Senin, 04 Maret 2019

Cara Mengetahui Jenis Kelamin dan Pembibitan Ikan Mujair

Hasil gambar untuk morfologi ikan mujair

Dalam budi daya ikan mujair, pemisahan antara yang jantan dan betina amatlah diperlukan. Pemisahan bisa dilakukan setelah anak-anak ikan mujair berusia sekitar 2 minggu. Secara alami, pada usia itu anak mujair sdh ditinggal induknya karena dianggap sudah bisa mencari makan sendiri.
Mengapa ikan mujair jantan dan betina perlu dipisah? Mujair adalah jenis ikan yang sangat mudah kawin dan bertelur. Mudahnya ikan mujair bertelur membuat perkembangan ukuran ikan tersebut akan sedikit terhambat. Ikan itu menjadi tidak optimal perkembangannya.

Nah sebaliknya, jika yang jantan dan betina dipisah, maka pertumbuhan ikan mujair akan menjadi lebih optimal. Asupan makanan ikan itu akan lebih digunakan untuk mengembangkan bentuk dan ukuran tubuhnya.

Banyak orang yang merasa kesulitan untuk mengetahui jnis kelamin ikan mujair. Ciri-ciri berikut ini mungkin bisa membantu para pembudi daya ikan mujair untuk menetapkan jenis kelamin ikan tersebut.

Mujair Betina
  • Ada tiga lubang dalam alat reproduksinya: dubur, lubang pengeluaran telur, lubang urine
  • Warna perut lebih putih dibanding bagian tubuh lain.
  • Dagu mujair berwarna putih.
  • Ujung sirip berwarna kemerah-merahan tetapi tidak terlalu jelas.
  • Jika perut di striping tidak akan mengeluarkan cairan.
Mujair Jantan
  • Pada alat reporduksi, mujair jantan hanya memiliki dua lubang: anus dan lubang sperma. Lubang sperma ini sekaligus berfungsi sebagai tempat pembuangan urine.
  • Warna perut lebih gelap dan kehitam-hitaman.
  • Warna dagu kehitam-hitaman dan kemerah-merahan.
  • Ujung sirip berwarna kemerah-merahan dan jelas.
  • Jika perut distriping, maka akan mengeluarkan cairan.
Masyarakat juga perlu mengenal ciri-ciri induk mujair yang baik. Pengetahuan tentang ini akan membantu masyarakat yang ingin membudidayakan ikan mujair. Ciri-ciri induk bibit mujair yang unggul adalah sebagai berikut:
  1. Mampu memproduksi benih dalam jumlah yang besar dengan kwalitas yang tinggi.
  2. Pertumbuhannya sangat cepat.
  3. Sangat responsif terhadap makanan buatan yang diberikan.
  4. Lebih resisten terhadap serangan hama, parasit, dan penyakit.
  5. Dapat hidup dan tumbuh dengan baik pada lingkungan perairan yang relatif buruk.
  6. Ukuran induk yang baik untuk dipijahkan, yaitu 100 gram lebih per ekornya.
Sistem pembibitan ikan mujair dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu:

Sistem satu kolamPada sistem ini kolam pemijahan/pembenihan disatukan dengan kolam pendederan/ pemeliharaan anak. Setelah dilakukan persiapan media pembibitan, tebarkan induk jantan dan betina dengan perbandingan 1:2 atau 1:4. Untuk ini jumlah kepadatan 2 pasang/10 meter persegi. Pamanenan dilakukan setiap 2 minggu sekali.

Sistem dua kolamPada sistem ini proses pemijahan dan pendederan dilakukan pada kolam terpisah, dengan perbandingan luas kolam pemijahan dengan kolam pendederan adalah 1:2 atau 1:4. Dasar kolam pendederan harus lebih rendah dari dasar kolam lainnya agar aliran air cukup deras mengalir dari kolam pemijahan ke kolam pendederan. Pada pintu kedua kolam tersebut dipasang saringan kasar agar hanya anak-anak ikan saja yang dapat lewat. Jumlah dan kepadatan induk jantan dan betina yang disebarkan sama dengan sistim satu kolam.

Sistem platformPada sistem ini kolam dibagi dalam 4 bagian, yaitu kolam pertama sebagai tempat induk jantan dan betina bertemu atau tempat pemijahan. Kolam kedua tempat induk betina disekat oleh kisi atau krei bambu dengan ukuran lubang-lubang sebesar badan induk betina sehingga hanya induk betina yang dapat lolos ke kolam kedua ini. Kolam ketiga merupakan tempat pelepasan larva dan tempat yang keempat adalah kolam pendederan. Persiapan media dan jumlah induk yang dilepas sama dengan sistem yang pertama.

PembenihanPemijahan dan penetasan ikan mujair berlangsung sepanjang tahun pada kolam pemijahan dan tidak memerlukan lingkungan pemijahan secara khusus. Hal yang perlu dilakukan adalah penyiapan media pemeliharaan seperti pengerikan pengapuran dan pemupukan. Ketinggian air di kolam dipertahankan sekitar 50 cm. Untuk menambah tingkat produkivitas dan kesuburan, maka diberikan makanan tambahan dengan komposisi sebagai berikut: tepung ikan 25%, tepung kopra 10?n dedak halus sebesar 65%. Komposisi ransum ini digunakan dalam usaha budidaya ikan mujair secara komersial.

Dapat juga diberi makanan yang berupa pellet yang berkadar protein 20-30?ngan dosis 2-3?ri berat populasi per hari, diberikan sebanyak 2 kali/hari yaitu pada pagi dan sore hari. Pemijahan akan terjadi setelah induk jantan membuat lubang sarang yang berupa cekungan di dasar kolam dengan garis tengah sekitar 10-35 cm. Begitu pembuatan sarang pemijahan selesai, segera berlangsung proses pemijahan. Setelah proses pembuahan selesai, maka telur-telur hasil pemijahan segera dikumpulkan oleh induk betina ke dalam mulutnya untuk dierami hingga menetas. Pada saat tersebut induk betina tidak aktif makan sehingga terlihat tubuhnya kurus. Telur akan menetas setelah 3-5 hari pada suhu air sekitar 25-27°C. Setelah sekitar 2 minggu sejak penetasan, induk betina baru melepaskan anak-anaknya, karena telah mampu mencari makanan sendiri.

Pemeliharaan BibitPendederan atau pemeliharaan anak ikan mujair dilakukan setelah telur-telur hasil pemijahan menetas. Kegiatan ini dilakukan pada kolam pendederan yang sudah siap menerima anak ikan dimana kolam tersebut dikeringkan terlebih dahulu serta dibersihkan dari ikan-ikan liar. Kolam diberi kapur dan dipupuk sesuai ketentuan. Begitu pula dengan pemberian pakan untuk bibit diseuaikan dengan ketentuan. Jumlah penebaran dalam kolam pendederan tergantung dari ukuran benih ikan.

Benih ikan ukuran 1-3 cm, jumlah penebarannya sekitar 30-50 ekor/meter persegi, ukuran 3-5 cm jumlah penebarannya berkisar 5-10 ekor/meter persegi. Sedangkan anak ikan ukuran 5-8 cm jumlah penebarannya 2-5 ekor/meter persegi. Untuk benih yang ukuran 5-8 cm ini, sebaiknya dilakukan secara monoseks kultur, karena pada ukuran tersebut benih ikan sudah dapat dibedakan yang berjenis kelamin jantan atau betina. (berbagai sumber/442)

Sumber : http://www.agronet.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar