekau usaha perikanan meliputi benih, lahan, mesin (alat), tenaga kerja, modal dan pengelolaan atau manajemen.

Input produksi saling berkaitan dan kedudukannya dalam usaha perikanan sama penting sehingga sering disebut sebagai faktor produksi. Pemahaman faktor produksi menyangkut masalah penguasaan dan pemilikan terhadap faktor-faktor produksi tersebut, dimana pemilikan memberikan kekuatan dan kekuasaan untuk berbuat terhadap faktor-faktor produksi dalam penggunaan pada proses produksi. Seseorang yang menguasai atau memiliki faktor produksi, dapat memberikan posisi atau status sosial yang tinggi di lingkungan masyarakatnya.

Peranan, Manfaat dan Fungsi Hutan Mangrove

Hutan mangrove adalah hutan yang tumbuh di muara sungai, daerah pasang surut atau tepi laut. Tumbuhan mangrove bersifat unik karena merupakan gabungan dari ciri-ciri tumbuhan yang hidup di darat dan di laut. Umumnya mangrove mempunyai sistem perakaran yang menonjo yang disebut akar nafas (pneumatofor). Sistem perakaran ini merupakan suatu cara adaptasi terhadap keadaan tanah yang miskin oksigen atau bahkan anaerob.Hutan mangrove juga merupakan habitat bagi beberapa satwa liar yang diantaranya terancam punah, seperti harimau sumatera (Panthera tigris sumatranensis), bekantan (Nasalis larvatus), wilwo (Mycteria cinerea), bubut hitam (Centropus nigrorufus), dan bangau tongtong (Leptoptilus javanicus, dan tempat persinggahan bagi burung-burung migran.

Beberapa jenis mangrove yang terkenal:
- Bakau (Rhizopora spp.)
- Api-api (Avicennia spp.)
- Pedada (Sonneratia spp.)
- Tanjang (Bruguiera spp.)

Pemilihan Lokasi Budidaya Ikan Kerapu

Tidak semua perairan pantai dapat dijadikan tempat pemasangan Karamba Jaring
Apung (KJA). Keberadaan lokasi banyak mengandung resiko, bermasalah dan tidak memenuhi persyaratan secara ekologis hendaknya dihindari. Faktor pemilihan lokasi yang tepat meliputi dua faktor, yaitu faktor pertimbangan umum dan faktor persyaratan kualitas air

Faktor Pertimbangan Umum

Pertimbangan umum yang dimaksud antara lain meliputi :

1.Perairan harus terlindungi dari angin dan gelombang yang kuat.
Badai dan gelombang besar mudah merusak konstruksi karamba sehingga memperpendek umur rakit. Gelombang yang terus menerus menyebabkan terganggunya aktovitas pemberian pakan dan juga dapat menyebabkan ikan menjadi stress dan selera makannya berkurang sehingga menurunkan produksi. Tinggi gelombang yang disarankan untuk menentukan lokasi pembesaran ikan Kerapu Tikus dan Kerapu Macan tidak lebih dari 0,5 meter pada saat musim Barat maupun Timur.

Cara Budidaya Ikan Gabus

Ikan gabus merupakan ikan air tawar liar dan predator benih yang rakus dan sangat
ditakuti pembudidaya ikan. Ikan ini merupakan ikan buas (carnivore yang bersifat 
predator). Di alam, ikan gabus tidak hanya memangsa benih ikan tetapi juga ikan 
dewasa dan serangga air lainnya termasuk kodok. Bahkan di Kalimantan pernah 
dilaporkan gabus memangsa anak bebek. Ini masuk akal karena di sungai dan di 
rawa-rawa Kalimantan terdapat jenis gabus berukuran besar (gabus toman/aruan 
dan sejenisnya). 

Ikan gabus dikenal dengan banyak nama. Ada yang menyebutnya sebagai aruan, 
haruan (Melayu dan Banjar), kocolan (Betawi); bayong, bogo, licingan, kutuk (Jawa); 
dan lain-lain. Dalam bahasa Inggris, belut juga disebut dengan berbagai nama, 
seperti common snakehead, snake-head murrel, chevron snakehead, striped 
snakehead juga aruan. Name ilmiahnya adalah Channa striata (Bloch, 1793) dan 
ada yang menyebutnya Ophiocephalus striatus. 

Pengolahan Ikan Asin - Cara Penggaraman Basah

Ikan merupakan bahan makanan yang banyak dikonsumsi masyarakat selain sebagai komoditi ekspor. Ikan cepat mengalami proses pembusukan dibandingkan dengan bahan makanan lain. Bakteri dan perubahan kimiawi pada ikan mati menyebabkan pembusukan. Mutu olahan ikan sangat tergantung pada mutu bahan mentahnya.

Tanda ikan yang sudah busuk:
- mata suram dan tenggelam;
- sisik suram dan mudah lepas;
- warna kulit suram dengan lendir tebal;
- insang berwarna kelabu dengan lendir tebal;
- dinding perut lembek;
- warna keseluruhan suram dan berbau busuk.

Tanda ikan yang masih segar:
- daging kenyal;
- mata jernih menonjol;
- sisik kuat dan mengkilat;
- sirip kuat;
- warna keseluruhan termasuk kulit cemerlang;
- insang berwarna merah;
- dinding perut kuat;
- bau ikan segar.
I

Proses Penurunan Mutu Pada Ikan


Secara umum komoditas/bahan pangan mempunyai sifat mudah mengalami kerusakan/busuk (perishable), tidak terkecuali ikan. Setidaknya ada 2 (dua) alasan mengapa ikan termasuk dalam bahan pangan yang mudah busuk (perishable food) adalah : (1) Tubuh ikan mengandung protein dan air cukup tinggi, sehinggga merupakan media yg baik bagi pertumbuhan bakteri pembusuk dan bakteri mikroorganisme lain, dan (2) Daging ikan mempunyai sedikit tenunan pengikat (tendon) , sehingga proses pembusukan pada daging ikan lebih cepat dibandingkan dengan produk ternak atau hewan lainnya. Komposisi kimia dalam daging ikan dapat dilihat pada tabel berikut




Sistem Pemetaan Sumberdaya Kelautan


Potensi Kelautan di republik ini sungguh sangat berlimpah baik di nearshore maupun di offshore, di mana industri maritim merupakan industri yang sangat menantang (world wide business). Kawasan laut memiliki dimensi pengembangan yang lebih luas dari daratan karena mempunyai keragaman potensi alam yang dapat dikelola. Beberapa sektor kelautan seperti perikanan, perhubungan laut, pertambangan sudah mulai dikembangkan walaupun masih jauh dari potensi yang ada.

Seiring dengan meningkatnya kebutuhan industri yang marine-oriented, survei hidrografi mutlak dilakukan dalam tahapan explorasi maupun feasibility study. Survei hidrografi adalah cabang ilmu yang berkepentingan dengan pengukuran dan deskripsi sifat serta bentuk dasar perairan dan dinamika badan air atau dengan kata lain Hidrografi adalah ilmu terapan di dalam melakukan pengukuran dan pendeskripsian objek-objek fisik di bawah laut untuk digunakan dalam navigasi. Informasi yang diperoleh dari kegiatan ini untuk pengelolaan sumberdaya laut dan pembangunan industri kelautan (KK Hidrografi, 2004 ).

Kebutuhan teknologi survei dan pemetaan laut yang modern ini merupakan suatu kebutuhan, apalagi dengan berlakunya UNCLOS 1982 (United Nations Convention on Law of The Sea), Indonesia diakui sebagai negara kepulauan dan perairan yuridiksi Indonesia bertambah luas serta perlu segera dipetakan.