Senin, 11 Desember 2017

Penerapan Penanganan Ikan Di Atas Kapal

Hasil gambar untuk PENERAPAN PENANGANAN IKAN DIATAS KAPAL

Kesegaran Ikan

Ikan yang baik adalah ikan yang masih segar. Ikan segar yang masih mempunyai sifat sama seperti ikan hidup, baik rupa, bau, rasa, maupun teksturnya. Tingkat kesegaran ikan merupakan tolok ukur untuk membedakan ikan yang kualitasnya baik dan tidak. Berdasarkan kesegarannya, ikan dapat digolongkan menjadi empat kelas mutu, yaitu :

1. ikan yang tingkat kesegarannya sangat baik sekali ( prime )
2. ikan yang kesegarannya baik ( advanced )
3. ikan yang kesegarannya mundur (sedang)
4. ikan yang sudah tidak segar lagi ( spoiled )

Penanganan ikan di atas kapal merupakan tindakan awal dalam menjaga kesegaran ikan dari kemunduran mutu karena baik buruknya penanganan akan berpengaruh langsung terhadap mutu ikan yang akan dijadikan bahan makanan atau bahan mentah untuk pengolahan lebih lanjut. Sehingga penempatan ikan di atas kapal juga harus diperhatikan, sebab pada tempat yang bersuhu panas, terkena sinar matahari langsung, tempat yang kotor dan lain sebagainya dapat mempercepat mundurnya mutu ikan.

Ikan termasuk produk perikanan yang memiliki sifat sangat mudah rusak/busuk, sehingga penanganan apapun yang dilakukan tidak akan mungkin membuat ikan tetap segar, namun dapat menghambat proses penguraian jaringan tubuh (pembusukan) sehingga ikan dapat disimpan selama mungkin dalam keadaan baik. Oleh karenanya penanganan awal ikan di atas kapal harus secepat mungkin ditangani dengan baik dan hati-hati kemudian disimpan di cold storage.

Banyak cara untuk penanganan ikan yaitu mulai dari penyiapan deck dan peralatan yang higienis, penyortiran atau pemisahan ikan perjenis, pemilihan ikan yang rusak, pembersihan dan pencucian, perlindungan dari sengatan matahari dan suhu tinggi, penyimpanan dalam ruang suhu dingin (chilling room). Penyimpanan ini termasuk dalam pemalkahan, peng-es-an, perendaman dengan air laut yang didinginkan (iced sea water, refrigerated sea water dan lain sebagainya) supaya dapat mempertahankan kesegaran ikan.

Persiapan Dek dan Peralatan

Dalam hal mempersiapkan dek sebagai suatu kegiatan awal sebelum para Anak Buah Kapal (ABK) menangani ikan-ikan hasil tangkapan di atas dek/geladak kapal, ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan, yang meliputi :

1. Persiapan personil ABK yang bertugas
Para ABK yang bertugas saat itu harus terlebih dahulu mempersiapkan dirinya lengkap mengenakan pakaian kerja standar, seperti :
• baju kerja/wear pack ataupun mantel bila hujan
• helm kerja
• sepatu boot karet
• sarung tangan (karet ataupun katun).
Mengingat bekerja di atas dek/geladak kapal banyak mengandung bahaya (karena olengnya kapal akibat ombak) maka penggunaan perlengkapan kerja tadi janganlah disepelekan.

2. Persiapan dek kerja
Persiapan dek yang dimaksudkan meliputi:
• Menyiram dek dengan menggunakan pompa air laut.
• Menyikat dek sampai bersih dari segala kotoran. Gunakan sabun hijau untuk membersihkan minyak atau kotoran yang sukar dihilangkan.
• Membersihkan serta menempatkan peralatan kerja seperti keranjang ikan, ganco pendek, ganco panjang, pisau ikan, golok, sekop, dan lain-lain pada tempat tersendiri yang mudah dijangkau bila diperlukan.
Jika pekerjaan itu dikerjakan pada siang hari, maka di bagian dek kerja harus dipasang tenda/terpal dengan tujuan :
• Lantai dek kerja tidak menjadi panas.
• Ikan-ikan hasil tangkapan tidak terkena sinar matahari langsung karena akan mempercepat penurunan mutu/kesegaran ikan.
• Memberi kenyamanan kerja bagi ABK yang sedang bertugas.
Dalam memasang tenda tersebut harus diperhatikan agar pemasangannya jangan sampai menggangu pekerjaan lainnya di atas dek atau pelayaran itu sendiri. Jika malam hari, lampu-lampu penerangan kerja dihidupkan namun juga cahayanya jangan pula membaurkan lampu-lampu penerangan navigasi kapal.
Kalau terdapat ikan dari tangkapan sebelumnya yang tersisa di geladak (karena belum selesai ditangani), maka ikan-ikan tersebut harus dipindahkan ke bak yang terpisah agar ikan yang sangat segar/baru tidak tercampur dengan yang lama. Disamping membersihkan permukaan dek serta peralatan kerja lainnya, pembersihan juga perlu diberlakukan terhadap papan-papan, rak-rak yang berada di dalam palka (fish hold). Dinding palka juga harus bersih dari segala kotoran darah maupun lendir ikan yang masih melekat. Bila ada sisa-sisa es dari perjalanan sebelumnya, maka es itupun harus dibuang habis karena telah banyak mengandung bakteri. Haruslah dicamkan agar jangan sampai ikan-ikan hasil tangkapan yang masih segar itu bersentuhan dengan sesuatu yang kotor sehingga ikan-ikan tadi terkontaminasi dengan bakteri-bakteri yang akan mempercepat kerusakan mutu ikan.

3. Persiapan terhadap peralatan dan perlengkapan penanganan
Semua peralatan penanganan, penyaluran dan penyimpanan ikan yang digunakan di atas kapal ikan harus didesain, dikonstruksi dan dibuat dari material yang baik agar tidak mencemari ikan hasil tangkapan, memudahkan, mempecepat dan meningkatkan efisiensi penanganan ikan serta memudahkan dalam pencucian dan pembersihannya.

Perlengkapan Handling 

1. Gladak (lantai bongkar)
Tempat untuk membongkar hasil tangkapan ikan terbuat dari papan kayu tebal yang sudah dihaluskan dibentuk sedemikian rupa sehingga air dan kotoran mudah mengalir atau terbuang. Tapi bila kapalnya sudah maju atau moderen gladaknya terbuat dari bahan stenlis sehingga penanganan lebih mudah dan hasil lebih maksimal.

2. Pompa air bersih
Untuk membersihkan/ mencuci ikan hasil tangkapan dengan menyemprotkan air pada ikan, kotoran dan sisa-sisa darah

3. Ruang penyimpanan
Pada lambung kapal, terbuat dari kayu yang sudah berisol untuk mencegah bocoran air akan udara pada kapal kecil berupa ruang yang terbuat dari kayu

4. Tempat penyimpanan bahan pengawet
Untuk menyimpan es dan garam sebelum digunakan dalam pengawetan

5. Peralatan lain yang dibutuhkan yaitu:
• martil/ palu besar : menghancurkan es
• ganco terbuat dari besi untuk mengaambil dan mematikan ikan
• lampu yang cukup besar untuk membantu pembongkaran/ menurunkan hasil tangkapan terutama bila bongkar muat.

Persyaratan Operasi Secara Higienik

1. Kapal berikut semua fasilitas peralatan dan perlengkapannya berupa :
• Alat tangkap, dek, papan kurungan ikan dan perlengkapan lainnya.
• Palka, kerangka dan pembatasnya, dan lain-lain.
• Bak, tangki, tong, wadah, alat penanganan, pemotongan, pencucian, penyaluran dan penyimpanan ikan yang berkontak dengan ikan selama penanganan di kapal haruslah dicuci bersih, disikat, dibilas dan dikeringkan, baik sebelum hasil tangkapan dinaikkan ke kapal, antara tiap tarikan jaring ikan, maupun sesudah selesai operasi penangkapan di laut dan sesudah selesai operasi pembongkaran di pelabuhan.

2. Hal-hal lainnya yang juga berkaitan dengan kebersihan, adalah:
• Palka dan kolam pembuang kotoran
• Suplai pangan untuk dapur atau ABK tidak boleh disimpan bersama dalam wadah atau palka yang menyimpan ikan basah.

Sebelum jaring diangkat ke atas dek, segala peralatan yang nantinya bersentuhan dengan ikan hendaknya dicuci bersih terlebih dahulu. Setelah ikan sampai di dek, bersihkan segala kotoran yang ikut terjaring (yang besar-besar). Kemudian, cuci ikannya dengan cara menyemprotkan air laut sampai segala kotoran yang kecil seperti lumpur, rumput laut dan binatang-binatang yang tidak dimanfaatkan, terpisah dari ikan. Selanjutnya sortirlah ikan menurut jenis, besar dan harga di pasar. Misalnya ikan kakap atau tenggiri, harus ditangani lebih dahulu. Sebaiknya sortiran ikan tersebut diletakkan di wadah yang berlainan. Jangan sampai terjadi ikan kakap dicampur dengan ikan tenggiri atau kembung.

Sedangkan penyiangan ikan antara lain ditentukan dari ukuran badannya. Ikan-ikan kecil seperti lemuru atau kembung, tentu saja tidak perlu disiangi sebab mudah rusak. Lain halnya dengan ikan kakap, yang kulitnya (terutama dinding perut) relatif lebih kuat. Penyiangan juga tidak dapat dilakukan bila hasil tangkapan banyak sekali. Pekerjaan ini juga tergantung dari tindak lanjut pengolahan dan permintaan pasaran. Bila akan dikemas dalam kaleng atau diolah menjadi “filet” ikan tidak perlu disiangi. Demikian pula jika akan dijual di pasar sebagai ikan segar.

Setelah dilakukan penyortiran menurut jenis dan besarnya, ikan harus secepat mungkin dicuci. Pencucian hendaknya memakai air laut yang bersih. Bila perlengkapan memungkinkan (seperti pada kapal-pabrik/factory ship; dimana misalnya, dapat dicuci dengan air dingin) prinsip rantai dingin harus segera diterapkan. Ikan-ikan yang sudah disiangi, dicuci bersih. Karena sisa lendir, isi perut dan kotoran lain yang masih melekat perlu disingkirkan.

Beberapa hal lain yang perlu diingat adalah:
a. Jangan meletakkan ikan segar/baru di atas ikan yang lebih tua usia tangkapnya dan sementara menanti giliran penyiangan, tanganilah dahulu ikan yang lebih dahulu tertangkap.
b. Jangan menginjak ikan atau menyentuhnya dengan kaki karena ikan akan rusak dan cepat membusuk.
c. Siangi dan simpanlah ikan kecil sebelum ikan yang besar, sebab ikan yang berukuran kecil lebih cepat membusuk.
d. Sedapat mungkin siangilah ikan selagi hidup, dagingnya akan kelihatan lebih putih (karena hatinya terus memompakan darah ke luar selama penyiangan hidup-hidup).
e. Ikan besar yang telah disiangi, cucilah dengan tangan terutama pada bagian perutnya (terutama bagi ikan-ikan besar, ikan tuna misalnya).
f. Ikan-ikan kecil dapat dicuci dalam keranjang terbuka atau dalam tangki dengan air mengalir. Tiriskan ikan setelah pencucian tadi, tidak boleh tertinggal air kotor di antara ikan.
g. Penyiangan dan pencucian menjadi lebih penting kalau ikan disimpan tanpa es.
h. Segera setelah dek/geladak bersih dari ikan, dek harus dicuci bersih, siap untuk menantikan naiknya tangkapan berikut.
Salah satu syarat untuk mempertahankan mutu ikan adalah dengan mengenyahkan sumber pembusukannya yang merupakan sumber alami bakteri. Pada tubuh ikan, sumber alami bakteri terdapat pada:
• Lapisan lendir di permukaan kulit
• Insang
• Isi perut

Peran Awak Kapal

Usaha penangkapan ikan adalah bagian terpenting dalam hidup awak kapal. Dalam kegiatan usaha penangkapan ikan, perlu dipastikan bahwa semua awak kapal telah memahami tujuan kegiatan usaha penangkapan ikan dengan prinsip-prinsip produksi ikan hasiltangkapan yang berkualitas, sehat serta aman bagi konsumen. Peran awak kapal merupakan modal dasar keberhasilan untuk mendapatkan produk ikan hasil tangkapan yang mempunyai nilai jual yang baik dan mampu mencapai tujuan sebenarnya untukapa ikan ditangkap.
Keberhasilan penanganan ikan diatas kapal untuk menjaga mutunya sangat ditentukan oleh :
a. Kesadaran dan pengetahuan semua awak kapal untuk melaksanakan cara penanganan ikan dengan es secara benar.
b. Kelengkapan sarana penyimpanan diatas kapal yang memadai, seperti palka atau peti wadah ikan yang berisolasi dengan kapasitas yang cukup sesuai dengan ukuran kapal.
c. Kecukupan jumlah es yang dibawa saat berangkat menangkap ikan di laut

Peralatan Penanganan Ikan

Kelengkapan minimal sarana handling ikan diatas kapal, minimal yang harus ada diatas kapal adalah:

a. Palkah berisolasi dengan kapasitas sesuai dengan target penangkapan dan ukuran kapal biasanya 1/3 – 2/3 kali dari bobot mati kapal penangkap yang dapat ditutup rapat, sehingga penetrasi panas dari udara luar kedalam palkah dapat dihambat semaksimal mungkin. Dilengkapi dengan sistim pembuangan air lelehan es yang baik sehingga tidak terjadi perendaman ikan yang disimpan didalamnya. Palkah ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan hasil ikan selama operasi penangkapan sampai dengan pembongkarannya dipangkalan pendaratan ikan. 

Dengan mengetahui dimensinya (p x l x t) bagian dalam dapat dihitung volumenya. Dari total volume tersebut umumnya 2/5 – 3/5 untuk ikan, 1/5 – 2/5 untuk es dan sisanya lk. 1/5ruang kosong dibagian atas untuk keperluan mobilitas wadah dan orang. Palkah berisolasi ini sebaiknya disekat-sekat menjadi 3 kompartemen yang sama volumenya. Satu kompartemen diisi es separuhnya untuk tempat memulai penyimpanan hasil tangkapan,sedangkan dua kompartemen lainnya penuh diisi es. Apabila kapal berukuran kecil biasanya digunakan cool-box portable ukuran kapasitasmulai dari 50 kg, 100 kg dan 200 kg yang dilengkapi dengan lubang penirisan ( drain hole ) untuk membuang air lelehan es. Dengan ukuran kecil ini penempatannya di kapal lebih luwes, yang penting ditempat yang terlindung dari cahaya matahari langsung.

b. Bak pendinginan ( chilling ) dan pencuci ikan ukuran 0,5 – 2 m3, sebagai tempatmencuci sekaligus chilling ikan setelah dilepas dari jaring, dimana bak ini akan diisi air lautyang diberi es. Sebaiknya bak ini bertutup dan berisolasi agar dapat menghemat pemakaian es. Perbandingan es curai dan air laut = 2 : 1.

c. Keranjang plastik dari bahan HDPE yang cukup kuat dengan kapasitas maksimum 25-30 kg ikan agar cukup ringan sehingga mudah ditangani secara manual. Keranjang ini didesign sedemikian rupa sehingga air lelehan es dapat mengalir dengan lancar dan dapat ditumpuktanpa memberikan tekanan produk ikan yang ada didalamnya. Keranjang ini memiliki duafungsi yaitu untuk wadah ikan hasil seleksi, tempat melakukan pencucian sekaligus wadahikan selama penympanannnya dalam palkah. Jumlahnya disesuaikan agar dapat menampung semua hasil produksi.

d. Film PE (poli-etilen) untuk membungkus ikan jika diperlukan agar ikan tidak langsung bersentuhan dengan es.

e. Pompa air laut yang dilengkapi dengan kran-kran, selang dan spuyer, penyemprot yang dapat menghasilkan tekanan cukup (1 kg/cm2) untuk mencuci dek kapal dan peralatan handling lainnya sebelum dan sesudah melakukan operasi penanganan ikan.

f. Terpal, untuk membuat pelindung dari panas matahari bagi area dek kapal dimana kegiatanpenanganan ikan dilakukan.

g. Katrol-derek untuk memindahkan keranjang berisi ikan, terutama apabila digunakankeranjang dengan kapasitas diatas 100 kg.

h. Pisau yang tajam dari berbagai bentuk dan ukuran sesuai dengan fungsinya sebagaipenyayat, pemotong dsb. Pisau ini dipersiapkan untuk menyiangi ikan hasil tangkapan ikanyang berukuran besar.

Cara Penanganan Ikan di Kapal

Penanganan ikan kecil

Urutan penanganan ikan ukuran kecil diatas kapal sebagai berikut:

a. Melepas ikan dari jaring atau alat tangkap lain yang digunakan, dan langsungmemasukannya kedalam bak chilling yang telah diisi air laut dingin (telah diberi essebelumnya). Apabila memungkinkan langsung diseleksi menurut jenis, ukuran dan mutuikan dengan cara menyiapkan sejumlah keranjang (sesuai dengan jumlah jenis dan ukuranikan) dalam kondisi 3/4 – 4/5 nya terendam air laut dingin untuk diisi ikan yang dilepas dari jaring.

b. Setelah penuh ikan keranjang berserta isinya digoyang dalam air rendaman, kemudian diangkat untuk penirisan. Kegiatan ini sekaligus merupakan prosesmencuci ikan.

c. Selanjutnya dilakukan pengemasan, yaitu menyiapkan keranjang kosong yang bersih,kemudian menata es-ikan disusun selapis-selapis berselang-seling dengan yang terbawah dan teratas adalah lapisan es yang cukup tebal. Jumlah es : ikan = 1 : 1. Apabila tidak dilakukan proses perendaman dalam bak chilling, maka penyusunan ini juga berperan sebagai proses chilling dimana semakin tebal lapisan ikan, maka akan semakin lama waktupendinginannya untuk mencapai suhu tengah ikan mencapai 0-3°C.

d. Keranjang dapat disusun dengan ditumpuk didalam palkah, dimana sebelumnya palkah sudah diisi es curai secukupnya sehingga sudah cukup dingin saat ikan dimasukkan kedalamnya.

e. Apabila tidak menggunakan sistim keranjang, penyimpanan/pendinginan ikan dapat dilakukan secara curah dimana palkah dilengkapi dengan sekat-sekat yang dapat dilepas dipasang ( knock down ) sesuai dengan kebutuhan

f. Sistim pembuangan air lelehan es harus cukup lancar sehingga mencegah terendamnya ikan oleh air yang kotor.

g. Penambahan es selama penyimpanan di palka dapat dilakukan jika jumlahnya telah berkurang. Frekwensi dan jumlahnya sangat ditentukan oleh kekedapan konstruksi palka terhadap penetrasi panas dari luar.

h. Selama proses penanganan lindungi ikan dari cahaya (panas) matahari langsung, yaitu dengan memasang tenda diatas dek menggunakan terpal yang telah disiapkan.

i. Selama proses penanganan ikan harus dihindarkan dari perlakuan kasar maupun benturan fisik yang dapat membuat ikan luka atau memar

Penyusunan ikan dalam palka dilakukan dengan 3 cara :

• Bulking
Ikan ditumpuk dalam ruangan palka lapis demi lapis. Dasar dibari es yang telah dihancurkan kurang lebih tebalnya 15 cm. Ikan dibelah perutnya disimpan dengan bagian perutnya di bawah agar air/cairan tidak tertampung dalam perutnya tapi mengalir ke dasar palka.
Lapisan ikan tidak boleh terlalu tebal agar pendinginannya merata. Cairan dari pelelehan es diusahakan tidak mengalir ke lapisan bawahnya. Jadi diberi kemiringan pada lapisan dasar agar air dapat mengalir ke pinggir lalu dibuang.

• Shelfing
Dengan satu lapisan ikan dalam satu rak. Sekat ini dipasang dengan jarak sekitar 20cm. Kelemahan dari cara ini akan memakan waktu, tenaga dan ruang palka.

• Boxing
Menggunakan peti-peti / box yang terbuat dari kayu, pastik, bahan sintetis. Dan juga bahan aluminium yang cenderung lebih baik karena mudah di kontrol dan dibersihkan. Kelebihan alat ini kualitas/mutu ikan lebih baik karena ikan tidak mendapatkan tekanan dan beratnya tidak berkurang. Selain itu saat pembongkaran juga jadi elbih mudah dan cepat. Kerugiannya terlalu banyak memkan tempat di dalam kapal.

Penanganan ikan besar

Pada ikan-ikan besar, ikan tuna misalnya, cara menghilangkan lapisan lendir yang terdapat di seluruh permukaan tubuh ikan adalah dengan cara menyapunya dengan menggunakan karet busa (spon) yang telah dibasahi air bersih. Menyapu ataupun menggosoknya dengan sedemikian rupa jangan sampai kulitnya menjadi rusak.

Membuang insang adalah dengan cara membuka kelopak insang yang terdapat di belakang mulut, kemudian memotong pangkal insang di kedua belah sisi kepala dan menariknya serta membuangnya ke luar.
Sedangkan untuk membuang isi perut ikan sudah tentu bagian perut ikan sebelah bawah harus disobek. Sobekan pada perut hendaknya sependek mungkin, supaya tidak merusak bentuk.

Kegiatan membuang sumber alami bakteri tadi, terutama mengeluarkan insang dan membuang isi perutnya disebut penyiangan. Jadi penyiangan adalah memisahkan isi perut dan insang dari badan ikan. Dengan menghilangkan sumber bakteri pembusuk tersebut, kesegaran ikan dapat dipertahankan selama mungkin Semua sisa-sisa darah pada ikan yang besar harus dibersihkan, termasuk kelenjar lympha yang melekat di bawah tulang belakang. Isi perut dan insang yang telah dikeluarkan, hendaknya dibuang jauh-jauh, jangan sampai mengotori ikan-ikan yang belum maupun yang sudah disiangi.

Teristimewa pada ikan berukuran besar, penyiangan ikan dengan cara mengeluarkan isi perut dan insangnya akan mampu memperpanjang daya awet. Kalau penyiangan dapat dilakukan selagi ikan masih hidup, darah akan sempurna dipompakan keluar tubuh ikan dan sebagai hasilnya akan diperoleh daging ikan yang berwarna lebih putih. Penyiangan perlu diikuti dengan pencucian sempurna di dalam rongga perut dan insang menggunakan air bersih dan dingin.

Prinsip penanganan ikan diatas kapal untuk ikan ukuran besar (10 kg per ekor) samadengan ikan ukuran kecil, dengan beberapa perlakuan khusus sebagai berikut ini :

1. Ikan-ikan ukuran besar umumnya ditangkap dengan alat pancing dan biasanya masihdalam keadaan hidup saat diangkat dari air, untuk ini ikan harus segera dibunuh denganmemukul kepalanya memakai pentungan kayu yang telah disiapkan atau dengan cara lainyang tidak merusak fisik ikan.

2. Segera mendinginkannya dengan mencelupkan ikan di bak chilling yang telah diisi air lautbercampur es (dingin) yang telah disiapkan sambil menunggu saat penyiangannya. Suhu air akan selalu terjaga pada suhu 0°C selama masih ada es.

3. Melakukan penyiangan (buang insang dan isi perut, dan untuk ikan-ikan besar juga mengirissebagian operculum dan membuang sirip) dan membuang darahnya(bleeding ).Pembersihan dilakukan dengan mencucinya memakai air dingin yang telah didinginkandengan es. Tingkat penyiangan dilakukan sesuai dengan kebutuhan pasar. Khusus untukproduk ikan dengan mutu sashimi atau disiapkan untuk pembekuan bentuk akhir daripenyiangan biasanya tanpa sirip, isi perut dan insang (fins removed, gilled and gutted ) atau juga tanpa kepala (headed, fins removed, gilled and gutted ).

4. Sebelum disimpan didalam palkah, ikan yang telah disiangi dan bersih didinginkan (chilling ) dalam air laut bercampur es yang telah disiapkan pada bak chilling yang lain. Sebelum direndam disitu ikan terlebih dahulu dibungkus rapat dengan sarung/kantong plastik. Perendaman agar suhu pusat ikan mencapai 0-3°C memerlukan waktu sampai12 jam untukikan ukuran 30-40 kg per ekor dan untuk ikan yang lebih besar memerlukan waktu s/d 24 jam.

5. Selanjutnya setelah pendinginan selesai, ikan dapat dipak atau disusun secara curahbercampur dan berselang seling dengan es curai didalam palkah.

6. Selama penyimpanan didalam palkah, apabila kondisi palkahnya bagus harus selaludilakukan pengontrolan jumlah es minimum sekali sehari. Pada tempat-tempat yang esnyakurang (ditandai dengan ikan yang di es menjadi kelihatan) harus segera ditambah. Apabilakondisi palkah kurang bagus artinya penetrasi panas dari udara luar kedalam palkah cukupbesar, maka pengontrolan dan penambahan es akan dilakukan lebih sering.

7. Dengan cara penanganan ikan diatas kapal seperti yang telah diuraikan, maka akan dapatdiharapkan mutu kesegaran ikan mampu bertahan sampai dengan dua minggu (14 hari). Hasil tangkapan yang melimpah tidak selalu menguntungkan, usahakan untuk menangkapikan dari jenis dan ukuran komersial dengan jumlah yang sesuai dengan kapasitas palkahagar semua hasil tangkapan dapat ditangani dengan baik. Mutu ikan yang baik sertajenis-ukuran ikan yang laku di pasar lebih menjamin keuntungan dari pada volumehasil tangkap yang berlebihan.

8. Proses penanganan ikan besar. Kecukupan es selama operasi penangkapan dipersiapkan dengan dasar-dasar perhitungan seperti pada penanganan ikan ukuran kecil. Sedangkan kelengkapan sarana handling juga demikian kecuali keranjang plastik HDPE kecil yang disiapkan dalam jumlah secukupnya untuk wadah sisa-sisa ikan pada saat proses penyiangan. Sarana handling tambahan yang diperlukan meliputi :

a. Bak Chilling 2 buah, masing-masing berkapasitas 2 m3 (p x l x t = 2 x 1 x 1), bertutupdan berisolasi. Satu bak digunakan untuk menampung ikan setelah dilepas dari pancing,sambil menunggu penyiangannya dan satu bak khusus untuk proses pendinginan(chilling ). Dalam penyiapannya setiap bak diisi ¼ bagian air laut bersih, 2/4 bagian es curah.

b. Pisau tajam dengan mata sangat pendek(maksimum 3 cm) yang dilengkapi denganpenahan atau pelindung tangan. Digunakan untuk memotong pembuluh darah ikandibawah sirip dada dan di bagian ekor saat pekerjaan membuang darah (bleeding ) ikan dilaksanakan.

c. Pisau tajam dengan mata sedang. Pisau ini digunakan untuk menyiangi ikan(membuang insang dan isi perut ikan). Selama pekerjaan memotong insang air pencuci terus dialirkan melalui ujung slang air yang dimasukkan melalui mulut ikan sehingga darah yang keluar selama pekerjaan ini dilakukan langsung keluar dari tubuh ikan. Isi perut dibuang atau ditarik keluar juga melalui rongga insang setelah insangnyadikeluarkan terlebih dahulu. Sebelum isi perut ditarik keluar agar isi ususnya tidakterburai keluar ujung anusnya telah dipotong dan diikat terlebih dahulu atau dibuat irisandisekeliling anus, sehingga anusnya lepas menjadi satu dengan usus.

d. Sikat yang kaku-lunak, untuk membersihkan dan membuang sisa-sisa kotoran-darahdari dalam rongga insang setelah penyiangan. Caranya dengan menyiram / menyemprotkan air sekaligus menyikat seseluruh permukaan bagian dalam ronggainsang agar sisa darah, lendir dan potongan insang semuanya bersih tidak tersisa. Bagian membran insang yang masih tersisa menempel di kerah rongga insang jugadibersihkan dengan pisau.

e. Kantong atau sarung dari bahan plastik (kedap air dan elastis) untuk membungkusikan saat direndam dalam air laut atau larutan garam (brine ) dingin, agar brine tidakkontak langsung dengan ikannya sehingga tidak terjadi penyerapan garam atau kotorandari brine ke daging atau tubuh ikan. Demikian juga saat penyimpanannya didalampalkah, kantong ini juga akan melindungi ikan dari rendaman air lelehen es yang kotor.

DAFTAR PUSTAKA

Suparlin, Apih. 2008. Penanganan dan Penyimpanan Ikan Secara Higienis di Atas Kapal.
berbagi-pengetahuan-berbagi.blogspot.com

Wahyono, Agus. 2012. Penangkapan Ikan Hasil Tangkapan Diatas Kapal. http://www.scribd.com

Kusdarwati, Rahayu. 2010. Mengenal Lebih Jauh Skombrotoksin. http://ik.pom.go.id/wp
content/uploads/2011/11/Mengenallebihjauhskrombotoksin.pdfThermafreezer

Sumber : https://irmanurrosyida.wordpress.com/2012/10/21/penerapan-penanganan-ikan-diatas-kapal/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar