Selasa, 09 Juni 2015

Polikultur Rumput Laut Lawi-Lawi dan Rajungan di Tambak


Lawi –lawi (Caulerpa, sp), diambil dari bahasa daerah Makassar Sulawesi Selatan. Masyarakat di Sulawesi Selatan secara turun temurun telah mengkonsumsi rumput laut dari golongan makro alga yang mirip anggur hijau ini. Beberapa sebutan lain untuk lawi-lawi antara lain : Latoh (Jawa), Lato (Filipina), Umi Budo (Jepang), Latin, Caulerpa sp, Anggur laut (Indonesia) dan Sea grapes (bahasa Inggris).

Rajungan (Portunus pelagicus. Linn), merupakan jenis kepiting yang memiliki habitat alami hanya di laut. Jenis ini biasa ditemukan di areal pasang surut dari Samudera Hindia, Samudera Pasifik dan Timur Tengah sampai Mediterania. Rajungan dimanfaatkan sebagai sumber bahan pangan dengan nilai ekonomis tinggi. Makanan rajungan di alam antara lain bivalvia, ikan dan beberapa jenis alga. Rajungan memiliki sifat yang sangat berbeda dengan kepiting bakau (Scylla serrata), Rajungan tidak dapat bertahan lama hidup di darat atau keluar dari lingkungan air.

Persyaratan Teknis Penerapan Teknologi

Secara umum pemeliharaan lawi-lawi tidak rumit. Lawi-lawi pada umumnya hidup di perairan laut dangkal namun bisa juga dibudidayakan di tambak baik secara monokultur maupun secara polikultur dengan komoditas bandeng, udang atau rajungan. Lokasi yang dipilih untuk budidaya lawi-lawi dan rajungan adalah yang memiliki karakteristik lingkungan sebagai berikut :
  • Lokasi tambak jauh dari pengaruh air tawar yang dapat menurunkan salinitas air 
  • Lokasi tambak jauh dari sumber polutan 
  • Lokasi tambak harus dengan sumber air laut. Air tambak bisa berganti secara rutin mengikuti pasang surut air laut 
  • Tambak dengan tanah dasar pasir berlumpur, karena lumpur menjadi substrat bagi lawilawi 
  • pH tanah tambak harus normal (tidak asam dan tidak basa) 
  • Salinitas tambak > 20 ppt. 
Lawi-lawi yang telah ditanam harus dikontrol secara rutin untuk mengetahui kondisi perkembangannya. Begitu juga kondisi salinitas air harus senantiasa dimonitor terutama pada musim hujan karena salinitas air sewaktu waktu bisa menurun tajam hingga di bawah 25 ppt.

Salinitas yang optimum untuk budidaya Lawi-lawi yaitu diatas 20 ppt. Untuk menjaga salinitas air tambak harus dilakukan penggantian air secara rutin (minimal satu minggu sekali).

Uraian Prosedur Operasional Standar

a. Uraian teknologi

Teknologi yang diterapkan yaitu kegiatan budidaya polikultur (pemeliharaan beberapa komoditas) secara bersamaan dalam satu ekosistem yang sama. Dalam kegiatan ini dilakukan pemeliharaan dan produksi dua biota aquatik yang berbeda yaitu Lawi-lawi(Caulerpa. sp) sebagai flora aquatik dan Rajungan (Portunuspelagicus. Linn)sebagai fauna aquatik yang berasal dari golongan Crustacea.

b. Cara Penerapan teknologi

1. Tahap Persiapan Tambak

Pengeringan dasar tambak (Gambar 1) dilakukan untuk mempercepat proses pembusukan bahan organik dan pembersihan gulma perairan yang bisa menjadi kompetitor dalam penggunaan oksigen. Pemberantasan hama dilakukan dengan menggunakan saponin (40-2 2 50g/m ) dan pengapuran dasar tambak dengan menggunakan CaO (25-30 g/m ) atau kapur 2 CaCO3dengan dosis (60-70 g/m ). Pemupukan tambak dilakukan untuk memperkaya ketersediaan unsur hara yang dibutuhkan bagi pertumbuhan lawi-lawi dan pakan alami yang bermanfaat bagi kehidupan rajungan. Dosis pemberian pupuk 2 organik yaitu 20-40 g/m atau 200-400 kg/Ha. Setelah pemberian pupuk dan terjadi proses ionisasi atau mineralisasi selanjutnya tambak diisi air secara berangsur-angsur hingga dalam air 10-15 cm. Setelah kedalaman air tambak 15-25 cm, dilakukan penanaman lawi-lawi dengan padat tanam 500 g/m2pada 10-15 % x luas areal (Ha) atau 500-750 kg/Ha.

2. Penanaman bibit lawi-lawi

Penanaman lawi-lawi dilakukan lebih awal dari rajungan, yaitu 2 minggu sebelum penebaran benih rajungan. Hal ini dimaksudkan agar pada saat benih rajungan ditebar lawi-lawi sudah tertanam kuat di dasar tambak dan sudah bisa dimanfaatkan sebagai shelter rajungan. Lawi-lawi ditanam di dasar tambak pada kondisi ketinggian air tambak antara 15-25 cm dengan padat 2 2 tanam 0,5 kg/m (masing-masing 5 rumpun lawi-lawi/m masing-masing 100 gram per rumpun) dengan jarak tanam antar rumpun atara 50 – 100 cm tergantungpada kondisi lingkungan tambak.

3. Pemberian Pupuk Susulan

Pemberian pupuk susulan dilakukan untuk membantu proses pertumbuhan dan peremajaan sel-sel pada tallus dan anggur pada lawi-lawi setelah dilakukan panen sebagian (parsial). Disamping itu pemberian pupuk susulan juga sangat berguna bagi pengkayaan ketersediaan pakan alami rajungan. Meningkatnya ikan-ikan pelagis yang masuk ke areal tambak meningkatkan ketersediaan makanan tambahan rajungan di tambak. Bahan yang digunakan dalam pemberian pupuk susulan ini bisa menggunakan pupuk organik kompos atau pupuk organik cair dengan dosis sesuai kondisi dan kesesuaian lahan. Waktu pemupukan sebaiknya dilakukan pada pagi hari setiap 6 minggu sekali setelah pergantian air.

4. Penebaran Rajungan

Penebaran benih rajungan dilakukan setelah dua minggu penanaman lawi-lawi. Benih rajungan yang digunakan adalah benih unggul hasil pengembangbiakan di hatchery Balai Budidaya Air Payau (BBAP) Takalar. Benih rajungan yang ditebar berukuran 1-2 cm dengan berat rataan 1,5-2 g/ekor. Sebelum ditebar di tambak benih rajungan terlebih dahulu diaklimatisasikan dengan cara dipelihara dalam waring yang dipasang di tambak. Setelah 3 hari aklamatisasi, benih rajungan dilepas ke dalam tambak. Budidaya rajungan di tambak dilakukan selama 4 bulan masa pemeliharaan. Sistem budidaya yang dilakukan adalah sistem intensif dan tradisional. Pada sistem intensif, benih rajungan ditebar dengan kepadatan 2 ekor/m sedangkan pada sistem tradisional 1 ekor/m .

5. Pemberian Pakan Rajungan

Pakan yang digunakan sebagai pakan tambahan untuk pembesaran rajungan adalah ikan rucah yaitu jenis ikan yang bernilai ekonomis rendah atau limbah olahan ikan. Ikan rucah dicincang agar sesuai dengan ukuran
dan bukaan mulut rajungan. Pemberian pakan tambahan untuk rajungan pada budidaya sistem semi intensif dilakukan satu kali perhari dengan dosis 2% dari total biomassa (berat total benih yang dibudidayakan).

Waktu yang tepat untuk pemberian pakan pada sistem semi intensif ini adalah pada jam 11-12 siang yaitu
pada kondisi nafsu makan rajungan sangat tinggi. Sedangkan pada sistem budidaya intensif pemberian pakan pada rajungan yang dipelihara dilakukan sebanyak 3 kali perhari dengan dosis 2-3% dari total biomassa. Pemberian pakan yang tepat yaitu pada jam 08.00, jam 12.00 dan jam 15.00 dan dilakukan secara kontinyu setiap hari sampai masa rajungan siap panen.

6. Sampling Rajungan

Sampling adalah penimbangan dan pengukuran beberapa sampel rajungan yang dibudidayakan secara acak untuk mengetahui bobot dan ukuran terkini baik pada rataan perindividu maupun per populasi rajungan yang dibudidayakan. Sampling juga dimaksudkan untuk dapat mengetahui laju pertumbuhan, nilai konversi pakan (FCR), angka sintasan hidup (SR) dan tingkat efisiensi pemberian pakan, serta dapat memperkirakan kebutuhan pakan lanjutan. Agar rajungan tidak stress sebaiknya sampling dilakukan setiap dua minggu sekali pada pagi atau sore hari ketika suhu air rendah.

7. Metode Pemanenan Lawi-lawi dan Rajungan pada sistem polikultur

Lawi-lawi maupun rajungan dapat dipanen secara mudah kapan saja waktunya disaat diinginkan sesuai kondisi pasar. Pemanenan bisa dilakukan secara berangsur-angsur sebagian (parsial) atau dipanen seluruhnya (panen total).

a. Panen Parsial (Panen sebagian)
Panen Parsial adalah proses pemanenan sebagian biota aquatik yang dibudidayakan tanpa harus mengeringkan air di tambak dan tanpa mengganggu berlangsungnya kegiatan budidaya atau pembesaran lanjutan. Pada sistem panen parsial, lawi-lawi atau rajungan dipanen sesuai kebutuhan dengan waktu bersamaan ataupun pada waktu yang berbeda. Pada sistem panen seperti ini yang dipanen terlebih dahulu adalah rajungan dengan menggunakan alat tangkap (rakkang) yang diberi umpan ikan rucah. Rakkang di letakkan dekat saluran pemasukan air laut sehingga rajungan terjebak dalam rakang tersebut. Selanjutnya rajungan ditampung dalam waring/hapa, untuk disortir berdasarkan ukuran sesuai kebutuhan dan permintaan pasar. Setelah proses penangkapan rajungan selesai pemanenan lawi-lawi dilakukan secara langsung dengan gerak panen kearah inlet. Panen lawi-lawi dapat dilakukan secara berkala dimulai ketika umur tanam lawi-lawi sudah lebih dari 3 minggu ke atas. Lawi-lawi yang sudah dipanen dibilas air tambak yang bersih untuk membersihkannya dari kotoran lumpur. Lawi-lawi ditampung dalam waring pemberokkan selama 3 hari dan dilakukan sortir secara kuantitas dan kualitas untuk dikemas kedalam karung sebelum didistribusikan ke pasar.

b. Panen Total (Panen Seluruhnya)
Proses panen total dilakukan dengan mengeluarkan air tambak secara perlahan-lahan sampai tambak menjadi kering dengan menggunakan pompa dorong ataupun pompa hisap. Seluruh biota yang dibudidayakan dipanen seluruhnya baik lawi-lawi maupun rajungannya. Pengeringan dasar tambak dilakukan lagi untuk kegiatan selanjutnya. Pada sistem panen total rajungan dilakukan setelah panen parsial, selanjutnya air tambak disurutkan sambil terus dilakukan panen rajungan dengan menggunakan rakkang sampai permukaan tambak terus menurun. Sebelum air tambak kering, dilakukan panen lawi-lawi secara total, dibersihkankemudiandisortir di tambak atau saluran air laut yang bersih di sekitar lokasi panen. Setelah lawi-lawinya habis dipanen dilakukan panen rajungan sampai habis, kemudian di tampung dalam waring/hapa. Setelah lawi-lawi dan rajungan selesai dipanen, pematang tambak diperbaiki dan dikeringkan untuk fase penggunaan tambak selanjutnya.

Sumber :
Anonymous. 2013. Rekomendasi Teknologi Kelautan dan Perikanan 2013. Sekretariat Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan. Jakarta

http://medialuhkan.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar