Silvofishery adalah suatu bentuk usaha terpadu antara hutan mangrove dan perikanan budidaya. Pendekatan terpadu terhadap konservasi lahan dan usaha produktif tersebut sebagai alternatif dalam memberdayakan masyarakat pesisir.
Hutan mangrove yang ditanam oleh masyarakat di wilayah pesisir mempunyai manfaat untuk melindungi pantai dari abrasi dan menjaga ekosistem pesisir. Dalam upaya memberdayakan masyarakat supaya agar dapat memetik hasil dari penghijauan mangrove yaitu dengan budidaya ikan. (bandeng, nila, kepiting, dll).
I. MODEL SILVOFISHERY
Sistem budidaya silvofishery dapat dikembangkan oleh petambak karena dapat memanfaatkan tanaman mangrove dan ikan untuk dibudidayakan. Salah satu model silvofishery yang dikembangkan di Kota Pekalongan adalah memadukan tanaman mangrove dengan budidaya kepiting. Kepiting yang dibudidayakan adalah jenis kepiting bakau (Scylla serrata) dalam keranjang / basket secara dengan sistem baterai yang dipelihara 3-4 minggu dipenen bila sudah mengalami ganti kulit (molting). Kepiting yang molting dipasaran dikenal dengan kepiting sokha atau kepiting lemburi.
Usaha budidaya kepiting sokha ini memanfaatkan lahan secara optimal karena pemeliharaannya sangat cepat antara 3-4 minggu dan dengan hasil jual yang relatif mahal sekitar Rp. 100.000/kg.
Keuntungan dengan sistem silvofishery ini dapat meningkatkan produktivitas lahan dengan memanfaatkan potensi secara maksimal dan menguntungkan. Konsep silvofishery sangat cocok dikembangkan di daerah pantai sebagai upaya pemanfaatan lahan dan peningkatan pendapatan para petambak dan pelestari hutan mangrove.
II. PEMILIHAN LOKASI
Persyaratan umum untuk tambak silvofishery ini antara lain sebagai berikut :
- Keadaan pasang surut sampai ke lokasi tambak (untuk sirkulasi air);
- terdapat tanaman mangrove di sekitar areal budidaya
- Bebas pencemaran
- Aman dari banjir dan bencana alam lainnya.
III. PENGELOLAAN
Persiapan tambak antara lain :
- Kegiatan pemasangan keramba dan jembatan
- Penebaran benih kepiting.
- Pemeliharaan ( pemberian pakan, pengukuran kualitas air, sampling, dan lain – lain)
- Pengontrolan kepiting yang mengalami molting.
- Pengambilan kepiting molting untuk dijual
IV. P A N E N
- Panen kepiting sokha dilakukan secara bertahap mulai minggu ketiga sampai umur 1 bulan.
- Kepiting sudah mengalami molting (ganti kulit) sekitar 150 gram/ekor (size 6-7 ekor/kg)
- Hasil panen dikumpulkan untuk dipasarkan.
ANALISA USAHA
1. BIAYA INVESTASI :
a. Basket 480 unit @ Rp.17.500 : Rp 8.400.000
b. Bambu 78 btg @ Rp.14.000 : Rp 1.092.000
c. Timbangan 1 unit : Rp 150.000
b. Tali 5 kg @ Rp. 40.000 : Rp. 800.000
Rp 10.442.000
2. BIAYA OPERASIONAL :
a. Benih kepiting 60 kg @ Rp45.000 : Rp 2.700.000
b. Pakan (ikan segar) 80 kg @ Rp. 12.000 : Rp 960.000
c. Tenaga kerja 1 org : Rp 1.000.000 Rp. 4.660.000
3. JUMLAH BIAYA :
a. Penyusutan investasi (5%) : Rp 522.100
b. Biaya operasional : Rp 4.660.000
Rp 5.182.100
4. PENDAPATAN :
Kepiting sokha 66 kg @ Rp 100.000 : Rp 6.600.000
5. KEUNTUNGAN :
Keuntungan = Pendapatan – Biaya
= Rp 6.600.000 – Rp 5.182.100) = Rp 1.417.900
Sumber :
b. Tali 5 kg @ Rp. 40.000 : Rp. 800.000
Rp 10.442.000
2. BIAYA OPERASIONAL :
a. Benih kepiting 60 kg @ Rp45.000 : Rp 2.700.000
b. Pakan (ikan segar) 80 kg @ Rp. 12.000 : Rp 960.000
c. Tenaga kerja 1 org : Rp 1.000.000 Rp. 4.660.000
3. JUMLAH BIAYA :
a. Penyusutan investasi (5%) : Rp 522.100
b. Biaya operasional : Rp 4.660.000
Rp 5.182.100
4. PENDAPATAN :
Kepiting sokha 66 kg @ Rp 100.000 : Rp 6.600.000
5. KEUNTUNGAN :
Keuntungan = Pendapatan – Biaya
= Rp 6.600.000 – Rp 5.182.100) = Rp 1.417.900
Sumber :
http://pusluh.kkp.go.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar