Ikan gabus (Channa striata) merupakan salah satu ikan penghuni perairan rawa yang bernilai ekonomis (Muslim, 2007a). Produksi ikan gabus selama ini mengandalkan hasil tangkapan dari alam, dengan kecenderungan semakin menurun hasilnya. Kebutuhan terhadap ikan gabus semakin meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk. Oleh karena itu pengembangan budidaya ikan gabus memiliki prospek yang baik di masa mendatang (Muslim, 2007b). Penelitian mengenai aspek biologi ikan gabus sudah banyak dilakukan antara lain tentang aspek biologi (Muktar et al., 1984; Sinaga et al,. 2000; Makmur, 2003), aspek reproduksi (Kartamihardja,1994; Makmur et al., 2003; Muslim, 2005; Muslim, 2006)
Upaya domestikasi (penjinakan) ikan gabus dari alam liar (perairan umum) ke dalam lingkungan terkontrol (budidaya) sudah dilakukan(Muslim dan Syaifudin, 2012a). Ikan gabus yang didomestikasi berukuran larva/benih dan juga ikan dewasa/calon induk. Calon induk ikan gabus yang didomestikasi dalam media kolam beton dapat mempertahankan hidupnya sampai 100% total ikan yang dipelihara (Muslim dan Syaifudin, 2012a). Begitu juga benih ikan gabus yang dipelihara dalam media waring menunjukan hasil yang sama dengan kelangsungan hidup tertinggi mencapai 100% (Muslim dan Syaifudin, 2012b). Berdasarkan hasil analisa laboratorium, gonad ikan gabus hasil domestikasi mengalami perkembangan secara normal (Muslim dan Syaifudin, 2013).
Pematangan gonad ikan gabus dapat dilakukan dengan memanipulasi hormonal dengan pemberian hormon gonadotropin berupa Human Chorionic Gonadotropin (Zultamin et al, 2014), pemberian ikan rucah (Trieu et al., 2012). Perangsangan pemijahan ikan gabus dapat menggunakan hormon gonadotropin sintetik (Ovaprim) (Saputra et al, 2015), menggunakan ekstrak ikan gabus (Sakuro et al, 2015). Penetasan telur ikan gabus diinkubasi dalam media penetasan dengan suhu inkubasi terbaik 28oC (Afrianto et al., 2016). memelihara larva ikan gabus pada suhu media berbeda (Yusiana, et al, 2016), pendederan larva ikan gabus di kolam terpal dengan padat tebar berbeda (Hidayatullah et al, 2014)., memelihara benih ikan gabus dalam media yang diberi probiotik (Hartini et al, 2013). Dari berbagai penelitian tersebut sudah menunjukan bahwa pengembangbiakan ikan gabus bisa diaplikasikan masyarakat, terutama masyarakat yang bermukim di sekitar wilayah perairan rawa untuk dijadikan sebagai sumber kegiatan menghasilkan benih ikan gabus. Benih yang dihasilkan dapat digunakan untuk menjaga kelestarian populasi ikan gabus di alam melalui kegiatan restoking dan bisa juga untuk usaha budidaya.
LANGKAH-LANGKAH PEMBENIHAN IKAN GABUS
PERSIAPAN MEDIA
Media untuk memelihara induk ikan gabus dapat menggunakan empang yang terbuat dari anyaman bilah bambu, yang dipasang di lahan rawa. Dalam empang diberi tanaman encek gondok supaya ikan gabus nyaman dan terlindung dari sinar matahari langsung.
Gambar 1. Media Pemeliharaan Induk
Media untuk memijahkan ikan gabus dapat berupa waring, yang dibuat kerangka dari kayu, dengan penutup bagian atasnya di pasang di lahan rawa. Satu waring untuk emijahkan satu pasang ikan gabus (1 ekor ikan jantan, 1 ekor ikan betina)
Gambar 2. Media Pemijahan
Untuk pendederan larva sampai menjadi benih dapat menggunakan waring, dengan ukuran 4x6, diberi tanaman enceng gondok di luar waring. Waring dipasang dalam kolam/lebung dengan kondisi tingkat kesuburan tinggi (banyak plankton).
Gambar 3.Media Pemeliharaan Larva-Benih
PERSIAPAN INDUK
Induk ikan gabus yang digunakan dapat berasal dari hasil tangkapan dari alam. Induk yang berasal dari alam, terlebih dahulu perlu dijinakan dalam media pemeliharaan induk lebih kurang dua bulan.
Dalam masa penjinakan, ikan gabus diberi makan berupa anak ikan hidup. Pakan dalam kondisi hidup lebih disukai induk ikan gabus hasil tangkapan dari alam. Pemberian pakan anak ikan sebanayk 2-3 ekor anak ikan per induk ikan gabus yang dipelihara.
Gambar 4.Calon induk hasil tangkapan dari alam
PEMATANGAN GONAD INDUK
Pematangan gonad ikan gabus juga dapat dilakukan dengan pemberian pakan berupa ikan rucah baik ikan air tawar maupun ikan air laut dengan feeding rate 1.5-2.%/biomassa/hari (Trieu et al., 2012), atau dengan penyuntikan hormon HCG (Human Chorionic Gonadotropin) dengan dosis 300 IU/kg (Zultamin et al, 2015).
Gambar 5. Gonad ikan gabus (1) gonad betina, (2) gonad jantan
Seleksi Induk
Ikan gabus betina dan ikan gabus jantan yang siap dipijahkan dapat dibedakan dengan cara mengamati tanda-tanda yang terdapat pada tubuhnya. Ciri-ciri ikan betina : bentuk kepala yang membulat, perutnya lembek dan membesar, warna tubuhnya cenderung terang, dan bila diurut akan keluar telur. Ciri-ciri ikan jantan : bentuk kepala yang lonjong, warna tubuhnya cenderung gelap, lubang pada kelamin memerah, serta akan mengeluarkan cairan putih agak bening ketika diurut. Ukuran induk ikan gabus baik jantan maupun betina yang baik untuk dijadikan induk sudah diatas 250 gram/ekor.
Gambar 6. Induk ikan gabus jantan (atas), betina (bawah)
Penyuntikan
Untuk merangsang pemijahan ikan gabus dapat dilakukan penyuntikan hormon ovaprim dengan dosis terbaik 0.4 ml/kg ikan (Saputra et al, 2015). Jika penyuntikan menggunakan ekstrak hipofisa ikan gabus, dosis terbaik berdasarkan hasil penelitian Sakuro et al (2015) adalah 3:1 (donor : resipien)
Gambar 7. Penyuntikan Induk
Perkawinan Ikan Gabus
Ikan gabus yang sudah disuntik dengan hormon, dimasukan dalam waring pemijahan. Dalam satu waring dikawinkan satu pasang ikan gabus, sex ratio 1: 1 ( satu ekor jantan, satu ekor betina dengan bobot seimbang).
Gambar 8. Telur ikan gabus
Penetasan Telur
Setelah ikan gabus bertelur, telur diambil menggunakan sekupnet halus, dan telur siap ditetaskan. Penetasan telur ikan gabus dapat dilakukan dalam waring pemijahan atau dipindahkan dalam kolam terpal yang dibuat untuk media penetasan telur atau dilakukan di dalam akuarium. Penetasan telur dalam akuarium lebih terkontrol dan dapat dilakukan pengaturan suhu media. Suhu air media penetasan telur ikan gabus adalah 28 ± 0,5oC (Afrianto et al., 2016).
Gambar 9. Embrio ikan gabus (1) dan larva ikan gabus yang baru menetas (2)
Pemeliharaan Larva
Pakan yang diberikan ke larva selama masa pemeliharaan berupa pakan alami yakni artemia, dapnia dan cacing sutera. Pemberian naupli Artemia sp. pada umur 4 – 13 hari, Daphnia sp. umur 16 – 21 hari, dan cacing sutera umur 24 – 33 hari (Suparayogi, 2016).
Gambar 10. Pakan larva ikan gabus (1) Daphnia (2) Artemia (3) Cacing Sutera
Pendederan
Pendederan larva – benih ikan gabus dapat dilakukan dengan media waring, atau dengan media kolam terpal. Padat penebaran larva ikan gabus untuk pendederan dari umur 7 hari sampai 30 hari sebanyak 2 ekor/liter (Hidayatullah et al., 2014). Pakan yang diberikan berupa cacing tubifexdikombinasi pakan pellet buatan.
Gambar 11. Pendederan larva-benih ikan gabus
Panen Benih
Benih ikan gabus yang dihasilkan dari usaha pengembangbiakan dapat digunakan untuk kegiatan restocking di alam dengan tujuan untuk menjaga kelestarian sumberdaya ikan gabus di alam, dengan cara menebar benih di alam dan dapat juga dijadikan sumber benih untuk kegiatan budidaya perikanan.
Gambar 12. Benih ikan gabus siap di tebar ke alam atau untuk budidaya
KESIMPULAN
Ikan gabus, merupakan salah satu jenis ikan penghuni perairan rawa baik rawa gambut maupun rawa tidak bergambut, memiliki nilai ekonomis sebagai sumber pangan dan obat-obatan. Ikan gabus sudah bisa dikembangbiakan secara terkontrol dengan teknologi yang sederhana dapat diaplikasikan oleh masyarakat. Pengembangan teknologi pengembangbiakan ikan gabus dengan tujuan konservasi sumberdaya perairan dan budidaya perlu terus ditingkatkan, mengingat potensi lahan rawa yang cukup luas.
DAFTAR PUSTAKA
Afrianto, A.M, Muslim, Mirna F. 2016. Persentase Penetasan Telur Ikan Gabus (Channa striata)pada Suhu Inkubasi Berbeda. Makalah seminar hasil penelitian Universitas Sriwijaya. Indralaya
Hidayatullah. S, Muslim, Ferdinand HT. 2014. Pendederan larva ikan gabus (Channa striata) di Kolam Terpal Dengan Padat Tebar Berbeda. Makalah seminar hasil penelitian Universitas sriwijaya. Indralaya
Kartamihardja E.S. 1994. Biologi Reproduksi Populasi Ikan Gabus (Channa striata) di Waduk Kedungombo. Buletin Perikanan Darat. 12(2) : 113-119.
Makmur S. 2003. Biologi Ikan Gabus (Channa striata Bloch) di daerah Banjiran Sungai Musi Sumatera Selatan. Tesis. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Makmur S; M.F Raharjdo dan S. Sukimin. 2003. Makanan Ikan Gabus (Channa striata Bloch) di Daerah Banjiran Sungai Musi Sumatera Selatan. Prosiding Seminar Nasional Perikanan Indonesia 2003. Sekolah Tinggi Perikanan. Jakarta.
Muchtar, A, Khaidir. P, Rosul, H dan Pardinan. 1984. Biologi Ikan Gabus (Ophiocephalus striatus Bloch) Lingkungan rawa-rawa di Sekitar Pekanbaru. Laporan Hasil Penelitian. Lembaga Penelitian Universitas. Pekanbaru
Muslim. 2005. Analisa Biologi Reproduksi Ikan Gabus (Channa striata) di Rawa Banjiran Sungai Kelekar Indralaya.Laporan Hasil Penelitian. Lembaga Penelitian Unsri. Indralaya.
Muslim. 2006. Analisis Tingkat Perkembangan Gonad (TKG) Ikan Gabus (Channa striata , Blkr) di Rawa Sekitar Sungai Kelekar (Jurnal Agria Vol 3, No.2 : 25-27, ISSN 1829-779X
Muslim. 2007a. Jenis-jenis Ikan Rawa yang Bernilai Ekonomis, Majalah Masa No.01/Th.XIV/III/2007, ISSN 0854-5944 : 56-60
Muslim. 2007b. Potensi, peluang dan tantangan budidaya ikan gabus (Channa striata) di Sumatera Selatan. Prosiding Seminar Nasional Forum Perairan Umum Indonesia IV, Palembang 30 November 2007. Badan Riset Kelautan dan Perikanan. Departemen Kelautan dan Perikanan. ISBN : 978-979-1156-10-3
Muslim dan M. Syaifudin. 2012. Pencegahan Kepunahan Ikan Gabus (Channa striata) Melalui Domestikasi dan Upaya Pengembangbiakan. Laporan Akhir (Tahun 1) Hibah Penelitian Strategis Nasional (Stranas). Dikti. Jakarta.
Muslim dan M. Syaifudin. 2012ยช. Domestikasi calon induk ikan gabus (Channa striata) dalam Kolam Beton. Majalah Ilmiah Srwijaya, Vol XXII (15) : 21-27
Muslim dan M. Syaifudin. 2012b. Pemeliharaan Benih Ikan Gabus (Channa striata) pada Media Budidaya (Waring) dalam Rangka Domestikasi. Prosiding Seminar Nasional Perikanan dan Kelautan tanggal 28-29 September 2012 di Pekanbaru.Riau.
Muslim dan M. Syaifudin. 2013. Pencegahan Kepunahan Ikan Gabus (Channa striata) Melalui Domestikasi dan Upaya Pengembangbiakan. Laporan Akhir (Tahun 2) Hibah Penelitian Strategis Nasional (Stranas). Dikti. Jakarta.
Muslim dan M. Syaifudin. 2013. Perkembangan Gonad Ikan Gabus (Channa striata) Hasil Domestikasi dalam Media Budidaya. Prosiding Seminar Nasional Biologi tanggal 28-30 Oktober 2013 di Universitas Pandjajaran. Bandung.
Saputra, A. Muslim, Mirna F. 2015. Pemjahan ikan gabus (Channa striata) dengan rangsangan hormon gonadotropin sintetik dosis berbeda. Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia, 3(1) : 1-9
Sakuro, B.A, Muslim, Yulisman, 2015. Rangsangan pemijahan ikan gabus (Channa striata) menggunakan ekstrak hipofisa ikan gabus. Makalah seminar hasil penelitian. Fakultas pertanian universitas sriwijaya. Indralaya.
Sinaga, T.P, M.F. Rahardjo dan Djaja Subardja, S. 2000. Biologi Ikan Gabus (Channa striata) pada Aliran Sungai Banjaran Puwokerto. Prosiding Seminar Nasional Keanekaragaman Sumberdaya Hayati Ikan. Hal : 133-140
Suprayogi. T. As, Yulisman, Ade DS. 2016. Perbedaan Waktu Peralihan Pakan pada Pemeliharaan Post Larva Ikan Gabus (Channa striata). Makalah seminar hasil penelitian. Fakultas pertanian universitas sriwijaya. Indralaya
Trieu N. V, D.N. Long, dan L. S. Trang. 2012. Seed Production Technology of Snakehead Fish (Channa striatus Bloch). Freshwater Aquaculture Departemen, College of Aqriculture, Cantho University, Cantho. Vietnam
Yusianan Y, Muslim, Yulisman. 2016. Pemeliharaan larva ikan gabus (Channa striata) pada suhu air media berbeda. Makalah seminar hasil penelitian Universitas sriwijaya. Indralaya
Zultamin, Muslim, Yulisman, 2014. Pematangan gonad ikan gabus betina (Channa striata) menggunakan hormon HCG (Human chrionic gonadotropin) dosis berbeda. Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia, 2(2) : 162-174
Sumber :
Muslim Program Studi Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya
Jl. Palembang-Prabumulih KM 32 Indralaya, Ogan Ilir Sumatera Selatan
https://www.researchgate.net/publication
Tidak ada komentar:
Posting Komentar