Budi daya bandeng dengan konsep organik sudah banyak diterapkan dalam budi daya bandeng. Penggunaan pupuk organik dalam budi daya bandeng ini dilakukan karena penggunaan bahan kimia sudah mulai berkurang dan memang lebih menguntungkan. Pada awalnya, para pembudi daya bandeng hanya menggunakan pupuk organik, seperti pupuk hijau, kompos, dan pupuk kandang.
Namun, semakin luasnya area pertambakan membuat pupuk organik tidak lagi mencukupi kebutuhan sehingga muncul pupuk anorganik atau pupuk kimia seperti Urea, ZA, atau TSP. Pupuk anorganik memiliki beberapa kelebihan, di antaranya adalah mampu memberikan efek lebih cepat dan memiliki bentuk fisik yang relatif lebih praktis dan menarik. Hal tersebut membuat banyak petambak menggunakannya.
Namun, seiring berjalannya waktu, disadari bahwa penggunaan pupuk kimia secara terus-menerus dapat merusak tanah atau lahan tambak. Petambak pun kembali melirik pupuk organik. Meski efek penggunaannya lebih lambat, pupuk organik lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan pupuk anorganik.
Potensi penggunaan pupuk organik akan memberikan gairah baru bagi pembudi daya tambak bandeng. Hal itu karena hasil yangdiperoleh berlimpah dan biaya yang dikeluarkan juga relatif rendah. Selain itu, pupuk organik dapat menanggulangi kerusakan tanah dan menjaga kelestarian lahan tambak sehingga dapat digunakan dalam jangka waktu yang lebih lama.
Sebenarnya, penggunaan pupuk juga berhubungan dengan pascapanen. Penggunaan pupuk anorganik dikhawatirkan masihmenyisakan residu kimia yang berbahaya bagi kesehatan manusia yang mengonsumsinya. Oleh karena itu, penggunaan pupuk organik lebih diprioritaskan. Hal tersebut diperkuat dengan fakta bahwa olahan bandeng yang sangat bervariasi, contohnya pindang bandeng di wilayah Cirebon yang notabene berlabel organik. Selain itu, bandeng merupakan ikan yang harus dijual dalam keadaan segar, terutama di pasar-pasar ikan. Dengan demikian, konsumen lebih aman mengonsumsinya tanpa harus banyak diolah terlebih dahulu.
Pupuk organik yang digunakan dalam budi daya bandeng biasanya berbentuk cair dan terbuat dari campuran bahan-bahan herbal dan susu sapi. Pupuk organik tersebut telah melewati beberapa kali uji coba yang telah dilakukan dan telah memberikan hasil panen yang memuaskan serta ramah lingkungan. Bahkan, penggunaan pupuk organik dapat mengembalikan lahan tambak menjadi ‘sehat’ kembali dan masa pemeliharaan bandeng dapat dipersingkat.
Efektivitas dan efisiensi bisnis penggunaan pola organik sangat tergantung dari cara budi daya, mulai dari mendapatkan benih yang baik sampai dengan metode penggunaan pupuk organik dan bahan pendukung lainnya, seperti kotoran kerbau/sapi dan batang pohon pisang. Dengan demikian, penerapan pola organik akan menghasilkan panen dengan kuantitas yang tinggi dan dampak yang ditimbulkan dari penggunaan pupuk organik juga merupakan limbah yang tidak berbahaya bagi lingkungan. Selain itu, produk panen yang dihasilkan pun berkualitas.
Penerapan bandeng organik di lahan tambak seluas 1 ha memilikitarget panen minimal 1 ton per periode panennya (tiga kali panen dalam satu tahun). Jumlah benih yang ditebar sebanyak 1 rean benih (sekitar 5.000 ekor) dengan biaya tidak lebih dari Rp4.000.000,00.
Sumber: Buku Panen Bandeng 50 Hari ; http://www.pertanianku.com
Namun, seiring berjalannya waktu, disadari bahwa penggunaan pupuk kimia secara terus-menerus dapat merusak tanah atau lahan tambak. Petambak pun kembali melirik pupuk organik. Meski efek penggunaannya lebih lambat, pupuk organik lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan pupuk anorganik.
Potensi penggunaan pupuk organik akan memberikan gairah baru bagi pembudi daya tambak bandeng. Hal itu karena hasil yangdiperoleh berlimpah dan biaya yang dikeluarkan juga relatif rendah. Selain itu, pupuk organik dapat menanggulangi kerusakan tanah dan menjaga kelestarian lahan tambak sehingga dapat digunakan dalam jangka waktu yang lebih lama.
Sebenarnya, penggunaan pupuk juga berhubungan dengan pascapanen. Penggunaan pupuk anorganik dikhawatirkan masihmenyisakan residu kimia yang berbahaya bagi kesehatan manusia yang mengonsumsinya. Oleh karena itu, penggunaan pupuk organik lebih diprioritaskan. Hal tersebut diperkuat dengan fakta bahwa olahan bandeng yang sangat bervariasi, contohnya pindang bandeng di wilayah Cirebon yang notabene berlabel organik. Selain itu, bandeng merupakan ikan yang harus dijual dalam keadaan segar, terutama di pasar-pasar ikan. Dengan demikian, konsumen lebih aman mengonsumsinya tanpa harus banyak diolah terlebih dahulu.
Pupuk organik yang digunakan dalam budi daya bandeng biasanya berbentuk cair dan terbuat dari campuran bahan-bahan herbal dan susu sapi. Pupuk organik tersebut telah melewati beberapa kali uji coba yang telah dilakukan dan telah memberikan hasil panen yang memuaskan serta ramah lingkungan. Bahkan, penggunaan pupuk organik dapat mengembalikan lahan tambak menjadi ‘sehat’ kembali dan masa pemeliharaan bandeng dapat dipersingkat.
Efektivitas dan efisiensi bisnis penggunaan pola organik sangat tergantung dari cara budi daya, mulai dari mendapatkan benih yang baik sampai dengan metode penggunaan pupuk organik dan bahan pendukung lainnya, seperti kotoran kerbau/sapi dan batang pohon pisang. Dengan demikian, penerapan pola organik akan menghasilkan panen dengan kuantitas yang tinggi dan dampak yang ditimbulkan dari penggunaan pupuk organik juga merupakan limbah yang tidak berbahaya bagi lingkungan. Selain itu, produk panen yang dihasilkan pun berkualitas.
Penerapan bandeng organik di lahan tambak seluas 1 ha memilikitarget panen minimal 1 ton per periode panennya (tiga kali panen dalam satu tahun). Jumlah benih yang ditebar sebanyak 1 rean benih (sekitar 5.000 ekor) dengan biaya tidak lebih dari Rp4.000.000,00.
Sumber: Buku Panen Bandeng 50 Hari ; http://www.pertanianku.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar