Kisaran optimum parameter kualitas air fisika dan kimia pada pemeliharaan udang di tambak.
- Suhu 28-310C
- Salinitas 15-25 g/l
- Kecerahan 30-40 cm
- Oksigen terlarut 4-8 mg/l
- pH 7-8
- Alkalinitas 100-120 mg/l
- Karbondioksida < 25 mg/l
- Amoniak < 0,01 mg/l
- Nitrit (NO2) < 0,1 mg/l
- H2S < 0,01 mg/l
Mengatasi Masalah Temperatur
Suhu rendah (terlalu rendah pada musim Angin Timur atau selatan : < 26,50C), dampak : nafsu makan menurun (bisa > 30%), pertumbuhan tidak normal, banyak energi (kalori) yang hilang, udang banyak mati, diantisipasi dengan kedalaman air minimum 1.3 m dan penggantian secara sirkulasi;
Terlalu panas karena air tidak mengalir dan tambak dangkal, antisipasi membuat caren luas dan dalam, penggantian/sirkulsi air, kedalaman air dinaikan (> 1,0 m), dampak : udang bisa stres dan nafsu makan berkurang; dan c) Solusi kedua kondisi suhu tersebut adalah dengan cara mengatur strategi Musim Tanam yang tepat dan pengendalian optimasi penggantian air harian.
Mengelola Salinitas
Salinitas (kadar garam) air media pemeliharaan pada umumnya berpengaruh tehadap pertumbuhan dan tingkat kelangsungan hidup udang (Anonim, 1985). Udang vaname dapat tumbuh dan berkembang pada kisaran salinatas 15 – 25 ppt (Anonim, 1985 dan Ahmad, 1991), bahkan jenis udang windu mempunyai toleransi cukup luas yaitu antara 0 – 50 ppt. Namun apabila salinitas di bawah 5 ppt dan di atas 30 ppt biasanya pertumbuhan udang windu relatif lambat, hal ini terkait dengan proses osmoregulasi dimana akan mengalami gangguan terutama pada saat udang sedang ganti kulit dan proses metabolisme. Salinitas dapat diukur dengan mengunakan Refraktometer.
Salinitas rendah berbahaya karena menurunkan oksigen, kekeruhan, pelapisan air dan kematian plankton disebabkan hujan serta tambak berlokasi di darat. Antisipasi : tandon besar yang tertutup dari sungai, air permukaan dibuang melalui pintu air monik atau PVC. Biasanya salinitas rendah kondisi udang cenderung berkulit tipis dan alkalinitas/pH rendah, sehingga diperlukan solusi dengan cara aplikasi kapur cukup intensif/rutin; b) Salinitas tinggi disebabkan musim kemarau. Antisipasi dengan cara tambak dalam, lebih sering mengganti air dengan air laut, mengatur musim tanam. Pada salintas tinggi sering terjadi pertumbuhan udang relatif terhambat (pada musim kemarau salinitas > 30 ppt), pakan tambahan umumnya kurang efisien dan efektif (FCR tinggi), sensitif terhadap serangan patogen atau penyakit udang lainnya (virus, dll).
Mengelola pH
Tingkat kesaman (pH) tanah banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor pembentuknya, antara lain bahan organik dan berbagai jenis organisme air yang mengalami pembusukan, logam berat (besi, timah dan bouksit, dll). Biasanya pH tanah dasar tambak yang rendah diikuti tingginya kandungan bahan organik tanah yang terakumulasi dan tidak terjadi oksidasi yang sempurna (Anonim, 1985). pH tanah yang rendah cenderung dipengaruhi oleh kandungan logam berat seperti besi, timah dan logam lainnya. pH tanah yang optimal untuk kegiatan budidaya udang dan ikan berkisar antara 6,5 – 8,0 (Boyd, 1992). pH dapat diukur dengan mengunakan alat pH-meter.
a) pH rendah (< 7,5) dapat mengakibatkan nafsu makan udang berkurang, alkalinitas (buffer/pengendali pH) fluktuatif/tidak stabil, udang mudah stres/lemah; b) pH tinggi (> 9,0), nafsu makan udang berkurang, dampak : resiko ammonia (NH3) muncul mendadak, udang bisa mati, alkalinitas tidak stabil. Catatan optimal untuk pH = 7,8-8,4 dan Alaklinitas = 90-140 ppm.
Mengelola Oksigen Terlarut
Jumlah kandungan oksigen (O2) yang terkandung dalam air disebut oksigen terlarut.Satuan kadar oksigen terlarut adalah mg/l. Kelarutan oksigen dipengaruhi oleh beberapa faKtor diantaranya temperatur, salinitas, pH dan bahan organik. Salinitas semakin tinggi, kelarutan oksigen semakin rendah.Kelarutan oksigen untuk kebutuhan minimal pada air media pemeliharaan udang adalah> 3 mg/l.Oksigen terlarut dapat diukur dengan mengunakan DO-meter.
Oksigen terlalu rendah dapat disebabkan karena klekap/lumut dan plankton mati, kekentalan air dan jumlah pakan sudah banyak. Antisipasi dengan pergantian air, penambahan kincir/ mesin perahu (sirkulasi).
Oksigen terlalu tinggi karena fitoplankton terlalu pekat pada siang dan sore hari. Antisipasi dengan pergantian air (pengenceran) dan pengaturan jam opersional kincir air, bias jugaditambahkanjumlahkincir yang sesuai dengan kebutuhan, biasanya tambak dengan ukuran 5000 m2dibutuhkan 4-6 kincir dengan kekuatan 1HP
Mengelola Ammonia
Kandungan ammonia dalam air media pemeliharaan merupakan hasil perombakan dari senyawa-senyawa nitrogen organic oleh bakteri atau dampak dari penambahan pupuk yang berlebihan. Senyawa ini sangat beracun bagi organisme perairan walaupun dalam konsentrasi yang rendah. Konsentrasiamonia yang mampu ditolerir untuk kehidupan udang dewasa< 0,03 mg/l (Ahmad, 1991 dan Boyd, 1989), dan ukuran benih< 0,01 mg/l.pengukuran ammoniak dapat juga dilakukan dengan teskit tetapi tes yang paling akurat dengan metode specktrofotometer.
Amoniak bisa diturunkan dengan menurunkan pH air maupun dengan menurunkan pH tanah dengan mengunakan asam jawa baik buahnya maupun daunya, bisa juga dengan mengunakan pelepah pisang yang dicacah-cacah.
Mengeloa Nitrit
Kandungan nitrit yang tinggi didalam perairan sangat berbahaya bagi udang dan ikan, karena nitrit dalam darah mengoksidasi haemoglobin menjadi meta-haemoglobin yang tidak mampu mengedarkan oksigen, kandungan nitrit sebaiknya lebih kecil dari 0,3mg/l. Kadar oksigen terlarut dalam air merupakan faktor pembatas dan sangat berpengaruh terhadap berlangsungnya proses nitrifikasi. Pada salinitas di atas 20 ppt, batas ambang aman nitrit adalah <0.2 mg/l. Pengukuran nitrit dapat juga dilakukan dengan teskit-Nitrittetapites yang paling akurat dengan metode specktrofotometer
Di awal pemeliharaan/penyiapan air media di beri kapur 300 – 500 kg/ ha (pH air minimal 7.6) dan tambahkan kotoran ayam 150-300 kg/ Ha dan Urea 0,1 ppm atau dengan jenis pupuk lainnya yang resiko rendah (seperti : NPK 3-5 ppm, Lodan 0,5-1 ppm, Plankton Catalys 0,5-1 ppm);
Bila air jernih akibat blooming tanaman air (lumut, ganggang, dll) atau nyamuk/cacing cyromid, lakukan dengan pembuangan bertahap secara mekanis kemudian berikan inokulan fitoplankton (bibit plankton) dan berikan pemupukan susulan sekitas 10% dari pemupukan awal;
Apabila air jernih akibat terlalu banyak zooplankton, matikan kincir siang/pagi hari, beri kaporit 1,5-2,5 ppm atau formalin 15-20 ppm, kemudian diberi saponin 5 – 10 ppm bersama dedak 3 ppm (rendam 24 jam : terjadi permentasi), saring dan diaplikasikan pagi hari;
Untuk menjaga kestabilan plankton dan lingkungan selama pemeliharaan dapat dilakukan dengan pemupukan susulan dan probiotik hasil permentasi secara terkendali.
Fitoplankton mati (air jernih/miskin fitoplankton), sebelum plankton mati terlihat partikel-partikel di dalam air, solusi : ganti air 15-25% dan pupuk dengan NPK : Urea : TSP dengan perbandingan 4:2:1 kg/5.000 m2 atau jenis pupuk ysng lebih aman dan hati-hati apabila ada bibit tanman air (seperti lumut, gangeng, hidrilla, dll), hindari pemupukan langsung pada tambak pembesaran udang, penggunaan probiotik dan beri bibit fitoplankton; b) Setelah fitoplankton mati biasanya akan timbul buih/lendir yang mengapung (lakukan pembungan dan ganti air 30-50%), pasang kincir air 1 buah per 400 kg udang, bila air jernih kembali di pupuk serupa di atas; c) Klekap dicegah tumbuh di awal dengan Saponin 5-10 ppm, atau dicegah dengan ikan (bandeng) 20 gram/m2. Buih tidak putus (gelembung besar/kecil) hati-hati, penyebab : fitoplankton atau klekap mati (blooming), lumut mati, lumpur organik (busuk) terlalu banyak, dll. Solusi : penggantian air 30-50% dengan air baru hasil treatmen kaporit 3-5 ppm (supali dari petak karantina); biasanya pH rendah aplikasikan kapur, usahakan malam hari dengan dosis 5-15 ppm (sesuikan jenis kapur dengan tujuannya) dan dapat ditambah zeolit (SiO4) 3-5 ppm.
Sumber:
Anonymous. 2012. Buku Pintar Budidaya Udang (Diagnosa Permasalahan, Antisipasi, Dan Solusinya). Pusat Penyuluhan KP – BPSDMKP. Jakarta
http://medialuhkan.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar