Rabu, 18 Mei 2016

Studi Hasil Tangkapan Pajeko Menggunakan Alat Tangkap Mini Purse Seine di Perairan Laut Kota Bitung


I. PENDAHULUAN 

1. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan terdiri dari 17.504 pulau yang terletak diantara dua benua Asia dan Australia serta dengan dua samudera Hindia dan Pasifik. Luas wilayah perairan laut Indonesia yang dapat dimanfaatkan seluas 5,8 juta km2 termasuk Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia (ZEEI). Sedangkan potensi lestari (Maximum Sustainable Yield) sumberdaya ikan laut nasional mencapai 6,4 juta ton per tahun dengan tingkat pemanfaatan baru mencapai 70% dari MSY (DitjenTangkap, 2006).

Pembangunan usaha perikanan secara nasional mempunyai sasaran kuantitatif antara lain: pencapaian target produksi, penyediaan ikan dalam negeri, ekspor dan tenaga kerja. Pembangunan perikanan tangkap meningkat dengan cepat dari tahun ke tahun, baik pertumbuhan produksi maupun jumlah nelayan serta jumlah kapal penangkap ikan. Pemanfaatan sumberdaya perairan ini terutama dalam usaha perikanan tangkap dapat berhasil dengan baik jika didukung oleh pengadaan sarana dan prasarana yang memadai. Berbagai jenis ikan dengan sifat yang berbeda pada perairan dan lingkungan menimbulkan teknik penangkapan termasuk penggunaan alat penangkap ikan berbeda-beda. Alat penangkapan ikan muncul dan berkembang dalam masyarakat dengan berbagai jenis dan bentuk, dari yang sangat sederhana seperti: tombak, panah, lembing dan pancing yang terbuat dari batu, kulit kerang, tulang dan gigi binatang, kemudian berkembang berbagai jenis jaring insang, belat dan alat lainnya yang terbuat dari jaring seperti jaring kantong, tangkul, pukat, purse seine, trawl dan lain-lain.

Teknik penangkapan ikan berkembang bersamaan dengan kemajuan peralatan pelayarannya. Gambaran utama perkembangan alat dan cara penangkapan ikan seperti penyempurnaan pada bentuk alat penangkap ikan, khususnya makin besarnya ukuran alat penangkap ikan, peningkatan efektifitas dan efisiensiensi dalam pengoperasiannya. Keberhasilan kegiatan penangkapan ikan di laut tergantung pada penentuan daerah penangkapan ikan (fishing ground), gerombolan ikan dan potensinya.

Pukat cincin atau biasa sisebut dengan “purse seine “ adalah alat tangkap yang dipergunakan untuk menangkap ikan pelagis yang bergerombo seperti : kembung, lemuru, layang, tonkol, cakalang, dan lain sebagainya.

Untuk pengendalian yang efektif diperlukan pengetahuan dan pemahaman terhadap tingkah laku ikan yang menjadi sasaran penangkapan sehingga dapat mengintensifkan operasi penangkapannya.

2. Maksud dan Tujuan

Maksud dari perbandingan hasil tangkapan ini adalah untuk melihat efektifitas alat tangkap khususnya alat tangkap purse seine dengan menggunakan kapal penangkap ikan ‘pajeko’ dan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil tangkapan

Tujuan dari studi ini ini adalah sebagai bahan pembelajaran dan masukan terhadap penggunaan alat tangkap khusus alat tangkap purse seine dalam pengoperasiannya di lokasi lain.

II. TINJAUAN PUSTAKA 

Purse Seine adalah alat tangkap yang bagian utamanya adalah jaring, dipergunakan untuk menangkap ikan pelagis besar atau ikan pelagis kecil sesuai dengan ukuran dan jumlah yang banyak. Alat tangkap purse seine terdiri dari kantong (bag, bunt), badan jaring, tepi jaring, pelampung (float), tali pelampung (float line), sayap (wing), pemberat (singker lead), tali penarik (purse line), tali cincin (tali kang), cincin (ring), dan selvage. Ikan yang menjadi tujuan penangkapan dari Purse seine adalah ikan – ikan pelagis yang membentuk gerombolan berada dekat permukaan air (sea surface). Sangat diharapkan pula densitas shoal (gerombolan) tersebut tinggi, yang berarti jarak ikan dengan ikan yang lainnya harus sedekat mungkin (Ayodhyoa, 1981).

Purse Seine juga disebut jaring kantong karena bentuk jaring tersebut waktu pengoperasianya menyerupai kantong. Purse seine pertama kali dipergunakan di perairan Rodhe Island untuk menangkap ikan menhaden (brevorita tyranus). Selanjutnya purse seine dipatenkan atas nama Berent velder dari Bergen di Norwegia pada tanggal 12 maret 1859.

Purse seine dioperasikan dengan cara melingkarkan jaring mengelilingi kawanan ikan, sehingga kawanan ikan tidak dapat meloloskan diri secara horizontal. Setelah pelingkaran selesai jaring dikerutkan dengan cara menarik tali kerut, sampai tali pemberat menyatu dan bagian bawah jaring tertutup sehingga kawanan ikan tidak dapat meloloskan diri secara vertical. Kawanan ikan digiring ke bagian kantong yang terdapat diujung jaring di salah satu sisi jaring dengan cara menarik jaring ke kapal dan akhirnya ikan hasil tangkapan diangkat ke atas kapal (Ayodhyoa, 1981)

Purse Seine dikenal juga sebagai Pukat Cincin atau Pukat Lingkar. Alat tangkap ini berbentuk persegi panjang dengan pelampung (Floats) di bagian atas dan pemberat (Sinkers) serta cincin besi (Rings) di bagian bawah. Pada saat dioperasikan, kapal yang membawa alat tangkap ini melingkari sekawanan ikan yang telah dikumpulkan dengan pemikat rumpon dan lampu berkekuatan tinggi. Setelah lingkaran terbentuk sempurna maka tali kolor (Purse Line) yang terdapat di bagian bawah akan ditarik melewati cincin-cincin besi yang bergelantungan di bagian bawah jaring sehingga alat tangkap ini akan mengerucut dan berbentuk seperti mangkok dengan segerombolan ikan yang terkurung di dalamnya.

Selanjutnya seluruh jaring akan ditarik ke sisi kapal dan ikan yang tertangkap akan terkumpul di bagian kantong jaring secara otomatis. Jenis ikan sasaran purse seine Laut Jawa adalah jenis-jenis ikan pelagis kecil seperti selar, layang, kembung, tongkol, bawal, kayul dsb. Meski demikian, kadang kala tertangkap pula jenis-jenis ikan lainnya meski jumlahnya sangat sedikit seperti kakap, tenggiri, baronang dan ikan-ikan dasar lainnya Pada dasarnya pukat cincin dibuat dari beberapa lembar jaring yang berbentuk segi empat atau hampir, yang gunanya untuk menggurung gerombolan ikan kemudian tali kerut (purse line) di bagian bawah jaring ditak sehingga jaring itu menyerupai kantong yang besar dan ditarik ke atas kapal pada salah satu sisinya atau kedua sisinya sehingga kantong semakin mengecil dan ikan dapat dipindahkan ke atas dek.Jaring merupakan dinding yang tidak dapat ditembus oleh ikan, sehingga ikan terkurung di dalam kantong (bunt) purse seine. Alat tangkap ini merupakan alat tangkap yang selektif, yaitu dengan mengatur ukuran mata jaring (mesh size) sehingga ikan-ikan yang kecil dapat meloloskan diri.

Purse seine dibagi menjadi dua, yaitu purse seine dengan kontong (bunt) di tenggah dan kantong di pinggir. Pada purse seine kantong di tengah biasanya penarikan jaring dilakukan dari ke dua ujungnya, purse seine ini biasanya ditarik dengan tenaga manusia. Sedangkan yang kantongnya di pingging biasanya ditarik dengan mesin penarik (power block) yang digerakan dengan hidrolik. Pengoperasian purse seine dapat dilakukan dengan satu buah dan lebih dari satu buah kapal, hal ini tergantung dari ukuran kapal, ukuran jaring, dan jenis ikan yang akan tangkapan.

III. METODE KERJA

Metode

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan membandingkan data hasil tangkapan yang dilakukan oleh 2 kapal penangkap ikan yang beroperasi di perairan Teluk Bitung.

Pengambilan Data

Data diambil langsung pada saat pelaksanaan Praktek Laut 1 dan 2 pada tanggal 13-15 Mei 2014, yaitu saat praktek pengukuran hasil tangkapan diatas kapal purse seine di perairan Teluk Bitung, media pengumpulan data dengan menggunakan borang Pemantau Penangkapan Ikan dan Penangkapan Ikan (Observer) yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Kementerian Kelautan dan Perikanan.


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Studi ini didasarkan atas hasil praktek pengukuran dan identifikasi hasil tangkapan pada Praktek Laut 1 dan 2 yaitu pada Pelatihan Pemantau Penangkapan Ikan dan Pengankutan Ikan (Observer On Board) yang dilaksanakan oleh BP3 Bitung bekerja sama dengan Dirjen Perikanan Tangkap, Kementerian Kelautan dan Perikanan. Pelatihan berlangsung dari tanggal 7-19 Mei 2014, sedangkan Praktek Laut ini sendiri berlansung selama 3 hari yaitu tanggal 14-16 Mei 2014.




Gambar 1. Peta Daerah Penangkapan Ikan di Indonesia

Identifikasi ikan dilaksanakan langsung di atas beberapa kapal penangkapan ikan yang selama ini beroperasi di perairan Bitung dan sekitarnya. Kapal-kapal yang ditempati sebagai lokasi identifikasi atau Praktek Laut merupakan kapal-kapal penangkap ikan dengan alat tangkap Mini-Purse seine atau disebut Pajeko (lokal). Dalam praktek ini setiap kelompok didampingi oleh satu orang pembimbing dari pelatih maupun panitia. Kelompok I didampingi oleh Bapak Ir. Mulyono sebagai pembimbing lapangan.


Gambar2. Kapal Pajeko dengan pukat cincin mini/mini purse seine

Praktek Laut 1
Praktek Laut 1 dilaksanakan diatas kapal penangkap ikan (pajeko) bernama Jopan 3 dengan ukuran 6 GT. yang beroperasi di sekitar pulau Lembe Barat dengan mengunakan alat tangkap purse seine, . Kapal tersebut di nahkodai oleh Bapak Yohan. Kapal Jopan memiliki panjang 11 meter, lebar 4 meter dan mempunyai ABK sebanyak 12 orang. Jarak yang ditempu dari Pelabuhan Perikanan Bitung (PPS) menuju Fishing Ground 10 Mil. Adapun surat-surat kelengkapan melaut dari kapal ini adalah sebagai berikut: No. S I P I : 07/SIPI/BPPT/ & PMD/96/VI.2011 dan No. S I U P : 08/ SIUP/BPPT & PMD/252/2012

Kapal Jopan 3 mulai meninggalkan pelabuhan pada tanggal 14 Mei 2014 pukul 23.30 WIT dan tiba kembali pada pagi hari tanggal 15 Mei 2014 di pelabuhan yang sama pada jam 7.00. Data-data identifikasi hasil tangkapan sebagai berikut :

Tabel 4. Data Hasil  Idenfikasi Ikan Praktek Laut 1..
No
Nama Ikan
Panjang Total (cm)
Indonesia
Lokal
1
Baby Tuna
Banitang
17
2
Layang
Malalugis abu2
15
3
Layang
Malalugis biru
16
4
Selar
Tude
18
5
Tongkol
Deho
13

 
 Gambar 3. Sampel ikan yang didapatkan/diidentifikasi pada Praktek Laut 1. 


Praktek Laut 2

Praktek laut 2 atau hari kedua dilaksanakan pada tanggal 15 Mei 2014 dan berakhir tanggal 16 Mei 2014. Lokasi fishing ground yang dituju adalah perairan sekitar pulau Lembe Barat dengan menggunakan Kapal Mini Purse-Seine (Pajeko) bernama VEDOLLY 01 dengan Gross Tonage 6 (6 GT). Kapal tersebut di Nahkodai oleh Bapak Kariman Monday. Kapal VEDOLLY 01 memiliki panjang 15 meter, lebar 4 meter dan mempunyai ABK sebanyak 13 orang. Jarak yang ditempuh dari Pelabuhan Perikanan Bitung menuju Fishing Ground sekitar 10 Mil laut. Data kelengkapan kapal sebagai berikut : No. SIPI : 07/SIPI/BPPT/ & PMD/98/VI.2011 dan No. SIUP : 08/ SIUP/BPPT & PMD/313/2012

Praktek laut yang ke 2 ini dilaksanakan lebih cepat sekitar pukul 20.30 Wita namun waktu kedatangan lebih lama karena adanya kerusakan mesin kapal. Setting atau pemasangan jaring hanya dilakukan sekali sekitar pukul 04.30 Wita dan Hauling hampir sama dengan setting, karena jarak waktunya tidak selisi jauh dengan setting atau pada pukul 04.50 Wita. Hasil yang didapatkan adalah beberapa jenis ikan pelagis kecil dengan ukuran antara 13 cm hingga 15 cm, kecuali ikan Roa yang diukur termasuk dengan panjang moncongnya. Hal ini memberikan sedikit gambaran bahwa perairan Bitung dan sekitarnya mulai kekurangan stok ikan.

Data hasil identifikasi sampel ikan yang tertangkap oleh jaring purse-seine mini ditampilkan dalam Tabel 5 berikut ini:

Tabel 5. Data Hasil Idenfikasi Ikan Praktek Laut  2 Perairan Bitung
No
Nama Ikan
Panjang Total (cm)
Indonesia
Lokal
1
Tongkol
Deho
13.8
2
Kembung
Tude
13.5
3
Layang
Malalugis
13
4
Roa
Roa
23.5





Gambar 4. Sampel ikan yang diidentifikasi pada Praktek Laut 2.

Lampu digunakan pada saat pengoperasian malam hari, fungsinya sama seperti rumpon yaitu sebagai pengumpul ikan. Biasanya nelayan menggunakan sumber lampu ini dari ancor atau obor, petromaks, dan lampu listrik (penggunaannya masih sangat terbatas

hanya untuk usaha penangkapan sebagian dari perikanan industri) (Subani dan Barus, 1989). Ikan-ikan itu tertarik oleh cahaya lampu kiranya tidak terlalu dipermasalahkan sebab adalah sudah menjadi anggapan bahwa hampir semua organisme hidup termasuk ikan yang media hidupnya itu air terangsang (tertarik) oleh sinar / cahaya (phototaxis positif) dan karena itu mereka selalu berusaha mendekati asal / sumber cahaya dan berkumpul disekitarnya.

Lampu petromaks umumnya memiliki kekuatan cahaya 200 lilin atau sekitar 200 watt. Terdapat dua jenis lampu yang digunakan oleh nelayan yaitu lampu petromaks dengan bola gelas yang berada pada bagian bawah dan tabung lampu yang berada di atas, sedangkan yang satu lagi adalah petromaks dengan tabung minyak pada bagian bawah dan lampu berupa kaos lampu pada bagian atas. Fungsi daripada Alat Bantu ini yaitu agar ikan-ikan tertarik pada suatu objek cahaya dan berkumpul dalam suatu gerombolan atau kelompok. Spesifikasi cahaya lampu petromaks umumnya dipengaruhi oleh cahaya bulan. Oleh karena itu, biasanya lampu petromaks tidak efisien jika digunakan pada saat terang bulan (purnama). Keadaan ini disebabkan karena pada kondisi demikian ikan-ikan akan cenderung menyebar di dalam kolom air dan tidak naik ke atas permukaan air. Pada saat terang bulan umumnya nelayan-nelayan yang menggunakan atraktor lampu sebagai alat penarik ikan, tidak melakukan operasi penangkapan ikan (Gunarso, 1985).

Hasil tangkapan dari kedua kapal purse seine tersebut adalah ikan-ikan pelagis kecil seperti layang, kembung, dan lainnya. Seperti yang dikemukakan oleh Subani dan Barus (1989), mengatakan bahwa Ikan yang menjadi tujuan utama penangkapan dari purse seine adalah ikan-ikan yang “Pelagic Shoaling Species”, yang berarti ikan-ikan tersebut haruslah membentuk shoal (gerombolan), berada dekat dengan permukaan air sea surface dan sangatlah diharapkan pula agar densitas shoal itu tinggi, yang berarti jarak antara ikan dangan ikan lainnya haruslah sedekat mungkin. Dengan kata lain dapat juga dikatakan per satuan volume hendaklah jumlah individu ikan sebanyak mungkin. Hal ini dapat dipikirkan sehubungan dengan volume yang terbentuk oleh jaring (panjang dan lebar) yang dipergunakan. Jenis ikan yang ditangkap dengan purse seine terutama di daerah Jawa dan sekitarnya adalah : Layang (Decapterus sp), bentang, kembung (Rastrehinger sp) lemuru (Sardinella sp), slengseng, cumi-cumi (Loligo sp) dan lain-lain


V. PENUTUP

KESIMPULAN

1. Penentuan lokasi penangkapan ikan (fishing ground) yang masih mengandalkan pada peran Kapal Lampu atau tidak mengunakan alat GPS untuk menentukan posisi kapal dan penentuan lintang serta bujur.

2. Penentuan jadwal praktek laut; pada saat pemantauan yang dilakukan pada saat bulan terang atau purnama sehingga sangat mempengaruhi hasil tangkapan karena ikan target utama merupakan jenis ikan fototaxis, hal ini menyebabkan pengoperasian alat tangkap (setting-hauling) hanya dapat dilakukan sekali dalam satu operasi.

3. Alat tangkap yang digunakan sudah mulai tua dan perlu perbaikan rutin atau penggantian dimana pada saat pengoperasian badan dan kantong jaring banyak yang mengalami kerusakan (sobek) sehingga banyak ikan yang lolos dari alat tangkap.

4. Hasil identifikasi ikan di kapal mini purse-seine (pajeko) didapatkan ikan-ikan jenis pelagis kecil yakni, Layang/Malalugis, Kembung/Selar, Tongkol/Deho, dan lainnya.

5. Umumnya ikan-ikan yang didapatkan oleh nelayan yang beroperasi di sekitar perairan Bitung merupakan ikan-ikan pelagis kecil.

6. Hasil tangkapan ikan dari pengoperasian alat tangkap purse seine/mini purse seine sangat tergantung pada beberapa faktor, baik faktor teknis seperti alat tangkap maupun faktor non-teknis, seperti kondisi cuaca dan musim.

 DAFTAR PUSTAKA 

Ayodhyoa, 1981. Metode Penangkapan Ikan. Yayasan Dewi Sri Bogor.

Basith, Abdul dan Baithur Syarif, 2008. Fish Finder (Sebagai Alat Pendeteksi Ikan). Sekolah Tinggi Perikanan, Jakarta.

Halim, Sugianto. 2005. Daerah Penangkapan. Sekolah Tinggi Perikanan. Jakarta

Kepmen Kelautan dan Perikanan No.KEP.22/MEN/2004. tentang Produktivitas Kapal Penangkap Ikan.

Monintja, Daniel R, Aji Sularso, M. Fedi A. Sondita, Ari Purbayanto. 2006. Perspektif Pengelolaan Perikanan Tangkap Laut Arafura. Departemen Pemamfaatan Sumberdaya Perikanan (FPIK-IPB), Bogor.

Nainggolan, Chandra, 2007. Metode Penangkapan Ikan, Universitas Terbuka, Jakarta.

Nontji, A. 2002. Laut Nusantara. Penerbit Djambatan Nusantara. Cetakan ketiga Jakarta.

Subani, W. and H.R. Barus, 1989. Alat Penangkap Ikan dan Udang Laut di Perairan Indonesia (no. 50 tahun 1998/1998). Balai Penelitian Perikanan Laut, Jakarta.

Syamsuddin, Syarif, 2004. Fish Finder sebagai Faktor Penunjang Keberhasilan Operasi Penangkapan Ikan. Sekolah Tinggi Perikanan, Jakarta.

Usemahu, R. Dan Tomasila. A.L. 2003. Teknik Penangkapan Ikan. Departemen Kelautan Dan Perikanan, Jakarta



Dokumentasi Kegiatan






Tidak ada komentar:

Posting Komentar