Sabtu, 31 Oktober 2015

Mengenal Rotifera sebagai Pakan Alami


Rotifera (Brachionus plicatilis) adalah sejenis organisme plankton yang dapat dijadikan sebagai makanan larva/ benih ikan. Rotifera atau disebut juga ”hewan beroda”, pada tahun 1696 yang waktu itu dikenal dengan nama ‘bdelloid rotifer’ yaitu hewan mirip cacing. Rotifera adalah hewan mikroskopis dengan struktur tubuh yang relatif sederhana. Brachionus plicatilis merupakan jenis plankton hewani yang hidup di perairan litoral dan termasuk pakan larva ikan laut yang penting. Dalam percobaan pembenihan ikan laut, rotifera diberikan sebagai pakan larva selama kurang lebih satu bulan.

Brachionus plicatilis pertama kali diidentifikasi sebagai Hama pada kolam budidaya belut pada tahun 1950-an dan 1960-an. Dan penelitian pertama di Jepang, Rotifera dapat digunakan sebagai pakan hidup yang sesuai bagi larva ikan yang masih muda. Dua puluh lima tahun setelah penggunaan rotifera pertama kali sebagai pakan dalam pemeliharaan larva ikan, beberapa teknik budidaya untuk menghasilkan produksi rotifera yang intensif diterapkan di selurih dunia.

Brachionus memiliki ukuran yang kecil dengan kecepatan renang yang lambat menjadikan mereka mangsa yang cocok bagi larva ikan yang hanya menyerap cadangan makanan tetapi belum mampu mencerna naupli Artemia. Rotifera memiliki potensi yang sangat tinggi (kepadatan hingga 2000 ind/ml) karena tingkat reproduksinya yang sangat tinggi dan dapat menghasilkan keturunan yang besar dalam waktu yang sangat singkat.

SuhuJumlah telurUmur HidupPanen PertamaPanen KeduaDo/ O2PH
22-3020-2312-191-2 hari3-5 jam>27-8,5
2023101.9 hari4 jam>26,6-8,5
2520171.3 hari3 jam>26,6-8,5
Klasifikasi Rotifera Brachionus Sp
Phylum : Rotifer
Kelas : Monogona ta
Ordo : Ploima
Familia : Brachionidae
Genus : BrachionusSpesies : Brachionus sp.

NILAI NUTRISI BRACHIONUS
Pengayaan rotifera dengan berbagai gizi dikarenakan rotifera merupakan hewan yang dapat menyerap berbagai nutrisi dari jenis makanan yang dicerna, semakin banyak nutrisi dalam pakan rotifera, semakin baik nilai gizi rotifera untuk makanan larva ikan. Berikut contoh nilai gizi pengayaan Rotifera pada jenis Brachionus :

1. Rotifera dengan Pengayaan HUFA (n-3)

a. Alga

Tingginya kandungan asam lemak essensial Asam Eicosapentaenoic (EPA) dan Asam Docosahexaaeonic (DHA) pada beberapa mikroalga menjadikan mereka makanan hidup yang baik bagi rotifera. Pengayaan dengan HUFA dilakukan dengan pemeliharaan bersama antara Brachionus bersama alga (5.106 sel alga/ ml), sehingga terjadi kerjasama dalam menghasilkan asam lemak essensial dalam waktu beberapa jam dan membuat keseimbangan dengan MA / EPA pada tingkat di atas 2 untuk Brachionus-lsochrysis.

b. Formula Makanan
Brachionus tumbuh pada penggantian diet CS yang terdapat komposisi yang baik 5,4 mg bahan kering EPA; 4,4 ing DHA; dan 15,6 mg (n-3) HUFA.

c. Minyak Emulsi
Salah satu cara yang murah untuk pengayaan Brachionus adalah dengan menggunakan minyak emulsi, karena minyak emulsi skala rumah tangga dapat disiapkan dari lichitin telur dan minyak ikan. Emulsi komersial yang dijual umumnva lebih stabil dan mengandung komposisi HUFA.

2. Rotifera dengan Pengayaan Vitamin C
Budidaya Rotifera Brachionus menggunakan media ragi roti, yang mengandung 150 mg vit C/ g berat kering dan media chlorella yang mengandung 2300 mg vit C/ g berat kering.

Penyuburan Brachionus dengan AA dapat diikuti dengan penggunaan AP (Ascorbyl palmitat) sebagai sumber tambahan vitamin C. AP diubah olel Brachionus menjadi AA aktif hingga mencapai 1700 mg/g berat kering setelah peyimpanan 24 jam pengayaan dengan menggunakan 5% emulsi AP Kandungan nutrisi Brachionus ketika dijadikan makanan bagi larva tidak berubah.

Kekurangan vitamin C pada larva ikan menyebabkan terjadinya kelainan bentuk operculum. Kandungan vitamin C berpengaruh pada makanan Brachionus yaitu pada tingkat asam askorbat (AA) antara budidaya dan pengayaan.

3. Rotifera dengan Pengayaan Protein
Protein hanya digunakan dalam diet pengayaan khususnya dirancang untuk penyuburan protein Brachionus. Tingginya kandungan protein yang digunakan dalam budidaya meningkat secara kontinyu dan berkembang selama periode pengayaan. Umumnya digunakan untuk hal yang sama sebagai minyak emulsi dan didistribusikan di tangki dengan konsentrasi 125 mg/ liter air Iaut dengan interval 2 kali yaitu antara 3 - 4 jam.

4. Penyimpanan Rotifera Brachionus tanpa pengayaan
Pemanenan Brachionus yang tidak mengalami pengayaan seharusnya diberi filter yang diletakkan di bawah permukaan air. Pemanenan pada pengayaan Brachionus dilakukan dengan perhatian yang lebih ekstrim agar mereka tetap dalam keadaan bersama dalam 1 rumpun. Khususnya ketika pemanenan binatang yang dikayakan sebelum dicuci, aerasi dapat menghasilkan kelompok-kelompok.

Brachionus tidak dapat dimakan dengan segera karena membutuhkan penyimpanan dalam suhu yang dingin (4°C) agar dapat menjaga kualitas nutrisi mereka. Selama masa kelaparan pada suhu 25 °C, Brachionus dapat kehilangan 26 % berat tubuhnya sebagai basil dan metabolisme. Brachionus pada saat lapar (didukung dengan minyak emulsi, diet mikropartikular atau mikroalga) sebelum diberikan sebagai pakan pada larva ikan (prosedur pengayaan secara tidak langsung) menurunkan kandungan asam lemak dengan sangat cepat. Pengayaan dalam waktu yang lama (secara langsung) dapat meningkatkan kandungan asam lemak Brachionus. Cadangan asam lemak ini lebih stabil dan dapat turun dengan cepat selama lapar.

Peranan Rotifera Dalam Budidaya Perikanan
Kegunaan Rotifera Brachionus plicatilis secara tidak langsung mulai berkembang. Brachionus plicatilis merupakan pakan hidup bagi jenis-jenis tertentu golongan ikan sehingga seringkali sangat diperlukan dalam budidaya.

Penyediaan pakan alami berupa plankton nabati dan plankton hewani yang tidak cukup tersedia, seringkali menyebabkan kegagalan dalam mempertahankan kelangsungan hidup larva ikan.

Brachionus plicatilis sangat penting dalam menunjang budidaya perikanan, terutama sebagai pakan yang baik Pada larva ikan bandeng, Larva ikan kakap putih , Larva Lobster ,Maupun Larva udang windu Larva Udang putih Crustacea Bivalve dan larva lainnya
Ketergantungan pakan alami Budidaya ikan secara komersial dari berbagai jenis species-species diantaranya bivalve, crustaceae, dan ikan bertulang belakang akan mengalami permasalahan yang serius apabila didalam proses produksinya tidak tersedia pakan alami yang kontinyu baik kuantitas maupun kualitasnya.

Sebagaian besar larva ikan umumnya memakan tumbuhan dan atau hewan yang berukuran 4-200 mikron. Jenis tumbuhan dan hewan tersebut termasuk didalamnya adalah plankton, yakni organisme yang hidup melayang dalam air gerakannya selalu mengikuti arus. Namun Pakan Alami larva harus memenuhi kriteria tertentu.

Berikut Kriteria Pakan Alami Ikan
  • ukuran sel sesuai dengan bukaan mulut larva, 
  • kandungan nutrisi cukup tinggi, 
  • mudah dicerna dan dapat diserap dalam tubuh larva, 
  • gerakannya lambat sehingga larva ikan mudah menangkapnya, 
  • mudah dikultur dan mampu bertahan hidup terhadap lingkungan yang fluktuatif salinitas, suhu, dan intensitas cahaya, 
  • pertumbuhan populasi membutuhkan waktu yang relatif cepat sehingga dengan segera dapat digunakan dalam keadaan segar dan hidup,
  • usaha pembudidayaannya memerlukan biaya yang relatif sedikit, selama daur hidupnya tidak menghasilkan bahan beracun yang dapat membahayakan kehidupan larva.
  • Dari kriteria tersebut Brachionus plicatilis telah memenuhi syarat untuk dapat digunakan sebagai pakan alami larva ikan karena memiliki ukuran yang relatif kecil, lambat dalam berenang, mudah dibudidayakan, mudah dicerna dan mempunyai nilai gizi yang tinggi serta diperkaya dengan asam lemak dan antibiotik
Morfologi

Ukuran Brachionus antara 60 - 80 mikron, sampai 300 mikron. Tubuh Brachionus terdiri dari sekitar 1000 sel yang seharusnya tidak dianggap sebagai tanda-tanda tunggal, tetapi sebuah plasma area. Pertumbuhan hewan ini diyakini sebagai peningkatan plasma dan bukan pembelahan sel.

Epidermis mengandung lapisan padat yaitu protein keratin yang disebut lorika. Bentuk lorika dan penampakan spina (tulang punggung), serta ornamen yang ada membedakan antar spesies. Tubuh Brachionus dibedakan menjadi 3 bagian yaitu kepala, tubuh, dan kaki. Bagian kepala terdapat organ untuk berputar ataukorona yang disebut cilia anular dan memiliki nama asli rotatoria. Bagian depan korona dapat ditarik masuk dan dapat memutar sesuai gerakan air untuk mengambil partikel makanan kecil (terutama alga dan detritus). Bagian tubuh terdiri dan sistem pencemaan, sistem pengeluaran, dan organ genitalia. Karakteristik organ Brachionus adalah mastax (yang dilengkapi dengan bagian yang keras karena kapur disekitar mulut), dimana sangat efektif untuk menggiling partikel yang susah dicerna. Kaki berupa struktur yang dapat ditarik masuk dengan bentuk melingkar tanpa ruas-ruas akhir pada 1 atau 4 jari.

Habitat dan Sifat
Brachionus di alam hidup di perairan telaga, sungai, rawa, maupun danau. Tetapi jumlah yang terbanyak di air pavan. Brachionus terdapat melimpah pada perairan yang kaya nannoplankton dan detritus.

Brachionus bersifat omnivor, jenis makanannya terdiri atas perifiton, nannoplankton, detritus dan semua partikel organik yang sesuai dengan lebar mulutnya. Makanan masuk ke dalam mulutnya dibantu oleh silia yang terletak di sekitar mulut sebelah atas. Makanan dipecah oleh alat disebut trophy. Makanan yang sudah dipecah masuk ke dalam lambung untuk dicerna.

Siklus Hidup
Masa hidup Brachionus antara 3,4 - 4,4 hari pada 25°C. Umumnya larva menjadi dewasa setelah 0,5 - 1,5 hari dan betina mulai menetaskan telur setiap 4 jam sekali betina mampu menghasilkan 10 generasi keturunan sebelum mereka mati. Lama hidup Brachionus betina lebih lama dibandingkan dengan Brachionus jantan. Brachionus betina hidup selama 12 - 19 hari, sedangkan yang jantan berkisar 3 - 6 hari.

Terdapat dua tipe Brachionus betina, yaitu tipe amiktik dan miktik. Satu tipe betina dapat menghasilkan satu tipe telur, yaitu telur amiktik atau miktik. Betina amiktik ialah betina yang menghasilkan telur dan melakukan pembelahan meiosis. Telur amiktik apabila tidak dibuahi menghasilkan telur yang ukurannya kecil. Apabila telur dibuahi, menghasilkan telur yang ukurannya besar yang disebut telur dorman, dengan kulit tebal dan akan berkembang menjadi betina yang bersifat amiktik. Generasi selanjutnya dapat bersifat amiktik atau miktik. Sedangkan betina miktik adalah betina yang menghasilkan telur secara parthenogenesis.

Cara Produksi Massal Rotifera Brachionus
Produksi massal Brachionus sebagai makanan larva melalui reproduksi ainiktik dapat menguntungkan ketika produksi telur istirahat digunakan sebagai bibit. Telur yang istirahat ini sering disebut sebagai kista yang relatif besar (volume mencapai 60 % dari ukuran normal betina dewasa) yang ideal untuk penyimpanan dan transport, serta dapat digunakan sebagai inokulan pada budidaya massal.

Telur yang istirahat akan tenggelam dan dapat dipanen. Pada kasus sampah yang banyak di dasar perairan, pergantian air diperlukan dengan air asin agar telur istirahat dapat mengapung dan dapat dikumpulkan pada permukaan perairan.

Telur istirahat dalam keadaan kering dapat disimpan lebih dan 1 tahun ketika ditempatkan pada air laut, pada suhu 25°C dengan kondisi sinar yang rendah. Telur yang istirahat ini dapat didisinfeksi dengan antibotik dengan dosis yang besar, sehingga Brachionus yang dihasilkan bebas dari bakteri.

Sumber : www.alamikan.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar