Pengobatan merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh para pembudidaya ikan jika
ikan yang dipelihara terserang penyakit. Sebelum melakukan pengobatan terhadap
ikan yang sakit, terlebih dahulu harus diketahui jenis penyakit yang
menyebabkan ikan sakit agar dapat diketahui jenis obat yang akan digunakan
untuk menyembuhkan penyakit tersebut. Ada tiga hal yang harus diperhatikan oleh
para pembudidaya ikan yang akan melakukan pengobatan terhadap beberapa jenis
penyakit infeksi yaitu:
1. Jika penyakit ikan disebabkan oleh virus maka tidak ada obat yang
dapat memberantas virus tersebut. Yang bisa dilakukan adalah mengurangi
hal-hal yang menyebabkan terjadinya penyakit.
2. Jika penyakit disebabkan oleh bakteri maka obat yang dapat digunakan adalah bahan kimia sintetik atau alami atau antibiotika.
3. Jika penyakit disebabkan oleh jamur dan parasit maka obat yang digunakan adalah bahan kimia.
2. Jika penyakit disebabkan oleh bakteri maka obat yang dapat digunakan adalah bahan kimia sintetik atau alami atau antibiotika.
3. Jika penyakit disebabkan oleh jamur dan parasit maka obat yang digunakan adalah bahan kimia.
Dalam melakukan pengobatan dengan menggunakan bahan kimiaharus diperhatikan
beberapa hal yaitu :
1. Bahan kimia yang digunakan harus larut dalam air
2. Bahan tersebut tidak mempunyai pengaruh yang besar terhadap produksi kolam. Bahan yang digunakan harus selektif yaitu bahan yang digunakan hanya mematikan sumber penyakit tidak mematikan ikan.
3. Bahan tersebut mudah terurai Pengobatan ikan sakit dapat dilakukan beberapa metoda. Metoda yang dilakukan harus mempertimbangkan antara lain; ukuran ikan, ukuran wadah, bahan kimia atau obat yang diberikan dan sifat ikan. Beberapa metoda pengobatan adalah sebagai berikut :
1. Bahan kimia yang digunakan harus larut dalam air
2. Bahan tersebut tidak mempunyai pengaruh yang besar terhadap produksi kolam. Bahan yang digunakan harus selektif yaitu bahan yang digunakan hanya mematikan sumber penyakit tidak mematikan ikan.
3. Bahan tersebut mudah terurai Pengobatan ikan sakit dapat dilakukan beberapa metoda. Metoda yang dilakukan harus mempertimbangkan antara lain; ukuran ikan, ukuran wadah, bahan kimia atau obat yang diberikan dan sifat ikan. Beberapa metoda pengobatan adalah sebagai berikut :
Melalui suntikan dengan antibiotika Metoda penyuntikan
dilakukan bila yang diberikan adalah sejenis obat seperti antibiotik atau
vitamin. Penyuntikan dilakukan pada daerah punggung ikan yang mempunyai
jaringan otot lebih tebal. Penyuntikan hanya dilakukan pada ikan yang
berukuran besar terutama ukuran induk. Sedangkan yang kecil
tidak dapat dilakukan.
Melalui makanan Obat atau vitamin dapat diberikan
melalui makanan. Akan tetapi bila makanan yang diberikan tidak segera dimakan
ikan maka konsentrasi obat atau vitamin pada makanan akan menurun karena
sebagian akan larut dalam air. Oleh karena itu metoda ini afektif diberikan
pada ikan yang tidak kehilangan nafsu makannya.
PerendamanMetoda perendaman dilakukan bila yang diberikan
adalah bahan kimia untuk membunuh parasit maupun mikroorganisme dalam air atau
untuk memutuskan siklus hidup parasit. Pengobatan ikan sakit dengan metoda
perendaman adalah sebagai berikut:
Pengolesan dengan bahan kimia atau obat, metoda ini dilakukan
bila bahan kimia atau obat yang digunakan dapat membunuh ikan, bahan
kimia atau obat dioleskan pada luka di tubuh ikan.
Pencelupan; Ikan sakit dicelupkan pada larutan
bahan kimia atau obat selama 15 – 30 detik, metoda ini pun dilakukan bila bahan
kimia atau obat yang digunakan dapat meracuni ikan.
Perendaman; dilakukan bila bahan kimia atau obat
kurang sifat racunnya atau konsentrasi yang diberikan tidak akan membunuh ikan.
Pada perendaman jangka pendek (15 – 30 menit) dapat
diberikan konsentrasi yang lebih tinggi daripada pada perendaman dengan waktu
yang lebih lama (1 jam lebih sampai beberapa hari) Jenis bahan kimia dan obat
yang digunakan dalam pengobatan dan pencegahan harus mempertimbangkan antara
lain:
Dalam dosis tertentu tidak membuat ikan stress maupun mati
Efektif dapat membunuh parasit
Sifat racun cepat menurun dalam waktu tertentu.
Mudah mengalami degradasi dalam waktu singkat.
Jenis Bahan Kimia Dan Obat Yang digunakan antara lain
adalah :
1. Kalium Permanganat (PK) Kalium permanganat (PK) dengan
rumus kimia KMnO4 sebagai serbuk maupun larutan berwarna violet. Sering
dimanfaatkan untuk mengobati penyakit ikan akibat ektoparasit dan infeksi
bakteri terutama pada ikan-ikan dalam kolam. Bila dilarutkan dalam air akan
terjadi reaksi kimia sebagai berikut;
KMnO4 ⇒ K+ + MnO4–
MnO4- ⇒ MnO2+2On
On – Oksigen elemental. (Oksidator) Sifat Kimia Oksidator
kuat
Sifat bahan aktif beracun adalah merusak
dinding-dinding sel melalui proses oksidasi.
Mangan oksida membentuk kompleks protein pada
permukaan epithelium, sehingga menyebabkan warna coklat pada ikan dan sirip,
juga membentuk kompleks protein pada struktur pernapasan parasit yang akhirnya
menyebabkan kematian.
Secara umum tingkat keracunan PK akan meningkat pada
lingkungan perairan yang alkalin (basa).
Tingkat keracunannya sedikit lebih tinggi dari tingkat
pengobatannya.
Dapat mengoksidasi bahan organik.
Manfaat
Efektif mencegah flukes, tricodina, ulcer, dan infeksi
jamur (ektoparasit dan infeksi bakteri) dengan dosis 2 – 4 ppm pada perendaman.
Bahan aktif beracun yang mampu membunuh berbagai
parasit dengan merusak dinding-dinding sel mereka melalui proses oksidasi.
Argulus, Lernea and Piscicola diketahui hanya akan
respon apabila PK digunakan dalam perendaman (dengan dosis: 10- 25 ppm selama 90
menit). Begitu pula dengan Costia dan Chilodinella, dilaporkan resisten
terhadap PK, kecuali dengan perendaman.
Kalium permanganat sangat efektif dalam menghilangkan
Flukes. Gyrodactylus dan Dactylus dapat hilang setelah 8 jam perlakuan dengan
dosis 3 ppm pada suatu sistem tertutup, perlakuan diulang setiap 2-3 hari
Sebagai disinfektan luka.
Dapat mengurangi aeromonas (hingga 99%) dan bakteri
gram negatif lainnya.
Dapat membunuh Saprolegnia yang umum dijumpai sebagai
infeksi sekunder pada Ulcer.
Golongan ikan Catfish, perlakuann kalium permanganat
dilakukan pada konsentrasi diatas 2 ppm.
Sebagai antitoxin terhadap aplikasi bahan-bahan
beracun. Sebagai contoh, Rotenone dan Antimycin. Konsentrasi 2-3 ppm selama 10-
20 jam dapat menetralisir residu Rotenone atau Antimycin. DosisPK sebaiknya
diberikan setara dengan dosis pestisida yang diberikan, sebagai contoh apabila
Rotenone diberikan sebanyak 2 ppm, maka untuk menetralisirnya PK pun diberikan
sebanyak 2
ppm.
ppm.
Transportasi burayak dapat dengan perlakuan kalium
permanganat dibawah 2 ppm.
Prosedur Perlakuan PK (untuk jamur, parasit, dan bakteri)
Filter biologi tidak boleh dilewatkan larutan PK, karena dapat membunuh bakteri
dalam filter biologi. Aliran air dan aerasi bekerja optimal, karena pada saat
molekul-molekul organik teroksidasi, dan algae mati maka air akan cenderung
keruh dan oksigen terlarut menurun. Berikan dosis sebanyak 2-4 ppm. Dosis 2 ppm
diberikan pada ikanikan muda atau ikan-ikan yang tida bersisik.
Dosis 4 ppm diberikan pada ikanikan bersisik. Dosis tersebut tidak akan merusak tanaman air, sehingga biasa digunakan untuk mensterilkan tanaman air dari hama dan penyakit, terutama dari gangguan siput dan telurnya. Satu sendok teh peres (jangan dipadatkan) kurang lebih setara dengan 6 gram. Hal ini dapat dijadikan patokan untuk mendapatkan dosis yang diinginkan apabila timbangan tidak tersedia. Perlakuan dilakukan 4 kali berturut dalam waktu 4 hari, dengan pemberian PK dilakukan setiap pagi hari. Apabila pada perlakuan ketiga atau keempat air bertahan berwarna ungu selama lebih dari 8 jam (warna tidak berubah menjadi coklat), maka hal ini dapat dijadikan pertanda untuk menghentikan perlakuan. Karena hal ini menunjukkan bahwa PK sudah tidak bereaksi lagi, atau dengan kata lain sudah tidak ada lagi bahan yang dioksidasi. Setelah perlakuan dihentikan lakukan penggantian air sebanyak 40 % untuk segera membantu pemulihan warna air.
Dosis 4 ppm diberikan pada ikanikan bersisik. Dosis tersebut tidak akan merusak tanaman air, sehingga biasa digunakan untuk mensterilkan tanaman air dari hama dan penyakit, terutama dari gangguan siput dan telurnya. Satu sendok teh peres (jangan dipadatkan) kurang lebih setara dengan 6 gram. Hal ini dapat dijadikan patokan untuk mendapatkan dosis yang diinginkan apabila timbangan tidak tersedia. Perlakuan dilakukan 4 kali berturut dalam waktu 4 hari, dengan pemberian PK dilakukan setiap pagi hari. Apabila pada perlakuan ketiga atau keempat air bertahan berwarna ungu selama lebih dari 8 jam (warna tidak berubah menjadi coklat), maka hal ini dapat dijadikan pertanda untuk menghentikan perlakuan. Karena hal ini menunjukkan bahwa PK sudah tidak bereaksi lagi, atau dengan kata lain sudah tidak ada lagi bahan yang dioksidasi. Setelah perlakuan dihentikan lakukan penggantian air sebanyak 40 % untuk segera membantu pemulihan warna air.
2. Klorin Dan Kloramin
Klorin dan kloramin merupakan bahan kimia yang biasa
digunakan sebagai pembunuh kuman (disinfektan) di perusahan-perusahan air
minum. Klorin (Cl2) merupakan gas berwarna kuning kehijauan dengan bau
menyengat. Perlakuan klorinasi dikenal dengan kaporit. Sedangkan kloramin
merupakan senyawa klorin-amonia (NH4Cl).
Cl2 + H2O→ H2ClO3 → Cl2 + H2O
NH4Cl + H2O→ NH4+ + ClO3–
Sifat Kimia
Klorin relatif tidak stabil di dalam air Kloramin lebih stabil dibandingkan klorin Klorin maupun kloramin sangat beracun bagi ikan Reaksi dengan air membentuk asam hipoklorit Asam hipoklorit tersebut dapat merusak sel-sel protein dan sistem enzim ikan. Tingkat keracunan klorin dan kloramin akan meningkat pada pH rendah dan temperatur tinggi, karena pada pH rendah kadar asam hipoklorit akan meningkat. Efek racun dari bahan tersebut dapat diperkecil bila residu klorin dalam air dijaga tidak lebih dari 0.003 ppm Klorin pada konsentrasi 0.2 – 0.3 ppm dapat membunuh ikan dengan cepat .
Sifat Kimia
Klorin relatif tidak stabil di dalam air Kloramin lebih stabil dibandingkan klorin Klorin maupun kloramin sangat beracun bagi ikan Reaksi dengan air membentuk asam hipoklorit Asam hipoklorit tersebut dapat merusak sel-sel protein dan sistem enzim ikan. Tingkat keracunan klorin dan kloramin akan meningkat pada pH rendah dan temperatur tinggi, karena pada pH rendah kadar asam hipoklorit akan meningkat. Efek racun dari bahan tersebut dapat diperkecil bila residu klorin dalam air dijaga tidak lebih dari 0.003 ppm Klorin pada konsentrasi 0.2 – 0.3 ppm dapat membunuh ikan dengan cepat .
Tanda-tanda Keracunan
Ikan bergerak kesana kemari dengan cepat. Ikan akan gemetar
dan warna menjadi pucat, lesu dan lemah. Klorin dan kloramin secara langsung
akan merusak insang sehingga dapat menimbulkan gejala hipoxia, meningkatkan
kerja insang dan ikan tampak tersengalsengal dipermukaan. Perlakuan Oleh
karena klorin sangat beracun bagi ikan maka perlu dihilangkan dengan cara
sebagai berikut; Air di deklorinasi sebelum digunakan, baik secara kimiawi
maupun fisika. Pengaruh klorin dihilangkan dengan pemberian aerasi secara
intensif. Mengendapkan air selama semalam. Dengan demikian maka gas klorin akan
terbebas ke udara. Menggunakan bahan deklorinator atau lebih dikenal dengan
nama anti klorin. Anti-klorin lebih dianjurkan untuk air yang diolah dengan
kloramin. Kloramin relatif lebih sulit diatasi hanya oleh natrium tiosulfat
saja dibandingkan dengan klorin, karena maskipun gas klorinnya dapat diikat dengan
baik, tetapi akan menghasilkan amonia. Mengalirkan air hasil deklorinasi
tersebut melewati zeolit. Segera pindahkan ikan yang terkena keracunan klorin
kedalam akuarium/wadah yang tidak terkontaminasi. Dalam keadaan terpaksa
tambahkan anti-klorin pada akuarium. Tingkatkan intensitas aerasi untuk
mengatasi kemungkinan terjadinya gangguan pernapasan pada ikanikan.
3. Biru Metilen (Methylene Blue)
Metil biru diketahui efektif untuk pengobatan Ichthyopthirius (white spot) dan jamur. Selain itu, juga sering digunakan untuk mencegah serangan jamur pada telur ikan. Metil biru biasanya tersedia sebagai larutan jadi di toko-toko akuarium, dengan konsenrasi 1 – 2 persen. Selain itu tersedia pula dalam bentuk serbuk.
Metil biru diketahui efektif untuk pengobatan Ichthyopthirius (white spot) dan jamur. Selain itu, juga sering digunakan untuk mencegah serangan jamur pada telur ikan. Metil biru biasanya tersedia sebagai larutan jadi di toko-toko akuarium, dengan konsenrasi 1 – 2 persen. Selain itu tersedia pula dalam bentuk serbuk.
Sifat Kimia
Metil biru merupakan pewarna thiazine. Digunakan sebagai
bakterisida dan fungsida pada akuarium. Dapat merusak filtrasi biologi dan
kemampuan warnanya untuk melekat pada kulit, pakaian, dekorasi akuarium dan
peralatan lainnya termasuk lem akuarium. Dapat merusak pada tanaman air. Untuk
mencegah serangan jamur pada telur ikan. Dosis dan Cara Pemberian Untuk infeksi
bakteri, jamur dan protozoa dosis yang dianjurkan adalah 2 ml larutan Metil
biru (Methylene Blue) 1 % per 10 liter air akuarium. Perlakuan dilakukan
dengan perendaman jangka panjang pada karantina. Untuk mencegah serangan jamur
pada telur, dosis yang dianjurkan adalah 2 mg/liter. Cara pemberian metil biru
pada demi setetes. Pada setiap tetesan biarkan larutan metil biru
tersebut tersebar secara merata. Tetesan dihentikan apabila air akuarium telah
berwarna kebiruan atau biru jernih (tembus pandang). Artinya isi di dalam
akuarium tersebut masih dapat dilihat dengan jelas. Perlakuan ini cukup
dilakukan sekali kemudian dibiarkan hingga warna terdegradasi secara alami.
Setelah telur menetas, penggantian air sebanyak 5 % setiap hari dapat
dilakukan untuk mengurangi kadar metil biru dalam air tersebut dan mengurangi
akumulasi bahan organik dan ammonium
4. Metronidazol
Metronidazol dan di-metrinidazol adalah obat antimikroba yang dibuat dan dikembangkan untuk manusia melawan bakteri-bakteri anaerob dan protozoa. Dalam dunia ikan hias, diketahui, obat ini biasa digunakan untuk mengobati hexamitiasis. Dosis dan Cara Pemberian Dosis yang disarankan adalah 10 ppm Obat ini biasanya berbentuk tablet dengan kadar 250 mg/tablet Perlakuan ini harus diulang selang sehari, hingga sebanyak 3 ulangan Pergantian air sebanyak 25 % selama perlakuan, Metronidazol diberikan secara oral, yaitu dicampurkan pada pakan dengan obat, konsentrasi 1 % berat. Diberikan dengan cara mencelupkan pakan pada larutan metronidazol. Di-Metronidazol Dosis = 5 ppm. Diberikan seperti halnya cara pemberian metronidazol, tetapi ulangan dilakukan dengan selang 3 hari (4 hari sekali). Pada kasus berat, pengobatan dapat
dilakukan dengan perendaman selama 48 jam dengan dosis 0.004%.
Metronidazol dan di-metrinidazol adalah obat antimikroba yang dibuat dan dikembangkan untuk manusia melawan bakteri-bakteri anaerob dan protozoa. Dalam dunia ikan hias, diketahui, obat ini biasa digunakan untuk mengobati hexamitiasis. Dosis dan Cara Pemberian Dosis yang disarankan adalah 10 ppm Obat ini biasanya berbentuk tablet dengan kadar 250 mg/tablet Perlakuan ini harus diulang selang sehari, hingga sebanyak 3 ulangan Pergantian air sebanyak 25 % selama perlakuan, Metronidazol diberikan secara oral, yaitu dicampurkan pada pakan dengan obat, konsentrasi 1 % berat. Diberikan dengan cara mencelupkan pakan pada larutan metronidazol. Di-Metronidazol Dosis = 5 ppm. Diberikan seperti halnya cara pemberian metronidazol, tetapi ulangan dilakukan dengan selang 3 hari (4 hari sekali). Pada kasus berat, pengobatan dapat
dilakukan dengan perendaman selama 48 jam dengan dosis 0.004%.
5. Malachite Green
Malachite Green merupakan pewarna triphenylmethane dari group rasamilin. Bahan ini merupakan bahan yang kerap digunakan untuk mengobati berbagai penyakit dan parasit dari golongan protozoa, seperti: ichtyobodo, flukes insang, trichodina, dan white spot, serta sebagai fungisida. Penggunaan bahan ini hendaknya dilakukan pada sistem tertutup seperti akuarium atau kolam ikan hias. Malachite green diketahui mempunya efek sinergis apabila diberikan bersama-sama dengan formalin. Terdapat indikasi bahwa kepopuleran penggunaan bahan ini agak menurun, karena diketahui bisa menimbulkan akibat buruk bagi kesehatan manusia apabila terhirup. Malachite Green juga dapat menimbulkan akibat buruk pada filter biologi dan pada tanaman air. Disamping itu, beberapa jenis ikan diketahui tidak toleran terhadap bahan ini. Warna malachite green bisa melekat pada apa saja, seperti tangan, baju, dan peralatan akuarium, termasuk plastik. Hindari penggunaan malachite green dalam bentuk serbuk (tepung). Disarankan untuk menggunakan malachite green bentuk larutan jadi dengan konsentrasi 1% dan telah terbebas dari unsur seng. Dosis dan Cara Pemberian Dosis 0.1 – 0.2 ml dari larutan 1% per 10 liter air, sebagai perlakuan perendaman jangka panjang. Pemberian dosis dapat dilakukan setiap 4-5 hari sekali. Sebelum pemberian dosis dilakukan, disarankan untuk mengganti air sebanyak 25 % Dosis 1 – 2 ml dari larutan 1% per 10 liter, sebagai perlakuan jangka pendek (30 – 60 menit). Perlakuan dapat di ulang setiap 2 hari sekali. Perlakuan dapat dilakukan sebanyak 4-5 ulangan. Dosis campuran antara Malachite Green dan Formalin untuk perlakuan pada ikan adalah 0.05 – 0.1 ppm MG dan 10 -25ppm Formalin. Untuk udang-udangan atau invertebrata laut adalah 0.1 -0.2 ppm MG dan 10 – 25 ppm Formalin.Malachite Green dapat pula diberikan sebagai disinfektan pada telur dengan dosis 5 ppm selama 10 menit. Perlakuan hendaknya dilakukan pada tempat terpisah. Perhatian Malachite Green dapat bersifat racun terhadap burayak ikan, terhadap beberapa jenis tetra, dan beberapa jenis catfish seperti Pimelodidae atau blue gill. Beberapa penyimpangan hasil perlakuan dengan MG dapat terjadi apabila perlakuan dilakukan pada pH air diatas 9 atau apabila temperatur air diatas 21 ° C.
Yakinkanlah MG yang digunakan adalah dari jenis yang bebas Seng. Tidak ada salahnya dilakukan percobaan terlebih dahulu pada 1 atau 2 ikan sebelum perlakuan MG dilakukan pada sejumlah banyak ikan.
Malachite Green merupakan pewarna triphenylmethane dari group rasamilin. Bahan ini merupakan bahan yang kerap digunakan untuk mengobati berbagai penyakit dan parasit dari golongan protozoa, seperti: ichtyobodo, flukes insang, trichodina, dan white spot, serta sebagai fungisida. Penggunaan bahan ini hendaknya dilakukan pada sistem tertutup seperti akuarium atau kolam ikan hias. Malachite green diketahui mempunya efek sinergis apabila diberikan bersama-sama dengan formalin. Terdapat indikasi bahwa kepopuleran penggunaan bahan ini agak menurun, karena diketahui bisa menimbulkan akibat buruk bagi kesehatan manusia apabila terhirup. Malachite Green juga dapat menimbulkan akibat buruk pada filter biologi dan pada tanaman air. Disamping itu, beberapa jenis ikan diketahui tidak toleran terhadap bahan ini. Warna malachite green bisa melekat pada apa saja, seperti tangan, baju, dan peralatan akuarium, termasuk plastik. Hindari penggunaan malachite green dalam bentuk serbuk (tepung). Disarankan untuk menggunakan malachite green bentuk larutan jadi dengan konsentrasi 1% dan telah terbebas dari unsur seng. Dosis dan Cara Pemberian Dosis 0.1 – 0.2 ml dari larutan 1% per 10 liter air, sebagai perlakuan perendaman jangka panjang. Pemberian dosis dapat dilakukan setiap 4-5 hari sekali. Sebelum pemberian dosis dilakukan, disarankan untuk mengganti air sebanyak 25 % Dosis 1 – 2 ml dari larutan 1% per 10 liter, sebagai perlakuan jangka pendek (30 – 60 menit). Perlakuan dapat di ulang setiap 2 hari sekali. Perlakuan dapat dilakukan sebanyak 4-5 ulangan. Dosis campuran antara Malachite Green dan Formalin untuk perlakuan pada ikan adalah 0.05 – 0.1 ppm MG dan 10 -25ppm Formalin. Untuk udang-udangan atau invertebrata laut adalah 0.1 -0.2 ppm MG dan 10 – 25 ppm Formalin.Malachite Green dapat pula diberikan sebagai disinfektan pada telur dengan dosis 5 ppm selama 10 menit. Perlakuan hendaknya dilakukan pada tempat terpisah. Perhatian Malachite Green dapat bersifat racun terhadap burayak ikan, terhadap beberapa jenis tetra, dan beberapa jenis catfish seperti Pimelodidae atau blue gill. Beberapa penyimpangan hasil perlakuan dengan MG dapat terjadi apabila perlakuan dilakukan pada pH air diatas 9 atau apabila temperatur air diatas 21 ° C.
Yakinkanlah MG yang digunakan adalah dari jenis yang bebas Seng. Tidak ada salahnya dilakukan percobaan terlebih dahulu pada 1 atau 2 ikan sebelum perlakuan MG dilakukan pada sejumlah banyak ikan.
6. Oxytetracyline
Oksitetrasiklin hidroklorida merupakan antibiotik yang kadang-kadang digunakan dalam pengobatan penyakit akibat infeksi bakterial sistemik pada ikan Dosis dan Cara Pemakaian Suntik; 10-20 mg oksitetrasiklin per kg berat badan ikan. Ulangi penyuntikan apabila diperlukan. Oral; diberikan melalui pakan. Dosis 60 – 75 mg per kg berat badan ikan per hari. Berikan selama 7 – 14 hari. Perendaman; Jangka panjang (5 hari). Dosis 20 -100 ppm. Ulangi apabila diperlukan.
Oksitetrasiklin hidroklorida merupakan antibiotik yang kadang-kadang digunakan dalam pengobatan penyakit akibat infeksi bakterial sistemik pada ikan Dosis dan Cara Pemakaian Suntik; 10-20 mg oksitetrasiklin per kg berat badan ikan. Ulangi penyuntikan apabila diperlukan. Oral; diberikan melalui pakan. Dosis 60 – 75 mg per kg berat badan ikan per hari. Berikan selama 7 – 14 hari. Perendaman; Jangka panjang (5 hari). Dosis 20 -100 ppm. Ulangi apabila diperlukan.
7. Garam Inggris / Epsom Salts (MgSO4.7H20)
Garam inggris biasa digunakan untuk meningkatkan kadar mineral dalam air, dan sering efektif dalam mengobati sembelit (tidak bisa buang kotoran) pada ikan. Dosis dan Cara Pemberian Sebagai pencahar (pencuci perut), larutkan 1 sendok teh peres (2,5 g) garam inggris dalam 18 liter air (0,14 ppt). Terlebih dahulu larutkan garam inggris tersebut dalam sedikit air akuarium pada wadah tertentu, selanjutnya masukan kedalam akuarium yang telah berisi air dengan takaran yang sesuai. Peningkatan sedikit temperatur air (dalam selang toleransi ikan yang bersangkutan) dapat membantu meningkatkan laju metabolisme ikan tersebut sehingga diharapkan akan dapat mempercepat pemulihan dari gejala sembelit.
Garam inggris biasa digunakan untuk meningkatkan kadar mineral dalam air, dan sering efektif dalam mengobati sembelit (tidak bisa buang kotoran) pada ikan. Dosis dan Cara Pemberian Sebagai pencahar (pencuci perut), larutkan 1 sendok teh peres (2,5 g) garam inggris dalam 18 liter air (0,14 ppt). Terlebih dahulu larutkan garam inggris tersebut dalam sedikit air akuarium pada wadah tertentu, selanjutnya masukan kedalam akuarium yang telah berisi air dengan takaran yang sesuai. Peningkatan sedikit temperatur air (dalam selang toleransi ikan yang bersangkutan) dapat membantu meningkatkan laju metabolisme ikan tersebut sehingga diharapkan akan dapat mempercepat pemulihan dari gejala sembelit.
8. Hidrogen Peroksida
Larutan jernih ini sepintas mirip air, dengan rumus kimia H2O2. Bahan ini merupakan oksidator kuat, berbahaya bila dikonsumsi. Hidrogen peroksida akan terurai menjadi dua produk yang aman yaitu, air dan oksigen. 2H2O2 → 2H2O + O2 Bahan ini kerap digunakan dalam dunia kesehatan sebagai disinfektan (pembunuh kuman) karena tidak meninggalkan residu yang berbahaya. Bahan inipun digunakan pula sebagai antiseptik pada akuarium. Hidrogen peroksida bisa pula digunakan sebagai penambah oksigen dalam akuarium, untuk mengatasi kondisi kekurangan oksigen yang terjadi. Sebuah produk peralatan akuarium menggunakan hidrogen perosida untuk penambah oksigen tanpa tenaga listrik. Penggunaan Hidrogen Peroksida Dalam Akuarium:Sebagai anti protozoa: Diberikan sebagai perlakuan perendaman dalam jangkapendek. Dosis yang digunakan adalah 10 ml larutan dengan konsenrasi 3 % (teknis) dalam 1 liter air. Perendaman dilakukan selama maksimum 5-10 menit. Perendaman harus dihentikan apabila ikan menunjukkan gejala stress. Untuk memulihkan kondisi kekurangan oksigen: Dosis yang digunakan 1-2 ml Hidrogen Peroksida 3% dalam 10 liter air akuarium. Dosis harus dijaga agar jangan sampai kelebihan. Kelebihan dosis akan membuat ikan menjadi stress dan bisa membahayakan kehidupan ikan yang bersangkutan. Sebelum diberikan dianjurkan untuk mengencerkan terlebih dahulu hidrogen perioksida tersebut, setidaknya dengan 1: 10 (satu bagian bahan dengan 10 bagian air). Setelah itu baru dimasukan kedalam akuarium. Pastikan pula bahwa larutan ini dapat segera tercampur dengan baik setelah dimasukan kedalam akuarium. Perlakuan ini hanya dianjurkan pada kondisi darurat saja, yaitu bila kekurangan oksigen. Setelah itu dicari penyebab sebenarnya agar dapat diatasi dengan lebih baik.
Larutan jernih ini sepintas mirip air, dengan rumus kimia H2O2. Bahan ini merupakan oksidator kuat, berbahaya bila dikonsumsi. Hidrogen peroksida akan terurai menjadi dua produk yang aman yaitu, air dan oksigen. 2H2O2 → 2H2O + O2 Bahan ini kerap digunakan dalam dunia kesehatan sebagai disinfektan (pembunuh kuman) karena tidak meninggalkan residu yang berbahaya. Bahan inipun digunakan pula sebagai antiseptik pada akuarium. Hidrogen peroksida bisa pula digunakan sebagai penambah oksigen dalam akuarium, untuk mengatasi kondisi kekurangan oksigen yang terjadi. Sebuah produk peralatan akuarium menggunakan hidrogen perosida untuk penambah oksigen tanpa tenaga listrik. Penggunaan Hidrogen Peroksida Dalam Akuarium:Sebagai anti protozoa: Diberikan sebagai perlakuan perendaman dalam jangkapendek. Dosis yang digunakan adalah 10 ml larutan dengan konsenrasi 3 % (teknis) dalam 1 liter air. Perendaman dilakukan selama maksimum 5-10 menit. Perendaman harus dihentikan apabila ikan menunjukkan gejala stress. Untuk memulihkan kondisi kekurangan oksigen: Dosis yang digunakan 1-2 ml Hidrogen Peroksida 3% dalam 10 liter air akuarium. Dosis harus dijaga agar jangan sampai kelebihan. Kelebihan dosis akan membuat ikan menjadi stress dan bisa membahayakan kehidupan ikan yang bersangkutan. Sebelum diberikan dianjurkan untuk mengencerkan terlebih dahulu hidrogen perioksida tersebut, setidaknya dengan 1: 10 (satu bagian bahan dengan 10 bagian air). Setelah itu baru dimasukan kedalam akuarium. Pastikan pula bahwa larutan ini dapat segera tercampur dengan baik setelah dimasukan kedalam akuarium. Perlakuan ini hanya dianjurkan pada kondisi darurat saja, yaitu bila kekurangan oksigen. Setelah itu dicari penyebab sebenarnya agar dapat diatasi dengan lebih baik.
9. Formalin (HCHO dan CH3OH)
Formalin merupakan larutan komersial dengan konsentrasi 37- 40% dari formaldehid. Bahan ini biasanya digunakan sebagai antiseptic, germisida, dan pengawet. Formalin diketahui sering digunakan dan efektif dalam pengobatan penyakit akibatektoparasit seperti fluke dan kulit berlendir. Meskipun demikian, bahan ini juga sangat beracun bagi ikan. Ambang batas amannya sangat rendah, sehinggga terkadang ikan yang diobati malah mati akibat formalin daripada akibat penyakitnya. Formalin sangat beracun, meskipun masih dipakai secara luas dalam akurkulutur dan lingkungan kolam tertentu, tetapi lebih banyak digunakan dalam pengawetan specimen ikan untuk keperluan identifikasi. Ikan yang akan diawetkan harusmelalui proses euthanasia yang hewani terlebih dahulu, kecuali apabila ikan tersebut telah mati sebelumnya. Untuk pengawetan biasanya digunakan formalin dengan konsentrasi 10%. Penggunaan Untuk penggunaan jangka panjang (beberapa hari) atau jangka pendek (10 – 30 menit). Formalin dapat mengganggu filter biologi, oleh karena itu, perlakuan sebaiknya dilakukan di akuarium khusus. Keuntungan dengan perlakuan terpisah ini adalah apabila ikan mengalami stres pada saat diperlakukan, ikan tersebut dapat segera dikembalikan pada akuarium utama. Dosis dan Cara Pemberian Dosis penggunaan formalin bervariasi tergantung pada spesies ikannya. Setiap spesies akan memiliki toleransi berbeda terhadap formalin. Dengan demikian dosis yang dicantumkan pada artikel ini bukan merupakan jaminan, tetapi merupakan kriteria rata-rata. Yang perlu diperhatikan adalah: penggunaan formalin dalam perlakuan jangka pendek harus diawasi dengan ketat. Dan perlakuan harus segera dihentikan apabila ikan mulai menunjukkan gejala stres seperti nafas tersengalsengal (megap-megap) atau meloncat (ingin keluar dari akuarium) Untuk perlakuan jangka panjang, seperti untuk pengobatan akibat infeksi ektoparasit penyebab kulit berlendir adalah 0.15 -0.25 ml Formalin (37-40%) per 10 liter air. Setelah 2 – 3 hari, kembalikan ikan pada wadah semula. Jangan dilakukan pada filter biologi, karena akan membunuh bakteri yang ada pada filter Lakukan penggantian air sebanyak 30%. Untuk perlakuan jangka pendek, seperti untuk pengobatan akibat infeksi ektoparasit besar penyebab fluke, dosisnya adalah 2 ml Formalin (37-40%) per 10 liter air. Siapkan campuran terlebih dahulu sebelumikan dimasukkan. Lakukan perendaman selama maksimal 30 menit, atau kurang apabila ikan menunjukkan gejala stres.
Peringatan
Formalin sangat berbahaya apabila terkena kulit atau mata. Apabila hal ini terjadi segeralah cuci dengan air yang banyak. Bahan ini juga dapat menghasilkan uap beracun, oleh karena itu jangan biarkan botol formalin terbuka di ruang tertutup. Simpan formalin dalam botol berwarna gelap dan hindarkan dari cahaya, kalau tidak maka akan dapat terbentuk paraformaldehid (berupa endapan putih) yang sangat beracun bagi ikan, bahkan dalam konsentrasi yang sangat rendah. Selain itu, formalin dapat bersifat eksplosif (meledak).
Sifat Fisika dan Kimia Formalin
Tampilan : cairan jernih (tidak berwarna)
Bau : berbau menusuk, keras
Kelarutan : sangat larut
Berat jenis : 1.08
pH : 2.8
Identifikasi Bahaya:
Sangat berbahaya! Dapat menyebabkan kanker. Resiko kanker tergantung pada tingkat dan lama kontak. Uap berbahaya. Berbahaya apabila terhirup atau terserap kulit. Menyebabkan iritasi terhadap kulit, mata dan saluran pernafasan. Dapat berakibat fatal atau menyebabkan kebutaan apabila tertelan. Mudah terbakar. Pertolongan Pertama: Terhisap: Pindahkan korban pada udara bersih. Apabila tidak bernafas, nafas buatan, apabila kesulitan bernafas beri oksigen, panggil dokter. Tertelan: Apabila korban sadar usahakan untuk mengencerkan, menonaktifkan dan menyerap bahan
dengan memberi susu, arang aktif, atau air. Setiap bahan organik akan dapat menonaktifkan formalin. Jaga tubuh korban agar tetap hangat dan rileks. Apabila muntah, jaga agar kepala lebih rendah dari pinggul. Kontak Kulit: Segera cuci dengan air yang banyak selama paling tidak 15 menit, sambil melepas pakaian yang terkena. Cuci pakaian sebelum digunakan kembali. Kontak Mata: Segera cuci dengan air yang banyak selama paling tidak 15 menit Segera hubungi dokter. Dengan mengetahui berbagai macam obat dan bahan kimia yang dapat digunakan dalam melakukan pengobatan, maka akan sangat membantu para pembudidaya ikan untuk mengobati ikan yang sakit. Sebagai contoh dalam aplikasinya, untuk ikan yang sakit yang akan diobati dengan antibiotika antara lain oxytetracycline. Maka cara pengobatannya dapat dilakukanmisalnya saja dengan merendam ikan dalam larutan oksitetrasiklin 5 ppm selama 24 jam. Atau mau menggunakan bahan kimia dengan cara merendam ikan dalam larutan nitrofuran 5 – 10 ppm selama 12 – 24 jam, merendam ikan dalam larutan kalium permanganate (PK) 10 – 20 ppm selama 30 – 60 menit. Obat-obat antibiotika seperti Kemicitin, Tetrasiklin, Streptomisin yang berupa serbuk dapat dicampurkan ke dalam makanan ikan jika akan melakukan pengobatan dengan sistem oral. Dosisnya harus diperhitungkan agar setiap 100 gram berat ikan, dapat memakan 1 mg antibiotika itu per hari. Lama pemberian obat ini 2 – 3 minggu. Antibiotika juga dapat diberikan dengan disuntikkan. Dosisnya, untuk larutan chloramphenicol (kemicitin) 1 : 1,5 sebanyak 1 – 2 ml disuntikkan ke dalam rongga perut (intra abdomincal cavity) untuk setiap berat badan ikan 200 gram. Penyuntikan perlu diulang setiap 2 – 3 hari sampai jangka waktu 2 minggu. Kalau cara ini berhasil, biasanya dapat terlihat gejala penyembuhan dari hari ke hari. Cara lain yang lebih praktis dalam pengobatan penyakit bakteri adalah melalui makanan. Makanan ikan yang akan diberikan dicampur dulu dengan chloromycetin 1 – 2 gram untuk setiap 1 kg pellet. Hal yang harus diperhatikan adalah tetap menjaga kualitas air agar selalu sesuai dengan kebutuhan hidup yang ideal bagi ikan. Perlu diketahui bahwa apabila pemakaian antibiotika tidak sesuai dengan dosis yang telah ditetapkan,
atau perhitungannya kurang cermat, maka lama kelamaan bakteri akan kebal terhadap obat itu. Akibatnya, obat tersebut tidak mempan lagi untuk memberantas jenis bakteri tertentu. Pada daerah yang mengalami wabah penyakit, sering kali pencegahannya sulit dihindari. Untuk mengurangi kerugian yang besar biasanya dilakukan pengobatan pada ikan. Oleh karena ikan hidup di air, sehingga bahan kimia yang digunakan juga akan terlarut dalam air. Hal ini dapat berakibat selain bertujuan untuk mengobati ikan sakit, akan tetapi ikan pun dapat terbunuh bila tidak dilakukan metoda, waktu, dosis obat yang tepat. Untuk mengantisipasi kesalahan dalam melakukan pengobatan terhadap ikan yang sakit maka harus dilakukan beberapa persiapan yaitu :
1. Ikan yang akan diobati sebaiknya harus dipuasakan terlebih dahulu selama 24 jam sebelum diberikan pengobatan.
2. Wadah yang digunakan untuk melakukan pengobatan ikan harus memakai wadah yang terbuat dari bahan plastik, jangan menggunakan wadah
Formalin merupakan larutan komersial dengan konsentrasi 37- 40% dari formaldehid. Bahan ini biasanya digunakan sebagai antiseptic, germisida, dan pengawet. Formalin diketahui sering digunakan dan efektif dalam pengobatan penyakit akibatektoparasit seperti fluke dan kulit berlendir. Meskipun demikian, bahan ini juga sangat beracun bagi ikan. Ambang batas amannya sangat rendah, sehinggga terkadang ikan yang diobati malah mati akibat formalin daripada akibat penyakitnya. Formalin sangat beracun, meskipun masih dipakai secara luas dalam akurkulutur dan lingkungan kolam tertentu, tetapi lebih banyak digunakan dalam pengawetan specimen ikan untuk keperluan identifikasi. Ikan yang akan diawetkan harusmelalui proses euthanasia yang hewani terlebih dahulu, kecuali apabila ikan tersebut telah mati sebelumnya. Untuk pengawetan biasanya digunakan formalin dengan konsentrasi 10%. Penggunaan Untuk penggunaan jangka panjang (beberapa hari) atau jangka pendek (10 – 30 menit). Formalin dapat mengganggu filter biologi, oleh karena itu, perlakuan sebaiknya dilakukan di akuarium khusus. Keuntungan dengan perlakuan terpisah ini adalah apabila ikan mengalami stres pada saat diperlakukan, ikan tersebut dapat segera dikembalikan pada akuarium utama. Dosis dan Cara Pemberian Dosis penggunaan formalin bervariasi tergantung pada spesies ikannya. Setiap spesies akan memiliki toleransi berbeda terhadap formalin. Dengan demikian dosis yang dicantumkan pada artikel ini bukan merupakan jaminan, tetapi merupakan kriteria rata-rata. Yang perlu diperhatikan adalah: penggunaan formalin dalam perlakuan jangka pendek harus diawasi dengan ketat. Dan perlakuan harus segera dihentikan apabila ikan mulai menunjukkan gejala stres seperti nafas tersengalsengal (megap-megap) atau meloncat (ingin keluar dari akuarium) Untuk perlakuan jangka panjang, seperti untuk pengobatan akibat infeksi ektoparasit penyebab kulit berlendir adalah 0.15 -0.25 ml Formalin (37-40%) per 10 liter air. Setelah 2 – 3 hari, kembalikan ikan pada wadah semula. Jangan dilakukan pada filter biologi, karena akan membunuh bakteri yang ada pada filter Lakukan penggantian air sebanyak 30%. Untuk perlakuan jangka pendek, seperti untuk pengobatan akibat infeksi ektoparasit besar penyebab fluke, dosisnya adalah 2 ml Formalin (37-40%) per 10 liter air. Siapkan campuran terlebih dahulu sebelumikan dimasukkan. Lakukan perendaman selama maksimal 30 menit, atau kurang apabila ikan menunjukkan gejala stres.
Peringatan
Formalin sangat berbahaya apabila terkena kulit atau mata. Apabila hal ini terjadi segeralah cuci dengan air yang banyak. Bahan ini juga dapat menghasilkan uap beracun, oleh karena itu jangan biarkan botol formalin terbuka di ruang tertutup. Simpan formalin dalam botol berwarna gelap dan hindarkan dari cahaya, kalau tidak maka akan dapat terbentuk paraformaldehid (berupa endapan putih) yang sangat beracun bagi ikan, bahkan dalam konsentrasi yang sangat rendah. Selain itu, formalin dapat bersifat eksplosif (meledak).
Sifat Fisika dan Kimia Formalin
Tampilan : cairan jernih (tidak berwarna)
Bau : berbau menusuk, keras
Kelarutan : sangat larut
Berat jenis : 1.08
pH : 2.8
Identifikasi Bahaya:
Sangat berbahaya! Dapat menyebabkan kanker. Resiko kanker tergantung pada tingkat dan lama kontak. Uap berbahaya. Berbahaya apabila terhirup atau terserap kulit. Menyebabkan iritasi terhadap kulit, mata dan saluran pernafasan. Dapat berakibat fatal atau menyebabkan kebutaan apabila tertelan. Mudah terbakar. Pertolongan Pertama: Terhisap: Pindahkan korban pada udara bersih. Apabila tidak bernafas, nafas buatan, apabila kesulitan bernafas beri oksigen, panggil dokter. Tertelan: Apabila korban sadar usahakan untuk mengencerkan, menonaktifkan dan menyerap bahan
dengan memberi susu, arang aktif, atau air. Setiap bahan organik akan dapat menonaktifkan formalin. Jaga tubuh korban agar tetap hangat dan rileks. Apabila muntah, jaga agar kepala lebih rendah dari pinggul. Kontak Kulit: Segera cuci dengan air yang banyak selama paling tidak 15 menit, sambil melepas pakaian yang terkena. Cuci pakaian sebelum digunakan kembali. Kontak Mata: Segera cuci dengan air yang banyak selama paling tidak 15 menit Segera hubungi dokter. Dengan mengetahui berbagai macam obat dan bahan kimia yang dapat digunakan dalam melakukan pengobatan, maka akan sangat membantu para pembudidaya ikan untuk mengobati ikan yang sakit. Sebagai contoh dalam aplikasinya, untuk ikan yang sakit yang akan diobati dengan antibiotika antara lain oxytetracycline. Maka cara pengobatannya dapat dilakukanmisalnya saja dengan merendam ikan dalam larutan oksitetrasiklin 5 ppm selama 24 jam. Atau mau menggunakan bahan kimia dengan cara merendam ikan dalam larutan nitrofuran 5 – 10 ppm selama 12 – 24 jam, merendam ikan dalam larutan kalium permanganate (PK) 10 – 20 ppm selama 30 – 60 menit. Obat-obat antibiotika seperti Kemicitin, Tetrasiklin, Streptomisin yang berupa serbuk dapat dicampurkan ke dalam makanan ikan jika akan melakukan pengobatan dengan sistem oral. Dosisnya harus diperhitungkan agar setiap 100 gram berat ikan, dapat memakan 1 mg antibiotika itu per hari. Lama pemberian obat ini 2 – 3 minggu. Antibiotika juga dapat diberikan dengan disuntikkan. Dosisnya, untuk larutan chloramphenicol (kemicitin) 1 : 1,5 sebanyak 1 – 2 ml disuntikkan ke dalam rongga perut (intra abdomincal cavity) untuk setiap berat badan ikan 200 gram. Penyuntikan perlu diulang setiap 2 – 3 hari sampai jangka waktu 2 minggu. Kalau cara ini berhasil, biasanya dapat terlihat gejala penyembuhan dari hari ke hari. Cara lain yang lebih praktis dalam pengobatan penyakit bakteri adalah melalui makanan. Makanan ikan yang akan diberikan dicampur dulu dengan chloromycetin 1 – 2 gram untuk setiap 1 kg pellet. Hal yang harus diperhatikan adalah tetap menjaga kualitas air agar selalu sesuai dengan kebutuhan hidup yang ideal bagi ikan. Perlu diketahui bahwa apabila pemakaian antibiotika tidak sesuai dengan dosis yang telah ditetapkan,
atau perhitungannya kurang cermat, maka lama kelamaan bakteri akan kebal terhadap obat itu. Akibatnya, obat tersebut tidak mempan lagi untuk memberantas jenis bakteri tertentu. Pada daerah yang mengalami wabah penyakit, sering kali pencegahannya sulit dihindari. Untuk mengurangi kerugian yang besar biasanya dilakukan pengobatan pada ikan. Oleh karena ikan hidup di air, sehingga bahan kimia yang digunakan juga akan terlarut dalam air. Hal ini dapat berakibat selain bertujuan untuk mengobati ikan sakit, akan tetapi ikan pun dapat terbunuh bila tidak dilakukan metoda, waktu, dosis obat yang tepat. Untuk mengantisipasi kesalahan dalam melakukan pengobatan terhadap ikan yang sakit maka harus dilakukan beberapa persiapan yaitu :
1. Ikan yang akan diobati sebaiknya harus dipuasakan terlebih dahulu selama 24 jam sebelum diberikan pengobatan.
2. Wadah yang digunakan untuk melakukan pengobatan ikan harus memakai wadah yang terbuat dari bahan plastik, jangan menggunakan wadah
yang terbuat dari seng. Hal ini
dapat membuat bahan kimia bereaksi dengan wadah yang terbuat dari seng.
3. Dalam melakukan pengobatan, jumlah obat yang akan diberikan kepada ikan yang sakit harus tepat jenis, dosis dan benarbenar terukur.
4. Pengobatan sebaiknya dilakukan pada suhu perairan yang rendah misalnya pada pagi atau sore hari.
5. Sebaiknya dalam melakukan pengobatan dilakukan secara bertahap yaitu :
3. Dalam melakukan pengobatan, jumlah obat yang akan diberikan kepada ikan yang sakit harus tepat jenis, dosis dan benarbenar terukur.
4. Pengobatan sebaiknya dilakukan pada suhu perairan yang rendah misalnya pada pagi atau sore hari.
5. Sebaiknya dalam melakukan pengobatan dilakukan secara bertahap yaitu :
Pengobatan pendahuluan
Pengobatan pendahuluan merupakan pengobatan awal
dimana ikan yang sakit diambil sebagian kecil dan diberi obat dengan jumlah
yang sesuai dengan dosis.
Pengobatan pokok, yang dilakukan setelah 12 – 24 jam
dari pengobatan pendahuluan.
Cara pengobatan yang tidak berakibat fatal bagi ikan adalah
sebagai berikut :
1. Pengolesan.
Cara ini biasanya digunakan untuk penyakit ikan yang kronis dengan dosis obat yang tinggi. Bagian ikan yang sakit diolesi obat dengan menggunakan kapas. Kemudian ikan segar dikembalikan ke air yang segar.
Cara ini biasanya digunakan untuk penyakit ikan yang kronis dengan dosis obat yang tinggi. Bagian ikan yang sakit diolesi obat dengan menggunakan kapas. Kemudian ikan segar dikembalikan ke air yang segar.
2. Perendaman pada bak.
Ikan yang terserang penyakit direndam dalam wadah/bak tertentu yang berisi larutan obat selama 5 – 30 menit. Hal ini memberi kemungkinan lamanya kerja obat untuk membunuh penyakit. Caranya sangat sesuai bila parasit terdapat dalam lapisan kulit yang terlindung. Oleh karena ikan terendam pada larutan yang berbahaya maka konsentrasi obat masih di toleransi oleh ikan.
Ikan yang terserang penyakit direndam dalam wadah/bak tertentu yang berisi larutan obat selama 5 – 30 menit. Hal ini memberi kemungkinan lamanya kerja obat untuk membunuh penyakit. Caranya sangat sesuai bila parasit terdapat dalam lapisan kulit yang terlindung. Oleh karena ikan terendam pada larutan yang berbahaya maka konsentrasi obat masih di toleransi oleh ikan.
3. Perendaman pada kolam.
Umumnya cara ini memerlukan perendaman yang lebih lama dari pada bak (1 jam s/d beberapa hari) dengan bahan kimia. Tujuan dari perendaman yang lama ini adalah memberi kesempatan pada obat untuk memutuskan rantai kehidupan parasit dan konsentrasi obat biasanya sangat rendah sekali sehingga tidak berbahaya bagi ikan. Untuk metoda ini sebaiknya menggunakan bahan kimia yang mudah terurai menjadi netral. Bahan kimia dan obat yang dapat digunakan untuk mengobati ikan pada berbagai penyakit dapat dilihat pada Tabel 8.2.
Umumnya cara ini memerlukan perendaman yang lebih lama dari pada bak (1 jam s/d beberapa hari) dengan bahan kimia. Tujuan dari perendaman yang lama ini adalah memberi kesempatan pada obat untuk memutuskan rantai kehidupan parasit dan konsentrasi obat biasanya sangat rendah sekali sehingga tidak berbahaya bagi ikan. Untuk metoda ini sebaiknya menggunakan bahan kimia yang mudah terurai menjadi netral. Bahan kimia dan obat yang dapat digunakan untuk mengobati ikan pada berbagai penyakit dapat dilihat pada Tabel 8.2.
Pengobatan white spot Obat hanya dianjurkan untuk pencegah
penyakit. Sebenarnya pemakaian antibiotik kurang baik pengaruhnya terhadap ikan
dan lingkungan. Oleh karena itu, pemakaiannya tidak dianjurkan pada ikan yang
dikonsumsi. Obat ini akan tertinggal dalam jaringan daging atau lemak dan ini
berbahaya bagi kesehatan. Beberapa obat yang dapat dipakai untuk mengobati
penyakit bintik putih adalah: Malachyte green. Obat ini diberikan sebanyak 1
gram (berupa serbuk) untuk air kolam 10 m2, pengobatan diulang setiap 2 hari;
dalam 10 hari, ikan yang sakit akan sembuh. Dalam pengobatan cara ini, apalagi
yang dilakukan cukup lama, kolam harus diaerasi dan ikan diberi makanan yang
cukup baik. Formalin. Ikan yang sakit direndam setiap hari dalam larutan
formalin 30% (dalam dosis 1 : 2000), lamanya perendaman 1 jam. Garam
dapur. Larutan garam dapur sebanyak 30 mg per liter dengan waktu perendaman 1
menit dan dilakukan setiap hari, selama 3 – 5 hari berturut-turut. Cara ini
juga dapat menyembuhkan penyakit bintik putih. Methilene blue. Caranya, dibuat
larutan methyl biru dengan konsentrasi 1 % (satu gram metal biru dalam 100
cc air). Ikan yang sakit kemudian dimasukkan dalam wadah yang berisi air bersih.
Kemudian didalamnya diberi larutan baku yang sudah
dibuat tadi.Ikan dibiarkan di dalam larutan
selama 24 jam. Agar ikan yang sakit benar-benar sembuh dan terbebas dari parasit, pengobatan dilakukan berulang-ulang selama tiga kali dengan selang waktu sehari. Pengobatan jamur Ikan yang terserang penyakit ini tubuhnya ditumbuhi sekumpulan benang halus seperti kapas dan dapat menyerang telur sehingga menghambat pernafasan yang dapat mengakibatkan kematian. Penyakit ikan yang disebabkan oleh jamur dapat diobati dengan tiga cara, yaitu direndam larutan kalium permanganate, larutan garam dapur, dan larutan malachite green. Ikan direndam dalam larutan kalium permanganate 1 gram per 100 liter, selama 60 – 90 menit. Ikan direndam dalam larutan garam dapur (10 gram per liter) selama 1 menit. Sedangkan untuk mengobati penyakit ikan dengan malachite green, sebelumnya dibuat larutan baku (1 mg serbuk dilarutkan dalam 450 ml air). Untuk merendam ikan, 1–2 ml larutan baku itu dilarutkan (diencerkan) dalam 1 liter air, untuk dipakai merendam ikan selama 1 jam. Pengobatan diulang sampai tiga hari berturut-turut. Selain itu juga dapat dilakukan dengan perendaman selama 24 jam tetapi dosisnya dikurangi menjadi 0,15 – 0,70 ppm. Dapat juga menggunakan formalin 100 – 200 ppm selama 1 – 3 jam dan perendaman dengan larutan garam dapur (NaCl) 20 ppm selama 1 jam. Pengobatan bakteri Ikan yang terserang penyakit ini akan bergerak lambat, bernafas megap-megap di permukaan air, warna insang pucat dan warna tubuh berubah gelap. Juga terdapat bercak-bercak merah pada bagian luar tubuhnya dan kerusakan pada insang dan kulit. Pengobatan penyakit dari kelompok bakteri ini dapat dilakukan dengan beberapa metode diantaranya adalah :
selama 24 jam. Agar ikan yang sakit benar-benar sembuh dan terbebas dari parasit, pengobatan dilakukan berulang-ulang selama tiga kali dengan selang waktu sehari. Pengobatan jamur Ikan yang terserang penyakit ini tubuhnya ditumbuhi sekumpulan benang halus seperti kapas dan dapat menyerang telur sehingga menghambat pernafasan yang dapat mengakibatkan kematian. Penyakit ikan yang disebabkan oleh jamur dapat diobati dengan tiga cara, yaitu direndam larutan kalium permanganate, larutan garam dapur, dan larutan malachite green. Ikan direndam dalam larutan kalium permanganate 1 gram per 100 liter, selama 60 – 90 menit. Ikan direndam dalam larutan garam dapur (10 gram per liter) selama 1 menit. Sedangkan untuk mengobati penyakit ikan dengan malachite green, sebelumnya dibuat larutan baku (1 mg serbuk dilarutkan dalam 450 ml air). Untuk merendam ikan, 1–2 ml larutan baku itu dilarutkan (diencerkan) dalam 1 liter air, untuk dipakai merendam ikan selama 1 jam. Pengobatan diulang sampai tiga hari berturut-turut. Selain itu juga dapat dilakukan dengan perendaman selama 24 jam tetapi dosisnya dikurangi menjadi 0,15 – 0,70 ppm. Dapat juga menggunakan formalin 100 – 200 ppm selama 1 – 3 jam dan perendaman dengan larutan garam dapur (NaCl) 20 ppm selama 1 jam. Pengobatan bakteri Ikan yang terserang penyakit ini akan bergerak lambat, bernafas megap-megap di permukaan air, warna insang pucat dan warna tubuh berubah gelap. Juga terdapat bercak-bercak merah pada bagian luar tubuhnya dan kerusakan pada insang dan kulit. Pengobatan penyakit dari kelompok bakteri ini dapat dilakukan dengan beberapa metode diantaranya adalah :
1. Metode perendaman dalam larutan PK 10 – 20 ppm selama 30 – 60 menit atau PK 3 – 5 ppm selama 12 – 24 jam. Dengan larutan Nitrofuran 5 – 10 ppm selama 24 jam dan dengan larutan antibiotik oksitetrasiklin 5 ppm selama 24 jam, tetrasiklin / kemisitin/Chloramphenikol 250 mg dalam 500 liter air selama 2 jam dan dilakukan setiap hari selama 3 – 5 hari.
2. Pada ikan besar, pengobatan dapat dilakukan dengan metode penyuntikan menggunakan antibiotik oksitetrasiklin sebanyak 20 – 40 mg/kg ikan, Kanamysine sebanyak 20 – 40 mg/kg ikan dan Streptomysin sebanyak 20 – 60 mg/kg ikan. Obat-obat antibiotika seperti Kemicitin, Tetrasiklin, Streptomisin yang berupa serbuk, dicampurkan ke dalam makanan ikan. Dosisnya harusdiperhitungkan agar setiap 100 gram berat ikan, dapat memakan 1 mg antibiotika itu per hari. Lama pemberian obat ini 2 – 3 minggu. Dosis penyuntikan antibiotik larutan chloramphenicol (kemicitin) 1 : 1,5 sebanyak 1 – 2 ml disuntikkan ke dalam rongga perut (intra abdomincal cavity) untuk setiap berat badan ikan 200 gram. Penyuntikan perlu diulang setiap 2 – 3 hari sampaijangka waktu 2 minggu. Kalau cara ini berhasil, biasanya dapat terlihat gejala penyembuhan dari hari ke hari.
3. Metoda oral yaitu dengan pemberian pakan yang dicampur dengan antibiotik misalnya oksitetrasiklin sebanyak 50 mg/kg ikan diberikan setiap hari selama 7 – 10 hari. Pengobatan Trematoda Pada ikan budidaya salah satu jenis parasit dari kelompok Trematoda yaitu Dactylogyrus dan Gyrodactylus biasa menyerang ikan pada bagian insang dan kulit. Insang yang dirusaknya akan menjadi luka dan menimbulkan pendarahan yang akan mengakibatkan terganggunya pernafasan ikan. Pengobatan yang dapat dilakukan dengan metode perendaman dalam larutan formalin teknis (formalin 40%) sebanyak 250 ml dalam 1 m3 selama 15 menit atau dengan larutan Methylene Blue 3 ppm selama 24 jam dan larutan Malachite Green 2 – 3 ppm selama 30 – 60 menit
Sumber : Crayonpedia
BalasHapuswihh nice info
kunjung balik, di web kami banyak penawaran dan tips tentang kesehatan
Golden Gamat