Pemeliharaan sistem monokultur telah dilakukan oleh banyak petani patin, pembesaran, di kolam yang hanya berisi ikan patin saja tanpa pencampuran jenis ikan lain.
Pembesaran ini juga sering di sebut pembesaran sistem tunggal. keuntungan yang di peroleh pada pembesaran sistem tunggal yaitu pada saat panen akan di panen satu jenis ikan saja sehingga tidak perlu ada kegiatan memisahkan ikan-ikan itu berdasarkan jenisnya. kerugianya selama pemeliharaanya berlangsung tidak seluruh ikan dapat memanfaatkan potensi kolam yang tersedia seperti ruang dan organisme makanan alami yang terdapat pada kolam.
1. Konstruksi Kolam
Tidak ada kriteria khusus untuk kolam pembesaran system monokultur Artinya kolam tersbut bisa saja berupa kolam tanah tetapi pematangnya dari beton atau kolam beton yang penting kolam tersebut berair tenang tidak mengalir deras (Running water) .
Pada pembesaran ikan patin monokultur ini ukuran kolam yang cocok bagi pemeliharaan ikan patin minimal 200 M2 apa lagi kurang dari ukuran itu berarti tidak ideal karena ikan patin tergolong ikan yang berukuran bongsor. luas kolam. selain kuat untuk menahan volume air di dalam kolam, pematang juga haru mampu menahan luapan air yang timbul karena banjir atau hujan lebat sisi pematang di buat miring dengan perbandingan sisi tegak dan sisi mendatarnya yaitu 1 : 1 atau 2 : 3.
Tinggi pematang harus di sesuaikan denga luas kolam.
Maksudnya pematang harus lebih tinggi beberapa centi meter dari permukaan air kolam sehingga air tidak luber dan keamanan bagi ikan. lebar pematang bagian atas dapat di buat sama dengan tinggi pematang tetapi tidak kurang dari 1 meter sedangkan kedalamanya 30 cm.
Kamalir harus agak miring ke arah pintu pengeluaran untuk penggiringan ikan saat panen. Pintu pemasukan dan pengeluaran bisa di buat dari bambu atau pipa paralon. pintu pengeluaran terdiri dari dua bagian bagian pertama yaitu pintu pengeluaran yang terletak sejajar dengan dasar kamalir pintu ini berfungsi untuk mengeringkan kolam pada saat panen sedangkan bagian kedua merupakan pintu air yang terletak di sebelah atas bagian pertama pintu pengeluaran sebelah atas berfungsi untuk mengalirkan kelebihan air yang berasal dari pintu pemasukan.
Pintu pemasukan air cukup satu saja dan harus terletak lebih tinggi daripada pintu pengeluaran bagian atas pintu pemasukan dan pengeluaran harus di lengkapi saringan agar ikan tidak lolos dan juga mencegah ikan jenis lain masuk ke kolam.
2. Persiapan Kolam
Persiapan kolam pembesaran ikan patin di mulai dengan melakukan pengeringan kolam. Kolam di keringkan dan di biarkan selama 3 - 7 hari sampai dasar kolam menjadi retak supaya bibit parasit mati terbunuh. Untuk keamanan selama pembesaran, kondisi pematang kolam harus di perhatikan dengan cermat setiap ada kebocoran dan bagian-bagian tunggal yang kurang kuat segera di perbaiki keadaan kamalir di usahakan tidak ada yang mengalami pendangkalan dan pastikan juga pintu keluar sudah di pasang saringan yang kokoh.
3. Pengapuran dan Pemupukan
Pengapuran dan pemupukan di perlukan untuk memperbaiki pH tanah dan mematikan bibit penyakit maupun hama ikan pada umunya pH yang cocok berkisar sekitar 6,7 - 8,6 Pupuk yang di berikan tidak langsung di gunakan oleh ikan pupuk ini akan merangsang pakan alami patin seperti Rotifera dan organisme air lainya dapat tumbuh di kolam pupuk yang bisa di gunakan adalah pupuk kandang (organik) pupuk buatan (anorganik) maupun pupuk hijau.
Pupuk kandang yang bisa di gunakan untuk kolam pembesaran patin harus di ketahui dulu jenis tanah dan airnya (asam atau basa) untuk kolam yang bersifat agak asam atau netral sebaiknya menggunakan pupuk TS agar sifat kolam tidak bertambah asam.
Dosis yang di butuhkan kira-kira 100-200 kg pupuk TS kasar atau setara 30 kg P2 O2 untuk setiap satu hektar kolam kolam yang bersifat agak bsa hendaknya di beri pupuk superfostfat (biasanya di perdagangkan sebagai ES atau engkel superfostfat) agar air bersifat netral kembali. pemupukan umumnya di lakukan dengan cara menebarkan pupuk secara merata ke seluruh permukaan dasar kolam.
4. Pengisian Air
Setelah pemupukan selesai , kolam di aliri air setinggi 20 cm dan di biarkan selama kurang lebih 15 hari tujuanya adalah untuk memberi kesempatan kepada pitoplankton dan organisme air lainya agar tumbuh dengan baik di kolam ikan patin menyukai perairan yang agak dalam sehingga sebelum penebaran di lakukan kedalaman air kolam sebaiknya sudah mencapai 1,5 meter. pengisian air ini harus dilakukan secara bertahap agar beban pematang tidak bertambah secara mendadak.
5. Penebaran Ikan
Penebaran ikan ke kolam baru dapat baru dapat di lakukan bila kondisi air kolam diperkirakan sudah stabil. Artinya pengaruh pupuk sudah hilang dan makanan alami sudah cukup tersedia. kepadatan penebaran untuk ikan patin yang di besarkan di kolam monokultur adalah 1 ekor/M2
untuk benih berukuran 100 g/ekor kepadatan penebaran ini tergantung pada benih makin besar ukuran benih yang di tebarkan maka makin jarang kepadatan penebaranya demikian pula sebaliknya. Penebaran ikan di usahakan ketika suhu air rendah yaitu kurang lebih yang baik sekitar 2500C suhu ini biasanya terjadi pada pagi dan sore hari. Agar lebih aman di lakukan proses aklimatisasi sebelum ikan di tebarkan sehingga ikan tidak kaget dan langsung bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru. Cara mudah proses aklimatisasi ini adalah dengan membiarkan ikan patin keluar dengan sendirinya dari wadah pengangkutan benih ke air kolam. proses ini bisa di percepat dengan cara mencampur secara pelahan air kolam dengan air yang ada di wadah ikan.
6. Pemberian Pakan Tambahan
Pemberian pakan tambahan pada proses pembesaran patin di kolam sangat mutlak untuk memacu pertumbuhan pakan tambahan itu berupa pelet atau sisa-sisa kegiatan dapur. jumlah pakan tambahan biasanya 3 - 4 % dari bobot total ikan perhari pelet ini ada yang di buat sendiri (pelet lokal) dan ada pula pelet buatan pabrik (pelet komersial) dengan kandungan protein lebih dari 20% pakan tambahan lainya yang juga bisa di berikan adalah limbah ikan udang-udangan, moluska, dan bekicot pemberian pakan jenis ini sesuai dengan pakan patin di alam liar.
Pemberian pakan di lakukan tiga sampai empat kali dalam sehari (pagi, siang, malam) dalam pelaksanaanya pemberian pakan buatan ini baru di hentikan setelah hampir 25% dari ikan yang ada telah meninggal kan tempat pemberian pakanhal ini menandakan bahwa sebagian besar ikan patin sudah kenyang. jarak waktu antara pemberian pakan berikutnya adalah 4 jam karena biasanya ikan kembali lapar setiap 3-4 jam setelah makan terakhir.
Seperti ikan-ikan jenis lainya patin yang di pelihara secara monokultur di kolam juga bisa di latih untuk makan pada tempat tertentu dan jam tertentu pula, Untuk itu pemberian pakan sebaiknya di biasakan pada satu tempat atau maksimal 3 tempat.
7. Pemanenan
Seperti telah di singgun di atas, panen ikan patin yang di piara monokulturdi kolam lebih mudah karena ikan tidak bercampur dengan jenis lainya pemanenan di lakukan apabila ikan sudah di pelihara selama enam bulan lamanya pada umur ini ikan patin biasanya sudah mencapai ukuran konsumsi semakin besar ukuran benih semakin singkat juga jarak pemanenanya.
Pemanenan ikan di lakukan dengan cara mengeringkan kolam secara perlahan-lahan. saluran pemasukan air di tutup, sedangkan saluran pngeluaran yang teretak di dasar kolam di buka dengan demikian permukaan air dalam kolam akan menurun secara perlahan-lahan dan ikan secara nalurilah akan berenang kebagian kolam yang masih mengandung air. agar ikan patin tidak ada yang lolos maka di pintupengeluaran di beri krei bambu atau saringan.
Untuk menjaga agar ikan tidak stres penurunan air hendak tidak di lakukan secara tergesa-gesa. khussu pada kolam yang berukuran besar penutupan saluran pemasukan kolamair dan pemmbukaan saluran pngeluaran air sebaiknya dilakukan pada sore hari yaitu sehari sebelum panen di lakukan.
Pada keesokan harinya pagi-pagi sekali ikan patin seudah berkumpul di sepanajang kamalir ikan ini kemudian di giring untuk di tampung di dalam bak penampungan ikan-ikan yang sudah terkumpul di dalam bak penampungan dapat segera di tangkap dengan alat-alat penangkapan ikan seperti serok, waring, dan scoop net demi keamanan pemanenan ikan patin sebaiknya tidak dilakukan secara langsung dengan tangan, selanjutnya ikan hasil panen di tampung di tempat khusus yang ada aliranya agar kondisinya tetap segar.
Pembesaran ini juga sering di sebut pembesaran sistem tunggal. keuntungan yang di peroleh pada pembesaran sistem tunggal yaitu pada saat panen akan di panen satu jenis ikan saja sehingga tidak perlu ada kegiatan memisahkan ikan-ikan itu berdasarkan jenisnya. kerugianya selama pemeliharaanya berlangsung tidak seluruh ikan dapat memanfaatkan potensi kolam yang tersedia seperti ruang dan organisme makanan alami yang terdapat pada kolam.
1. Konstruksi Kolam
Tidak ada kriteria khusus untuk kolam pembesaran system monokultur Artinya kolam tersbut bisa saja berupa kolam tanah tetapi pematangnya dari beton atau kolam beton yang penting kolam tersebut berair tenang tidak mengalir deras (Running water) .
Pada pembesaran ikan patin monokultur ini ukuran kolam yang cocok bagi pemeliharaan ikan patin minimal 200 M2 apa lagi kurang dari ukuran itu berarti tidak ideal karena ikan patin tergolong ikan yang berukuran bongsor. luas kolam. selain kuat untuk menahan volume air di dalam kolam, pematang juga haru mampu menahan luapan air yang timbul karena banjir atau hujan lebat sisi pematang di buat miring dengan perbandingan sisi tegak dan sisi mendatarnya yaitu 1 : 1 atau 2 : 3.
Tinggi pematang harus di sesuaikan denga luas kolam.
Maksudnya pematang harus lebih tinggi beberapa centi meter dari permukaan air kolam sehingga air tidak luber dan keamanan bagi ikan. lebar pematang bagian atas dapat di buat sama dengan tinggi pematang tetapi tidak kurang dari 1 meter sedangkan kedalamanya 30 cm.
Kamalir harus agak miring ke arah pintu pengeluaran untuk penggiringan ikan saat panen. Pintu pemasukan dan pengeluaran bisa di buat dari bambu atau pipa paralon. pintu pengeluaran terdiri dari dua bagian bagian pertama yaitu pintu pengeluaran yang terletak sejajar dengan dasar kamalir pintu ini berfungsi untuk mengeringkan kolam pada saat panen sedangkan bagian kedua merupakan pintu air yang terletak di sebelah atas bagian pertama pintu pengeluaran sebelah atas berfungsi untuk mengalirkan kelebihan air yang berasal dari pintu pemasukan.
Pintu pemasukan air cukup satu saja dan harus terletak lebih tinggi daripada pintu pengeluaran bagian atas pintu pemasukan dan pengeluaran harus di lengkapi saringan agar ikan tidak lolos dan juga mencegah ikan jenis lain masuk ke kolam.
2. Persiapan Kolam
Persiapan kolam pembesaran ikan patin di mulai dengan melakukan pengeringan kolam. Kolam di keringkan dan di biarkan selama 3 - 7 hari sampai dasar kolam menjadi retak supaya bibit parasit mati terbunuh. Untuk keamanan selama pembesaran, kondisi pematang kolam harus di perhatikan dengan cermat setiap ada kebocoran dan bagian-bagian tunggal yang kurang kuat segera di perbaiki keadaan kamalir di usahakan tidak ada yang mengalami pendangkalan dan pastikan juga pintu keluar sudah di pasang saringan yang kokoh.
3. Pengapuran dan Pemupukan
Pengapuran dan pemupukan di perlukan untuk memperbaiki pH tanah dan mematikan bibit penyakit maupun hama ikan pada umunya pH yang cocok berkisar sekitar 6,7 - 8,6 Pupuk yang di berikan tidak langsung di gunakan oleh ikan pupuk ini akan merangsang pakan alami patin seperti Rotifera dan organisme air lainya dapat tumbuh di kolam pupuk yang bisa di gunakan adalah pupuk kandang (organik) pupuk buatan (anorganik) maupun pupuk hijau.
Pupuk kandang yang bisa di gunakan untuk kolam pembesaran patin harus di ketahui dulu jenis tanah dan airnya (asam atau basa) untuk kolam yang bersifat agak asam atau netral sebaiknya menggunakan pupuk TS agar sifat kolam tidak bertambah asam.
Dosis yang di butuhkan kira-kira 100-200 kg pupuk TS kasar atau setara 30 kg P2 O2 untuk setiap satu hektar kolam kolam yang bersifat agak bsa hendaknya di beri pupuk superfostfat (biasanya di perdagangkan sebagai ES atau engkel superfostfat) agar air bersifat netral kembali. pemupukan umumnya di lakukan dengan cara menebarkan pupuk secara merata ke seluruh permukaan dasar kolam.
4. Pengisian Air
Setelah pemupukan selesai , kolam di aliri air setinggi 20 cm dan di biarkan selama kurang lebih 15 hari tujuanya adalah untuk memberi kesempatan kepada pitoplankton dan organisme air lainya agar tumbuh dengan baik di kolam ikan patin menyukai perairan yang agak dalam sehingga sebelum penebaran di lakukan kedalaman air kolam sebaiknya sudah mencapai 1,5 meter. pengisian air ini harus dilakukan secara bertahap agar beban pematang tidak bertambah secara mendadak.
5. Penebaran Ikan
Penebaran ikan ke kolam baru dapat baru dapat di lakukan bila kondisi air kolam diperkirakan sudah stabil. Artinya pengaruh pupuk sudah hilang dan makanan alami sudah cukup tersedia. kepadatan penebaran untuk ikan patin yang di besarkan di kolam monokultur adalah 1 ekor/M2
untuk benih berukuran 100 g/ekor kepadatan penebaran ini tergantung pada benih makin besar ukuran benih yang di tebarkan maka makin jarang kepadatan penebaranya demikian pula sebaliknya. Penebaran ikan di usahakan ketika suhu air rendah yaitu kurang lebih yang baik sekitar 2500C suhu ini biasanya terjadi pada pagi dan sore hari. Agar lebih aman di lakukan proses aklimatisasi sebelum ikan di tebarkan sehingga ikan tidak kaget dan langsung bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru. Cara mudah proses aklimatisasi ini adalah dengan membiarkan ikan patin keluar dengan sendirinya dari wadah pengangkutan benih ke air kolam. proses ini bisa di percepat dengan cara mencampur secara pelahan air kolam dengan air yang ada di wadah ikan.
6. Pemberian Pakan Tambahan
Pemberian pakan tambahan pada proses pembesaran patin di kolam sangat mutlak untuk memacu pertumbuhan pakan tambahan itu berupa pelet atau sisa-sisa kegiatan dapur. jumlah pakan tambahan biasanya 3 - 4 % dari bobot total ikan perhari pelet ini ada yang di buat sendiri (pelet lokal) dan ada pula pelet buatan pabrik (pelet komersial) dengan kandungan protein lebih dari 20% pakan tambahan lainya yang juga bisa di berikan adalah limbah ikan udang-udangan, moluska, dan bekicot pemberian pakan jenis ini sesuai dengan pakan patin di alam liar.
Pemberian pakan di lakukan tiga sampai empat kali dalam sehari (pagi, siang, malam) dalam pelaksanaanya pemberian pakan buatan ini baru di hentikan setelah hampir 25% dari ikan yang ada telah meninggal kan tempat pemberian pakanhal ini menandakan bahwa sebagian besar ikan patin sudah kenyang. jarak waktu antara pemberian pakan berikutnya adalah 4 jam karena biasanya ikan kembali lapar setiap 3-4 jam setelah makan terakhir.
Seperti ikan-ikan jenis lainya patin yang di pelihara secara monokultur di kolam juga bisa di latih untuk makan pada tempat tertentu dan jam tertentu pula, Untuk itu pemberian pakan sebaiknya di biasakan pada satu tempat atau maksimal 3 tempat.
7. Pemanenan
Seperti telah di singgun di atas, panen ikan patin yang di piara monokulturdi kolam lebih mudah karena ikan tidak bercampur dengan jenis lainya pemanenan di lakukan apabila ikan sudah di pelihara selama enam bulan lamanya pada umur ini ikan patin biasanya sudah mencapai ukuran konsumsi semakin besar ukuran benih semakin singkat juga jarak pemanenanya.
Pemanenan ikan di lakukan dengan cara mengeringkan kolam secara perlahan-lahan. saluran pemasukan air di tutup, sedangkan saluran pngeluaran yang teretak di dasar kolam di buka dengan demikian permukaan air dalam kolam akan menurun secara perlahan-lahan dan ikan secara nalurilah akan berenang kebagian kolam yang masih mengandung air. agar ikan patin tidak ada yang lolos maka di pintupengeluaran di beri krei bambu atau saringan.
Untuk menjaga agar ikan tidak stres penurunan air hendak tidak di lakukan secara tergesa-gesa. khussu pada kolam yang berukuran besar penutupan saluran pemasukan kolamair dan pemmbukaan saluran pngeluaran air sebaiknya dilakukan pada sore hari yaitu sehari sebelum panen di lakukan.
Pada keesokan harinya pagi-pagi sekali ikan patin seudah berkumpul di sepanajang kamalir ikan ini kemudian di giring untuk di tampung di dalam bak penampungan ikan-ikan yang sudah terkumpul di dalam bak penampungan dapat segera di tangkap dengan alat-alat penangkapan ikan seperti serok, waring, dan scoop net demi keamanan pemanenan ikan patin sebaiknya tidak dilakukan secara langsung dengan tangan, selanjutnya ikan hasil panen di tampung di tempat khusus yang ada aliranya agar kondisinya tetap segar.
Sumber : http://www.seputarikan.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar