Senin, 26 November 2018

Pengolahan Abon dan Bakso Khas Ikan Air Tawar

Hasil gambar untuk olahan ikan tawar

Ikan laut memang terasa nikmat jika diolah menjadi abon maupun bakso, namun pengolahan abon dan bakso tidak saja nikmat jika menggunakan ikan laut. Tak kalah lezatnya jika bahannya berasal dari ikan air tawar. Inilah yang coba dikembangkan di Wajo. Ikan-ikan air tawar berjenis Gabus, Belut dan Betutu itu banyak berasal dari Danau Tempe.



Salah satu industri pengolahan ikan yang cukup besar di Wajo adalah UD Ratu yang terletak di Jl Anggrek, Sengkang. Industri ini dibina oleh Dinas Kelautan dan Perikanan serta Dinas Koperasi, UKM dan Perindustrian Kabupaten Wajo. Jika bahan baku tersedia, produksi juga normal. Bahkan, sering mencapai dua ton per bulan.

Ikan tawar yang diolah menjadi abon maupun bakso tidak sembarang. Selain warna daging ikan harus berwarna putih, juga tekstur daging paling menentukan untuk menghasilkan kualitas produksi yang bagus. Misalnya daging harus berserat dan kenyal.

Namun, yang sering diolah UD Ratu milik Andi Misda umumnya ikan Gabus dan Belut. Alasannya, pemasaran ikan-ikan tersebut bagus dan sering dikonsumsi masyarakat.

Dalam proses pengolahan abon ikan dan bakso, Andi Misda dibantu 17 karyawan termasuk didalamnya tenaga pemasaran yang siap memasarkan ke para langganan. Sarana dan prasarana (mesin) yang digunakan pun cukup lengkap dan canggih.

Saat ini, abon dan bakso tersebut diproduksi dalam bentuk kemasan aluminium foil dan plastik mika. Harganya cukup bervariasi, tergantung berat dan jenisnya. Yang jelas, untuk berat 100 gram, kisaran Rp18 ribu-Rp20 ribu. Sementara untuk bakso ikan harganya Rp35 ribu-Rp40 ribu per kilogram.

Andi Misda mengatakan, pemasaran abon dan bakso ikan ini di Wilayah Sidrap, Parepare, Bone, Pangkep dan Makassar. Sementara di Kabupaten Wajo, bekerjasama dengan pemilik toko untuk dijajakan.

“Kalau untuk dibawah jauh, biasanya orang memilih yang kemasan aluminium karena lebih tahan. Seperti jika ada yang mau pergi tanah suci banyak yang pesan, begitupun juga yang ingin bepergian jauh,” tandasnya.

Perempuan berusia 44 tahun itu mengaku usaha yang dirintisnya sejak tahun 1996 akan dikembangkannya menjadi perusahaan besar dan bisa membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat setempat. Apalagi, produksi tersebut sudah mendapat sertifikasi halal, izin dari BPOM dan Dinas Kesehatan.

Koordinator Penyuluh Perikanan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Wajo, Andi Bambang mengatakan saat ini ada 21 usaha pengolahan ikan yang dibina Dinas Kelautan dan Perikanan. Usaha itu tersebar di sejumlah kecamatan seperti Tempe, Tanasitolo, Sajoanging, Takkalalla, Penrang, Pitumpanua dan Keera.

Menurutnya, yang terbesar omzetnya adalah UD Ratu. Jika normal omzetnya bisa mencapai Rp500 juta perbulan. Namun jika jika produksi tidak normal karena kesulitan bahan baku, maka hanya Rp100 juta setiap bulan.

Sumber: fajar.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar