Dogol adalah alat penangkapan ikan yang terbuat dari bahan jaring yang dibentuk berkantong untuk menampung hasil tangkapan dengan konstruksi tali selambar dan sayap yang panjang, bentuknya hampir menyerupai payang namun ukurannya lebih kecil. Alat ini termasuk dalam kelompok alat penangkapan ikan jenis pukat kantong (George et al,1953 dalam Subani dan Barus 1989).
2. Konstruksi Alat Penangkapan Ikan
Secara umum dogol terdiri dari bagian-bagian yaitu kantong, kaki, tali-temali, pelampung dan pemberat. Konstruksi dari bagian-bagian tersebut yaitu sebagai berikut
a) Kantong (Cod End)
Kantong merupakan bagian dari jaring yang berfungsi sebagai tempat terkumpulnya hasil tangkapan. Pada ujung kantong diikat dengan tali untuk menjaga hasil tangkapan agar tidak mudah lolos (terlepas). Bahan terbuat dari polyethylene. Ukuran mata jaring pada bagian kantong 1 inchi.
b) Badan (Body)
Merupakan bagian terbesar dari jaring, terletak antara sayap dan kantong. Bagian ini berfungsi untuk menghubungkan bagian sayap dan kantong serta menampung jenis ikan-ikan dasar dan udang sebelum masuk ke dalam kantong. Badan terdiri atas bagian-bagian kecil yang ukuran mata jaringnya berbeda-beda. Terbuat dari polyethylene dan ukuran mata jaring minimum 1,5 inchi.
Merupakan bagian terbesar dari jaring, terletak antara sayap dan kantong. Bagian ini berfungsi untuk menghubungkan bagian sayap dan kantong serta menampung jenis ikan-ikan dasar dan udang sebelum masuk ke dalam kantong. Badan terdiri atas bagian-bagian kecil yang ukuran mata jaringnya berbeda-beda. Terbuat dari polyethylene dan ukuran mata jaring minimum 1,5 inchi.
c) Sayap (Wing).
Sayap atau kaki adalah bagian jaring yang merupakan sambungan atau perpanjangan badan sampai tali salambar. Fungsi sayap adalah untuk menghadang dan mengarahkan ikan supaya masuk ke dalam kantong. Sayap terbuat dari polyethylene dengan ukuran mata jaring sebesar 5 inchi.
Sayap atau kaki adalah bagian jaring yang merupakan sambungan atau perpanjangan badan sampai tali salambar. Fungsi sayap adalah untuk menghadang dan mengarahkan ikan supaya masuk ke dalam kantong. Sayap terbuat dari polyethylene dengan ukuran mata jaring sebesar 5 inchi.
d) Mulut (Mouth)
Alat dogol memiliki bibir atas dan bibir bawah yang berkedudukan sama. Pada mulut jaring terdapat pelampung (float) yang tujuan umum penggunan pelampung adalah untuk memberikan daya apung pada alat tangkap dogol yang dipasang pada bagian tali ris atas (bibir atas jaring) sehingga mulut jaring dapat terbuka. Pemberat (sinker) dipasang pada tali ris bagian bawah dengan tujuan agar bagian-bagian yang dipasangi pemberat ini cepat tenggelam dan tetap berada pada posisinya (dasar perairan) walaupun mendapat pengaruh dari arus. Tali Ris Atas (head rope) berfungsi sebagai tempat mengikatkan bagian sayap jaring, badan jaring (bagian bibir atas) dan pelampung. Tali Ris Bawah (ground rope) : berfungsi sebagai tempat mengikatkan bagian sayap jaring, bagian badan jaring (bagian bibir bawah) jaring dan pemberat.
Alat dogol memiliki bibir atas dan bibir bawah yang berkedudukan sama. Pada mulut jaring terdapat pelampung (float) yang tujuan umum penggunan pelampung adalah untuk memberikan daya apung pada alat tangkap dogol yang dipasang pada bagian tali ris atas (bibir atas jaring) sehingga mulut jaring dapat terbuka. Pemberat (sinker) dipasang pada tali ris bagian bawah dengan tujuan agar bagian-bagian yang dipasangi pemberat ini cepat tenggelam dan tetap berada pada posisinya (dasar perairan) walaupun mendapat pengaruh dari arus. Tali Ris Atas (head rope) berfungsi sebagai tempat mengikatkan bagian sayap jaring, badan jaring (bagian bibir atas) dan pelampung. Tali Ris Bawah (ground rope) : berfungsi sebagai tempat mengikatkan bagian sayap jaring, bagian badan jaring (bagian bibir bawah) jaring dan pemberat.
e) Tali penarik (warp) yang berfungsi untuk menarik jaring selama di operasikan.
Parameter utama dari alat ini adalah ketepatan penggunaan bahan pembuat alat, ukuran mata jaring dan ukuran alat tersebut (Subani dan Barus, 1989).
3. Kelengkapan dalam Unit Penangkapan Ikan
3.1 Kapal
Untuk penangkapan dengan alat tangkap dogol biasanya menggunakan perahu layar atau perahu motor yang disebut “perahu kolek”, “perahu rakul”, atau “perahu jukung”. Tiap perahu mempunyai ukuran-ukurannya masing-masing yaitu antara : panjang 8-9 m, lebar 2-2,5 m dalam 0,70-0,90 m.daya muat kurang lebih 2-2,75 ton (Ayodyoa, 1972)
3.2 Nelayan
Untuk pengoperasian dogol dibutuhkan awak buah kapal (ABK) atau nelayan antara 4-5 orang. Tugas masing-masing adalah 1 orang sebagai pengemudi kapal, 1 orang sebagai navigator dan sisanya untuk pengoperasian alat tangkap tersebut (Subani dan Barus, 1989).
3.3 Alat Bantu
Alat bantu penangkapan dogol adalah gardan (Mohammad et al. 1997) dengan alat bantu gardan berfungsi untuk menarik warp memungkinkan penarikan jaring lebih cepat. Penggunaan garden tersebut dimaksudkan agar pekerjaan anak buah kapal (ABK) lebih ringan, disamping lebih banyak ikan yang terjaring sebagai hasil tangkapan dapat lebih ditingkatkan.
Gardanisasi alat tangkap dogol telah membuka peluang baru bagi perkembangan penangkapan ikan, yaitu dengan pemakaian mesin kapal dan ukuran jaring yang lebih besar untuk di operasikan di perairan yang lebih luas dan lebih dalam.
3.4 Umpan
Pengoperasian alat tangkap ini menurut kelompok kami tidak menggunakan umpan karena prinsip kerja alat ini sama seperti payang.
4. Metode Pengoperasian Alat
Ada beberapa tahapan dalam pengoperasian alat tangkap dogol ini, berikut adalah tahapan-tahapannya : a.Persiapan, operasi penangkapan dilakukan pagi hari setelah keadaan terang. Setelah ditentukan fishing ground nelayan mulai mempersiapkan operasi penangkapan dengan meneliti bagian-bagian alat tangkap, mengikat tali selambar dengan sayap jaring. b. Setting, sebelum dilakukan penebaran jaring terlebih dahulu diperhatikan arah mata angin dan arus. Kedua faktor ini perlu diperhatikan karena arah angin akan mempengaruhi pergerakan kapal, sedangkan arus akan mempengaruhi pergerakan ikan dan alat tangkap. Ikan biasanya akan bergerak melawan arah arus sehingga mulut jaring harus menentang pergerakan dari ikan.
Untuk mendapatkan luas area sebesar mungkin maka dalam melakukan penebaran jaring dengan membentuk lingkaran dan jaring ditebar dari lambung kapal, dimulai dengan penurunan pelampung tanda yang berfungsi untuk memudahkan pengambilan tali selambar pada saat akan dilakukan hauling. Setelah pelampung tanda diturunkan kemudian tali salambar kanan diturunkan lalu sayap sebelah kanan, kemudian badan sebelah kanan, lalu kantong, setelah itu badan sebelah kiri, kemudian sayap sebelah kiri, lalu salah satu ujung tali salambar kiri yang tidak terikat dengan sayap dililitkan pada gardan sebelah kiri. Pada saat melakukan setting kapal bergerak melingkar menuju pelampung tanda.
HaulingSetelah proses setting selesai, terlebih dahulu jarring dibiarkan selam ± 10 menit untuk memberi kesempatan tali salambar mencapai dasar perairan. Kapal pada saat hauling tetap berjalan dengan kecepatan lambat. Hal ini dilakukan agar pada saat penarikan jaring, kapal tidak bergerak mundur karena berat jaring. Penarikan alat tangkap dibantu dengan alat gardan sehingga akan lebih menghemat tenaga, selain itu keseimbangan antara badan kapal sebelah kanan dan kiri kapal lebih terjamin karena kecepatan penarikan tali salambar sama dan pada waktu yang bersamaan. Dengan adanya penarikan ini maka kedua tali penarik dan sayap akan bergerak saling mendekat dan mengejutkan ikan serta menggiringnya masuk kedalam kantong jaring.
Setelah diperkirakan tali salambar telah mencapai dasar perairan maka secepat mungkin dilakukan hauling. Pertama-tama pelampung tanda dinaikkan ke atas kapal, lalu tali salambar sebelah kanan yang telah ditarik ujungnya dililitkan pada gardan sebelah kanan, kemudian mesin gardan mulai dinyalakan bersamaan dengan mesin pendorong utama hingga kapal bergerak berlahan-lahan, setelah itu jaring mulai ditarik, kemudian tali salambar digulung dengan baik saat setelah naik keatas kapal, sayap jaring naik keatas kapal, lalu mesin gardan dimatikan dan bagian jaring sebelah kiri dipindahkan kesebelah kanan kapal, jaring ditarik keatas kapal,badan jaring, dan kantong yang berisi hasil tangkapan dinaikkan keatas kapal. Dengan dinaikkannya hasil tangkapan maka proses hauling selesai dilakukan dan jaring kembali ditata seperti keadaan semula, sehingga pada saat melakukan setting selanjutnya tidak mengalami kesulitan. Untuk lama pengoperasian alat tangkap ini dari tahap persiapan sampai mengambil hasil tangkapan membutuhkan waktu kurang lebih 30 menit hingga 1 jam.
5. Daerah Pengoperasian
Langkah awal dalam pengoperasian alat tangkap ini adalah mencari daerah penangkapan (Fishing Ground). Menurut Damanhuri (1980), suatau perairan dikatakan sebagai daerah penangkapan ikan yang baik apabila memenuhi persyaratan antara laini daerah tersebut terdapat ikan yang melimpah sepanjang tahun, alat tangkap dapat dioperasikan dengan mudah dan sempurna, lokasi tidak jauh dari pelabuhan sehingga mudah dijangkau oleh perahu, dan keadaan daerahnya aman, tidak biasa dilalui angin kencang dan bukan daerah badai yang membahayakan.
Penentuan daerah penangkapan dengan alat tangkap dogol hampir sama dengan Bottom Trawl. Menurut Ayodhyoa (1975), syarat-syarat Fishing Ground bagi bottom trawl antara lain adalah sebagai berikut:
Karena jaring ditarik pada dasar laut, maka perlu jika dasar laut tersebut terdiri dari pasir ataupun lumpur, tidak berbatu karang, tidak terdapat benda-benda yang mungkin akan menyangkut ketika jaring ditarik, misalnya kapal yang tengelam, bekas-bekas tiang dan sebagainya. Dasar perairan mendatar, tidak terdapat perbedaan depth yang sangat menyolok. Perairan mempunyai daya produktivitas yang besar serta resources yang melimpah. Alat tangkap dogol dapat dioperasikan pada kedalaman di antara 5-30 meter (Ayodyoa, 1975).
Untuk penggunaan dan penyebaran alat tangkap ini sendiri dapat ditemukan di daerah pantai utara Jawa (Jawa Barat : Labuan, Indramayu, Cirebon dan lain-lain). Jawa Tengah Tegal, Pekalongan, Brebes, Jepara, dan Rembang. Di daerah Jawa Timur dan banyak pula yang dioperasikan di Lampung (Damanhuri, 1980).
6. Hasil Tangkapan
Hasil tangkapan utama dan yang menjadi sasaran utama tangkapan dari alat tangkap dogol ini adalah udang dogol (Metapenaeus ensis) dan ikan pepetek (Leiognathus sp.) . Namun ada pula hasil sampingan dari penangkapan dengan jaring dogol yaitu jenis ikan dasar (demersal) antara lain ikan tetet (Otolithes argenteus), cumi-cumi (Loligo sp), tigajawa (Johnius dssumieri), julung-julung (Hemirhamphus far), sotong (Sephia sp), gurita (Octopus sp), bawal hitam (Formio niger), teri (Stolephorus spp), bawal putih (Pampus argentus), gulamah (Argyrosomus amoyensis), sembilang (Plotosus canius), kepiting (Scylla serrata), patik (Drepane punctata), pari (Trygon sephen), kembung (Rastrelliger sp), gerot (Therapon therap), dll. (Subani dan Barus, 1989).
Daftar Pustaka
Subani,W dan H.R. Barus. 1989. Alat Penangkapan Ikan dan Udang Laut di Indonesia Jurnal Penelitian Perikanan Laut Nomor : 50 Tahun 1988/1989. Edisi Khusus. Jakarta : Balai Penelitian Perikanan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian
Ayodyoa, 1972. Kapal Perikanan. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Parameter utama dari alat ini adalah ketepatan penggunaan bahan pembuat alat, ukuran mata jaring dan ukuran alat tersebut (Subani dan Barus, 1989).
3. Kelengkapan dalam Unit Penangkapan Ikan
3.1 Kapal
Untuk penangkapan dengan alat tangkap dogol biasanya menggunakan perahu layar atau perahu motor yang disebut “perahu kolek”, “perahu rakul”, atau “perahu jukung”. Tiap perahu mempunyai ukuran-ukurannya masing-masing yaitu antara : panjang 8-9 m, lebar 2-2,5 m dalam 0,70-0,90 m.daya muat kurang lebih 2-2,75 ton (Ayodyoa, 1972)
3.2 Nelayan
Untuk pengoperasian dogol dibutuhkan awak buah kapal (ABK) atau nelayan antara 4-5 orang. Tugas masing-masing adalah 1 orang sebagai pengemudi kapal, 1 orang sebagai navigator dan sisanya untuk pengoperasian alat tangkap tersebut (Subani dan Barus, 1989).
3.3 Alat Bantu
Alat bantu penangkapan dogol adalah gardan (Mohammad et al. 1997) dengan alat bantu gardan berfungsi untuk menarik warp memungkinkan penarikan jaring lebih cepat. Penggunaan garden tersebut dimaksudkan agar pekerjaan anak buah kapal (ABK) lebih ringan, disamping lebih banyak ikan yang terjaring sebagai hasil tangkapan dapat lebih ditingkatkan.
Gardanisasi alat tangkap dogol telah membuka peluang baru bagi perkembangan penangkapan ikan, yaitu dengan pemakaian mesin kapal dan ukuran jaring yang lebih besar untuk di operasikan di perairan yang lebih luas dan lebih dalam.
3.4 Umpan
Pengoperasian alat tangkap ini menurut kelompok kami tidak menggunakan umpan karena prinsip kerja alat ini sama seperti payang.
4. Metode Pengoperasian Alat
Ada beberapa tahapan dalam pengoperasian alat tangkap dogol ini, berikut adalah tahapan-tahapannya : a.Persiapan, operasi penangkapan dilakukan pagi hari setelah keadaan terang. Setelah ditentukan fishing ground nelayan mulai mempersiapkan operasi penangkapan dengan meneliti bagian-bagian alat tangkap, mengikat tali selambar dengan sayap jaring. b. Setting, sebelum dilakukan penebaran jaring terlebih dahulu diperhatikan arah mata angin dan arus. Kedua faktor ini perlu diperhatikan karena arah angin akan mempengaruhi pergerakan kapal, sedangkan arus akan mempengaruhi pergerakan ikan dan alat tangkap. Ikan biasanya akan bergerak melawan arah arus sehingga mulut jaring harus menentang pergerakan dari ikan.
Untuk mendapatkan luas area sebesar mungkin maka dalam melakukan penebaran jaring dengan membentuk lingkaran dan jaring ditebar dari lambung kapal, dimulai dengan penurunan pelampung tanda yang berfungsi untuk memudahkan pengambilan tali selambar pada saat akan dilakukan hauling. Setelah pelampung tanda diturunkan kemudian tali salambar kanan diturunkan lalu sayap sebelah kanan, kemudian badan sebelah kanan, lalu kantong, setelah itu badan sebelah kiri, kemudian sayap sebelah kiri, lalu salah satu ujung tali salambar kiri yang tidak terikat dengan sayap dililitkan pada gardan sebelah kiri. Pada saat melakukan setting kapal bergerak melingkar menuju pelampung tanda.
HaulingSetelah proses setting selesai, terlebih dahulu jarring dibiarkan selam ± 10 menit untuk memberi kesempatan tali salambar mencapai dasar perairan. Kapal pada saat hauling tetap berjalan dengan kecepatan lambat. Hal ini dilakukan agar pada saat penarikan jaring, kapal tidak bergerak mundur karena berat jaring. Penarikan alat tangkap dibantu dengan alat gardan sehingga akan lebih menghemat tenaga, selain itu keseimbangan antara badan kapal sebelah kanan dan kiri kapal lebih terjamin karena kecepatan penarikan tali salambar sama dan pada waktu yang bersamaan. Dengan adanya penarikan ini maka kedua tali penarik dan sayap akan bergerak saling mendekat dan mengejutkan ikan serta menggiringnya masuk kedalam kantong jaring.
Setelah diperkirakan tali salambar telah mencapai dasar perairan maka secepat mungkin dilakukan hauling. Pertama-tama pelampung tanda dinaikkan ke atas kapal, lalu tali salambar sebelah kanan yang telah ditarik ujungnya dililitkan pada gardan sebelah kanan, kemudian mesin gardan mulai dinyalakan bersamaan dengan mesin pendorong utama hingga kapal bergerak berlahan-lahan, setelah itu jaring mulai ditarik, kemudian tali salambar digulung dengan baik saat setelah naik keatas kapal, sayap jaring naik keatas kapal, lalu mesin gardan dimatikan dan bagian jaring sebelah kiri dipindahkan kesebelah kanan kapal, jaring ditarik keatas kapal,badan jaring, dan kantong yang berisi hasil tangkapan dinaikkan keatas kapal. Dengan dinaikkannya hasil tangkapan maka proses hauling selesai dilakukan dan jaring kembali ditata seperti keadaan semula, sehingga pada saat melakukan setting selanjutnya tidak mengalami kesulitan. Untuk lama pengoperasian alat tangkap ini dari tahap persiapan sampai mengambil hasil tangkapan membutuhkan waktu kurang lebih 30 menit hingga 1 jam.
5. Daerah Pengoperasian
Langkah awal dalam pengoperasian alat tangkap ini adalah mencari daerah penangkapan (Fishing Ground). Menurut Damanhuri (1980), suatau perairan dikatakan sebagai daerah penangkapan ikan yang baik apabila memenuhi persyaratan antara laini daerah tersebut terdapat ikan yang melimpah sepanjang tahun, alat tangkap dapat dioperasikan dengan mudah dan sempurna, lokasi tidak jauh dari pelabuhan sehingga mudah dijangkau oleh perahu, dan keadaan daerahnya aman, tidak biasa dilalui angin kencang dan bukan daerah badai yang membahayakan.
Penentuan daerah penangkapan dengan alat tangkap dogol hampir sama dengan Bottom Trawl. Menurut Ayodhyoa (1975), syarat-syarat Fishing Ground bagi bottom trawl antara lain adalah sebagai berikut:
Karena jaring ditarik pada dasar laut, maka perlu jika dasar laut tersebut terdiri dari pasir ataupun lumpur, tidak berbatu karang, tidak terdapat benda-benda yang mungkin akan menyangkut ketika jaring ditarik, misalnya kapal yang tengelam, bekas-bekas tiang dan sebagainya. Dasar perairan mendatar, tidak terdapat perbedaan depth yang sangat menyolok. Perairan mempunyai daya produktivitas yang besar serta resources yang melimpah. Alat tangkap dogol dapat dioperasikan pada kedalaman di antara 5-30 meter (Ayodyoa, 1975).
Untuk penggunaan dan penyebaran alat tangkap ini sendiri dapat ditemukan di daerah pantai utara Jawa (Jawa Barat : Labuan, Indramayu, Cirebon dan lain-lain). Jawa Tengah Tegal, Pekalongan, Brebes, Jepara, dan Rembang. Di daerah Jawa Timur dan banyak pula yang dioperasikan di Lampung (Damanhuri, 1980).
6. Hasil Tangkapan
Hasil tangkapan utama dan yang menjadi sasaran utama tangkapan dari alat tangkap dogol ini adalah udang dogol (Metapenaeus ensis) dan ikan pepetek (Leiognathus sp.) . Namun ada pula hasil sampingan dari penangkapan dengan jaring dogol yaitu jenis ikan dasar (demersal) antara lain ikan tetet (Otolithes argenteus), cumi-cumi (Loligo sp), tigajawa (Johnius dssumieri), julung-julung (Hemirhamphus far), sotong (Sephia sp), gurita (Octopus sp), bawal hitam (Formio niger), teri (Stolephorus spp), bawal putih (Pampus argentus), gulamah (Argyrosomus amoyensis), sembilang (Plotosus canius), kepiting (Scylla serrata), patik (Drepane punctata), pari (Trygon sephen), kembung (Rastrelliger sp), gerot (Therapon therap), dll. (Subani dan Barus, 1989).
Daftar Pustaka
Subani,W dan H.R. Barus. 1989. Alat Penangkapan Ikan dan Udang Laut di Indonesia Jurnal Penelitian Perikanan Laut Nomor : 50 Tahun 1988/1989. Edisi Khusus. Jakarta : Balai Penelitian Perikanan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian
Ayodyoa, 1972. Kapal Perikanan. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Sumber : http://samsudinpunya.blogspot.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar