Berdasarkan tempat tumbuhnya penyakit di dalam tubuh ikan maka bagian tubuh
ikan yang diserang penyakit dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu :
1. Bagian luar tubuh ikan yaitu kulit, sirip, mata, hidung dan insang.
Ikan yang terserang penyakit pada kulitnya akan terlihat
lebih pucat dan berlendir. Ikan tersebut biasanya akan menggosokgosokkan tubuhnya
pada bendabenda yang ada di sekitarnya. Sedangkan serangan penyakit pada insang
menyebabkan ikan sulit bernafas, tutup insang mengembang dan warna insang
menjadi pucat. Pada lembaran insang sering terlihat bintik-bintik merah karena
pendarahan kecil (peradangan).
2. Bagian dalam tubuh ikan.
Penyakit yang menyerang organ dalam sering mengakibatkan
perut ikan membengkak dengan sisik yang berdiri. Sering pula dijumpai perut
ikan menjadi kurus. Jika menyerang usus, biasanya akan mengakibatkan peradangan
dan jika menyerang gelembung renang, ikan akan kehilangan keseimbangan pada
saat berenang. Oleh karena itu ikan dikatakan sakit bila terjadi suatu kelainan
baik secara anatomis maupun fisiologis. Secara anatomis terjadi kelainan bentuk
bagian-bagian tubuh ikan seperti bagian badan, kepala, ekor, sirip dan perut.
Secara fisiologis terjadi kelainan fungsi organ seperti; penglihatan,
pernafasan, pencernaan, sirkulasi darah dan lainlain. Gejala yang diperlihatkan
dapat berupa kelainan perilaku atau penampakan kerusakan bagian tubuh ikan.
Adapun ciri-ciri ikan sakit adalah sebagai berikut;
1. Behaviour (perilaku ikan)
- Ikan sering berenang di permukaan air dan terlihat terengah-engah (megapmegap).
- Ikan sering menggosokgosokan tubuhmya pada suatu permukaan benda.
- Ikan tidak mau makan (nafsu makan menurun).
- Untuk jenis ikan yang sering berkelompok, maka ikan yang sakit akan memisahkan diri dan berenang secara pasif
2. Equilibriun
Equibriun artinya keseim-bangan, ikan yang terserang penyakit keseimbangannya terganggu, maka ikan berenang oleng, dan loncat-loncat tidak teratur, bahkan menabrak dinding bak.
Equibriun artinya keseim-bangan, ikan yang terserang penyakit keseimbangannya terganggu, maka ikan berenang oleng, dan loncat-loncat tidak teratur, bahkan menabrak dinding bak.
3. External lesion Adalah abnomalitas dari organ tubuh tertentu karena adamya
serangan penyakit. External lesion pada ikan antara lain:
Discoloration
Pada ikan sehat mempunyai warna
tubuh normal sesuai dengan pigmen yang dimilikinya. Kelainan pada warna yang
tidak sesuai dengan pigmennya adalah suatu
discoloration. Seperti warna gelap menjadi pucat dan lain-lain.
Produksi lendir
Lendir pada ikan sakit akan
berlebihan bahkan sampai menyelimuti tubuh ikan tergantung pada berat tidaknya
tingkat infeksi.
Kerusakan organ luar
Kelainan bentuk organ ini
disebabkan oleh parasit tertentu yang menyebabkan kerusakan organ seperti pada
kulit, sirip, insang dan lainlain.
Pada insang dapat menyebabkan insang terlihat pucat atau adanya bercak merah.
Pada insang dapat menyebabkan insang terlihat pucat atau adanya bercak merah.
4. Faktor kondisi
Pada ikan sehat mempunyai korelasi antara bobot (M) dan panjang (L) ikan yang seimbang yaitu dengan rumus sebagai berikut
Pada ikan sehat mempunyai korelasi antara bobot (M) dan panjang (L) ikan yang seimbang yaitu dengan rumus sebagai berikut
Dimana :
M : berat ikan (gr)
L : panjang ikan (cm)
Ikan mempunyai nilai K yang berbeda-beda tergantung jenisnya bila nilai K berubah dari normal maka ikan dikatakan sakit.
M : berat ikan (gr)
L : panjang ikan (cm)
Ikan mempunyai nilai K yang berbeda-beda tergantung jenisnya bila nilai K berubah dari normal maka ikan dikatakan sakit.
Pada ikan mas sehat K = 1,9
sedangkan yang sakit K = 1,6 ikan
yang mempunyai K < 1,4 ikan tidak dapat hidup lagi.
Gejala penampakan kerusakan bagian tubuh ikan antara lain:
sedangkan yang sakit K = 1,6 ikan
yang mempunyai K < 1,4 ikan tidak dapat hidup lagi.
Gejala penampakan kerusakan bagian tubuh ikan antara lain:
1. Dropsy
Dropsy merupakan gejala dari suatu penyakit bukan penyakit itu sendiri. Gejala dropsy ditandai dengan terjadinya pembengkakan pada rongga tubuh ikan. Pembengkakan tersebut sering menyebabkan sirip ikan berdiri sehingga penampakannya akan menyerupai buah pinus.
Dropsy merupakan gejala dari suatu penyakit bukan penyakit itu sendiri. Gejala dropsy ditandai dengan terjadinya pembengkakan pada rongga tubuh ikan. Pembengkakan tersebut sering menyebabkan sirip ikan berdiri sehingga penampakannya akan menyerupai buah pinus.
Pembengkakan terjadi sebagai akibat berakumulasinya cairan,
atau
lendir dalam rongga tubuh (Gambar 8.21). Gejala ini disertai dengan,
lendir dalam rongga tubuh (Gambar 8.21). Gejala ini disertai dengan,
- malas bergerak,
- gangguan pernapasan,
- warna kulit pucat kemerahan
Gambar 8.21. Akumulasi cairan Akumulasi cairan selain akan
menyisakan rongga yang “menganga” lebar, juga akan menyebabkan organ dalam
tubuh ikan tertekan. Bila gelembung renang ikut tertekan dapat menyebabkan keseimbangan
ikan terganggu Secara alamiah bakteri penyebab dropsy kerap dijumpai dalam
lingkungan, tetapi biasanya dalam jumlah normal dan terkendali.Perubahan
bakteri ini menjadi patogen, bisa terjadi karena akibat masalah
osmoregulator ;pada ikan yaitu,
- kualitas air yang kurang baik menurunnya fungsi kekebalan tubuh ikan,
- malnutrisi atau karena faktor genetik. malnutrisi atau karena faktor genetik.
Infeksi utama biasanya terjadi melalui mulut, yaitu ikan
secara sengaja atau tidak memakan kotoran ikan lain yang terkontaminasi patogen
atau akibat kanibalisme terhadap ikan lain yang terinfeksi.
2. Kelainan Gelembung Renang
Gelembung renang (swimbladder) adalah organ berbentuk kantung berisi udara yang berfungsi untuk mengatur ikan mengapung atau melayang di dalam air, sehingga ikan tersebut tidak perlu berenang terus menerus untuk mempertahankan posisinya. Organ ini hampir ditemui pada semua jenis ikan. Beberapa kelainan atau masalah dengan gelembung renang, yang umum dijumpai, adalah : sebagai akibat dari luka dalam, terutama akibat berkelahi atau karena kelainan bentuk tubuh.
Gelembung renang (swimbladder) adalah organ berbentuk kantung berisi udara yang berfungsi untuk mengatur ikan mengapung atau melayang di dalam air, sehingga ikan tersebut tidak perlu berenang terus menerus untuk mempertahankan posisinya. Organ ini hampir ditemui pada semua jenis ikan. Beberapa kelainan atau masalah dengan gelembung renang, yang umum dijumpai, adalah : sebagai akibat dari luka dalam, terutama akibat berkelahi atau karena kelainan bentuk tubuh.
Beberapa jenis ikan yang hidup di air deras seringkali
memiliki gelembung renang yang kecil atau bahkan hampir hilang sama sekali,
karena dalam kondisi demikian gelembung renang boleh dikatakan tidak ada
fungsinya. Untuk ikan-ikan jenis ini, kondisi gelembung renang demikian adalah
normal dan bukan merupakan suatu gejala penyakit. Mereka biasanya hidup di
dasar atau menempel pada subtrat.
Gambar 8.22. Contoh kasus kelainan gelembung renang (swim
bladder) pada ikan “red parrot”, ikan berenang dengan kepala di bawah.
Tanda-tanda penyakit kelainan gelembung renang Perilaku berenang tidak normal
dan Kehilangan keseimbangan. Ikan tampak kesulitan dalam menjaga posisinya dalam
air. Kerusakan gelembung renang menyebabkan organ ini tidak bisa mengembang dan
mengempis, sehingga menyebabkan ikan mengapung dipermukaan atau tenggelam.
Dalam beberapa kasus ikan tampak berenang dengan kepala atau ekor dibawah atau
terapung pada salah satu sisi tubuhnya, atau bahkan berenang
terbalik.
3. Mata Berkabut (Cloudy Eye)
Mata berkabut atau “cloudy eye” ditandai dengan memutihnya selaput mata ikan. Permukaan luar mata tampak dilapisi oleh lapisan tipis berwarna putih. Secara umum gejala ini disebabkan oleh Kondisi kualitas air yang memburuk, terutama sebagai akibat meningkatnya kadar amonia dalam air. Apabila gejala mata berkabut terjadi, maka hal yang harus dicurigai terlebih dahulu adalah kondisi air. Koreksi parameter air hingga sesuai dengan keperluan ikan yang bersangkutan. Apabila gejala ini terjadi, sedangkan parameter air dalam keadaan normal, maka terdapat kemungkinan gejala tersebut disebabkan oleh hal lain.
Mata berkabut atau “cloudy eye” ditandai dengan memutihnya selaput mata ikan. Permukaan luar mata tampak dilapisi oleh lapisan tipis berwarna putih. Secara umum gejala ini disebabkan oleh Kondisi kualitas air yang memburuk, terutama sebagai akibat meningkatnya kadar amonia dalam air. Apabila gejala mata berkabut terjadi, maka hal yang harus dicurigai terlebih dahulu adalah kondisi air. Koreksi parameter air hingga sesuai dengan keperluan ikan yang bersangkutan. Apabila gejala ini terjadi, sedangkan parameter air dalam keadaan normal, maka terdapat kemungkinan gejala tersebut disebabkan oleh hal lain.
4. Sembelit (Konstipasi) Sembelit atau konstipasi (constipation) merupakan
gejala yang tidak jarang dijumpai pada ikan, dengan ciri utama ikan kehilangan
nafsu makan, tidak bisa buang kotoran, dan malas (berdiam diri di dasar). Dalam
kasus berat bisa disertai dengan nafas tersengal 422
sengal (megap-megap) dan badan mengembung.
sengal (megap-megap) dan badan mengembung.
5. Ulcer
Ulcer merupakan suatu pertanda tarjadinya berbagai infeksi bakteri sistemik pada ikan. Fenomena ini biasanya ditandai dengan munculnya borok/luka terbuka pada tubuh ikan. Sering pula borok ini disertai dengan memerahnya pinggiran borok tersebut. Ulcer dapat memicu terjadinya infeksi sekunder terutama infeksi jamur, selain itu, dapat pula disertai dengan gejala penyakit bakterial lainnya seperti kembung, dropsi, kurus, atau mata menonjol (pop eye).
Ulcer merupakan suatu pertanda tarjadinya berbagai infeksi bakteri sistemik pada ikan. Fenomena ini biasanya ditandai dengan munculnya borok/luka terbuka pada tubuh ikan. Sering pula borok ini disertai dengan memerahnya pinggiran borok tersebut. Ulcer dapat memicu terjadinya infeksi sekunder terutama infeksi jamur, selain itu, dapat pula disertai dengan gejala penyakit bakterial lainnya seperti kembung, dropsi, kurus, atau mata menonjol (pop eye).
Gambar 8.23. Gejala umum Ulcer yang disertai dengan infeksi
jamur Saprolegnia.
6. Busuk Mulut
Tanda-tanda penyakit adalah : mulut membengkak, mulut tidak bisa mengatup disusul kematian dalam waktu singkat. Busuk mulut merupakan penyakit akibat infeksi bakteri. Kehadiran penyakit ini ditandai dengan munculnya memar putih atau abu-abu disekitar kepala, sirip, insang dan rongga mulut. Memar tersebut kemudian akan bekembang menjadi bentukan berupa kapas berwarna putih kelabu, khususnya di sekitar mulut, sehingga mulut sering menjadi tidak bisa terkatup. Kehadiran benda ini tidak jarang sulit dibedakan dengan serangan jamur. Oleh karena itu, untuk memastikan dengan jelas diperlukan pengamatan dibawah mikroskop. Pada serangan ringan, seperti ditunjukkan oleh adanya memar putih saja, kematian dapat terjadi setelah timbulnya kerusakan fisik yang berarti. Sedangkan dalam serangan akut dan cepat, yang biasanya terjadi di dearah dengan suhu udara hangat seperti di Indonesia, penyakit tersebut dapat berinkubasi kurang dari 24 jam dan kematian terjadi dalam waktu 2 – 3 hari, diantaranya disertai dengan rontoknya mulut. Meskipun demikian, di beberapa kasus bisa terjadi kematian tanpa disertai gejala fisik apapun, sehingga apabila dijumpai kematian mendadak pada ikan, salah satu yang perlu dicurigai adalah akibat serangan penyakit ini.
Tanda-tanda penyakit adalah : mulut membengkak, mulut tidak bisa mengatup disusul kematian dalam waktu singkat. Busuk mulut merupakan penyakit akibat infeksi bakteri. Kehadiran penyakit ini ditandai dengan munculnya memar putih atau abu-abu disekitar kepala, sirip, insang dan rongga mulut. Memar tersebut kemudian akan bekembang menjadi bentukan berupa kapas berwarna putih kelabu, khususnya di sekitar mulut, sehingga mulut sering menjadi tidak bisa terkatup. Kehadiran benda ini tidak jarang sulit dibedakan dengan serangan jamur. Oleh karena itu, untuk memastikan dengan jelas diperlukan pengamatan dibawah mikroskop. Pada serangan ringan, seperti ditunjukkan oleh adanya memar putih saja, kematian dapat terjadi setelah timbulnya kerusakan fisik yang berarti. Sedangkan dalam serangan akut dan cepat, yang biasanya terjadi di dearah dengan suhu udara hangat seperti di Indonesia, penyakit tersebut dapat berinkubasi kurang dari 24 jam dan kematian terjadi dalam waktu 2 – 3 hari, diantaranya disertai dengan rontoknya mulut. Meskipun demikian, di beberapa kasus bisa terjadi kematian tanpa disertai gejala fisik apapun, sehingga apabila dijumpai kematian mendadak pada ikan, salah satu yang perlu dicurigai adalah akibat serangan penyakit ini.
7. Bintik Putih – White Spot (Ich)
White spot atau dikenal juga sebagai penyakit “ich”, merupakan penyakit ikan yang disebabkan oleh parasit. Penyakit ini umum dijumpai pada hampir seluruh spesies ikan. Secara potensial white spot dapat berakibat mematikan. Penyakit ini ditandai dengan munculnya bintik-bintik putih di sekujur tubuh dan juga sirip. Inang white spot yang bervariasi, siklus hidupnya serta caranya meperbanyak diri dalam air memegang peranan penting terhadap berjangkitnya penyakit tersebut. Tanda-tanda
White spot atau dikenal juga sebagai penyakit “ich”, merupakan penyakit ikan yang disebabkan oleh parasit. Penyakit ini umum dijumpai pada hampir seluruh spesies ikan. Secara potensial white spot dapat berakibat mematikan. Penyakit ini ditandai dengan munculnya bintik-bintik putih di sekujur tubuh dan juga sirip. Inang white spot yang bervariasi, siklus hidupnya serta caranya meperbanyak diri dalam air memegang peranan penting terhadap berjangkitnya penyakit tersebut. Tanda-tanda
Penyakit Siklus hidup white spot terdiri dari
beberapa tahap, tahapan tesebut secara umum dapat dibagi dua yaitu :
Tahapan infektif dan Tahapan tidak infektif (sebagai “mahluk” yang hidup bebas di dalam air atau dikenal sebagai fase berenang). Gejala klinis white spot merupakan akibat dari bentuk tahapan sisklus infektif. Ujud dari “white spot” pada tahapan infektif ini dikenal sebagai Trophont. Trophont hidup dalam lapisan epidermis kulit, insang atau rongga mulut. Oleh karena itu, julukan white spot sebagai ektoparasit dirasa kurang tepat, karena sebenarnya mereka hidup dilapisan dalam kulit, berdekatan dengan lapisan basal lamina. Meskipun demikian parasit ini tidak sampai menyerang lapisan di bawahnya atau organ dalam lainnya.
Tahapan infektif dan Tahapan tidak infektif (sebagai “mahluk” yang hidup bebas di dalam air atau dikenal sebagai fase berenang). Gejala klinis white spot merupakan akibat dari bentuk tahapan sisklus infektif. Ujud dari “white spot” pada tahapan infektif ini dikenal sebagai Trophont. Trophont hidup dalam lapisan epidermis kulit, insang atau rongga mulut. Oleh karena itu, julukan white spot sebagai ektoparasit dirasa kurang tepat, karena sebenarnya mereka hidup dilapisan dalam kulit, berdekatan dengan lapisan basal lamina. Meskipun demikian parasit ini tidak sampai menyerang lapisan di bawahnya atau organ dalam lainnya.
Gambar 8.24. Ikan yang terserang “white spot”Ikan-ikan yang
terjangkit akan menunjukkan gejala sebagai berikut : Penampakan berupa bintik-bintik putih
pada sirip, tubuh, insang atau mulut. Masing-masing bintik ini sebenarnya
adalah individu parasit yang diselimuti oleh lapisan semi transparan dari
jaringan tubuh ikan. Pada awal perkembangannya bintik tersebut tidak akan bisa
dilihat dengan mata. Tapi pada saat parasit tersebut makan, tumbuh dan
membesar, sehingga bisa mencapai 0.5-1 mm, bintik tersebut dapat dengan mudah
dikenali. Pada kasus berat beberapa individu dapat dijumpai bergerombol pada
tempat yang sama. Ikan yang terjangkit ringan sering dijumpai menggosok-gosokan
tubuhnya pada benda-benda lain di dalam air sebagai respon terhadap terjadinya
iritasi pada kulit mereka. Sedangkan ikan yang terjangkit berat dapat
menunjukkan gejala-gejala sebagai berikut : Mengalami kematian sebagai
akibat terganggunya sistem pengaturan osmotik ikan, Akibat gangguan pernapasan,
atau Menyebabkan infeksi sekunder. Ikan berukuran kecil dan burayak dapat
mengalami kematian setelah beberapa hari terjangkit berat. Ikan yang terjangkit
berat akan menunjukkan perilaku abnormal dan disertai dengan perubahan
fisiologisantara lain adalah :
Ikan tampak gelisah atau meluncur kesana kemari dengan cepat Siripnya tampak
bergetar (mungkin sebagai akibat terjadinya iritasi pada sirip tersebut).Pada
ikan yang terjangkit sangat , mereka akan tampak lesu, atau terapung di
permukaan. Kulitnya berubah menjadi pucat dan mengelupas. Sirip tampak
robek-robek dan compang-camping.Insang juga tampak memucat. Kerusakan pada
kulit dan insang ini akan memicu ikan mengalami stres osmotik dan stres
pernapasan. Stres pernapasan ditunjukkan dengan pergerakan tutup insang yang
cepat (megap-megap) dan ikan tampak mengapung di permukaan dalam usahanya untuk
mendapatkan oksigen lebih banyak. Apabila ini terjadi, ikan untuk dapat
disembuhkan akan relatif sangat kecil.
8. Keracunan Kolam maupun akuarium merupakan suatu ekosistem kecil yang sangat
terbatas, oleh karena itu terjadinya pencemaran oleh bahan beracun yang dapat
terakumulasi pada ekosistem tersebut. Beberapa bahan beracun yang dapat masuk
kedalam lingkungan kolam maupun akuarium baik sengaja maupun tidak, antara lain
adalah: Obat-obatan yang sengaja diberikan untuk mengatasi/mencegah suatu
penyakit pada ikan.
Bahan kimia yang secara tidak sengaja digunakan disekitar akuarium, sperti parfum, aerosol, asap rokok berlebihan, minyak, insektisida, cat, deterjen atau sabun. Hasil metabolisme ikan yaitu urine dan kotoran ikan. Kualitas air sumber yang tercemar.
Bahan kimia yang secara tidak sengaja digunakan disekitar akuarium, sperti parfum, aerosol, asap rokok berlebihan, minyak, insektisida, cat, deterjen atau sabun. Hasil metabolisme ikan yaitu urine dan kotoran ikan. Kualitas air sumber yang tercemar.
Racun bisa juga juga ditimbulkan dari : Obat-obatan atau bahan kimia seperti kaporit
Pembusukan bahan-bahan organik
pada dasar wadah dapat pula menyumbangkan bahan beracun,seperti; amonia, nitrit,
dan nitrat Ikan beracun: Beberapa jenis ikan dan binatang tertentu (terutama
dari lingkungan air laut) diketahui mengandung
racun. Oleh karena itu, binatang binatang ini bisa menimbulkan akibat fatal
pada ikan lainnya. Beberapa contoh dari golongan binatang beracun ini adalah; skinned
puffer, boxfish, truckfish, soapfish, lionfish, scorpion fish, ikan pari,
anemon, mentimun laut, gurita, koal api, spong api, landak laut, dan fireworms.
Pada umumnya binatang-binatang tersebut akan mengeluarkan racunnya apabila
dalam keadaan terancam atau ketakutan. Beberapa jenis juga dapat mengeluarkan
racunnya apabila terluka atau sakit. Gejala keracunan pada ikan: Ikan meluncur
dengan cepat kesana kemari secara tiba-tiba, Berenang dengan liar, dan
terkadanghingga menabrak benda-benda yang adad. Nafas tersengal-sengal. Warna
menjadi pudar. Terkadang tergeletak di dasar wadah dangan nafas
tersengal-sengal. Oleh karena itu, apabila ikan secara tiba-tiba dan serentak
(hampir menimpa seluruhnya) bernapas tersengal-sengal bisa dipastikan
airtercemar bahan beracun.
9. Euthanasia
Dalam memelihara ikan hias, ada kalanya kita dihadapkan pada suatu pilihan yang sulit, khususnya pada saat ikan kesayangan tersebut menderita suatu penyakit atau mengalami luka-luka yang parah. Keputusan untuk menentukan harus mencoba mengakhiri penderitaan ikan tersebut (Euthanasia) atau mencoba menyembuhkannya merupakan hal yang sangat sulit, apalagi bila selama ini sudah terjalin keakraban antara pemilik dan ikan kesayangannya. Jika tindakan euthannasia diperlukan berikut adalah beberapa hal yang perlu diperhatikan. Cara Euthanasia yang Dianjurkan:
Dalam memelihara ikan hias, ada kalanya kita dihadapkan pada suatu pilihan yang sulit, khususnya pada saat ikan kesayangan tersebut menderita suatu penyakit atau mengalami luka-luka yang parah. Keputusan untuk menentukan harus mencoba mengakhiri penderitaan ikan tersebut (Euthanasia) atau mencoba menyembuhkannya merupakan hal yang sangat sulit, apalagi bila selama ini sudah terjalin keakraban antara pemilik dan ikan kesayangannya. Jika tindakan euthannasia diperlukan berikut adalah beberapa hal yang perlu diperhatikan. Cara Euthanasia yang Dianjurkan:
Perlu diingat bahwa ikan mempunyai rasa sakit dan stress,
oleh karena itu, euthanasia perlu dilakukan secara manusiawi. Beberapa cara
yang biasa dilakukan adalah:
Konkusi :
Pada cara ini tubuh ikan dibungkus dengan kain tetapi kepalanya dibiarkan terbuka. Kemudian kepala ikan tersebut dipukulkan pada benda keras, sekeras mungkin. Bisa juga dilakukan dengan cara memukul kepala ikan tersebut dengan benda keras. Pastikan bahwa otak ikan tersebut telah rusak, kalau tidak, terdapat kemungkinkan ikan akan sadar kembali. Untuk memastikannya anda bisa gunakan gunting atau pisau untuk merusakkan otaknya.
Pada cara ini tubuh ikan dibungkus dengan kain tetapi kepalanya dibiarkan terbuka. Kemudian kepala ikan tersebut dipukulkan pada benda keras, sekeras mungkin. Bisa juga dilakukan dengan cara memukul kepala ikan tersebut dengan benda keras. Pastikan bahwa otak ikan tersebut telah rusak, kalau tidak, terdapat kemungkinkan ikan akan sadar kembali. Untuk memastikannya anda bisa gunakan gunting atau pisau untuk merusakkan otaknya.
Dekapitasi:
Untuk ikan-ikan berukuran kecil, kepala ikan dapat dipisahkan dengan cepat menggunakan pisau atau gunting yang sangat tajam. Selanjutnya otak ikan tersebut segera dihancurkan. Ikan masih dapat tersadar selama beberapa saat setelah kepalanya terpisah, oleh karena itu, tindakan penghancuran otak ini diperlukan. Pembiusan overdosis: Cara ini termasuk sesuai untuk berbagai jenis ukuran ikan. Selain itu juga sesuai untuk melakukan Euthanasia bersama-sama pada ikan yang mengalami sakit secara masal. Caranya adalah dengan merendam ikan pada larutan obat bius ikan pada konsentrasi berlebih dan dalam waktu relatif lama.
Untuk ikan-ikan berukuran kecil, kepala ikan dapat dipisahkan dengan cepat menggunakan pisau atau gunting yang sangat tajam. Selanjutnya otak ikan tersebut segera dihancurkan. Ikan masih dapat tersadar selama beberapa saat setelah kepalanya terpisah, oleh karena itu, tindakan penghancuran otak ini diperlukan. Pembiusan overdosis: Cara ini termasuk sesuai untuk berbagai jenis ukuran ikan. Selain itu juga sesuai untuk melakukan Euthanasia bersama-sama pada ikan yang mengalami sakit secara masal. Caranya adalah dengan merendam ikan pada larutan obat bius ikan pada konsentrasi berlebih dan dalam waktu relatif lama.
Cara Euthanasia yang tidak dianjurkan:
Memasukan ikan kedalam septitank hidup-hidup dan menggelontornya dengan air. Mengeluarkan ikan dari dalam air, kemudian membiarkannya sampai mati. Memasukkan ikan pada air mendidih. Memasukkan ikan pada air dingin (es). Mendinginkan ikan secara perlahanlahan. Mematahkan leher ikan tanpa diikuti dengan pengrusakan otak Setelah melakukan Euthanasia, kuburlah ikan tersebut di tempat yang aman, agar tidak menimbulkan penularan yang tidak diperlukan. Jangan berikan ikan sakit tersebut sebagai pakan pada ikan lainya untuk menghindari penularan dan penyebaran penyakit pada ikan lainnya. Apabila akan diberikan sebagai pakan pada binatang lain, pastikan jenis penyakitnya tidak akan menulari binatang lain tersebut. Dari penjelasan tentang beberapa gejala serangan penyakit maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa tanda-tanda penyakit pada beberapa jenis ikan pada umumnya hampir sama, misalnya untuk penyakit bintik putih pada ikan air tawar, payau maupun laut hampir sama. Gejala yang umum pada ikanikan yang terjangkit penyakit ini akan menunjukkan penampakan berupa bintik-bintik putih pada sirip, tubuh, insang atau mulut. Masing-masing bintik ini sebenarnya adalah individu parasit yang diselimuti oleh lapisan semi transparan dari jaringan tubuh ikan. Pada awal perkembangannya bintik tersebut tidak akan bisa dilihat dengan mata. Tapi pada saat parasit tersebut makan, tumbuh dan membesar, sehingga bisa mencapai 0.5-1 mm, bintik tersebut dapat dengan mudah dikenali. Pada kasus berat beberapa individu dapat dijumpai bergerombol pada tempat yang sama. Ikan yang terjangkit ringan sering tubuhnya pada benda-benda lain di dalam wadah sebagai respon terhadap terjadinya iritasi pada kulit mereka. Sedangkan ikan yang terjangkit berat dapat mengalami kematian sebagai akibat terganggunya sistem pengaturan osmotik ikan, akibat gangguan pernapasan, atau akibat infeksi sekunder. Ikan berukuran kecil dan burayak dapat mengalami kematian setelah beberapa hari terjangkit berat. Ikan yang terjangkit berat akan menunjukkan perilaku abnormal dan disertai dengan perubahan fisiologis. Mereka akan tampak gelisah atau meluncur kesana kemari dengan cepat dan siripnya tampak bergetar (mungkin sebagai akibat terjadinya iritasi pada sirip tersebut). Pada ikan yang terjangkit sangat parah, mereka akan tampak lesu, atau terapung di permukaan. Kulitnya berubah menjadi pucat dan mengelupas, sirip tampak robek-robek dan compangcamping. Insang juga tampak memucat. Terjadinya kerusakan pada kulit dan insang ini akan memicu ikan mengalami stres osmotik dan stres pernapasan. Stres pernapasan ditunjukkan dengan pergerakan tutup insang yang cepat (megap-megap) dan ikan tampak mengapung di permukaan dalam usahanya untuk mendapatkan oksigen lebih banyak. Apabila ini terjadi peluang ikan untuk dapat disembuhkan akan relatif sangat kecil. Penyakit yang menyerang ikan budidaya sebenarnya dapat dideteksi lebih dini oleh para pembudidaya jika memperhatikan gejala-gejala yang diperlihatkan oleh ikan budidaya. Setiap ikan yang terserang penyakit akan memberikan suatu gejala yang khas. Secara umum gejala ikan sakit yang dapat dilihat dengan mudah bagi para pembudidaya ikan, dapat dilihat dari dua kejadian yang terjadi pada ikan budidaya yaitu cara kematian ikan di kolam dan tingkah laku ikan yang dipelihara.
Memasukan ikan kedalam septitank hidup-hidup dan menggelontornya dengan air. Mengeluarkan ikan dari dalam air, kemudian membiarkannya sampai mati. Memasukkan ikan pada air mendidih. Memasukkan ikan pada air dingin (es). Mendinginkan ikan secara perlahanlahan. Mematahkan leher ikan tanpa diikuti dengan pengrusakan otak Setelah melakukan Euthanasia, kuburlah ikan tersebut di tempat yang aman, agar tidak menimbulkan penularan yang tidak diperlukan. Jangan berikan ikan sakit tersebut sebagai pakan pada ikan lainya untuk menghindari penularan dan penyebaran penyakit pada ikan lainnya. Apabila akan diberikan sebagai pakan pada binatang lain, pastikan jenis penyakitnya tidak akan menulari binatang lain tersebut. Dari penjelasan tentang beberapa gejala serangan penyakit maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa tanda-tanda penyakit pada beberapa jenis ikan pada umumnya hampir sama, misalnya untuk penyakit bintik putih pada ikan air tawar, payau maupun laut hampir sama. Gejala yang umum pada ikanikan yang terjangkit penyakit ini akan menunjukkan penampakan berupa bintik-bintik putih pada sirip, tubuh, insang atau mulut. Masing-masing bintik ini sebenarnya adalah individu parasit yang diselimuti oleh lapisan semi transparan dari jaringan tubuh ikan. Pada awal perkembangannya bintik tersebut tidak akan bisa dilihat dengan mata. Tapi pada saat parasit tersebut makan, tumbuh dan membesar, sehingga bisa mencapai 0.5-1 mm, bintik tersebut dapat dengan mudah dikenali. Pada kasus berat beberapa individu dapat dijumpai bergerombol pada tempat yang sama. Ikan yang terjangkit ringan sering tubuhnya pada benda-benda lain di dalam wadah sebagai respon terhadap terjadinya iritasi pada kulit mereka. Sedangkan ikan yang terjangkit berat dapat mengalami kematian sebagai akibat terganggunya sistem pengaturan osmotik ikan, akibat gangguan pernapasan, atau akibat infeksi sekunder. Ikan berukuran kecil dan burayak dapat mengalami kematian setelah beberapa hari terjangkit berat. Ikan yang terjangkit berat akan menunjukkan perilaku abnormal dan disertai dengan perubahan fisiologis. Mereka akan tampak gelisah atau meluncur kesana kemari dengan cepat dan siripnya tampak bergetar (mungkin sebagai akibat terjadinya iritasi pada sirip tersebut). Pada ikan yang terjangkit sangat parah, mereka akan tampak lesu, atau terapung di permukaan. Kulitnya berubah menjadi pucat dan mengelupas, sirip tampak robek-robek dan compangcamping. Insang juga tampak memucat. Terjadinya kerusakan pada kulit dan insang ini akan memicu ikan mengalami stres osmotik dan stres pernapasan. Stres pernapasan ditunjukkan dengan pergerakan tutup insang yang cepat (megap-megap) dan ikan tampak mengapung di permukaan dalam usahanya untuk mendapatkan oksigen lebih banyak. Apabila ini terjadi peluang ikan untuk dapat disembuhkan akan relatif sangat kecil. Penyakit yang menyerang ikan budidaya sebenarnya dapat dideteksi lebih dini oleh para pembudidaya jika memperhatikan gejala-gejala yang diperlihatkan oleh ikan budidaya. Setiap ikan yang terserang penyakit akan memberikan suatu gejala yang khas. Secara umum gejala ikan sakit yang dapat dilihat dengan mudah bagi para pembudidaya ikan, dapat dilihat dari dua kejadian yang terjadi pada ikan budidaya yaitu cara kematian ikan di kolam dan tingkah laku ikan yang dipelihara.
Cara kematian ikan dikolam budidaya dapat
dikelompokkan menjadi beberapa yaitu :
1. Kematian ikan di kolam budidaya terjadi secara tiba-tiba dengan ciri-cirinya
adalah :
- Ikan yang berukuran besar mati lebih dulu
- Ikan yang belum mati ada dipermukaan kolam atau disaluran air masuk
- Air kolam berubah warna dan menyebarkan bau busuk
- Ikan-ikan yang mati terjadi pada dini hari
- Tanaman air pada mati.
Hal ini penyebabnya adalah : kekurangan oksigen di kolam budidaya
2. Kematian ikan yang terjadi secara tiba-tiba dan kejadiannya tidak selalu
pada pagi hari tetapi terjadi kapan saja dengan ciricirinya adalah :
- Ikan yang kecil mati terlebih dahulu
- Hewan air lainnya mati seperti kodok, siput
- Ikan berenang saling bertabrakan
Hal ini penyebabnya adalah : keracunan
3. Kematian ikan yang terjadi secara berurutan pada waktu yang cukup lama.
Penyebabnya adalah parasit
4. Kematian ikan yang terjadi dengan kecepatan kematian pada awal. Jumlah ikan
yang mati sedikit, kemudian banyak dan jarak antara kematian berselang sedikit. Penyebabnya
adalah : virus dan bakteri.
5. Kematian ikan yang terjadi secara berurutan dengan kecepatan kematian ikan
sedikit, sampai mencapai puncak dengan jumlah kematian yang tetap. Penyebabnya
adalah masalah makanan. Selain memperhatikan cara kematian dari ikan yang
dipelihara di dalam wadah budidaya, penyakit yang menyerang pada ikan budidaya
dapat dilakukan pemantauan dengan melihat tingkah laku ikan yang diduga
terserang penyakit. Tingkah laku ikan yang terserang penyakit pada beberapa
jenis penyakit biasanya spesifik.
Adapun tingkah laku ikan pada wadah budidaya yang terserang
penyakit dapat diketahui antara lain adalah :
1. Ikan-ikan yang dipelihara selalu berada atau berkumpul di permukaan air atau
di saluran pemasukkan air. Gejala serangan penyakit ini dapat diprediksi penyebabnya antara lain
adalah :
Kekurangan oksigen di perairan & Parasit ikan
2. Ikan berada di permukaan air dan gerakannya sedikit lebih
cenderung ikan tersebut berdiam diri (seperti keadaan lemas). Gejala serangan penyakit ini dapat diprediksi penyebabnya
antara lain adalah :
Parasit di insang
Kerusakan insang yang disebabkan oleh bakteri (virus)
Ikan kekurangan zat nutrisi (haemoglobin
3. Aktivitas makan ikan berkurang.
Gejala serangan penyakit ini dapat diprediksi penyebabnya antara lain adalah :
Gejala serangan penyakit ini dapat diprediksi penyebabnya antara lain adalah :
Perubahan kualitas atau mutu air
Makanan tidak cocok
Segala macam penyakit
4. Ikan berenang terbalik dengan posisi bagian perut berada
di atas dan ikan melakukan gerakan mengguling-gulingkan badannya. Gejala
serangan
penyakit ini dapat diprediksi penyebabnya
antara lain adalah :
Parasit
Virus
5. Ikan berada di dasar perairan dan tidak mau makan, serta
siripnya tidak berkembang. Gejala serangan penyakit ini dapat diprediksi
penyebabnya antara lain adalah :
Parasit
Kualitas air yang buruk
6. Ikan diam di dasar perairan dan menepi dipinggiran kolam.
Gejala serangan penyakit ini dapat diprediksi penyebabnya antara lain
adalah :
Parasit dari jenis Ichthyophthirius
multifiliis.
7. Ikan gelisah (terlampau aktif) dan menggesekkan badannya pada batu-batuan.
Gejala serangan penyakit ini dapat diprediksi penyebabnya antara
lain adalah :
Myxosoma
Crustacea
8. Ikan bergetar, Gejala serangan penyakit ini dapat diprediksi
penyebabnya antara lain adalah parasit. Dengan melihat tingkah laku ikan yang
dibudidayakan di wadah budidaya apapun, maka para pembudidaya ikan sudah
dapatmenduga adanya gejala serangan penyakit pada ikan. Untuk melihat secara
jelas dan pasti tentang jenis penyakit yang menyerang ikan peliharaan tersebut
maka harus dilakukan pengamatan dan melihat secara langsung organ tubuh ikan
yang terserang penyakit. Secara kasat mata dapat diketahui tentang jenis
penyakit yang menyerang ikan budidaya dari bagian tubuh luar ikan dan bagian
dalam tubuh ikan. Pada bagian tubuh ikan bagian luar antara lain memberikan
tanda-tanda serangan penyakit adalah :
1. Warna tubuh ikan lebih gelap dari penyakit ini dapat diprediksi penyebabnya
antara lain adalah :
Kekurangan vitamin C
Virus
Parasit jenis Trypanosoma (whirling disease)
2. Warna tubuh ikan kemerahan. Gejala serangan penyakit ini
dapat diprediksi penyebabnya antara lain adalah :
Insang ikan menggumpal disebabkan oleh bakteri, jamur
dan parasit
Ikan kekurangan makanan
3. Adanya luka borok. Gejala serangan penyakit ini dapat
diprediksi penyebabnya antara lain adalah :
Trematoda
Bakteri
Lernea dan Argulus
3. Adanya pendarahan pada daerah tertentu. Gejala serangan
penyakit ini dapat diprediksi penyebabnya antara lain adalah :
Argulus
Lernea
Bakteri
5. Ikan tubuhnya bengkak. Gejala penyakit ini dapat
diprediksi penyebabnya antara lain adalah :
Tumor
Siste (telur dari parasit)
6. Perubahan bentuk tubuh ikan,seperti badannya bengkok,
tidak mempunyai sirip. Gejala serangan penyakit ini dapat diprediksi
penyebabnya antara lain adalah :
Genetik (keturunan)
Kekurangan zat nutrisi (makanan)
7. Perubahan kulit ikan ada beberapa macam, Gejala serangan
penyakit ini dapat diprediksi penyebabnya antara lain adalah :
Terdapat bintik putih, penyebabnya adalah
Ichthyophthirius multifiliis
Terdapat selaput yang tidak beraturan, penyebabnya
adalah jamur
Ada lapisan lendir berwarna abu-abu, penyebabnya
adalah Trichodina, Costia, Chilodonella.
Ada bercak lendir dan darah, penyebabnya adalah
Monogenea.
Selain itu untuk lebih memastikan praduga tentang jenis
penyakit yang telah menyerang ikan budidaya sebaiknya dilakukan kembali
pemeriksaan ikan sampel di laboratorium hama dan penyakit ikan atau ditempat
pengambilan sampel secara langsung. Prosedur yang harus dilakukan sebelum
pemeriksaan parasit adalah ikan sampel terlebih dahulu dimatikan dengan cara menusukkan jarum pada bagian medulla oblangata. Kemudian panjang tubuh ikan dan berat tubuh ikan setiap sampel di catat. Pemeriksaan dapat dilakukan pada bagian internal maupun eksternal meliputi permukaan tubuh, sirip, insang, lambung dan usus. Ada beberapa metode pemeriksaan yaitu metode pemeriksaan ektoparasit, metode pemeriksaan endoparasit, metode penanganan spesimen dan identifikasi parasit. pemeriksaan Ektoparasit
1. Seluruh permukaan tubuh diamati secara kasat mata atau dengan menggunakan mikroskop dengan pembesaran 50 kali, setelah itu lendir dikerik
pemeriksaan parasit adalah ikan sampel terlebih dahulu dimatikan dengan cara menusukkan jarum pada bagian medulla oblangata. Kemudian panjang tubuh ikan dan berat tubuh ikan setiap sampel di catat. Pemeriksaan dapat dilakukan pada bagian internal maupun eksternal meliputi permukaan tubuh, sirip, insang, lambung dan usus. Ada beberapa metode pemeriksaan yaitu metode pemeriksaan ektoparasit, metode pemeriksaan endoparasit, metode penanganan spesimen dan identifikasi parasit. pemeriksaan Ektoparasit
1. Seluruh permukaan tubuh diamati secara kasat mata atau dengan menggunakan mikroskop dengan pembesaran 50 kali, setelah itu lendir dikerik
dengan menggunakan pisau bedah dan dibuat
preparat ulas pada gelas obyek yang telah ditetesi air dan diamati di bawah
mikroskop.
2. Seluruh sirip ikan dipotong dari tubuh dengan menggunakan gunting,ditempatkan pada gelas obyek yang telah ditetesi oleh air agar tidak kering
2. Seluruh sirip ikan dipotong dari tubuh dengan menggunakan gunting,ditempatkan pada gelas obyek yang telah ditetesi oleh air agar tidak kering
lalu diamati di bawah mikroskop.
3. Kedua belah insang diambil semua, dipisahkan antara filamen dengan tapisnya lalu ditumbuk secara perlahan dan ditetesi oleh air agar tidak
3. Kedua belah insang diambil semua, dipisahkan antara filamen dengan tapisnya lalu ditumbuk secara perlahan dan ditetesi oleh air agar tidak
kering lalu diamati di bawah mikroskop.
Metode Pemeriksaan Endoparasit
1. Perut ikan dibuka dengan menggunting perut bagian bawah ikan dari mulai anus hingga ke bawah sirip dada. Buka penutup rongga perut pada bagian atas mulai dari anus sampai sirip dada dan digunting mengikuti tutup insang sehingga isi perut terlihat. Isi perut dipindahkan ke dalam gelas objek atau cawan petri yang ditetesi dengan NaCl 0,6% lalu diamati dibawah mikroskop.
2. Pisahkan antara usus dan lambung, buka lambung dengan menggunakan gunting secara memanjang lalu diamati dibawah mikroskop atau bisa dengan mengerik secara perlahan bagian dalam lambung lalu oleskan pada gelas objek yang telah ditetesi oleh NaCl 0,6% lalu diamati dibawah mikroskop.
3. Usus yang sudah dipisahkan digunting memanjang lalu diletakkan pada gelas objek, dibuat sayatan setipis mungkin baru dilihat dibawah mikroskop. Jika dari pengamatan secara kasat mata atau visual dapat diduga jenis penyakit yang menyerang ikan budidaya dan untuk memastikan secara ilmiah dapat dilakukan pemeriksaan dibawah mikroskop dengan membuat preparat. Misalkan dari penampakan bagian luar tubuh ikan yang dibudidayakan diprediksi jenis penyakitnya maka prosedur yang akan dilakukan adalah sebagai berikut :
Protozoa
Protozoa diperoleh dengan mengerik lendir atau mukus yang kemudian dioleskan pada gelas objek yang telah ditetesi oleh air. Terdapat dua cara untuk dapat membuat preparat protozoa, yaitu :
1. Perut ikan dibuka dengan menggunting perut bagian bawah ikan dari mulai anus hingga ke bawah sirip dada. Buka penutup rongga perut pada bagian atas mulai dari anus sampai sirip dada dan digunting mengikuti tutup insang sehingga isi perut terlihat. Isi perut dipindahkan ke dalam gelas objek atau cawan petri yang ditetesi dengan NaCl 0,6% lalu diamati dibawah mikroskop.
2. Pisahkan antara usus dan lambung, buka lambung dengan menggunakan gunting secara memanjang lalu diamati dibawah mikroskop atau bisa dengan mengerik secara perlahan bagian dalam lambung lalu oleskan pada gelas objek yang telah ditetesi oleh NaCl 0,6% lalu diamati dibawah mikroskop.
3. Usus yang sudah dipisahkan digunting memanjang lalu diletakkan pada gelas objek, dibuat sayatan setipis mungkin baru dilihat dibawah mikroskop. Jika dari pengamatan secara kasat mata atau visual dapat diduga jenis penyakit yang menyerang ikan budidaya dan untuk memastikan secara ilmiah dapat dilakukan pemeriksaan dibawah mikroskop dengan membuat preparat. Misalkan dari penampakan bagian luar tubuh ikan yang dibudidayakan diprediksi jenis penyakitnya maka prosedur yang akan dilakukan adalah sebagai berikut :
Protozoa
Protozoa diperoleh dengan mengerik lendir atau mukus yang kemudian dioleskan pada gelas objek yang telah ditetesi oleh air. Terdapat dua cara untuk dapat membuat preparat protozoa, yaitu :
Teknik Impregnaris Perak Nitrat
Sediakan ulasan mukus yang sudah kering udara lalu
genangi dengan larutan perak nitrat 0,2% selama 5 – 10 menit, rendam preparat
dalam air di bawah sinar matahari selama 15 – 30 menit kemudian dikeringkan.
Teknik pewarnaan Giemsa
Sediakan ulasan mukus yang sudah dikeringkan udara lalu fiksasi dengan
menggunakan metanol selama 15 menit, genangi preparat dengan Giemsa selama 15 –
30 menit kemudian bilas dengan air dan keringkan.Myxosporea
Parasit ini merupakan endoparasit yang berada pada urat daging. Parasit ini ditemukan dalam bentuk kista atau spora. Kista dapat dipecahkan sehingga spora dapat keluar. Suspensi spora ditipiskan dan difiksasi dengan methanol 3 – 5 menit dan diwarnai dengan Giemsa selama 20 menit. Setelah itu preparat dicuci dengan air bersih, dikeringkan dan diperiksa dibawah mikroskop.Monogenea Organ yang mengandung parasit ini direndam dalam larutan formalin selama 30 menit untuk melepaskan parasit. Parasit monogenea yang terlepaums disusun dalam gelas objek dan ditetesi dengan amonium pikrat gliserin. Spesies parasit ini diidentifikasi menurut organ penempelannya. Digenea Digenea atau metaserkaria di dapat dari usus atau daging ikan. Parasit ini mudah mengkerut sehingga harus dipres dengan gelas penutup dan difiksasi dengan formalin 3% selama 5 menit dan disimpan dalam larutan alkohol 70%. Cestoda Cestoda yang biasanya menenpel pada usus dilepaskan dengan hatihati agar scoleks tidak terputus. Cestoda yang telah terlepas diletakkan dalam gelas objek dan dipres. Kemudian preparat inidifiksasi dengan alkohol 70% atau formalin 3% selama 5 – 30 menit. Acathocephala Cacing yang terdapat pada usus ikan ini diambil dengan hati-hati agar proboscisnya tidak terputus. Parasit ini kemudian dicuci dengan NaCl 0,85% lalu dicuci dengan air bersih. Perbedaan tekanan akan membuat cacing menjadi kaku dan proboscis terjulur. Cacing dibiarkan dalam air kran kurang lebih selama 1 jam kemudian ditutup dan difiksasi dengan larutan fiksatif pada salah satu ujung gelas penutup. Larutan fiksatif yang digunakan adalah Bouin beralkohol dan dicuci dengan alkohol untuk menghilangkan formalin. Cacing disimpan dalam formalin 3%. Nematoda Parasit ini biasanya menginfeksi usus, hati, kulit, daging dan perut. Nematoda dapat ditemukan dalam bentuk kista maupun tidak. Cacing yang melekat diambil dengan menggunakan pinset sedangkankista dipecah sehingga cacing keluar kemudian difiksasi dengan alkohol atau formalin 3% agar tetap rileks.
Sumber : Crayonpedia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar