Pada umumnya, budi daya bandeng dilakukan pada satu petakan besar yang terdiri atas petakan-petakan pendederan, penggelondongan, dan pembesaran. Saat ini, sudah banyak yang melakukan budi daya bandeng dengan cara pemisahan (segmentasi) dan bisa juga disebut budi daya secara tradisional plus karena memang masih menggunakan metode tradisional. Dengan demikian, pendederan dan penggelondongan dilakukan pada tempat terpisah dari kegiatan pembesaran.
Tahap-tahap yang dilakukan dalam budi daya bandeng secara tradisional plus pada lahan seluas 1 ha sebagai berikut.
- Persiapan lahan, tanah dicangkul, dibalik atau ditraktor.
- Pengapuran dengan dosis 500 kg/ha.
- Pengeringan tambak selama tujuh hari kemudian pengisian air setinggi 10 cm.
- Penyaringan air dengan menggunakan waring supaya hama dan ikan liar tidak masuk.
- Pemupukan dengan dosis Urea 10 g/m2 dan TSP 5 g/m2.
- Perendaman tambak selama satu minggu dengan ketinggian air 10 cm sampai kelekap tumbuh.
- Penambahan air hingga ketinggian 30—50 cm setelah kelekap tumbuh.
- Penebaran nener bandeng dengan jumlah sekitar 6.000 ekor/ha.
- Penambahan pupuk organik setiap satu minggu sebanyak 1 l. Setelah satu bulan, dilakukan penambahan pupuk susulan berupa urea 7,5 g/m2 dan TSP 2,5 g/m2.
- Pengaturan ketinggian air selama pemeliharaan berada pada kisaran 30—50 cm. Biasanya, air ditambahkan setiap tiga hari sekali karena sudah banyak yang menguap karena panas. Pergantian air dilakukan setelah satu bulan pemeliharaan sebanyak 15 cm. Setelah itu, pergantian air selanjutnya dilakukan setiap dua minggu sekali dengan mengurangi sebanyak 15 cm lalu menambahkan air baru. Setelah pemeliharaan selama 2,5 bulan, ikan siap dipanen dengan ukuran 150—200 g/ekor.
- Pemanenan bandeng pada umur 1,5—2 bulan dengan bobot ratarata 250—400 g/ekor. Untuk hasil maksimal, pada bulan terakhir pemeliharaan, bandeng diberi pakan pelet (pakan komersial) sehingga laju pertumbuhan bobotnya dapat ditingkatkan dengan cepat
Sumber : http://www.pertanianku.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar