Vaksin adalah satu bahan antigen yang biasanya berasal dari suatu jasad patogen yang telah dilemahkan atau dimatikan yang berfungsi untuk meningkatkan ketahanan ikan atau menimbulkan kekebalan aktif terhadap suatu penyakit tertentu. Vaksinasi merupakan salah satu upaya penanggulangan penyakit pada hewan (termasuk ikan) dengan cara pemberian vaksin ke dalam tubuh hewan agar memiliki ketahanan terhadap serangan penyakit.
Teknik pemakaian vaksin yang biasa dilakukan pada ikan mencakup bermacam cara, yaitu melalui suntikan, makanan atau oral, perendaman, dan penyemprotan dengan tekanan tinggi. Faktor yang mempengaruhi vaksinasi pada ikan antara lain temperatur, umur, dan berat ikan. Faktor temperatur yang rendah membuat produksi antibodi lambat. Sedangkan untuk umur dan berat ikan, vaksinasi jangan dilakukan pada ikan yang umurnya kurang dari 2 minggu dan berat badannya kurang dari 1 gram. Hal tersebut dikarenakan pada umur kurang dari 2 minggu sistem kekebalan organ tubuh ikan belum sempurna untuk memproduksi antibodi (Ghufran, 2004).
Metode vaksin secara konvensional biasanya dibagi menjadi 2 yaitu, Heat Killed Vaccine (HKV) dan Formalin Killed Vaccine (FKV).
Metode Heat Killed Vaccine Bakteri Aeromonas hydrophila (Misalnya) yang ditumbuhkan di erlenmeyer dengan media TSB disiapkan. Kemudian Aeromonas hydrophila diambil 1 ml dengan menggunakan pipet mikro dan dimasukkan ke dalam tabung effendorf. Setelah itu, disentrifuge 3000 rpm selama 10 menit. Setelah 10 menit, endapan (supernatan) dibuang dan diambil natannya dan dicuci dengan PBS sebanyak 1 ml dengan pipet mikro dan disuspensikan dalam PBS 1 ml dengan vortex selama 2-3 menit. Setelah itu, di sentrifuge kembali 3000 rpm selama 10 menit, dibuang supernatan dan diambil natan, dicuci dengan PBS 1 ml, dan disuspensikan kembali dalam PBS 1 ml dengan vortex selama 2-3 menit.
Metode Heat Killed Vaccine Bakteri Aeromonas hydrophila (Misalnya) yang ditumbuhkan di erlenmeyer dengan media TSB disiapkan. Kemudian Aeromonas hydrophila diambil 1 ml dengan menggunakan pipet mikro dan dimasukkan ke dalam tabung effendorf. Setelah itu, disentrifuge 3000 rpm selama 10 menit. Setelah 10 menit, endapan (supernatan) dibuang dan diambil natannya dan dicuci dengan PBS sebanyak 1 ml dengan pipet mikro dan disuspensikan dalam PBS 1 ml dengan vortex selama 2-3 menit. Setelah itu, di sentrifuge kembali 3000 rpm selama 10 menit, dibuang supernatan dan diambil natan, dicuci dengan PBS 1 ml, dan disuspensikan kembali dalam PBS 1 ml dengan vortex selama 2-3 menit.
Hasil suspensi Aeromonas hydrophila dengan PBS disentrifuge kembali di 3000 rpm selama 10 menit dan diambil natannya. Natan tersebut kemudian dipanaskan di penangas air pada suhu 600C selama 30 menit. Setelah itu, dicuci dengan PBS 1 ml, disuspensikan dalam PBS 1 ml dengan vortex selama 2-3 menit, diambil natannya, dicuci lagi dengan PBS 1 ml, dan disuspensikan dalam PBS 1 ml dengan vortex selama 2-3 menit.
Kemudian hasil vortex dijadikan sebagai HKV (Heat Killed Vaccine) dan diuji dengan viabilitas. Uji viabilitas dilakukan dengan cara menggoreskan HKV di media agar miring TSA dengan jarum ose. Setelah itu, dimasukkan ke dalam inkubator selama 24 jam dan kemudian diamati ada tidaknya pertumbuhan koloni.
Metode Formalin Killed Vaccine
Metode Formalin Killed Vaccine
Metode FKV (Formalin Killed Vaccine) hampir sama seperti metode HKV yaitu, bakteri Aeromonas hydrophila yang ditumbuhkan di erlenmeyer dengan media TSB disiapkan. Kemudian Aeromonas hydrophila diambil 1 ml dengan menggunakan pipet mikro dan dimasukkan ke dalam tabung effendorf.
Setelah itu, disentrifuge 3000 rpm selama 10 menit. Setelah 10 menit, endapan (supernatan) dibuang dan diambil natannya dan dicuci dengan PBS sebanyak 1 ml dengan pipet mikro dan disuspensikan dalam PBS 1 ml dengan vortex selama 2-3 menit.
Setelah itu, di sentrifuge kembali 3000 rpm selama 10 menit, dibuang supernatan dan diambil natan, dicuci dengan PBS 1 ml, dan disuspensikan kembali dalam PBS 1 ml dengan vortex selama 2-3 menit. Hasil suspensi Aeromonas hydrophila dengan PBS disentrifuge kembali di 3000 rpm selama 10 menit dan diambil natannya.
Natan tersebut kemudian ditambahkan formalin 0,8%. Setelah itu, disentrifuge 3000 rpm selama 10 menit dan kemudian dicuci dengan PBS 1 ml, disuspensikan dalam PBS 1 ml dengan vortex selama 2-3 menit. Kemudian hasil vortex dijadikan sebagai FKV (Formalin Killed Vaccine) dan diuji dengan viabilitas.
Uji viabilitas dilakukan dengan cara menggoreskan HKV di media agar miring TSA dengan jarum ose. Setelah itu, dimasukkan ke dalam inkubator selama 24 jam dan kemudian diamati ada tidaknya pertumbuhan koloni.
Sumber : Puguh Widagdo http://puguh90.blogspot.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar