Minggu, 07 April 2019

Pembenihan Gurame dengan Sistem Resirkulasi

Hasil gambar untuk budidaya gurame sistem resirkulasi

Penggunaan sistem resirkulasi pada pembenihan gurame harus dirancang dengan menggunakan teknologi yang tepat guna baik wadah yang digunakan maupun teknik budidayanya, mudah penanganannya dan biaya ekonomi yang rendah. Peningkatan nilai ekonomis dapat dilakukan melalui peningkatan padat penebaran benih yang dipelihara.

Peningkatan padat penebaran dari 15 ekor/liter menjadi 20 ekor/liter atau 25 ekor/liter berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan bobot dan panjang, sedangkan peningkatan padat penebaran dari 15 ekor/liter menjadi 20 ekor/liter tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat sintasan, namun berbeda nyata bila ditingkatkan menjadi 25 ekor/liter. Sehingga, peningkatan padat penebaran hingga 20 ekor/liter masih dapat dilakukan pada pemeliharaan benih gurame dalam sistem resirkulasi dari umur 10 hari hingga 40 hari atau pendederan pertama.

Hasil gambar untuk budidaya gurame sistem resirkulasi


Peralatan yang digunakan pada sistem ini relatif mudah ditemukan dan sudah biasa digunakan, kecuali pompa air dan aerator, di tingkat pembenih gurame, diantaranya: baskom. Desain sistem dibuat sedemikian rupa hanya untuk melanjutkan proses penetasan telur yang biasa menggunakan sistem tergenang (dalam baskom) hingga proses pendederan selama 40 hari.

Sistem resirkulasi dijalankan menggunakan pompa dengan debit 10 – 15 liter/menit pada unit filtrasi. Unit filtrasi dirancang sebagai filtrasi biologis (biofiltration) dengan sistem tenggelam (submerged filter) untuk memanfaatkan kerja bakteri melalui proses amonifikasi dan nitrifikasi. Air media pemeliharaan dialirkan secara gravitasi dari setiap wadah pemeliharaan melalui pipa ke bak filter. 

Bak filter disusun menjadi beberapa bagian, yaitu: bagian penyaringan fisika, bagian penyaringan biologi dan bagian penampungan. Pada bagian atas filter fisika menggunakan spon untuk menyaring kotoran yang berukuran besar, seperti kotoran ikan. Pada bagian bawah menggunakan cangkang kerang air tawar, sebagai alternatif dapat juga digunakan arang atau kerikil ukuran besar. Filter biologi bagian pertama memanfaatkan cangkang kerang sedangkan pada bagian kedua menggunakan kerikil lebih kecil atau ijuk untuk memperluas permukaan yang memungkinakan tempat penempelan bakteri nitrifikasi. Pada bagian penampungan ditambahkan aerasi (alat: aerator akuarium 1 titik) guna menambah suplai oksigen. Setelah penyaringan, air media dialirkan kembali menggunakan pompa ke wadah pemeliharaan ikan. Penambahan air baru hanya dilakukan untuk mengganti air yang menguap.

Sistem ini memungkinkan untuk dilakukan dalam skala rumah tangga, sebagai usaha sampingan bagi ibu rumah tangga. Karena sistem pembuangan dibuat di bagian bawah dengan aliran air yang memutar, kotoran ikan dapat terbawa dan tersangkur pada filter fisika. Secara periodik, peran ibu rumah tangga adalah membersihkan spon yang ditempeli kotoran.

Sumber : https://indoorcommunity.files.wordpress.com


Tidak ada komentar:

Posting Komentar