Kamis, 31 Desember 2015

Penangkapan Ikan Teri


Ketertarikan Ikan Teri Pada Cahaya bagan Perahu, pada umumnya bagan diklasifikasikan ke dalam jaring angkat atau lift net, yang biasanya berbentuk empat persegi panjang, dibentangkan didalam air secara horizontal, dengan menggunakan bambu, kayu, atau besi sebagai rangkanya (sudiman & mallawa,2004). Menurut Ta’alidin (2000), unit penangkapan ikan jaring angkat (lift net) merupakan jenis alat tangkap yang komersial dan sangat umum di Indonesia.

Untuk menarik perhatian ikan dibagan, digunakan berbagai macam cara tertentu untuk dapat merangsang perhatian atau respon langsung maupun tidak langsung dari ikan tersebut. Salah satu cara untuk menarik perhatian ikan adalah dengan memanfaatkan sumber cahaya berupa obor, lampu petromaks, dan lampu listrik. Pada mulanya cahaya lampu digunakan untuk penyinaran di malam hari, tetapi setelah nelayan menyadari ikan tertarik pada cahaya, maka mereka memanfaatkannya sebagai alat bantu yang merupakan bagian dari metode penangkapan ikan. Penggunaan cahaya lampu sebagai alat bantu penangkapan ikan di Indonesia sudah dikenal sejak tahun 1950-an (Subani,1972).
Menurut Munro (1974), keberhasilan penangkapan ikan tergantung pada pengetahuan yang cukup mengenai tingkah laku ikan baik secara individu maupun secara keseluruhan, yang merupakan dasar dari perkembangan metode yang telah ada, selain itu rancangan suatu alat tangkap juga tergantung pada pengetahuan yang mendasar dari tingkah laku ikan yang menjadi tujuan penangkapan.
Dengan penggunaan cahaya dalam suatu operasi penangkapan ikan, maka salah satu alat tangkap yang memanfaatkan cahaya untukmenarik perhatian ikan sehingga merespon ikan untuk berkumpul di sekitar cahaya tersebut adalah bagan perahu. Dimana ketertarikan ikan terhadap cahaya akan membuat ikan-ikan tersebut berenang secara aktif ke sumber cahaya dalam suatu gerombolan atau beberapa gerombolan yang padat pada lapisan permukaan atau pada kedalaman tertentu sesuai jenis ikan dengan arah melingkar horizonal (Ayodhyoa,1976).
Prinsip penangkapan dibagan ini yaitu dengan mengumpulkan ikan dibawah cahaya lampu,kemudian menfokuskan cahaya untuk lebih sempit kemudian ikan tersebut ditangkap dengan mengunakan jaring. Waktu operasi dengan alat ini digunakan pada malam hari saat bulan gelap.Jenis bagan yang dikenal di Indonesia ada tiga jenis yaitu bagan tancap, bagan rambo bagan perahu atau bagan rambo (sudiman & mallawa,2004).

Klasifikasi ikan Teri berdasarkan ikan yang termasuk cartilaginous (bertulang rawan) atau bony ( bertulang keras), menurut Young (1962) dan De Bruin et al (1994) adalah sebagai berikut:kit, dan 
Filum : Chordata
Sub-Filum : Vertebrae
Class : Actinopterygii
Ordo : Clupeiformes
Famili : Engraulididae
Genus : Stolephor us
Species : Stolephorus spp.
Ikan teri yang termasuk dalam famili Engraulididae ini mempunyai banyak species. Species umum yang teridentifikasi adalah Stolephorus heterobolus, S. devisii, S. buccaneeri, S. indicus, dan S. commersonii (De Bruin et al 1994)
Selain itu, ikan juga dibagi dalam species ikan berlemak atau ikan kurus dengan klasifikasiny adibuat berdasarkan pada karakteristik biologik dan teknologik (Huss 1995). Klasifikasi ikan teri (kelompok ikan pelagik kecil).

Ekologi
Ikan teri yang termasuk dalam kelompok ikan pelagik kecil merupakan sumberdaya yang poorly behaved karena makanan utamanya plankton (Keenleyside 1979 dan Wootton 1992) sehingga kelimpahannya sangat tergantung kepada factor-faktor lingkungan (Merta 1992).
Selain itu, ikan teri yang mempunyai ukuran 7-16 cm (De Bruin 1994), seperti umumnya kelompok ikan pelagis kecil, mempunyai karakteristik sebagai berikut (Keenleyside 1979 dan Balitbang Perikanan 1994) :
(1) Membentuk gerombolan yang terpencar-pencar ( patchness)
(2) Variasi kelimpahan cukup tinggi yang erat kaitannya dengan kondisi lingkungan yang berfluaktuatif.
(3) Selalu melakukan ruaya baik temporal maupun spasial
(4) Aktivitas gerak yang cukup tinggi yang ditunjukkan oleh bentuk badan menyerupai cerutu atau torpedo.
Penangkapan
Alat tangkap yang digunakan untuk menangkap ikan teri adalah paying dan bagan, tapi alat tangkap dengan ikan teri yang menduduki urutan hasil tangkapan pertama adalah Bagab (Balitbang Perikanan 1994). Alat tangkap bagan ini dikenal dengan nama jarring angkat (lift net), yang berdasarkan bentuk dan cara pengoperasiannya dibagi menjadi tiga macam, yaitu bagan tancap (stationary lift net), bagan rakit (raft lift net) dan bagan perahu (boat lift net) (Subani dan Barus 1989; Balitbang Perikanan 1994).

Ekologi
Ikan teri yang termasuk dalam kelompok ikan pelagik kecil merupakan sumberdaya yang poorly behaved karena makanan utamanya plankton (Keenleyside 1979 dan Wootton 1992) sehingga kelimpahannya sangat tergantung kepada factor-faktor lingkungan (Merta 1992).
Selain itu, ikan teri yang mempunyai ukuran 7-16 cm (De Bruin 1994), seperti umumnya kelompok ikan pelagis kecil, mempunyai karakteristik sebagai berikut (Keenleyside 1979 dan Balitbang Perikanan 1994) :
(1) Membentuk gerombolan yang terpencar-pencar ( patchness)
(2) Variasi kelimpahan cukup tinggi yang erat kaitannya dengan kondisi lingkungan yang berfluaktuatif.
(3) Selalu melakukan ruaya baik temporal maupun spasial
(4) Aktivitas gerak yang cukup tinggi yang ditunjukkan oleh bentuk badan menyerupai cerutu atau torpedo.
Bagi ikan besar seperti tuna dan cod, seabad terakhir bukanlah masa-masa yang menggembirakan. Populasi mereka menukik tajam akibat penangkapan yang berlebihan.
Menurut penelitian terbaru terhadap ekosistem kelautan di seluruh dunia, di saat yang sama, populasi ikan yang lebih kecil seperti sarden dan ikan teri melonjak hingga 130 persen.
Perubahan yang terjadi pada keseimbangan rantai makanan ini merupakan perubahan yang tidak sehat apalagi untuk jangka panjang.
Para peneliti menyatakan, salah satu cara untuk mengatasinya adalah perubahan pola konsumsi manusia, dari memakan ikan yang menjadi predator ke spesies lain yang ada di bagian bawah rantai makanan.
Sekelompok peneliti yang dipimpin Villy Christensen dari University of British Columbia, Kanada menganalisa sekitar 200 jaringan makanan di seluruh dunia. Menggunakan pemodelan, mereka menggambarkan ekosistem kelautan di berbagai periode waktu dari tahun 1880 sampai 2007.
Seperti dikutip dari Sciencemag, Christensen dan timnya kemudian memperkirakan distribusi biomassa di dalam ekosistem, misalnya berapa ton jumlah tuna atau udang, lalu mengekstrapolasi untuk menghitung jumlahnya di seluruh samudera.
Hasilnya, meski pada saat ini peneliti belum bisa menentukan jumlah absolutnya, biomassa ikan berukuran besar telah menurun hingga dua pertiganya dalam 100 tahun terakhir. Dalam 40 tahun belakangan, biomassa mereka turun hingga 54 persen meski penurunannya tidak separah pada 2 dekade lalu.
Yang tidak mengherankan, ikan-ikan yang sebelumnya menjadi mangsa ikan-ikan besar mengalami peningkatan. Biomassa mereka meningkat hingga 0,85 persen per tahun. Dan selama abad terakhir, angkanya telah berlipat ganda.Samudera kini sudah sangat berbeda,” kata Christensen. “Di banyak tempat, ikan kecil ini masih menjadi makanan, namun di kawasan seperti barat daya Afrika dan tempat lain, pemangsa ikan-ikan kecil itu sudah tergantikan,
Christensen menyebutkan, dengan memilih makan sarden, ikan teri dan sejenisnya dan tidak memakan ikan todak, misalnya, manusia bisa menyelamatkan populasi para predator utama di rantai makanan yang kini kian menyusut.
Perubahan pada biomassa laut ini, kata Michael Hirshfield, Chief Scientist of the Advocacy Group Oceana, Washington, sangatlah mengkhawatirkan. Populasi ikan kecil cenderung meledak dan kemudian rusak, membuat ekosistem menjadi tidak stabil. Apalagi jika predator yang ada di atasnya telah musnah.
Sumber : http://mediapenyuluhanperikananpati.blogspot.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar