Direktur Jenderal Perikanan Budidaya KKP, Dr. Ir. Slamet Soebjakto, mengatakan ada beberapa faktor yang melatarbela- kangi dilaksanakannya program Ugamedi. Pertama, petani sering mengalami kerugian ketika harga gabah turun atau bahkan gagal panen. Kedua, udang galah dan guramme terbukti mampu meningkatkan pendapatan petani padi, karena udang galah dan gurame merupakan komoditas perikanan yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Selain itu, program Ugamedi merupa- kan langkah pemanfaatan lahan sehingga tercapai efisiensi yang tinggi dalam penggunaan lahan. Program Ugamedi juga ternyata mampu meningkatkan produksi gabah. ”Program Ugamedi bertujuan untuk meningkatkan produksi gabah, produksi udang galah konsumsi, dan produksi benih gurame ukuran 5 cm,” kata Slamet.
Balai Besar Pengembangan Perikanan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi, Jawa Barat, telah melakukan ujicoba program Ugamedi. Hasilnya, cukup menguntungkan. Ukuran petakan yang digunakan seluas 1.000 m2, dengan tinggi pematang 100 cm, dengan lebar 100 cm dibagian dasar, dan 75 cm di bagian atas. Di sekeliling petakan sawah dibuat kemalir atau saluran pemeliharaan selebar 200 cm dengan kedalaman 50 cm. Benih udang yang ditebar berukuran 6-8 gram per ekor dengan kepadatan 10 ekor per m2. Sedangkan benih gurame ditebar dengan kepadatan 2 ekor per m2.
Jenis padi yang dibudidayakan bersama udang galah dan gurame umumnya adalah jenis
Padi INPARI 13 yang tahan genangan air, dengan jarak tanam 20 cm. Sedangkan udang galah (Macrobrachium rosenbergii) yang ditebar berukuran 6-8 gram per ekor. Dan, benih gurame yang ditebar ukuran
2-3 cm. Pupuk yang diberikan adalah NPK dengan dosis 1,5 kg per 100 m2. Untuk pakannya, dipilih pakan buatan dengan kandungan protein 30%, dosis 4% bbm pada awal penebaran, dan 2% bbm pada akhir pemeliharan, dengan frekwensi pemberian2 kali per hari.
BBPBAT Sukabumi melakukan ujicoba pada tiga kolam, dua kolam digunakan untuk Ugamedi dengan lama pemeliharaan
90 hari, dan satu kolam untuk Ugadi (Udang Galah Padi) dengan lama pemeliharaan 60 hari. Biaya produksi tiap kolam masing- masing adalah Rp 8.181.500 untuk kolam Ugamedi, dan Rp 7.181.500 untuk kolam Ugadi. Setelah dipanen, diperoleh labayang lumayan. Dua kolam Ugamedi masing- masing mendapat untung Rp 8.167.490 dan Rp 8.043.500, sedangkan kolam Ugadi mendapat laba Rp 3.018.500. Artinya, dengan perbedaan biaya produksi yang tak seberapa, ternyata untung yang diraih kolam Ugamedi jauh lebih besar.
Dengan demikian, budidaya Ugamedi sungguh menjanjikan dan layak untuk terus dikembangkan.
Sumber :
Padi INPARI 13 yang tahan genangan air, dengan jarak tanam 20 cm. Sedangkan udang galah (Macrobrachium rosenbergii) yang ditebar berukuran 6-8 gram per ekor. Dan, benih gurame yang ditebar ukuran
2-3 cm. Pupuk yang diberikan adalah NPK dengan dosis 1,5 kg per 100 m2. Untuk pakannya, dipilih pakan buatan dengan kandungan protein 30%, dosis 4% bbm pada awal penebaran, dan 2% bbm pada akhir pemeliharan, dengan frekwensi pemberian2 kali per hari.
BBPBAT Sukabumi melakukan ujicoba pada tiga kolam, dua kolam digunakan untuk Ugamedi dengan lama pemeliharaan
90 hari, dan satu kolam untuk Ugadi (Udang Galah Padi) dengan lama pemeliharaan 60 hari. Biaya produksi tiap kolam masing- masing adalah Rp 8.181.500 untuk kolam Ugamedi, dan Rp 7.181.500 untuk kolam Ugadi. Setelah dipanen, diperoleh labayang lumayan. Dua kolam Ugamedi masing- masing mendapat untung Rp 8.167.490 dan Rp 8.043.500, sedangkan kolam Ugadi mendapat laba Rp 3.018.500. Artinya, dengan perbedaan biaya produksi yang tak seberapa, ternyata untung yang diraih kolam Ugamedi jauh lebih besar.
Dengan demikian, budidaya Ugamedi sungguh menjanjikan dan layak untuk terus dikembangkan.
Sumber :
Majalah Akuakultur Indonesia, Edisi No.9 Th 2 Mei - Juni 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar