Jaring Insang Hanyut
Penangkapan ikan merupakan salah satu profesi yang telah lama dilakukan oleh manusia. Menurut sejarah sekitar 100.000 tahun yang lalu manusia Neanderthal (neanderthal man) telah melakukan kegiatan penangkapan (sahrhange andlundbeck,1991), dengan menggunakan tangan kemudian profesi ini berkebang secara perlahan dengan menggunakan alat yang sederhana dan mulai membuat perahu yang sederhana. Dalam pemahaman mengenai cara penangkapan ikan maka dibutuhkan ilmu yang dapat menyokong pengetahuan teknik penggunaan alat tangkap dan cara pengoperasiannya serta kapal yang dapat menunjang keberlansungan penangkapan, yang disebut dengan Manajemen Operasi Penangkapan Ikan.
Alat tangkap dan teknik penangkapan ikan yang digunakan nelayan Indonesia umumnya masih bersifat tradisional, namun menurut Ayodhoa (1981) pendapat tersebut tidak semuanya benar. Jika ditinjau dari prinsip teknik penangkapan ikan diIndonesia terlihat telah banyak memanfaatkan tingkah laku ikan (behaviour) untuk tujuan penangkapan ikan. Selain itu nelayan juga telah mengetahui ada sifat-sifat ikan yang berukuran besar memangsa ikan kecil sehingga dengan adanya ikan kecil ditempat penangkapan maka ikan-ikan besar pun akan mendatangi ke tempat tersebut.
Gill Net sering diterjemahkan sebagai jaring insang. Gill net adalah jaring yang berbentuk empat persegi panjang, memiliki mata jaring yang sama ukurannya pada seluruh jaring, lebar lebih pendek jika dibandingkan dengan panjangnya. Istilah Gill Net didasarkan pada pemikiran bahwa ikan-ikan tertangkap gill net terjerat di sekitar operculumnya pada mata jaring. Jenis ikan yang umumnya tertangkap dengan gill net ialah jenis ikan yang berenang pada permukaan laut (cakalang, tuna, saury, fying fish, dan lain-lain), jenis ikan demersal ( flat fish,katamba, sea bream dan lain-lain), juga jenis udang, lobster, kepiting dan lain-lain. Pemakaian gill net tergantung daerah penangkapannya dan jenis ikan yang ingin di tangkap.
A. Definisi dan Klasifikasi
Jaring insang hanyut merupakan alat penangkapan ikan yang terbuat dari jaring, berbentuk persegi empat dengan ukuran mata jaring yang sama dan dioperasikan dengan cara dihanyutkan. Jaring insang hanyut termasuk ke dalam klasifikasi alat tangkap jaring insang (gill net) (Diniah 2008).
B. Konstruksi Alat Penangkapan
Bagian-bagian jaring insang hanyut adalah pelampung tanda (bouy), tali pelampung tanda, pelampung (float), tali selambar, tali ris atas, badan jaring, pemberat, tali ris bawah, jangkar dan tali jangkar. Pelampung tand terbuat dari bahan poly vinil clorida (PVC) dan berfungsi sebagai penanda letak alat tangkap. Pelampung (float) biasanya terbuat dari karet sendal jepit dan berfungsi menjaga agar alat tetap mengapung. Tali pelampung tanda, tali ris atas, tali ris bawah, tali jangkar dan tali selambar terbuat dari bahan poly ethilene (PE). Badan jaring terbuat dari bahan poly amide (PA) dan berfungsi sebagai penjerat mangsa. Pemberat terbuat dari timah dan berfungsi agar alat tetap terbentang. Jangkar tebuat dari logam atau timah.
Parameter utama yang menjadi penentu keberhasilan penggunaan alat ini adalah ukuran mata jaring. Ukuran alat tangkap atau proporsional konstruksi alat tangkap juga memperngaruhi. Keberhasilan penggunaan alat juga dipengaruhi ketepatan penggunaan bahan dan alat tangkap.
C. Hal-hal Yang Perlu Di Perhatikan Pada Gill net
Agar ikan-ikan mudah terjerat (gill net) pada mata jaring dan dapat terbelit-belit (entangled) pada tubuh jaring, maka baik material yang dipergunakan ataupun pada waktu pembuatan jaring hendaklah diperhatikan hal-hal antara lain seperti berikut (Nomura, 1978; Ayodhyoa, 1981)
· Kekuatan dari Twine (Rigidity of Netting Twine)
Twine yang dipergunakan hendaklah lembut tidak kaku, pliancy, suppeleness. Dengan demikian, twine yang digunakan adalah cotton, hennep, linen, amylan, nilon, kremona, dan lain-lain, dimana twine ini mempunyai fibres yang lembut. Bahan-bahan dari manila hennep, sisal, jerami, dan lainnya yang fibresnya keras tidak digunakan.
Untuk mendapatkan twine yang lembut, ditempuh dengan cara memperkecil diameter twine atau jumlah pilin persatuan panjang dikurangi, atau bahan-bahan celup pemberi warna ditiadakan.
· Ketegangan Rentangan Tubuh Jaring
Yang dimaksud dengan keterangan rentangan disini ialah rentangan ke arah panjang jaring. Jaring mungkin direntangkan dengan tegang sekali, tetapi mungkin pula tidak terlalu tegang. Ketegangan rentangan ini, akan mengakibatkan terjadinya tension bail pada float line ataupun pada tubuh jaring, dan sedikit banyak berhubungan pula dengan jumlah tangkapan yang akan diperoleh.
Ketegangan rentangan tubuh jaring akan ditentukan terutama oleh bouyancy dari float, berat tubuh jaring, tali temali, sinking force dari sinker, dan juga shortening yang digunakan.
· Shortening atau Shrinkage
Supaya ikan-ikan mudah terjerat (gilled) ataupun terbelit-belit pada mata jaring dan supaya ikan-ikan tersebut tidak mudah terlepas dari mata jaring, maka pada jaring perlulah diberikan shortening yang cukup. Yang dimaksudkan shortening atau shrinkage adalah pengerutan, yaitu beda panjang tubuh jaring dalam keadaan tegang sempurna dengan panjang jaring setelah diletakkan pada float line ataupun sinker line, disebutkan dalam persen.
· Tinggi Jaring
Yang dimaksud dengan tinggi jaring ialah jarak antara float line ke sinker line pada saat jaring tersebut terpasang di perairan. Untuk jaring insang tetap, akibat resistence terhadap arus akan meyebabkan perubahan bentuk jaring, pertambahan lebar jaring (mesh depth) akan juga berarti pertambahan resistance terhadap arus. Biasanya lebar jaring insang tetap tidak melebihi dari sekitar 7 meter.
· Mesh Size dan Besar Ikan
Antara mesh size dari gill net dan besar ikan yang terjerat (gilled) terdapat hubungan yang erat sekali. Dari percobaan-percobaan terdapat kecenderungan bahwa sesuatu mesh size mempunyai sifat untuk menjerat ikan hanya pada ikan-ikan yang besarnya tertentu batas-batasnya. Dengan perkataan lain, gill net akan besifat selektif terhadap besar ukuran catch yang diperolehnya.
· Warna Jaring
Warna jaring dalam air akan dipengaruhi oleh faktor-faktor kedalaman dari perairan, transparancy, sinar matahari, sinar bulan, dan faktor lainnya. Sesuatu warna akan mempunyai perbedaan derajat terlihat oleh ikan-ikan yang berbeda-beda. Demikian pula hendaklah warna jaring sama dengan warna air diperairan tersebut, juga warna jaring jangan membuat yang sangat kontras, baik terhadap warna air juga terhadap warna dari dasar perairan tersebut.
Cara tertangkapnya ikan pada kedua jenis jaring ini, selain terjerat pada bagian belakang operculum atau terjerat di antara operculum dan bagian tinggi maksimum pada mata jaring bagian dalam, juga tertangkap secara terpuntal. Selain itu, ikan yang tertangkap dapat terjerat juga terpuntal pada jaring (Hadian, 2005).
D. Kelengkapan dalam Unit Penangkapan Ikan
a) Kapal
Jaring insang hanyut dioperasikan dengan menggunakan satu perahu. Ukuran perahu relatif kecil dibandingkan dengan kapal purse seine dan kapal trawl. Karakteristik kapal gill net adalah memiliki dek yang lebih luas sebagai tempat operasional alat tangkap. Bagian haluan lebih terbuka sedangkan bagian burutan umumnya adalah ruang aatau tempat nahkoda dan kamar mesin (Diniah 2008)
Alat tangkap dan teknik penangkapan ikan yang digunakan nelayan Indonesia umumnya masih bersifat tradisional, namun menurut Ayodhoa (1981) pendapat tersebut tidak semuanya benar. Jika ditinjau dari prinsip teknik penangkapan ikan diIndonesia terlihat telah banyak memanfaatkan tingkah laku ikan (behaviour) untuk tujuan penangkapan ikan. Selain itu nelayan juga telah mengetahui ada sifat-sifat ikan yang berukuran besar memangsa ikan kecil sehingga dengan adanya ikan kecil ditempat penangkapan maka ikan-ikan besar pun akan mendatangi ke tempat tersebut.
Gill Net sering diterjemahkan sebagai jaring insang. Gill net adalah jaring yang berbentuk empat persegi panjang, memiliki mata jaring yang sama ukurannya pada seluruh jaring, lebar lebih pendek jika dibandingkan dengan panjangnya. Istilah Gill Net didasarkan pada pemikiran bahwa ikan-ikan tertangkap gill net terjerat di sekitar operculumnya pada mata jaring. Jenis ikan yang umumnya tertangkap dengan gill net ialah jenis ikan yang berenang pada permukaan laut (cakalang, tuna, saury, fying fish, dan lain-lain), jenis ikan demersal ( flat fish,katamba, sea bream dan lain-lain), juga jenis udang, lobster, kepiting dan lain-lain. Pemakaian gill net tergantung daerah penangkapannya dan jenis ikan yang ingin di tangkap.
A. Definisi dan Klasifikasi
Jaring insang hanyut merupakan alat penangkapan ikan yang terbuat dari jaring, berbentuk persegi empat dengan ukuran mata jaring yang sama dan dioperasikan dengan cara dihanyutkan. Jaring insang hanyut termasuk ke dalam klasifikasi alat tangkap jaring insang (gill net) (Diniah 2008).
B. Konstruksi Alat Penangkapan
Bagian-bagian jaring insang hanyut adalah pelampung tanda (bouy), tali pelampung tanda, pelampung (float), tali selambar, tali ris atas, badan jaring, pemberat, tali ris bawah, jangkar dan tali jangkar. Pelampung tand terbuat dari bahan poly vinil clorida (PVC) dan berfungsi sebagai penanda letak alat tangkap. Pelampung (float) biasanya terbuat dari karet sendal jepit dan berfungsi menjaga agar alat tetap mengapung. Tali pelampung tanda, tali ris atas, tali ris bawah, tali jangkar dan tali selambar terbuat dari bahan poly ethilene (PE). Badan jaring terbuat dari bahan poly amide (PA) dan berfungsi sebagai penjerat mangsa. Pemberat terbuat dari timah dan berfungsi agar alat tetap terbentang. Jangkar tebuat dari logam atau timah.
Parameter utama yang menjadi penentu keberhasilan penggunaan alat ini adalah ukuran mata jaring. Ukuran alat tangkap atau proporsional konstruksi alat tangkap juga memperngaruhi. Keberhasilan penggunaan alat juga dipengaruhi ketepatan penggunaan bahan dan alat tangkap.
C. Hal-hal Yang Perlu Di Perhatikan Pada Gill net
Agar ikan-ikan mudah terjerat (gill net) pada mata jaring dan dapat terbelit-belit (entangled) pada tubuh jaring, maka baik material yang dipergunakan ataupun pada waktu pembuatan jaring hendaklah diperhatikan hal-hal antara lain seperti berikut (Nomura, 1978; Ayodhyoa, 1981)
· Kekuatan dari Twine (Rigidity of Netting Twine)
Twine yang dipergunakan hendaklah lembut tidak kaku, pliancy, suppeleness. Dengan demikian, twine yang digunakan adalah cotton, hennep, linen, amylan, nilon, kremona, dan lain-lain, dimana twine ini mempunyai fibres yang lembut. Bahan-bahan dari manila hennep, sisal, jerami, dan lainnya yang fibresnya keras tidak digunakan.
Untuk mendapatkan twine yang lembut, ditempuh dengan cara memperkecil diameter twine atau jumlah pilin persatuan panjang dikurangi, atau bahan-bahan celup pemberi warna ditiadakan.
· Ketegangan Rentangan Tubuh Jaring
Yang dimaksud dengan keterangan rentangan disini ialah rentangan ke arah panjang jaring. Jaring mungkin direntangkan dengan tegang sekali, tetapi mungkin pula tidak terlalu tegang. Ketegangan rentangan ini, akan mengakibatkan terjadinya tension bail pada float line ataupun pada tubuh jaring, dan sedikit banyak berhubungan pula dengan jumlah tangkapan yang akan diperoleh.
Ketegangan rentangan tubuh jaring akan ditentukan terutama oleh bouyancy dari float, berat tubuh jaring, tali temali, sinking force dari sinker, dan juga shortening yang digunakan.
· Shortening atau Shrinkage
Supaya ikan-ikan mudah terjerat (gilled) ataupun terbelit-belit pada mata jaring dan supaya ikan-ikan tersebut tidak mudah terlepas dari mata jaring, maka pada jaring perlulah diberikan shortening yang cukup. Yang dimaksudkan shortening atau shrinkage adalah pengerutan, yaitu beda panjang tubuh jaring dalam keadaan tegang sempurna dengan panjang jaring setelah diletakkan pada float line ataupun sinker line, disebutkan dalam persen.
· Tinggi Jaring
Yang dimaksud dengan tinggi jaring ialah jarak antara float line ke sinker line pada saat jaring tersebut terpasang di perairan. Untuk jaring insang tetap, akibat resistence terhadap arus akan meyebabkan perubahan bentuk jaring, pertambahan lebar jaring (mesh depth) akan juga berarti pertambahan resistance terhadap arus. Biasanya lebar jaring insang tetap tidak melebihi dari sekitar 7 meter.
· Mesh Size dan Besar Ikan
Antara mesh size dari gill net dan besar ikan yang terjerat (gilled) terdapat hubungan yang erat sekali. Dari percobaan-percobaan terdapat kecenderungan bahwa sesuatu mesh size mempunyai sifat untuk menjerat ikan hanya pada ikan-ikan yang besarnya tertentu batas-batasnya. Dengan perkataan lain, gill net akan besifat selektif terhadap besar ukuran catch yang diperolehnya.
· Warna Jaring
Warna jaring dalam air akan dipengaruhi oleh faktor-faktor kedalaman dari perairan, transparancy, sinar matahari, sinar bulan, dan faktor lainnya. Sesuatu warna akan mempunyai perbedaan derajat terlihat oleh ikan-ikan yang berbeda-beda. Demikian pula hendaklah warna jaring sama dengan warna air diperairan tersebut, juga warna jaring jangan membuat yang sangat kontras, baik terhadap warna air juga terhadap warna dari dasar perairan tersebut.
Cara tertangkapnya ikan pada kedua jenis jaring ini, selain terjerat pada bagian belakang operculum atau terjerat di antara operculum dan bagian tinggi maksimum pada mata jaring bagian dalam, juga tertangkap secara terpuntal. Selain itu, ikan yang tertangkap dapat terjerat juga terpuntal pada jaring (Hadian, 2005).
D. Kelengkapan dalam Unit Penangkapan Ikan
a) Kapal
Jaring insang hanyut dioperasikan dengan menggunakan satu perahu. Ukuran perahu relatif kecil dibandingkan dengan kapal purse seine dan kapal trawl. Karakteristik kapal gill net adalah memiliki dek yang lebih luas sebagai tempat operasional alat tangkap. Bagian haluan lebih terbuka sedangkan bagian burutan umumnya adalah ruang aatau tempat nahkoda dan kamar mesin (Diniah 2008)
b) Nelayan
Jumlah nelayan yang mengoperasikan alat tangkap jaring insang hanyut minimal satu orang. Hal ini tergantung ukuran kapal dan alat tangkap yang digunakan.
Jumlah nelayan yang mengoperasikan alat tangkap jaring insang hanyut minimal satu orang. Hal ini tergantung ukuran kapal dan alat tangkap yang digunakan.
c) Alat Bantu
Pengoperasian alat tangkap jaring insang hanyut menggunakan alat bantu net hauler. Net hauler berfungsi untuk menggulung tali selambar.
d) Umpan
Pengoperasian alat tangkap jaring insang hanyut ini tidak menggunakan umpan karena dalam pengoperasiannya alat tangkap ini mengandalkan arus atau menunggu ikan menabrak alat tangkap ini dan terlilit pada insangnya.
Pengoperasian alat tangkap jaring insang hanyut menggunakan alat bantu net hauler. Net hauler berfungsi untuk menggulung tali selambar.
d) Umpan
Pengoperasian alat tangkap jaring insang hanyut ini tidak menggunakan umpan karena dalam pengoperasiannya alat tangkap ini mengandalkan arus atau menunggu ikan menabrak alat tangkap ini dan terlilit pada insangnya.
E. Metode pengoperasian Alat
Menurut Hadian (2005), pengoperasian jaring insang hanyut biasanya dilakukan pada malam hari. Nelayan berangkat ke laut sekitar pukul 16.00 dan kembali lagi pada pukul 07.00. Pada saat nelayan tiba di daerah penangkapan ikan yang dituju, kecepatan kapal atau perahu dikurangi dan nelayan bersiap-siap untuk melakukan setting.
Setting dimulai dengan menurunkan pelampung tanda, diikuti dengan penurunan badan jaring, sampai akhirnya penurunan jangkar. Setting membutuhkan waktu kurang lebih 20 menit. Pada saat setting, arah perahu harus berlawanan dengan arus dan berada dalam keadaan stabil dan kecepatan rendah. Setelah seluruh jaring diturunkan ke dalam air, mesin perahu dimatikan dan jaring dibiarkan hanyut terbawa arus selama kurang lebih 4 jam.
Setelah menunggu berjam-jam, maka jaring insang hanyut dinaikkan lagi ke atas perahu. Proses ini dinamakan hauling. Hauling dilakukan dari sebelah kiri perahu atau kapal, dimana 1 ABK menarik jaring pada tali ris atas, 2 orang menarik jaring pada bagian bawah sekaligus memisahkan hasil tangkapan, dan 1 orang bertugas dalam mengurus pelampung. Setelah jaring diangkat, ikan-ikan yang terjerat kemudian diambil.
Menurut Hadian (2005), pengoperasian jaring insang hanyut biasanya dilakukan pada malam hari. Nelayan berangkat ke laut sekitar pukul 16.00 dan kembali lagi pada pukul 07.00. Pada saat nelayan tiba di daerah penangkapan ikan yang dituju, kecepatan kapal atau perahu dikurangi dan nelayan bersiap-siap untuk melakukan setting.
Setting dimulai dengan menurunkan pelampung tanda, diikuti dengan penurunan badan jaring, sampai akhirnya penurunan jangkar. Setting membutuhkan waktu kurang lebih 20 menit. Pada saat setting, arah perahu harus berlawanan dengan arus dan berada dalam keadaan stabil dan kecepatan rendah. Setelah seluruh jaring diturunkan ke dalam air, mesin perahu dimatikan dan jaring dibiarkan hanyut terbawa arus selama kurang lebih 4 jam.
Setelah menunggu berjam-jam, maka jaring insang hanyut dinaikkan lagi ke atas perahu. Proses ini dinamakan hauling. Hauling dilakukan dari sebelah kiri perahu atau kapal, dimana 1 ABK menarik jaring pada tali ris atas, 2 orang menarik jaring pada bagian bawah sekaligus memisahkan hasil tangkapan, dan 1 orang bertugas dalam mengurus pelampung. Setelah jaring diangkat, ikan-ikan yang terjerat kemudian diambil.
F. Alat Bantu Penangkapan Pada Gill Netters
· Winch
Pada gillnet, mesin bantu winch digunakan untuk menarik jaring dengan menggulung langsung keseluruhan badan jaring ke dalam drum penggulung bertenaga hidrolik. Winch disebut juga dengan Net drum.
· Cone Roler
Cone roller adalah alat penarik jaring yang tersusun dari dua buah silinder karet yang berputar berlawanan arah, sehingga jaring berikut pelampung dan pemberatnya dapat digiling bersama untuk menarik ke atas kapal. Cone roller digerakkan dengan tenaga hidrolis dengan kecepatan antara 20-60 m/menit. Kecepatan tarik, daya kuda, dan putaran kerja Cone roller sangat tergantung pada ukuran kapal, jumlah gillnet yang selalu dioperasikan pada setiap setting, serta kemampuan ekonomi nelayan yang bersangkutan untuk mengadakan alat tersebut.
· Kapstan
Berdasarkan fungsi kerja, kapstan merupakan mesin bantu yang digunakan untuk beragam keperluan penarikan, seperti menarik tali selambar pada gillnet. Sedangkan tenaga penggerak yang digunakan untuk memutar sistem kapstan, pada umumnya kapal nelayan di Indonesia menggunakan tenaga mesin diesel. Sebagian besar mesin bantu kapstan langsung dihubungkan dengan mesin induk (motor induk/utama penggerak kapal), dengan sistem penyambungan/transmisi menggunakan gardan mobil sebagai transmisi. Mesin bantu kapstan dengan sistem transmisi yang demikian sering disebut dengan “kapstan-gardan” oleh nelayan.
· Winch
Pada gillnet, mesin bantu winch digunakan untuk menarik jaring dengan menggulung langsung keseluruhan badan jaring ke dalam drum penggulung bertenaga hidrolik. Winch disebut juga dengan Net drum.
· Cone Roler
Cone roller adalah alat penarik jaring yang tersusun dari dua buah silinder karet yang berputar berlawanan arah, sehingga jaring berikut pelampung dan pemberatnya dapat digiling bersama untuk menarik ke atas kapal. Cone roller digerakkan dengan tenaga hidrolis dengan kecepatan antara 20-60 m/menit. Kecepatan tarik, daya kuda, dan putaran kerja Cone roller sangat tergantung pada ukuran kapal, jumlah gillnet yang selalu dioperasikan pada setiap setting, serta kemampuan ekonomi nelayan yang bersangkutan untuk mengadakan alat tersebut.
· Kapstan
Berdasarkan fungsi kerja, kapstan merupakan mesin bantu yang digunakan untuk beragam keperluan penarikan, seperti menarik tali selambar pada gillnet. Sedangkan tenaga penggerak yang digunakan untuk memutar sistem kapstan, pada umumnya kapal nelayan di Indonesia menggunakan tenaga mesin diesel. Sebagian besar mesin bantu kapstan langsung dihubungkan dengan mesin induk (motor induk/utama penggerak kapal), dengan sistem penyambungan/transmisi menggunakan gardan mobil sebagai transmisi. Mesin bantu kapstan dengan sistem transmisi yang demikian sering disebut dengan “kapstan-gardan” oleh nelayan.
· Net Hauler
Net hauler adalah alat bantu pada kapal gill net yang digunakan untuk penarikan jaring yang telah ditabur di laut, agar jaring lebih ringan ditarik dan mudah ditata kembali di atas geladak. Pada umumnya kecepatan tarik yang dibutuhkan antara 30 m/s – 90 m/s. Cara pengoperasian Net hauler adalah hanya dengan menarik jaring Gill net melalui drum berbentuk konikal dan jaring insang tidak digulung langsung di dalam drum penggulung, melainkan bagian jaring yang sudah ditarik di belakang Net hauler, kemudian diatur untuk persiapan penurunan jaring kembali (setting).
Net hauler yang digunakan pada kapal Gill net dapat dibedakan atas 2 tipe. Pada kapal yang dilengkapi dengan cone roller umumnya dilengkapi pula dengan net hauler tipe memanjang, ditempatkan di tepi atas pagar kapal dengan tujuan memperingan kerja cone roller dan memudahkan nelayan pada saat melepaskan ikan yang terjerat mata jaring. Tipe ini lebih dikenal dengan side roller. Tipe lainnya yaitu net hauler berbentuk blok (power block), ditempatkan di atas geladak kerja pada sisi arah hauling, untuk menarik jaring pada waktu hauling, pemberat, pelampung beserta jaringnya disisipkan pada blok (roller) yang berputar digerakan dengan tenaga hidrolik. Alat ini hanya untuk menangkap ikan-ikan tuna kecil.
G. Daerah Pengoperasian
Jaring insang hanyut dapat dioperasikan di dasar perairan, kolom perairan dan perairan dan dipermukan perairan. Jaring insang hanyut banyak ditemukaan di daerah Gorontalo dan selat Bali (Subani Barus 1989).
H. Hasil Tangkapan
Sasaran tangkap utama dari alat ini adalah ikan kembung (Restraliger sp.), ikan layur (Lepturachantus savala), ikan samge (Pseudocinea amoyensis), ikan tembang (Sardinella fimriata). Sedangkan hasil tangkapan sampingannnya seperti gurita, ikan belanak (mugil sp.), udang, rajungan, dan ikan tenggiri (Scomberomorus commersoni) (Hadian 2005).
A. Kesimpulan
o Drift gill net merupakan jaring yang dibiarkan hanyut terbawa arus. Jaring ini digunakan untuk mengejar gerombolan ikan. Karena posisinya tidak ditentukan oleh jangkar, maka pengaruh dari kecepatan arus terhadap kekuatan tubuh jaring dapat diabaikan
o Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh gill net supaya ikan mudah tertangkap adalah kekuatan dari twine (bahan), ketegangan rentangan tubuh jaring, shortening atau shrinkage, tinggi jaring, warna jaring, mesh size dan besar ikan.
o Teknologi alat bantu yang digunakan pada drift gill net adalah Winch disebut juga dengan Net drum, kapstan yang digunakan untuk beragam keperluan penarikan, Net hauler yang digunakan untuk menarik jaring, dan Cone roller sebagai alat penarik jaring.
DAFTAR PUSTAKA
Diniah. 2008. Pengenalan Perikanan Tangkap. Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan FPIK IPB ; Bogor.
Hadian. 2005. Analisis Hasil Tangkapan Jaring Insang Hanyut Dengan Ukuran Mata Jaring 2 Inci di Teluk Jakarta (Sekripsi). Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan FPIK IPB ; Bogor.
http://samsudinpunya.blogspot.com/2011/03/jaring-insang-gill-net-jaring-insang.html
http://new-randy.blogspot.com/2013/06/alat-tangkap-gill-net.html
http://riezasyik.blogspot.com/2011/06/alat-bantu-penangkapan.html
Subani,W dan H.R. Barus. 1989. Alat Penangkapan Ikan dan Udang Laut di Indonesia Jurnal Penelitian Perikanan Laut Nomor : 50 Tahun 1988/1989. Edisi Khusus. Jakarta : Balai Penelitian Perikanan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian
Sumber : Isma Riskiani ; http://ismariskiani.blogspot.co.id
Net hauler adalah alat bantu pada kapal gill net yang digunakan untuk penarikan jaring yang telah ditabur di laut, agar jaring lebih ringan ditarik dan mudah ditata kembali di atas geladak. Pada umumnya kecepatan tarik yang dibutuhkan antara 30 m/s – 90 m/s. Cara pengoperasian Net hauler adalah hanya dengan menarik jaring Gill net melalui drum berbentuk konikal dan jaring insang tidak digulung langsung di dalam drum penggulung, melainkan bagian jaring yang sudah ditarik di belakang Net hauler, kemudian diatur untuk persiapan penurunan jaring kembali (setting).
Net hauler yang digunakan pada kapal Gill net dapat dibedakan atas 2 tipe. Pada kapal yang dilengkapi dengan cone roller umumnya dilengkapi pula dengan net hauler tipe memanjang, ditempatkan di tepi atas pagar kapal dengan tujuan memperingan kerja cone roller dan memudahkan nelayan pada saat melepaskan ikan yang terjerat mata jaring. Tipe ini lebih dikenal dengan side roller. Tipe lainnya yaitu net hauler berbentuk blok (power block), ditempatkan di atas geladak kerja pada sisi arah hauling, untuk menarik jaring pada waktu hauling, pemberat, pelampung beserta jaringnya disisipkan pada blok (roller) yang berputar digerakan dengan tenaga hidrolik. Alat ini hanya untuk menangkap ikan-ikan tuna kecil.
G. Daerah Pengoperasian
Jaring insang hanyut dapat dioperasikan di dasar perairan, kolom perairan dan perairan dan dipermukan perairan. Jaring insang hanyut banyak ditemukaan di daerah Gorontalo dan selat Bali (Subani Barus 1989).
H. Hasil Tangkapan
Sasaran tangkap utama dari alat ini adalah ikan kembung (Restraliger sp.), ikan layur (Lepturachantus savala), ikan samge (Pseudocinea amoyensis), ikan tembang (Sardinella fimriata). Sedangkan hasil tangkapan sampingannnya seperti gurita, ikan belanak (mugil sp.), udang, rajungan, dan ikan tenggiri (Scomberomorus commersoni) (Hadian 2005).
A. Kesimpulan
o Drift gill net merupakan jaring yang dibiarkan hanyut terbawa arus. Jaring ini digunakan untuk mengejar gerombolan ikan. Karena posisinya tidak ditentukan oleh jangkar, maka pengaruh dari kecepatan arus terhadap kekuatan tubuh jaring dapat diabaikan
o Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh gill net supaya ikan mudah tertangkap adalah kekuatan dari twine (bahan), ketegangan rentangan tubuh jaring, shortening atau shrinkage, tinggi jaring, warna jaring, mesh size dan besar ikan.
o Teknologi alat bantu yang digunakan pada drift gill net adalah Winch disebut juga dengan Net drum, kapstan yang digunakan untuk beragam keperluan penarikan, Net hauler yang digunakan untuk menarik jaring, dan Cone roller sebagai alat penarik jaring.
DAFTAR PUSTAKA
Diniah. 2008. Pengenalan Perikanan Tangkap. Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan FPIK IPB ; Bogor.
Hadian. 2005. Analisis Hasil Tangkapan Jaring Insang Hanyut Dengan Ukuran Mata Jaring 2 Inci di Teluk Jakarta (Sekripsi). Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan FPIK IPB ; Bogor.
http://samsudinpunya.blogspot.com/2011/03/jaring-insang-gill-net-jaring-insang.html
http://new-randy.blogspot.com/2013/06/alat-tangkap-gill-net.html
http://riezasyik.blogspot.com/2011/06/alat-bantu-penangkapan.html
Subani,W dan H.R. Barus. 1989. Alat Penangkapan Ikan dan Udang Laut di Indonesia Jurnal Penelitian Perikanan Laut Nomor : 50 Tahun 1988/1989. Edisi Khusus. Jakarta : Balai Penelitian Perikanan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian
Sumber : Isma Riskiani ; http://ismariskiani.blogspot.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar