Jumat, 18 Mei 2018

Mengatasi Beberapa Permasalahan dalam Pembenihan Ikan Lele

Hasil gambar untuk benih ikan lele

Masalah budidaya lele bisa kapan saja.Bisa pagi hari, saat baru dijenguk, bisa siang hari saat diurus, bahkan bisa malam hari, saat akan ditinggalkan. Bagi yang sudah tahu solusinya, mungkin itu tidak bakal masalah, tinggal memberi perlakuan saja, semua bakal beres.Namun belum tahu solusinya, harus mengetahui dulu, baru mencoba menerapkannya.
Berikut ini beberapa permaslahan yang sering ditemui dalam usaha pembenihan ikan lele beserta solusinya; 
Induk belum matang gonad
Sebelum melakukan pemijahan (alami dan buatan), kita harus melakukan seleksi induk untuk mengetahui kematangannya.Namun terkadang yang ditemui, induk-induk tersebut tidak matang gonad, induk betina tidak bertelur dan jantan belum siap

Ada beberapa penyebab mengapa induk-induk tersebut tidak matang gonad
  • Belum cukup umur, tidak mungkin ikan yang masih mudah bertelur, terutama induk-induk yang dihasilkan dari kegiatan sendiri.
  • Kurang pakan, sehingga kebutuhan gizi untuk perkembangan telur tidak cukup atau hanya untuk ketahanan tubuh dan pertumbuhan saja
  • Jumlahnya kurang, sehingga masa kematangan tidak sesuai dengan jadual kegiatan pemijahan, karena ada selang waktu antara pemijahan ke pemijahan berikutnya.
Faktor musim
Solusi :
  • Mengunakan induk-induk yang cukup umur atau sudah dewasa, yaitu betina sudah berumur minimal 12 bulan dan jantan 10 bulan.
  • Memberikan pakan yang cukup, baik kualitas maupun kuantitasnya. Untuk meningkatkan kualitas telur dan sperma, dapat diselingi dengan daging keong mas dan penambahan telur ayam ataua bebek.
  • Menambah jumlah induk sesuai dengan kebutuhan. Pada kondisi normal, induk betina dapat bertelur lagi dalam 6 minggu, sementara jantan kembali siap dalam 3 minggu.
  • Soal musim, mungkin manusia tidak bakal mampu mengendalikannya. Biasanya induk lele tidak matang pada peralihan musim kemarau ke musim hujan, yaitu Bulan Juli dan Agustus. 

Tidak memijah
Pada pemijahan alami, terkadang induk-induk tidak memijah sesuai dengan harapan.Secara ekonomis, kejadian ini memang tidak merugikan, tetapi dapat menghambat proses produksi, pekerjaan yang dilakukan menjadi sia-sia, karena hasilnya nihil.
Penyebab :
Ada berbagai penyebab mengapa induk-induk tidak memijah, diantaranya :
  • Kurang teliti dalam seleksi induk, sehingga induk jantan dan betina yang dipilih belum siap pijah
  • Kurang paham dalam persiapan kolam, sehingga lingkungan pemijahan tidak mendukung dalam pemijahan
  • Kurang strategis dalam memilih lokasi kolam pemijahan, sehinga keadaan lingkungan mengganggu proses pemijahan.
Solusi :
  • Lebih teliti dalam memilih induk agar mendapatkan induk-induk yang siap pijah. Lebih detaii, dapat dlihat dalam panduan.
  • Lebih teliti dalam persiapan kolam pemijahan agar kondisinya mendukung. Lebih detaii, dapat dlihat dalam panduan.
  • Memilih lokasi kolam pemijahan yang strategis agar keadaan lindkungan tidak mengganggu proses pemijahan.
Telur berwarna putih
Meski memijah, namun terkadang telur-telurnya berwarna putih. Ini pertanda bahwa telur-telur tidak akan menetas, karena telur yang akan menetas berwarna kuning tua dan bening.
Penyebab :
Masalah telur yang berwarna putih ini disebabkan karena induk jantan belum siap pijah.Perlu diketahui, bahwa telur-telur dari induk yang sudah matang gonad juga bisa keluar, meski induk jantan belum siap pijah.Bahkan hanya diberi kakaban saja bisa keluar, karena ada rangsangan.
Solusi :
Lebih teliti dalam seleksi induk jantan agar mendapatkan induk yang siap pijah.Ingat induk jantan yang siap pijah itu, selain bertubuh merah, gerakannya lincah dan alat kelamin berwarna merah juga alat kelamin tersebut menggembung ke ujung alat kelaminnya.

Daya tetas telur rendah
Daya tetas telur yang rendah artinya larva yang menetas hanya sedikit, jauh dari prakiraan, padahal jumlah telur yang dibuahi atau berwarna kuning tua banyak sekali, namun telur berubah putih dan akhirnya tidak menetas.
Penyebab :
  • Berubahnya warna telur dari kuning tua menjadi putih dan akhirnya tidak menetas ini disebabkan oleh berbagai factor, diantaranya :
  • Kualitas telur dan sperma kurang bagus, sehingga telurnya tidak bertahan lama. Ini terjadi akibat jumlah pakannya sedikit dan kualitasnya kurang bagus
  • Kualitas air yang kurang bagus sehingga kurang mendukung perkembangan penetasan telur
  • Kandungan oksigen dalan yang rendah sehingga suplay oksigen pada telur kurang
Solusi :
  • Memberikan pakan tambahan yang cukup dan meningkatkan kualitasnya. Pakan dapat ditingkatkan kualitasnya dengan mencampurkan 1 butir telur ayam atau bebek dengan 0,5 – 1 kg pakan tambahan. Caranya, pecahkan telur, campurkan ke dalam pakan, aduk rata dan langsung diberikan ke induk.
  • Dengan menggunakan air yang berkualitas bagus. Sebelum digunakan, air tersebut diendapkan selama sehari untuk menguapkan gas-gas beracun dan mengendapkan kotoran dan lumpur.
  • Dengan memberikan aliran air pada kolam penetasan hingga menetas. Untuk telur yang diteaskan di kolam, setelah menetas, aliran air dihentikan agar tidak menghayutkan larva. Sedangkan untuk telur yang ditetaskan dalam hapa atau hasil pemijahan buatan, aliran itu tidak perlu dihentikan atau mengalir secara kontinyu.

Setelah menetas, larva mati
Setelah menetas, masalah lain sering terjadi, yaitu larvanya mati. Kejadian ini dapat dilihat dengan jelas dengan mata telanjang, dimana ikan kecil yang telah memiliki organ lengkap terkapar di permukaan kakaban, dasar kolam dan juga hapa.
Penyebab :
  • Larva yang mati setelah menetas ini dapat menjadi penyebab lain, yaitu airn kolam menjadi bau dan mengganggu kehidupan larva yang lain. Hal ini disebabkan oleh berbagai factor, diantaranya
  • Induk jantan dan betina yang dipijahkan belum cukup umur atau masih sangat muda, sehingga kondisi tubuh larva sangat lemah.
  • Kualitas air yang kurang baik sehingga tidak mendukung kehidupan larva, terutama karena airnya memang sudah bau dan mengganggu pernapasannya.
  • Kandungan oksigen dalam air yang rendah sehingga pernapasan larva terganggu.
Solusi :
  • Menggunakan induk yang sudah cukup umur. Jantan sudah berumur 10 bulan dan betina sudah berumur 12 bulan
  • Memberi aliran air pada kolam penetasan telur untuk membuang bau air akibat telur yang tidak menetas. Aliran air ini juga dapat meningkatkan kandungan oksigen.

Larva mengapung, dengan perut kembung
Larva yang mengapung di permukaan air, dengan perut kembung serta posisi terbalik atau perut di atassering terlihat di pendederan I atau pemeliharaan larva. Kejadian yang sama sering terjadi di kolam penetasan. Larva-larva tersebut biasanya mengumpul di sudut dan pinnggir kolam.Jika tidak segera ditangani, maka larva-larva tersebut bisa mati.
Penyebab :
Masalah ini disebabkan oleh dua faktor, yaitu :
  • Suhu air terlalu tinggi. Ini terjadi air di kolam pemeliharaan larva dan kolam penetasan telur terlalu dangkal, sinar matahari yang terik pada waktu-waktu tertentu dengan cepat menaikan suhu air.
  • Padat tebar larva terlalu tinggi, sehinggga kandungan oksigen dalam air tidak mencukupi kebutuhan seluruh larva.
  • Terlambat memindahkan larva atau larva terlalu lama di kolam penetasan atau lebih dari lima hari, sehingga larva tidak dapat menemukan pakan alami. 
Solusi :
  • Tinggi air di kolam penetasan dan kolam pemeliharaan larva dinaikan, misalnya dari 20 cm menjadi 25 cm atau 30 cm.
  • Padat tebar larva dikurangi, sehingga kandungan oksgen cukup untuk kebutuhan semua larva.
  • Sebelum 5 hari atau tepat 5 hari, larva segera dipindah ke kolam lain yang sudah disiapkan, lalu diberi pakan, seperti cacing dank utu air.

Pertumbuhan larva lambat
Setelah beberapa hari ditebar, larva sering tumbuh lambat.Mestinya larva umur seminggu, sudah mencapai ukuran 1 – 1,5 cm, atau umur 14 hari, mestinya larva sudah mencapai ukuran 1,5 – 2 cm, atau umur 21 hari,mestinya larva sudah mencapai ukuran 2 – 3 cm. Tetapi ukurannya jauh lebih kecil.
Penyebab :
Lambatnya pertumbuhan larva dapat disebabkan oleh berbagai factor, diantaranya :
  • Induk yang dipijahkan berkualitas rendah atau bukan induk unggul, sehingga anak-anaknya juga pasti tidak memiliki genetic yang unggul.
  • Padat tebar yang terlalu tinggi, sehingga ruang geraknya sempit dan tidak mendapatkan pakan yang cukup.
  • Jumlah pakan yang diberikan kurang dan kualitasnya juga sangat rendah, sehingga gizi yang masuk ke dalam tubuh tidak memenuhi kebutuhan hidupnya.
Solusi :
  • Menggunakan induk unggul, yaitu induk yang dibeli dari institusi resmi atau induk hasil kegiatan sendiri yang telah diseleksi sesuai dengan standar yang disarankan para ahli
  • Mengurangi padat tebar, yaitu 1.000 ekor/m2. Namun dalam pelaksanaannya terkadang sulit, kecuali dengan menambah jumlah kolam dan mengurang jumlah induk yang dipijahkan.
  • Memberikan pakan yang cukup dan kualitas yang baik. Pakan yang paling baik untuk larva adalah cacing sutra, disusul kutu air dalam populasi yang tinggi.
Sumber : http://dunialeleku.blogspot.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar