Kamis, 28 April 2016

Hama dan Penyakit Ikan (Bagian 4: Gejala Serangan Penyakit)


Berdasarkan tempat tumbuhnya penyakit di dalam tubuh ikan maka bagian tubuh ikan yang diserang penyakit dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu :
1. Bagian luar tubuh ikan yaitu kulit, sirip, mata, hidung dan insang.
Ikan yang terserang penyakit pada kulitnya akan terlihat lebih pucat dan berlendir. Ikan tersebut biasanya akan menggosokgosokkan tubuhnya pada bendabenda yang ada di sekitarnya. Sedangkan serangan penyakit pada insang menyebabkan ikan sulit bernafas, tutup insang mengembang dan warna insang menjadi pucat. Pada lembaran insang sering terlihat bintik-bintik merah karena pendarahan kecil (peradangan).


2. Bagian dalam tubuh ikan.
Penyakit yang menyerang organ dalam sering mengakibatkan perut ikan membengkak dengan sisik yang berdiri. Sering pula dijumpai perut ikan menjadi kurus. Jika menyerang usus, biasanya akan mengakibatkan peradangan dan jika menyerang gelembung renang, ikan akan kehilangan keseimbangan pada saat berenang. Oleh karena itu ikan dikatakan sakit bila terjadi suatu kelainan baik secara anatomis maupun fisiologis. Secara anatomis terjadi kelainan bentuk bagian-bagian tubuh ikan seperti bagian badan, kepala, ekor, sirip dan perut. Secara fisiologis terjadi kelainan fungsi organ seperti; penglihatan, pernafasan, pencernaan, sirkulasi darah dan lainlain. Gejala yang diperlihatkan dapat berupa kelainan perilaku atau penampakan kerusakan bagian tubuh ikan. Adapun ciri-ciri ikan sakit adalah sebagai berikut;
1. Behaviour (perilaku ikan)
  •  Ikan sering berenang di permukaan air dan terlihat terengah-engah (megapmegap).
  •  Ikan sering menggosokgosokan tubuhmya pada suatu permukaan benda.
  •  Ikan tidak mau makan (nafsu makan menurun).
  •  Untuk jenis ikan yang sering berkelompok, maka ikan yang sakit akan memisahkan diri dan berenang secara pasif

2. Equilibriun
Equibriun artinya keseim-bangan, ikan yang terserang penyakit keseimbangannya terganggu, maka ikan berenang oleng, dan loncat-loncat tidak teratur, bahkan menabrak dinding bak.

3. External lesion Adalah abnomalitas dari organ tubuh tertentu karena adamya serangan penyakit. External lesion pada ikan antara lain:

 Discoloration
     Pada ikan sehat mempunyai warna tubuh normal sesuai dengan pigmen yang dimilikinya. Kelainan pada warna yang tidak sesuai dengan pigmennya adalah suatu discoloration. Seperti warna gelap menjadi pucat dan lain-lain.

Produksi lendir
      Lendir pada ikan sakit akan berlebihan bahkan sampai menyelimuti tubuh ikan tergantung pada berat tidaknya tingkat infeksi.

 Kerusakan organ luar
     Kelainan bentuk organ ini disebabkan oleh parasit tertentu yang menyebabkan kerusakan organ seperti pada kulit, sirip, insang dan lainlain.
Pada insang dapat menyebabkan insang terlihat pucat atau adanya bercak merah.
4. Faktor kondisi
Pada ikan sehat mempunyai korelasi antara bobot (M) dan panjang (L) ikan yang seimbang yaitu dengan rumus sebagai berikut
Dimana :
M : berat ikan (gr)
L : panjang ikan (cm)
Ikan mempunyai nilai K yang berbeda-beda tergantung jenisnya bila nilai K berubah dari normal maka ikan dikatakan sakit.
Pada ikan mas sehat K = 1,9
sedangkan yang sakit K = 1,6 ikan
yang mempunyai K < 1,4 ikan tidak dapat hidup lagi.
Gejala penampakan kerusakan bagian tubuh ikan antara lain:
1. Dropsy
Dropsy merupakan gejala dari suatu penyakit bukan penyakit itu sendiri. Gejala dropsy ditandai dengan terjadinya pembengkakan pada rongga tubuh ikan. Pembengkakan tersebut sering menyebabkan sirip ikan berdiri sehingga penampakannya akan menyerupai buah pinus.
Pembengkakan terjadi sebagai akibat berakumulasinya cairan, atau
lendir dalam rongga tubuh (Gambar 8.21). Gejala ini disertai dengan,
  •  malas bergerak,
  •  gangguan pernapasan,
  •  warna kulit pucat kemerahan






Gambar 8.21. Akumulasi cairan Akumulasi cairan selain akan menyisakan rongga yang “menganga” lebar, juga akan menyebabkan organ dalam tubuh ikan tertekan. Bila gelembung renang ikut tertekan dapat menyebabkan keseimbangan ikan terganggu Secara alamiah bakteri penyebab dropsy kerap dijumpai dalam lingkungan, tetapi biasanya dalam jumlah normal dan terkendali.Perubahan bakteri ini menjadi  patogen, bisa terjadi karena akibat masalah osmoregulator ;pada ikan yaitu,
  •  kualitas air yang kurang baik menurunnya fungsi kekebalan tubuh ikan,
  •  malnutrisi atau karena faktor genetik. malnutrisi atau karena faktor genetik. 


Infeksi utama biasanya terjadi melalui mulut, yaitu ikan secara sengaja atau tidak memakan kotoran ikan lain yang terkontaminasi patogen atau akibat kanibalisme terhadap ikan lain yang terinfeksi.

2. Kelainan Gelembung Renang
Gelembung renang (swimbladder) adalah organ berbentuk kantung berisi udara yang berfungsi untuk mengatur ikan mengapung atau melayang di dalam air, sehingga ikan tersebut tidak perlu berenang terus menerus untuk mempertahankan posisinya. Organ ini hampir ditemui pada semua jenis ikan. Beberapa kelainan atau masalah dengan gelembung renang, yang umum dijumpai, adalah : sebagai akibat dari luka dalam, terutama akibat berkelahi atau karena kelainan bentuk tubuh.
Beberapa jenis ikan yang hidup di air deras seringkali memiliki gelembung renang yang kecil atau bahkan hampir hilang sama sekali, karena dalam kondisi demikian gelembung renang boleh dikatakan tidak ada fungsinya. Untuk ikan-ikan jenis ini, kondisi gelembung renang demikian adalah normal dan bukan merupakan suatu gejala penyakit. Mereka biasanya hidup di dasar atau menempel pada subtrat.

Gambar 8.22. Contoh kasus kelainan gelembung renang (swim bladder) pada ikan “red parrot”, ikan berenang dengan kepala di bawah. Tanda-tanda penyakit kelainan gelembung renang Perilaku berenang tidak normal dan Kehilangan keseimbangan. Ikan tampak kesulitan dalam menjaga posisinya dalam air. Kerusakan gelembung renang menyebabkan organ ini tidak bisa mengembang dan mengempis, sehingga menyebabkan ikan mengapung dipermukaan atau tenggelam. Dalam beberapa kasus ikan tampak berenang dengan kepala atau ekor dibawah atau terapung pada salah satu sisi tubuhnya, atau bahkan berenang
terbalik.
3. Mata Berkabut (Cloudy Eye)
Mata berkabut atau “cloudy eye” ditandai dengan memutihnya selaput mata ikan. Permukaan luar mata tampak dilapisi oleh lapisan tipis berwarna putih. Secara umum gejala ini disebabkan oleh Kondisi kualitas air yang memburuk, terutama sebagai akibat meningkatnya kadar amonia dalam air. Apabila gejala mata berkabut terjadi, maka hal yang harus dicurigai terlebih dahulu adalah kondisi air. Koreksi parameter air hingga sesuai dengan keperluan ikan yang bersangkutan. Apabila gejala ini terjadi, sedangkan parameter air dalam keadaan normal, maka terdapat kemungkinan gejala tersebut disebabkan oleh hal lain.
4. Sembelit (Konstipasi) Sembelit atau konstipasi (constipation) merupakan gejala yang tidak jarang dijumpai pada ikan, dengan ciri utama ikan kehilangan nafsu makan, tidak bisa buang kotoran, dan malas (berdiam diri di dasar). Dalam kasus berat bisa disertai dengan nafas tersengal 422
sengal (megap-megap) dan badan mengembung.
5. Ulcer
Ulcer merupakan suatu pertanda tarjadinya berbagai infeksi bakteri sistemik pada ikan. Fenomena ini biasanya ditandai dengan munculnya borok/luka terbuka pada tubuh ikan. Sering pula borok ini disertai dengan memerahnya pinggiran borok tersebut. Ulcer dapat memicu terjadinya infeksi sekunder terutama infeksi jamur, selain itu, dapat pula disertai dengan gejala penyakit bakterial lainnya seperti kembung, dropsi, kurus, atau mata menonjol (pop eye).


Gambar 8.23. Gejala umum Ulcer yang disertai dengan infeksi jamur Saprolegnia.

6. Busuk Mulut
Tanda-tanda penyakit adalah : mulut membengkak, mulut tidak bisa mengatup disusul kematian dalam waktu singkat. Busuk mulut merupakan penyakit akibat infeksi bakteri. Kehadiran penyakit ini ditandai dengan munculnya memar putih atau abu-abu disekitar kepala, sirip, insang dan rongga mulut. Memar tersebut kemudian akan bekembang menjadi bentukan berupa kapas berwarna putih kelabu, khususnya di sekitar mulut, sehingga mulut sering menjadi tidak bisa terkatup. Kehadiran benda ini tidak jarang sulit dibedakan dengan serangan jamur. Oleh karena itu, untuk memastikan dengan jelas diperlukan pengamatan dibawah mikroskop. Pada serangan ringan, seperti ditunjukkan oleh adanya memar putih saja, kematian dapat terjadi setelah timbulnya kerusakan fisik yang berarti. Sedangkan dalam serangan akut dan cepat, yang biasanya terjadi di dearah dengan suhu udara hangat seperti di Indonesia, penyakit tersebut dapat berinkubasi kurang dari 24 jam dan kematian terjadi dalam waktu 2 – 3 hari, diantaranya disertai dengan rontoknya mulut. Meskipun demikian, di beberapa kasus bisa terjadi kematian tanpa disertai gejala fisik apapun, sehingga apabila dijumpai kematian mendadak pada ikan, salah satu yang perlu dicurigai adalah akibat serangan penyakit ini.

7. Bintik Putih – White Spot (Ich)
White spot atau dikenal juga sebagai penyakit “ich”, merupakan penyakit ikan yang disebabkan oleh parasit. Penyakit ini umum dijumpai pada hampir seluruh spesies ikan. Secara potensial white spot dapat berakibat mematikan. Penyakit ini ditandai dengan munculnya bintik-bintik putih di sekujur tubuh dan juga sirip. Inang white spot yang bervariasi, siklus hidupnya serta caranya meperbanyak diri dalam air memegang peranan penting terhadap berjangkitnya penyakit tersebut. Tanda-tanda 

Penyakit Siklus hidup white spot terdiri dari beberapa tahap, tahapan tesebut secara umum dapat dibagi dua yaitu :
Tahapan infektif dan Tahapan tidak infektif (sebagai “mahluk” yang hidup bebas di dalam air atau dikenal sebagai fase berenang). Gejala klinis white spot merupakan akibat dari bentuk tahapan sisklus infektif. Ujud dari “white spot” pada tahapan infektif ini dikenal sebagai Trophont. Trophont hidup dalam lapisan epidermis kulit, insang atau rongga mulut. Oleh karena itu, julukan white spot sebagai ektoparasit dirasa kurang tepat, karena sebenarnya mereka hidup dilapisan dalam kulit, berdekatan dengan lapisan basal lamina. Meskipun demikian parasit ini tidak sampai menyerang lapisan di bawahnya atau organ dalam lainnya.


Gambar 8.24. Ikan yang terserang “white spot”Ikan-ikan yang terjangkit akan menunjukkan gejala sebagai berikut : Penampakan berupa bintik-bintik putih pada sirip, tubuh, insang atau mulut. Masing-masing bintik ini sebenarnya adalah individu parasit yang diselimuti oleh lapisan semi transparan dari jaringan tubuh ikan. Pada awal perkembangannya bintik tersebut tidak akan bisa dilihat dengan mata. Tapi pada saat parasit tersebut makan, tumbuh dan membesar, sehingga bisa mencapai 0.5-1 mm, bintik tersebut dapat dengan mudah dikenali. Pada kasus berat beberapa individu dapat dijumpai bergerombol pada tempat yang sama. Ikan yang terjangkit ringan sering dijumpai menggosok-gosokan tubuhnya pada benda-benda lain di dalam air sebagai respon terhadap terjadinya iritasi pada kulit mereka. Sedangkan ikan yang terjangkit berat dapat menunjukkan gejala-gejala sebagai berikut : Mengalami kematian sebagai akibat terganggunya sistem pengaturan osmotik ikan, Akibat gangguan pernapasan, atau Menyebabkan infeksi sekunder. Ikan berukuran kecil dan burayak dapat mengalami kematian setelah beberapa hari terjangkit berat. Ikan yang terjangkit berat akan menunjukkan perilaku abnormal dan disertai dengan perubahan fisiologisantara lain adalah :
Ikan tampak gelisah atau meluncur kesana kemari dengan cepat Siripnya tampak bergetar (mungkin sebagai akibat terjadinya iritasi pada sirip tersebut).Pada ikan yang terjangkit sangat , mereka akan tampak lesu, atau terapung di permukaan. Kulitnya berubah menjadi pucat dan mengelupas. Sirip tampak robek-robek dan compang-camping.Insang juga tampak memucat. Kerusakan pada kulit dan insang ini akan memicu ikan mengalami stres osmotik dan stres pernapasan. Stres pernapasan ditunjukkan dengan pergerakan tutup insang yang cepat (megap-megap) dan ikan tampak mengapung di permukaan dalam usahanya untuk mendapatkan oksigen lebih banyak. Apabila ini terjadi, ikan untuk dapat disembuhkan akan relatif sangat kecil.
8. Keracunan Kolam maupun akuarium merupakan suatu ekosistem kecil yang sangat terbatas, oleh karena itu terjadinya pencemaran oleh bahan beracun yang dapat terakumulasi pada ekosistem tersebut. Beberapa bahan beracun yang dapat masuk kedalam lingkungan kolam maupun akuarium baik sengaja maupun tidak, antara lain adalah: Obat-obatan yang sengaja diberikan untuk mengatasi/mencegah suatu penyakit pada ikan.
Bahan kimia yang secara tidak sengaja digunakan disekitar akuarium, sperti parfum, aerosol, asap rokok berlebihan, minyak, insektisida, cat, deterjen atau sabun. Hasil metabolisme ikan yaitu urine dan kotoran ikan. Kualitas air sumber yang tercemar.

Racun bisa juga juga ditimbulkan dari : Obat-obatan atau bahan kimia seperti kaporit 
Pembusukan bahan-bahan organik pada dasar wadah dapat pula menyumbangkan bahan beracun,seperti; amonia, nitrit, dan nitrat Ikan beracun: Beberapa jenis ikan dan binatang tertentu (terutama dari lingkungan air laut) diketahui mengandung      racun. Oleh karena itu, binatang binatang ini bisa menimbulkan akibat fatal pada ikan lainnya. Beberapa contoh dari golongan binatang beracun ini adalah; skinned puffer, boxfish, truckfish, soapfish, lionfish, scorpion fish, ikan pari, anemon, mentimun laut, gurita, koal api, spong api, landak laut, dan fireworms. Pada umumnya binatang-binatang tersebut akan mengeluarkan racunnya apabila dalam keadaan terancam atau ketakutan. Beberapa jenis juga dapat mengeluarkan racunnya apabila terluka atau sakit. Gejala keracunan pada ikan: Ikan meluncur dengan cepat kesana kemari secara tiba-tiba, Berenang dengan liar, dan terkadanghingga menabrak benda-benda yang adad. Nafas tersengal-sengal. Warna menjadi pudar. Terkadang tergeletak di dasar wadah dangan nafas tersengal-sengal. Oleh karena itu, apabila ikan secara tiba-tiba dan serentak (hampir menimpa seluruhnya) bernapas tersengal-sengal bisa dipastikan airtercemar bahan beracun.
9. Euthanasia
Dalam memelihara ikan hias, ada kalanya kita dihadapkan pada suatu pilihan yang sulit, khususnya pada saat ikan kesayangan tersebut menderita suatu penyakit atau mengalami luka-luka yang parah. Keputusan untuk menentukan  harus mencoba mengakhiri penderitaan ikan tersebut (Euthanasia) atau mencoba menyembuhkannya merupakan hal yang sangat sulit, apalagi bila selama ini sudah terjalin keakraban antara pemilik dan ikan kesayangannya. Jika tindakan euthannasia diperlukan berikut adalah beberapa hal yang perlu diperhatikan. Cara Euthanasia yang Dianjurkan:
Perlu diingat bahwa ikan mempunyai rasa sakit dan stress, oleh karena itu, euthanasia perlu dilakukan secara manusiawi. Beberapa cara yang biasa dilakukan adalah:
Konkusi :
Pada cara ini tubuh ikan dibungkus dengan kain tetapi kepalanya dibiarkan terbuka. Kemudian kepala ikan tersebut dipukulkan pada benda keras, sekeras mungkin. Bisa juga dilakukan dengan cara memukul kepala ikan tersebut dengan benda keras. Pastikan bahwa otak ikan tersebut telah rusak, kalau tidak, terdapat kemungkinkan ikan akan sadar kembali. Untuk memastikannya anda bisa gunakan gunting atau pisau untuk merusakkan otaknya.
Dekapitasi:
Untuk ikan-ikan berukuran kecil, kepala ikan dapat dipisahkan dengan cepat menggunakan pisau atau gunting yang sangat tajam. Selanjutnya otak ikan tersebut segera dihancurkan. Ikan masih dapat tersadar selama beberapa saat setelah kepalanya terpisah, oleh karena itu, tindakan penghancuran otak ini diperlukan. Pembiusan overdosis: Cara ini termasuk sesuai untuk berbagai jenis ukuran ikan. Selain itu juga sesuai untuk melakukan Euthanasia bersama-sama pada ikan yang mengalami sakit secara masal. Caranya adalah dengan merendam ikan pada larutan obat bius ikan pada konsentrasi berlebih dan dalam waktu relatif lama.
Cara Euthanasia yang tidak dianjurkan:
Memasukan ikan kedalam septitank hidup-hidup dan menggelontornya dengan air. Mengeluarkan ikan dari dalam air, kemudian membiarkannya sampai mati. Memasukkan ikan pada air mendidih. Memasukkan ikan pada air dingin (es). Mendinginkan ikan secara perlahanlahan. Mematahkan leher ikan tanpa diikuti dengan pengrusakan otak Setelah melakukan Euthanasia, kuburlah ikan tersebut di tempat yang aman, agar tidak menimbulkan penularan yang tidak diperlukan. Jangan berikan ikan sakit tersebut sebagai pakan pada ikan lainya untuk menghindari penularan dan penyebaran penyakit pada ikan lainnya. Apabila akan diberikan sebagai pakan pada binatang lain, pastikan jenis penyakitnya tidak akan menulari binatang lain tersebut. Dari penjelasan tentang beberapa gejala serangan penyakit maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa tanda-tanda penyakit pada beberapa jenis ikan pada umumnya hampir sama, misalnya untuk penyakit bintik putih pada ikan air tawar, payau maupun laut hampir sama. Gejala yang umum pada ikanikan yang terjangkit penyakit ini akan menunjukkan penampakan berupa bintik-bintik putih pada sirip, tubuh, insang atau mulut. Masing-masing bintik ini sebenarnya adalah individu parasit yang diselimuti oleh lapisan semi transparan dari jaringan tubuh ikan. Pada awal perkembangannya bintik tersebut tidak akan bisa dilihat dengan mata. Tapi pada saat parasit tersebut makan, tumbuh dan membesar, sehingga bisa mencapai 0.5-1 mm, bintik tersebut dapat dengan mudah dikenali. Pada kasus berat beberapa individu dapat dijumpai bergerombol pada tempat yang sama. Ikan yang terjangkit ringan sering tubuhnya pada benda-benda lain di dalam wadah sebagai respon  terhadap terjadinya iritasi pada kulit mereka. Sedangkan ikan yang terjangkit berat dapat mengalami kematian sebagai akibat terganggunya sistem pengaturan osmotik ikan, akibat gangguan pernapasan, atau akibat infeksi sekunder. Ikan berukuran kecil dan burayak dapat mengalami kematian setelah beberapa hari terjangkit berat. Ikan yang terjangkit berat akan menunjukkan perilaku abnormal dan disertai dengan perubahan fisiologis. Mereka akan tampak gelisah atau meluncur kesana kemari dengan cepat dan siripnya tampak bergetar (mungkin sebagai akibat terjadinya iritasi pada sirip tersebut). Pada ikan yang terjangkit sangat parah, mereka akan tampak lesu, atau terapung di permukaan. Kulitnya berubah menjadi pucat dan mengelupas, sirip tampak robek-robek dan compangcamping. Insang juga tampak memucat. Terjadinya kerusakan pada kulit dan insang ini akan memicu ikan mengalami stres osmotik dan stres pernapasan. Stres pernapasan ditunjukkan dengan pergerakan tutup insang yang cepat (megap-megap) dan ikan tampak mengapung di permukaan dalam usahanya untuk mendapatkan oksigen lebih banyak. Apabila ini terjadi peluang ikan untuk dapat disembuhkan akan relatif sangat kecil. Penyakit yang menyerang ikan budidaya sebenarnya dapat dideteksi lebih dini oleh para pembudidaya jika memperhatikan gejala-gejala yang diperlihatkan oleh ikan budidaya. Setiap ikan yang terserang penyakit akan memberikan suatu gejala yang khas. Secara umum gejala ikan sakit yang dapat dilihat dengan mudah bagi para pembudidaya ikan, dapat dilihat dari dua kejadian yang terjadi pada ikan budidaya yaitu cara kematian ikan di kolam dan tingkah laku ikan yang dipelihara. 

Cara kematian ikan dikolam budidaya dapat dikelompokkan menjadi beberapa yaitu :
1. Kematian ikan di kolam budidaya terjadi secara tiba-tiba dengan ciri-cirinya adalah :
  •  Ikan yang berukuran besar mati lebih dulu
  •  Ikan yang belum mati ada dipermukaan kolam atau disaluran air masuk
  •  Air kolam berubah warna dan menyebarkan bau busuk
  •  Ikan-ikan yang mati terjadi pada dini hari 
  • Tanaman air pada mati.


Hal ini penyebabnya adalah : kekurangan oksigen di kolam budidaya
2. Kematian ikan yang terjadi secara tiba-tiba dan kejadiannya tidak selalu pada pagi hari tetapi terjadi kapan saja dengan ciricirinya adalah :
  •  Ikan yang kecil mati terlebih dahulu
  •  Hewan air lainnya mati seperti kodok, siput
  •  Ikan berenang saling bertabrakan

Hal ini penyebabnya adalah : keracunan
3. Kematian ikan yang terjadi secara berurutan pada waktu yang cukup lama. Penyebabnya adalah parasit
4. Kematian ikan yang terjadi dengan kecepatan kematian pada awal. Jumlah ikan yang mati sedikit, kemudian banyak dan jarak antara kematian berselang sedikit. Penyebabnya adalah : virus dan bakteri.

5. Kematian ikan yang terjadi secara berurutan dengan kecepatan kematian ikan sedikit, sampai mencapai puncak dengan jumlah kematian yang tetap. Penyebabnya adalah masalah makanan. Selain memperhatikan cara kematian dari ikan yang dipelihara di dalam wadah budidaya, penyakit yang menyerang pada ikan budidaya dapat dilakukan pemantauan dengan melihat tingkah laku ikan yang diduga terserang penyakit. Tingkah laku ikan yang terserang penyakit pada beberapa jenis penyakit biasanya spesifik.

Adapun tingkah laku ikan pada wadah budidaya yang terserang penyakit dapat diketahui antara lain adalah :
1. Ikan-ikan yang dipelihara selalu berada atau berkumpul di permukaan air atau di saluran pemasukkan air. Gejala serangan penyakit ini dapat diprediksi penyebabnya antara lain adalah :
 Kekurangan oksigen di perairan & Parasit ikan

2. Ikan berada di permukaan air dan gerakannya sedikit lebih cenderung ikan tersebut berdiam diri (seperti keadaan lemas). Gejala serangan penyakit ini dapat diprediksi penyebabnya antara lain adalah :
 Parasit di insang
 Kerusakan insang yang disebabkan oleh bakteri (virus)
Ikan kekurangan zat nutrisi (haemoglobin

3. Aktivitas makan ikan berkurang.
Gejala serangan penyakit ini dapat diprediksi penyebabnya antara lain adalah :
 Perubahan kualitas atau mutu air
 Makanan tidak cocok
 Segala macam penyakit

4. Ikan berenang terbalik dengan posisi bagian perut berada di atas dan ikan melakukan gerakan mengguling-gulingkan badannya. Gejala serangan
    penyakit ini dapat diprediksi penyebabnya antara lain adalah :
 Parasit
 Virus

5. Ikan berada di dasar perairan dan tidak mau makan, serta siripnya tidak berkembang. Gejala serangan penyakit ini dapat diprediksi penyebabnya antara lain adalah :
 Parasit
 Kualitas air yang buruk

6. Ikan diam di dasar perairan dan menepi dipinggiran kolam. Gejala serangan penyakit ini dapat diprediksi penyebabnya antara lain adalah :
    Parasit dari jenis Ichthyophthirius multifiliis.
7. Ikan gelisah (terlampau aktif) dan menggesekkan badannya pada batu-batuan. Gejala serangan penyakit ini dapat diprediksi penyebabnya antara
    lain adalah :
 Myxosoma
 Crustacea

8. Ikan bergetar, Gejala serangan penyakit ini dapat diprediksi penyebabnya antara lain adalah parasit. Dengan melihat tingkah laku ikan yang dibudidayakan di wadah budidaya apapun, maka para pembudidaya ikan sudah dapatmenduga adanya gejala serangan penyakit pada ikan. Untuk melihat secara jelas dan pasti tentang jenis penyakit yang menyerang ikan peliharaan tersebut maka harus dilakukan pengamatan dan melihat secara langsung organ tubuh ikan yang terserang penyakit. Secara kasat mata dapat diketahui tentang jenis penyakit yang menyerang ikan budidaya dari bagian tubuh luar ikan dan bagian dalam tubuh ikan. Pada bagian tubuh ikan bagian luar antara lain memberikan tanda-tanda serangan penyakit adalah :
1. Warna tubuh ikan lebih gelap dari penyakit ini dapat diprediksi penyebabnya antara lain adalah :
 Kekurangan vitamin C
 Virus
 Parasit jenis Trypanosoma (whirling disease)

2. Warna tubuh ikan kemerahan. Gejala serangan penyakit ini dapat diprediksi penyebabnya antara lain adalah :
 Insang ikan menggumpal disebabkan oleh bakteri, jamur dan parasit
 Ikan kekurangan makanan

3. Adanya luka borok. Gejala serangan penyakit ini dapat diprediksi penyebabnya antara lain adalah :
 Trematoda
 Bakteri
 Lernea dan Argulus

3. Adanya pendarahan pada daerah tertentu. Gejala serangan penyakit ini dapat diprediksi penyebabnya antara lain adalah :
 Argulus
 Lernea
 Bakteri

5. Ikan tubuhnya bengkak. Gejala  penyakit ini dapat diprediksi penyebabnya antara lain adalah :
 Tumor
 Siste (telur dari parasit)

6. Perubahan bentuk tubuh ikan,seperti badannya bengkok, tidak mempunyai sirip. Gejala serangan penyakit ini dapat diprediksi penyebabnya antara lain adalah :
 Genetik (keturunan)
Kekurangan zat nutrisi (makanan)

7. Perubahan kulit ikan ada beberapa macam, Gejala serangan penyakit ini dapat diprediksi penyebabnya antara lain adalah :
 Terdapat bintik putih, penyebabnya adalah Ichthyophthirius multifiliis
 Terdapat selaput yang tidak beraturan, penyebabnya adalah jamur
 Ada lapisan lendir berwarna abu-abu, penyebabnya adalah Trichodina, Costia, Chilodonella.
 Ada bercak lendir dan darah, penyebabnya adalah Monogenea.
Selain itu untuk lebih memastikan praduga tentang jenis penyakit yang telah menyerang ikan budidaya sebaiknya dilakukan kembali pemeriksaan ikan sampel di laboratorium hama dan penyakit ikan atau ditempat pengambilan sampel secara langsung. Prosedur yang harus dilakukan sebelum
pemeriksaan parasit adalah ikan sampel terlebih dahulu dimatikan dengan cara menusukkan jarum pada bagian medulla oblangata. Kemudian panjang tubuh ikan dan berat tubuh ikan setiap sampel di catat. Pemeriksaan dapat dilakukan pada bagian internal maupun eksternal meliputi permukaan tubuh, sirip, insang, lambung dan usus. Ada beberapa metode pemeriksaan yaitu metode pemeriksaan ektoparasit, metode pemeriksaan endoparasit, metode penanganan spesimen dan identifikasi parasit. pemeriksaan Ektoparasit
1. Seluruh permukaan tubuh diamati secara kasat mata atau dengan menggunakan mikroskop dengan pembesaran 50 kali, setelah itu lendir dikerik
    dengan menggunakan pisau bedah dan dibuat preparat ulas pada gelas obyek yang telah ditetesi air dan diamati di bawah mikroskop.
2. Seluruh sirip ikan dipotong dari tubuh dengan menggunakan gunting,ditempatkan pada gelas obyek yang telah ditetesi oleh air agar tidak kering
    lalu diamati di bawah mikroskop.
3. Kedua belah insang diambil semua, dipisahkan antara filamen dengan tapisnya lalu ditumbuk secara perlahan dan ditetesi oleh air agar tidak
    kering lalu diamati di bawah mikroskop.
Metode Pemeriksaan Endoparasit
1. Perut ikan dibuka dengan menggunting perut bagian bawah ikan dari mulai anus hingga ke bawah sirip dada. Buka penutup rongga perut pada bagian atas mulai dari anus sampai sirip dada dan digunting mengikuti tutup insang sehingga isi perut terlihat. Isi perut dipindahkan ke dalam gelas objek atau cawan petri yang ditetesi dengan NaCl 0,6% lalu diamati dibawah mikroskop.
2. Pisahkan antara usus dan lambung, buka lambung dengan menggunakan gunting secara memanjang lalu diamati dibawah mikroskop atau bisa dengan mengerik secara perlahan bagian dalam lambung lalu oleskan pada gelas objek yang telah ditetesi oleh NaCl 0,6% lalu diamati dibawah mikroskop.
3. Usus yang sudah dipisahkan digunting memanjang lalu diletakkan pada gelas objek, dibuat sayatan setipis mungkin baru dilihat dibawah mikroskop. Jika dari pengamatan secara kasat mata atau visual dapat diduga jenis penyakit yang menyerang ikan budidaya dan untuk memastikan secara ilmiah dapat dilakukan pemeriksaan dibawah mikroskop dengan membuat preparat. Misalkan dari penampakan bagian luar tubuh ikan yang dibudidayakan diprediksi jenis penyakitnya maka prosedur yang akan dilakukan adalah sebagai berikut :
Protozoa
Protozoa diperoleh dengan mengerik lendir atau mukus yang kemudian dioleskan pada gelas objek yang telah ditetesi oleh air. Terdapat dua cara untuk dapat membuat preparat protozoa, yaitu :
 Teknik Impregnaris Perak Nitrat
 Sediakan ulasan mukus yang sudah kering udara lalu genangi dengan larutan perak nitrat 0,2% selama 5 – 10 menit, rendam preparat dalam air di bawah sinar matahari selama 15 – 30 menit kemudian dikeringkan.
Teknik pewarnaan Giemsa
Sediakan ulasan mukus yang sudah dikeringkan udara lalu fiksasi dengan menggunakan metanol selama 15 menit, genangi preparat dengan Giemsa selama 15 – 30 menit kemudian bilas dengan air dan keringkan.
Myxosporea
Parasit ini merupakan endoparasit yang berada pada urat daging. Parasit ini ditemukan dalam bentuk kista atau spora. Kista dapat dipecahkan sehingga spora dapat keluar. Suspensi spora ditipiskan dan difiksasi dengan methanol 3 – 5 menit dan diwarnai dengan Giemsa selama 20 menit. Setelah itu preparat dicuci dengan air bersih, dikeringkan dan diperiksa dibawah mikroskop.Monogenea Organ yang mengandung parasit ini direndam dalam larutan formalin selama 30 menit untuk melepaskan parasit. Parasit monogenea yang terlepaums disusun dalam gelas objek dan ditetesi dengan amonium pikrat gliserin. Spesies parasit ini diidentifikasi menurut organ penempelannya. Digenea Digenea atau metaserkaria di dapat dari usus atau daging ikan. Parasit ini mudah mengkerut sehingga harus dipres dengan gelas penutup dan difiksasi dengan formalin 3% selama 5 menit dan disimpan dalam larutan alkohol 70%. Cestoda Cestoda yang biasanya menenpel pada usus dilepaskan dengan hatihati agar scoleks tidak terputus. Cestoda yang telah terlepas diletakkan dalam gelas objek dan dipres. Kemudian preparat inidifiksasi dengan alkohol 70% atau formalin 3% selama 5 – 30 menit. Acathocephala Cacing yang terdapat pada usus ikan ini diambil dengan hati-hati agar proboscisnya tidak terputus. Parasit ini kemudian dicuci dengan NaCl 0,85% lalu dicuci dengan air bersih. Perbedaan tekanan akan membuat cacing menjadi kaku dan proboscis terjulur. Cacing dibiarkan dalam air kran kurang lebih selama 1 jam kemudian ditutup dan difiksasi dengan larutan fiksatif pada salah satu ujung gelas penutup. Larutan fiksatif yang digunakan adalah Bouin beralkohol dan dicuci dengan alkohol untuk menghilangkan formalin. Cacing disimpan dalam formalin 3%. Nematoda Parasit ini biasanya menginfeksi usus, hati, kulit, daging dan perut. Nematoda dapat ditemukan dalam bentuk kista maupun tidak. Cacing yang melekat diambil dengan menggunakan pinset sedangkankista dipecah sehingga cacing keluar kemudian difiksasi dengan alkohol atau formalin 3% agar tetap rileks.
 

Sumber : Crayonpedia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar