Ikan gabus merupakan ikan yang memiliki habitat di rawa – rawa. Ikan ini termasuk ikan yang kuat dalam pertahanan hidupnya karena mampu hidup di lingkungan yang berlumpur dan miskin oksigen karena memiliki labyrint. Meski dapat hidup di rawa, ikan gabus juga menyenangi perairan yang tenang dari danau, waduk dan sungai. Ikan gabus merupakan ikan yang termasuk dalam ikan predator, atau ikan pemangsa dan memiliki sifat karnivora, makanannya yang utama adalah udang air tawar, ikan kecil, kepiting, katak, dan cacing, serta berbagai serangga yang hidup di perairannya.
Ikan gabus adalah sejenis ikan buas yang hidup di air tawar. Ikan sungai yang cukup besar, dapat tumbuh hingga mencapai panjang 1 meter. Berkepala besar agak gepeng mirip kepala ular, gigi-giginya besar dan tajam, dengan sisik-sisik besar di atas kepala. Tubuh bulat gilig memanjang, seperti peluru kendali. Sirip punggung memanjang dan sirip ekor membulat di ujungnya.
Sisi atas tubuh dari kepala hingga ke ekor berwarna gelap, hitam kecoklatan atau kehijauan. Sisi bawah tubuh putih, mulai dagu ke belakang. Sisi samping bercoret-coret tebal (striata, bercoret-coret) yang agak kabur. Warna ini seringkali menyerupai lingkungan sekitarnya. Mulut besar, dengan gigi-gigi besar dan tajam.
Nama : Ikan Gabus. Nama lainnya : Ikan Huan (Lubai), Aruan (Banjar), Kocolan (Betawi), Bogo (Sunda), Bayong, Bogo, Licingan (Bms.), Kutuk, Khotes (Jawa), Haruan (Malaysia), Common snakehead, Snakehead murrel, Chevron snakehead, Striped snakehead (Inggris). Nama ilmiahnya : Channa striata (Bloch, 1793).
Ciri - ciri :
Ikan gabus biasa didapati di danau, rawa, sungai, dan saluran-saluran air hingga ke sawah-sawah. Ikan ini memangsa aneka ikan kecil-kecil, serangga, dan berbagai hewan air lain termasuk berudu dan kodok. Seringkali ikan gabus terbawa banjir ke parit-parit di sekitar rumah, atau memasuki kolam-kolam pemeliharaan ikan dan menjadi hama yang memangsa ikan-ikan peliharaan di sana. Jika sawah, kolam atau parit mengering, ikan ini akan berupaya pindah ke tempat lain, atau bila terpaksa, akan mengubur diri di dalam lumpur hingga tempat itu kembali berair. Oleh sebab itu ikan ini acap kali ditemui ‘berjalan’ di daratan, khususnya di malam hari di musim kemarau, mencari tempat lain yang masih berair. Fenomena ini adalah karena gabus memiliki kemampuan bernapas langsung dari udara, dengan menggunakan semacam organ labirin (seperti pada ikan lele atau betok) namun lebih primitif.
Nilai positif dan negatifnya :Sebetulnya ikan gabus memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Ikan-ikan gabus liar yang ditangkap dari sungai, danau dan rawa-rawa di Sumatra dan Kalimantan kerap kali diasinkan sebelum diperdagangkan antar pulau. Gabus asin merupakan salah satu ikan kering yang cukup mahal harganya. Selain itu ikan gabus segar, kebanyakan dijual dalam keadaan hidup, merupakan sumber protein yang cukup penting bagi masyarakat desa, khususnya yang berdekatan dengan wilayah berawa atau sungai.
Sejak beberapa tahun yang lalu di Amerika utara, ikan ini dan beberapa kerabat dekatnya yang sama-sama termasuk snakehead fishes diwaspadai sebagai ikan berbahaya, yang dapat mengancam kelestarian biota perairan di sana. Jenis-jenis snakehead sebetulnya masuk ke Amerika sebagai ikan akuarium. Kemungkinan karena kecerobohan, maka kini snakehead juga ditemui di alam, di sungai-sungai dan kolam di Amerika. Dan karena sifatnya yang buas dan invasif, Pemerintah Amerika khawatir ikan-ikan itu akan cepat meluas dan merusak keseimbangan alam perairan.
Kegunaan dan khasiatnya : Ikan Gabus memiliki protein yang sangat tinggi. Ikan ini merupakan sumber albumin bagi penderita hipoalbumin (rendah albumin) dan luka. Baik luka pascaoperasi maupun luka bakar. Bahkan, di daerah pedesaan, anak laki-laki pasca dikhitan selalu dianjurkan mengonsumsi ikan jenis itu agar penyembuhan lebih cepat. Caranya, daging ikan tersebut dikukus atau di-steam sehingga memperoleh filtrate, yang dijadikan menu ekstra bagi penderita hipoalbumin dan luka. Pemberian menu ekstrak filtrat ikan gabus tersebut berkorelasi positif dengan peningkatan kadar albumin plasma dan penyembuhan luka pascaoperasi.
Beberapa penelitian telah dipublikasikan diantaranya disampaikan oleh Prof.Doktor.Ir.Eddy Suprayitno MS, Guru Besar Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya Malang dalam Rapat Senat Terbuka Tgl 4 Januari 2003.Lebih lanjut melalui dokter bedah Digestif dalam penelitiannya dia telah melakukan verifikasi antara Human Serum Albumin dengan Fish Albumin Ikan Gabus dan terbukti dapat mempercepat penyembuhan luka hingga 30 % (dari rerata 10 hari menjadi 7 hari).
Memang tidak semua orang suka dengan rasa dan bauamis ikan gabus. Hal ini sudah disiasati dengan cara ikan gabus dibuat ekstrak dalam bentuk bubuk lalu dimasukkan ke dalam kapsul.Penelitian ini dilakukan oleh Prof. DR. dr. Nurpudji A. Taslim, MPH., SpGK., ahli gizi dari CFNH (Center for Food, Nutrition, and Health) bersama rekan-rekannya di Universitas Hasanudin, yang berhasil membuktikannya. Penelitian ini dilakukan di RS Wahidin Sudiro Husodo, Makassar, Sulawesi Selatan. Setelah beberapa kali mengonsumsi ikan gabus, kadar albumin si pasien meningkat sehingga kesehatannya pun membaik lebih cepat. Beberapa penelitian juga bernada sama yaitu ada manfaat ikan gabus untuk meningkatkan kadar albumin.
Dalam tubuh manusia, albumin (salah satu fraksi protein) disintesis oleh hati kira-kira 100-200 mikrogram/g jaringan hati setiap hari. Albumin didistribusikan secara vaskuler dalam plasma dan secara ekstravaskuler dalam kulit, otot, serta beberapa jaringan lain."Sintesis albumin dalam sel hati dipengaruhi faktor nutrisi. Terutama, asam amino, hormon, dan adanya satu penyakit." Gangguan sintesis albumin, kata Eddy, biasanya terjadi pada pengidap penyakit hati kronis, ginjal, serta kekurangan gizi. Sebenarnya, daging ikan gabus tidak hanya menjadi sumber protein, tapi juga sumber mineral lain. Di antaranya, zinc (seng) dan trace element lain yang diperlukan tubuh.
Hasil studi Eddy pernah diujicobakan di instalasi gizi serta bagian bedah RSU dr Saiful Anwar Malang. Uji coba tersebut dilakukan pada pasien pascaoperasi dengan kadar albumin rendah (1,8 g/dl). “Dengan perlakuan 2 kg ikan kutuk masak per hari, telah meningkatkan kadar albumin darah pasien menjadi normal (3,5-5,5 g/dl)," Penelitian di Indonesia masih terus mengembangkan pembuatan ekstrak untuk obat oles atau serbuk untuk obat luar.
Sementara di Malaysia, pembuatan krim dan tablet tersebut sudah dilakukan sejak dulu kala. Pusat Pengajian Sains Farmasi Universiti Sains Malaysia (USM) telah menghasilkan tablet dan krim obat luka tahun 1999 dan sekaligus menjadikan Prof Madya Dr Saringat Baie sebagai orang pertama yang menghasilkan tablet dari ikan haruan. Menurut Saringat Baie, haruan mempunyai asam amino dan lemak yang dapat menyembuhkan luka dalam perut serta amat baik untuk mengobati penyakit gastrik. Syaratnya, haruan tersebut harus haruan liar dan bukan haruan yang dibudidayakan.
"Produk herba dalam bentuk krim dapat menyembuhkan luka apabila dioles segera ke tempat luka. Untuk yang berbentuk tablet dapat digunakan untuk kesehatan wanita, terutama setelah bersalin," kata Saringat Baie seperti dikutip harian Metro Malaysia awal tahun 2000.
Sumber :
Rosadi ; http://mediaperikanan.blogspot.com
Nama : Ikan Gabus. Nama lainnya : Ikan Huan (Lubai), Aruan (Banjar), Kocolan (Betawi), Bogo (Sunda), Bayong, Bogo, Licingan (Bms.), Kutuk, Khotes (Jawa), Haruan (Malaysia), Common snakehead, Snakehead murrel, Chevron snakehead, Striped snakehead (Inggris). Nama ilmiahnya : Channa striata (Bloch, 1793).
Ciri - ciri :
Ikan gabus biasa didapati di danau, rawa, sungai, dan saluran-saluran air hingga ke sawah-sawah. Ikan ini memangsa aneka ikan kecil-kecil, serangga, dan berbagai hewan air lain termasuk berudu dan kodok. Seringkali ikan gabus terbawa banjir ke parit-parit di sekitar rumah, atau memasuki kolam-kolam pemeliharaan ikan dan menjadi hama yang memangsa ikan-ikan peliharaan di sana. Jika sawah, kolam atau parit mengering, ikan ini akan berupaya pindah ke tempat lain, atau bila terpaksa, akan mengubur diri di dalam lumpur hingga tempat itu kembali berair. Oleh sebab itu ikan ini acap kali ditemui ‘berjalan’ di daratan, khususnya di malam hari di musim kemarau, mencari tempat lain yang masih berair. Fenomena ini adalah karena gabus memiliki kemampuan bernapas langsung dari udara, dengan menggunakan semacam organ labirin (seperti pada ikan lele atau betok) namun lebih primitif.
Pada musim kawin, ikan jantan dan betina bekerjasama menyiapkan sarang di antara tumbuhan dekat tepi air. Anak-anak ikan berwarna jingga merah bergaris hitam, berenang dalam kelompok yang bergerak bersama-sama kian kemari untuk mencari makanan. Kelompok muda ini dijagai oleh induknya.
Jenis - jenis :
Ikan gabus menyebar luas mulai dari Pakistan di barat, Nepal bagian selatan, kebanyakan wilayah di India, Bangladesh, Sri Lanka, Tiongkok bagian selatan, dan sebagian besar wilayah di Asia Tenggara termasuk Indonesia bagian barat. Gabus dan kerabatnya termasuk hewan purba, yakni dari Asia (genus Channa) dan Afrika (genus Parachanna). Seluruhnya kurang lebih terdapat 30 spesies dari kedua genus tersebut. Di Indonesia terdapat beberapa spesies Channa; yang secara alami semuanya menyebar di sebelah barat Garis Wallace. Namun kini gabus sudah diintroduksikan ke bagian timur pula.
Ikan gabus terdiri dari berbagai jenis spesies yaitu :
Jenis - jenis :
Ikan gabus menyebar luas mulai dari Pakistan di barat, Nepal bagian selatan, kebanyakan wilayah di India, Bangladesh, Sri Lanka, Tiongkok bagian selatan, dan sebagian besar wilayah di Asia Tenggara termasuk Indonesia bagian barat. Gabus dan kerabatnya termasuk hewan purba, yakni dari Asia (genus Channa) dan Afrika (genus Parachanna). Seluruhnya kurang lebih terdapat 30 spesies dari kedua genus tersebut. Di Indonesia terdapat beberapa spesies Channa; yang secara alami semuanya menyebar di sebelah barat Garis Wallace. Namun kini gabus sudah diintroduksikan ke bagian timur pula.
Ikan gabus terdiri dari berbagai jenis spesies yaitu :
- Ikan Gabus ( Ophiocephalus Striatus ) di Kalimantan disebut ikan Aruwan, di Sulawesi disebut ikan Tola, di Bali disebut ikan Kayu. Dengan ciri punggungnya berwarna coklat, panjang maksimal 90 cm;
- Ikan Kehung ( Ophiocephalus Melanoptus ) di Palembang disebut ikan Bujuk, di Kalimantan disebut ikan Kehung, warna tubuhnya agak coklat kehitaman dengan berat mencapai 750 gram dan panjang maksimum 65 cm;
- Ikan Kerandang ( Ophiocephalus pleurophthamus ) di Palembang disebut ikan Serancang di Kalimantan disebut ikan Mikau. Warna tubuhnya agak kuning dan coklat agak kehitaman dengan perut warnanya agak putih dengan berat maksimal 0,5 kg panjang tubuh maksimal 40 cm;
- Ikan Unggui ( Ophicephalus bankanensis ) memiliki punggung berwarna coklat sementara perutnya warnanya lebih terang. Bobot maksimumnya adalah 1 kg per ekor. Dan panjang 24 cm;
- Ikan Toman ( Ophicepalus micropeltes ) ikan ini banyak terdapat di Sumatera Utara dan Palembang. Dipulau Jawa ikan ini disebut dengan ikan Buhung atau Tobang. Saat muda ikan ini berwarna merah namun jika sudah dewasa berganti warna hijau kebiruan dan bercampur ungu. Dapat mencapai 3 kg per ekornya dengan panjang sekitar 64 cm;
- Ikan Betutu memiliki punggung berwarna coklat kehitam-hitaman sementara perutnya warnanya lebih terang. Bobot maksimumnya adalah 300 gram dan panjang 24 cm;
- Ikan Pungkut dengan ciri punggungnya berwarna coklat, siripnya berwarna kemerah-merahan panjang maksimal 10 cm, biasanya ikan ini hidup pada sungai kecil-kecil dan perairan yang dangkat.
Nilai positif dan negatifnya :Sebetulnya ikan gabus memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Ikan-ikan gabus liar yang ditangkap dari sungai, danau dan rawa-rawa di Sumatra dan Kalimantan kerap kali diasinkan sebelum diperdagangkan antar pulau. Gabus asin merupakan salah satu ikan kering yang cukup mahal harganya. Selain itu ikan gabus segar, kebanyakan dijual dalam keadaan hidup, merupakan sumber protein yang cukup penting bagi masyarakat desa, khususnya yang berdekatan dengan wilayah berawa atau sungai.
Ikan gabus juga merupakan ikan pancingan yang menyenangkan. Dengan umpan hidup berupa serangga atau anak kodok, gabus relatif mudah dipancing. Namun giginya yang tajam dan sambaran serta tarikannya yang kuat, dapat dengan mudah memutuskan tali pancing.
Ikan ini juga dapat sangat merugikan, yakni apabila masuk ke kolam-kolam pemeliharaan ikan (Meskipun beberapa kerabat gabus di Asia juga sengaja dikembangbiakkan sebagai ikan peliharaan). Gabus sangat rakus memangsa ikan kecil-kecil, sehingga bisa menghabiskan ikan-ikan yang dipelihara di kolam, utamanya bila ikan peliharaan itu masih berukuran kecil.
Ikan ini juga dapat sangat merugikan, yakni apabila masuk ke kolam-kolam pemeliharaan ikan (Meskipun beberapa kerabat gabus di Asia juga sengaja dikembangbiakkan sebagai ikan peliharaan). Gabus sangat rakus memangsa ikan kecil-kecil, sehingga bisa menghabiskan ikan-ikan yang dipelihara di kolam, utamanya bila ikan peliharaan itu masih berukuran kecil.
Sejak beberapa tahun yang lalu di Amerika utara, ikan ini dan beberapa kerabat dekatnya yang sama-sama termasuk snakehead fishes diwaspadai sebagai ikan berbahaya, yang dapat mengancam kelestarian biota perairan di sana. Jenis-jenis snakehead sebetulnya masuk ke Amerika sebagai ikan akuarium. Kemungkinan karena kecerobohan, maka kini snakehead juga ditemui di alam, di sungai-sungai dan kolam di Amerika. Dan karena sifatnya yang buas dan invasif, Pemerintah Amerika khawatir ikan-ikan itu akan cepat meluas dan merusak keseimbangan alam perairan.
Kegunaan dan khasiatnya : Ikan Gabus memiliki protein yang sangat tinggi. Ikan ini merupakan sumber albumin bagi penderita hipoalbumin (rendah albumin) dan luka. Baik luka pascaoperasi maupun luka bakar. Bahkan, di daerah pedesaan, anak laki-laki pasca dikhitan selalu dianjurkan mengonsumsi ikan jenis itu agar penyembuhan lebih cepat. Caranya, daging ikan tersebut dikukus atau di-steam sehingga memperoleh filtrate, yang dijadikan menu ekstra bagi penderita hipoalbumin dan luka. Pemberian menu ekstrak filtrat ikan gabus tersebut berkorelasi positif dengan peningkatan kadar albumin plasma dan penyembuhan luka pascaoperasi.
Beberapa penelitian telah dipublikasikan diantaranya disampaikan oleh Prof.Doktor.Ir.Eddy Suprayitno MS, Guru Besar Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya Malang dalam Rapat Senat Terbuka Tgl 4 Januari 2003.Lebih lanjut melalui dokter bedah Digestif dalam penelitiannya dia telah melakukan verifikasi antara Human Serum Albumin dengan Fish Albumin Ikan Gabus dan terbukti dapat mempercepat penyembuhan luka hingga 30 % (dari rerata 10 hari menjadi 7 hari).
Memang tidak semua orang suka dengan rasa dan bauamis ikan gabus. Hal ini sudah disiasati dengan cara ikan gabus dibuat ekstrak dalam bentuk bubuk lalu dimasukkan ke dalam kapsul.Penelitian ini dilakukan oleh Prof. DR. dr. Nurpudji A. Taslim, MPH., SpGK., ahli gizi dari CFNH (Center for Food, Nutrition, and Health) bersama rekan-rekannya di Universitas Hasanudin, yang berhasil membuktikannya. Penelitian ini dilakukan di RS Wahidin Sudiro Husodo, Makassar, Sulawesi Selatan. Setelah beberapa kali mengonsumsi ikan gabus, kadar albumin si pasien meningkat sehingga kesehatannya pun membaik lebih cepat. Beberapa penelitian juga bernada sama yaitu ada manfaat ikan gabus untuk meningkatkan kadar albumin.
Dalam tubuh manusia, albumin (salah satu fraksi protein) disintesis oleh hati kira-kira 100-200 mikrogram/g jaringan hati setiap hari. Albumin didistribusikan secara vaskuler dalam plasma dan secara ekstravaskuler dalam kulit, otot, serta beberapa jaringan lain."Sintesis albumin dalam sel hati dipengaruhi faktor nutrisi. Terutama, asam amino, hormon, dan adanya satu penyakit." Gangguan sintesis albumin, kata Eddy, biasanya terjadi pada pengidap penyakit hati kronis, ginjal, serta kekurangan gizi. Sebenarnya, daging ikan gabus tidak hanya menjadi sumber protein, tapi juga sumber mineral lain. Di antaranya, zinc (seng) dan trace element lain yang diperlukan tubuh.
Hasil studi Eddy pernah diujicobakan di instalasi gizi serta bagian bedah RSU dr Saiful Anwar Malang. Uji coba tersebut dilakukan pada pasien pascaoperasi dengan kadar albumin rendah (1,8 g/dl). “Dengan perlakuan 2 kg ikan kutuk masak per hari, telah meningkatkan kadar albumin darah pasien menjadi normal (3,5-5,5 g/dl)," Penelitian di Indonesia masih terus mengembangkan pembuatan ekstrak untuk obat oles atau serbuk untuk obat luar.
Sementara di Malaysia, pembuatan krim dan tablet tersebut sudah dilakukan sejak dulu kala. Pusat Pengajian Sains Farmasi Universiti Sains Malaysia (USM) telah menghasilkan tablet dan krim obat luka tahun 1999 dan sekaligus menjadikan Prof Madya Dr Saringat Baie sebagai orang pertama yang menghasilkan tablet dari ikan haruan. Menurut Saringat Baie, haruan mempunyai asam amino dan lemak yang dapat menyembuhkan luka dalam perut serta amat baik untuk mengobati penyakit gastrik. Syaratnya, haruan tersebut harus haruan liar dan bukan haruan yang dibudidayakan.
"Produk herba dalam bentuk krim dapat menyembuhkan luka apabila dioles segera ke tempat luka. Untuk yang berbentuk tablet dapat digunakan untuk kesehatan wanita, terutama setelah bersalin," kata Saringat Baie seperti dikutip harian Metro Malaysia awal tahun 2000.
Sumber :
Rosadi ; http://mediaperikanan.blogspot.com
id.wikipedia dan berbagai sumber lainnya.
http://sites.google.com/site/dangaulubai/inspirasi-fauna/ikan-gabus
http://sites.google.com/site/dangaulubai/inspirasi-fauna/ikan-gabus
Tidak ada komentar:
Posting Komentar