Tehnologi budidaya kepiting bakau itu telah diperkenalkan dan dipraktekkan di banyak negara seperti Jepang, Australia, China, India, Sri Langka, Philippina, Malaysia, dan tentu saja Indonesia. Khususnya di Negara kita sendiri, usaha ini masih bersifat kecil-kecilan dan tidak berkesinambungan karena kendala sumber benihnya mengingat di Indonesia belum ada yang mendirikan usaha Panti Pembenihan Kepiting.
Budidaya kepiting dapat dikembangkan melalui beberapa jenis usaha , selain Pembenihan , yaitu :
Pembesaran dari benih menjadi kepiting ukuran konsumsi ;
Penggemukan yaitu memelihara kepiting hasil tangkapan dari alam yang beratnya dibawah standar menjadi ukuran konsumsi ;
Produksi kepiting cangkang lunak yaitu memelihara kepiting yang sudah berukuran konsumsi tetapi bercangkang keras menjadi bercangkang lunak saat ganti kulit;
Produksi kepiting betina yang mengandung telur (matang gonad.).
Tujuan utama dari Budidaya kepiting ialah agar harga jualnya lebih tinggi , sehingga meningkatkan penghasilan nelayan penangkap kepiting. Apabila produk dari budidaya itu dapat meningkatkan ekspor tentu akan menaikkan devisa Negara.
A. Lokasi Budidaya Kepiting
Daerah yang cocok untuk lokasi budidaya kepiting ialah tambak yang bisa untuk budidaya bandeng dan udang. Tambak yang dasarnya berlumpur lebih cocok untuk kepiting. Kadar garam airnya yang optimal berkisar 10-25 ppt . Sifat air lainnya yang cocok adalah : suhu 28-33 oC , pH 7,5 -8,5 dan DO lebih dari 5 ppm.
B. Benih kepiting
Terus terang saja Selama ini dihasilkan dari penangkapan. ukurannya sangat bervariasi. Anakan kepiting yang berukuran berat 30-50 gram dijadikan benih untuk budidaya unit pembesaran .
Kepiting tangkapan yang ukurannya 150-200 gram menjadi benih untuk unit Penggemukan, terdiri dari kepiting jantan dan betina. Kepiting ukuran itu juga dijadikan benih untuk unit produksi cangkang lunak dan juga unit produksi kepiting bertelur, (betina saja.).
Benih kepiting untuk dibesarkan di lokasi lain, diangkut dengan cara yang sama seperti mengangkut kepiting untuk konsumsi. Yaiut diikat capit-capitnya dengan tali , lalu digantungkan terbalik didalam bak atau ember yang diisi air payau. Pedagang biasanya membuat bak untuk penagngkut itu ukuran garis tengah 50 cm. Dapat juga dibuat dari fiber glass berbentuk kotak ukuran 50 x 50 cm , dalam 60 cm.
Bak ukuran itu dapat memuat 150-200 ekor kepiting kecil-kecil berat 20-50 gram/ekor. Selama diangkut, kepiting direndam dalam air payau 10-25 ppt. Pengangkutan selama 7-8 jam , mortalitasnya berkisar 0 -40 %. (Gunarto,1989 dalam Cholik,1991).
C. Tehnik Budidaya Kepiting.
Seperti telah di dokumentasikan oleh Cholik & Hanafi, 1991, Tehnik budidaya kepiting yang dipraktekkan diberbagai daerah di Indonesia, dideskripsikan dibawah ini.
1. Wadah
Wadah untuk memlihara kepiting pembesaran, penggemukan , kepiting bertelur maupun kepiting cangkang lunak, diberbagai daerah dikembangkan sendiri oleh para petani dan nelayan tradisional secara sederhana, disesuaikan dengan kemampuan dan lokasi yang memungkinkan.
1.1. Kotak dari bambu
Wadah penggemukan itu kebanyakan dibuat dari bambu ukuran kotak 2 x 0,5 x 0,2 m .Terbagi menjadi 2 bagian ( lihat gambar). Yang masing-bagian diberi tutup. Ruangan kotak itu disekat-sekat menjadi kotak-kotak kecil masing- masing 30 cm2. cukup untuk diisi dengan 1 ekor kepiting di setiap kotak tersebut. Wadah seperti ini digunakan oleh para nelayan di Cilacap (Jawa Tengah ) dan juga di Bone (Sulawesi Selatan), untuk memelihara kepiting bertelur.
1.2. Kotak plastik
Wadah yang mungkin digunakan juga ialah kotak dari plastic ukuran 60 x 40 x 20 cm. Kotak ini juga di beri sekat-sekat menjadi 9 ruang masing-masing untuk 1 ekor kepiting.
Sistem kotak kecil ( disebut sistem baterei pada kandang ayam!) , ini berarti sangat hemat ruang atau padat penebaran tinggi ,yaitu 40 ekor kepiting per-M2.
Dengan system ini mortalitas hanya 5 % atau kurang, karena kepiting tidak dapat saling menyerang atau memangsa. Menurut Cholik (1991) kematian itu disebabkan oleh kegagalan pada waktu ganti kulit.
Gambar: 7– Kotak bambu terapung sistem baterei .
1.3. Kotak dari jaring (Jaring apung)
Khusus untuk memelihara kepiting, Jaring apung yang dibuat berukuran kecil, 2,5 x 2,5 x 1 m Bingkai diibagian atas dari papan sedikit agak lebar, sedemikian rupa sehingga papan bingkai itu menjorok kedalam , dapat menghalangi kepiting keluar. (lihat gambar : 8 ) dibawah ini. Agar tidak hanyut terbawa arus, setiap sudut diberi jangkar dengan ikatan tali, seperti pada gambar itu.
Gambar::8. Kotak Jaring Apung (menurut Cholik dan Hanafi, 1994)
Metoda pemeliharaan kepiting dilakukan di petak tambak air payau . Petak luasnya 20 x 50 m = 100 m2, petak tambak itu diberi pintu air 2 buah : satu untuk pemasukan air dan satu untuk pembuangan. Didalam petak itu di sekat-sekat menjadi beberapa bagian dengan cara memasang pagar dari bambu. Setiap bagian ukurannya misalnya 5 m x 10 m . dibagian sekeliling pagar bambu dibuat lebih dalam berbentuk saluran keliling (caren ) sedalam 50-60 cm , sedangkan dibagian tengahnya menjadi pelataran yang dapat terendam air sedalam 30-40 cm. (lihat gambar dibawah ini.) Metoda ini dapat ditemui di daerah Kamal, dan Tangerang
1.4. Kotak berpagar tanpa caren
Dapat juga kotak-kotak yang dibuat dengan sekatan pagar bambu di dalam petak tambak, dibuat tanpa caren . Di dalam kotak-itu di bagian dalam pagar, dipasang bambu atau gedek 0,5 -1 m dibawah permukaan air, dimana kepiting dapat berteduh. Seperti di Lukis dibawah ini.. : Gambar: 7 menurut Cholik & Hanafi, 1991.
Gambar:9.Sekat petak tambak dengan pagar bambu.
1.5. Pagar dari jaring dengan pintu air
Pemagaran tambak dapat juga dipakai jaring yang dipasang tegak menggunakan tihang-tihang kayu atau bambu. Pintu air juga dipasang saringan dari kerei bambu , seperti pada gambar: 10, dan tanpa caren dalam pagar itu. Ditengah diberi pelataran terendam air 40-60 cm dimana kepiting mendapatkan makanan alami yang tumbuh disitu..
Gambar: 10 Pagar dari jaring berpintu air
Kotak dengan system pagar itu selain dipasang didalam petak tambak, dapat juga dipasang pada suatu teluk yang dangkal (lihat gambar: 13). Metoda ini dijumpai dipraktekkan petani tambak di Sumatera Utara.
2. Metoda Pemeliharaan Kepiting
Telah diuraikan diatas, bahwa pemeliharaan kepiting dilakukan dengan 4 macam tehnik sesuai dengan tujuan jenis produksinya . Pada bagian ini diuraikan satu persatu.
2.1. Pembesaran Benih
Yang paling banyak dilakukan metoda ini yaitu pembesaran kepiting hasil tangkapan yang masih berukuran kecil ( kurang dari 50 gram) dipelihara menjadi ukuran yang layak di konsumsi yaitu ukuran lebih besar dari 200 gram . Pembudidayaan ini dilakukan secara tradisional yang bersifat ekstentif.
2.2. Tempat Pemeliharaan
Tempat pembesaran ialah tambak yang biasa untuk memelihara bandeng dan udang. Agar kepiting tidak keluar dari tambak, dibuatlah kurungan atau sekeliling tanggul tambak dipasang pagar dari bambu yang cukup rapat.
Luas petak tambak yang dipergunakan untuk memelihara kepiting bervariasi, tergantung dari kepemilikan petani dan kondisi pengirannya dan juga aspek keamanan dipertimbangkan. Namun kisaran luas petak antara 100 m2 sampai 0,5 ha. Petakan yang lebih besar lebih sukar di kelola , misalnya pengaturan air dan biaya pembuatan pagar akan lebih besar, sehingga biaya harus disesuaikan pula dengan kemampuan petani.
Padat penebaran sebaiknya 2 ekor/m2. Derajat kehidupan dipengaruhi oleh kepatan tebar. Karena kepiting bersifat kanibal, semakin padat resiko dimangsa oleh sesamanya semakain besar. Percobaan yang dilakukan menunjukkan bahwa pada padat tebar 1 ekor/m2 derajat kehidupan 77 % ; kepadatan 3 ekor.m2 sintasan 49% dan kepadatan 5 ekor/m2 sintasan hanya 32 % (Gunarto dan Cholik, 1990). Maka disepakati bahwa kepadatan tebar sebaiknya 2 ekor/M2 dimana sintasan dapat dicapai 70 % atau mungkin lebih.
Lama pemeliharaan 3 bulan , dimana dari benih kepiting berat awal 50 gram rata-rata , akan menjadi kepiting dengan berat rata-rata 200 – 300 gram. Ukuran yang umum dipasarkan.
2.2.1. Pakan
Pakan yang diberikan ialah ikan rucah yang harganya murah atau binatang-binatang pengganggu di tambak seperti ular, belut yang dipotong-potong kecil-kecil. Di Negara lain seperti Malaysia dan Philippina , dianjurkan untuk memberi pakan kepiting dengan bahan-bahan buangan dari penyembelihan hewan ( jerohan) ayam, dan ternak lain. Banyaknya ransum 3-5 % berat biomassa kepiting 2-3 kali sehari. Pemberian yang terlalu banyak , pakan akan bersisa dan membusuk dalam tambak sehingga kurang baik akibatnya bagi kepiting. Karena itu petani harus mengamati keadaan mutu air tambak, sehingga bila terjadi hal yang memburuk, dapat dilakukan pergantian air, pada waktu terjadi pasang.
2.2.2. Pemanenan
Pada system pemeliharaan di tambak dengan pagar bambu itu, cara pemanenan Secara sederhana yaitu dimulai dengan membuang sebagian air tambak sampai kedalaman dalam petak 30 cm. Beberapa orang akan turun kedalam tambak membawa keranjang untuk wadah kepiting yang ditangkap dan membawa sebatang bambu . Bambu itu di tancapkan pada dasar tambak, lalu di tangkap oleh kepiting hingga dapat ditangkap dengan tangan saja. Tetapi cara ini sering menyebabkan capitnya lepas, sehingga harga jualnya turun.
Penangkapan secara total biasa dilakukan dengan pengeringan tambak, sehingga kepiting dapat ditangkap dengan seser, dan yang tersembunyi didalam lumpur dapat di juga ditangkap dengan seser dari bambu atau pengki untuk memungkinkan mengeruk lapisan Lumpur tempat kepiting bersembunyi.
2.2.3. Mengikat Kepiting Kepiting mempunyai capit yang kuat, dan anggota badannya mudah putus, sedangkan bila anggota badan tidak lengkap, harga jualnya akan menurun. Karena itu keterampilan cara mengikat kepiting haruslah dipelajari dengan cermat. Dibawah ini disajikan langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mengikat kepiting hidup dengan cara yang baik dan benar, agar kepiting tidak putus angota badan dan orang yang mengikatnya tidak terluka seperti di lukiskankan oleh Rattanachote dan Dangwatanakul ( 1991).
Gambar: 14 - Mengikat Kepiting (Rattanachote & Dangwatanakul , 1991)
2.3. Penggemukan Kepiting
Penggemukan kepiting dilakukan menggunakan wadah berupa kotak dari bambu yang di apungkan d dalam petak tambak. Konstruksi kotak bambu (system) baterai) seperti dibahas pada buti r : 5.1.Setiap kotak kecil diisi seekor kepiting.
Dengan system kotak-kotak kecil ini, sangat hemat dalam pemakaian ruang , dimana jumlah yang dipelihara 40 ekor kepiting per- m2. Lama pemeliharaan penggemukan ini hanya 3-4 minggu. Dari benih awal yang sudah berukuran 150-200 gram/ekor.
2.4. Produksi kepiting cangkang lunak
Kepiting Bakau Oleh para petani di Jawa Barat, kepiting cangkang lunak disebut kepiting “soka”.
Kepiting ini mempunyai sifat secara periodik berganti kulit. Sementara kulitnya lepas, akan diganti dengan kulit baru yang masih lunak untuk beberapa jam lamanya sebelum menjadi keras kembali. Ketika cangkang lunak itu kepiting juga berkesempatan untuk tumbuh membesar.
Frekuensi ganti kulit , pada yang masih muda lebih cepat, semakin tua frekuensinya semakin jarang.
Kepiting yang di pelihara sudah berukuran cukup besar yaitu 150-200 gram /ekor, dan lama pemeliharaan 2-3 minggu saja. Pergantian kulit ini secara alami dirangsang oleh faktor alam yaitu saat air pasang tinggi dari laut masuk . Juga dipengaruhi oleh banyaknya pakan . Karena itu dalam pemeliharaan kepiting harus diberi pakan dalam jumlah cukup , tidak boleh kelaparan.
Bila wadah yang dipergunakan sistem baterei, dimana kepiting seekor dipelihara dalam satu kotak , sehingga tidak saling memangsa, maka derajat kehidupan selalu tinggi bahkan tidak ada yang mati.
Wadah yang digunakan dianjurkan seperti dilukiskan pada butir 5.1. diatas. Jadi sama dengan wadah untuk tujuan Penggemukan kepiting.
2.5. Produksi kepiting bertelur
Para konsumen di restoran-restoran internasional, banyak menggemari kepiting yang mengandung telur. Memang kepiting yang penuh mengandung telur sangat lezat . Telurnya berwarna merah jingga memenuhi seluruh rongga dibawah karapas. Harganya menjadi berlipat 3-4 kali dibanding dengan kepiting yang gemuk tetapi tidak mengandung telur !
Yang dipelihara untuk ini tentu hanya kepiting berjenis kelamin betina saja, dan ukurannya sudah mencapai 200 gram atau lebih. Petunjuk untuk postingan ini telah diterangkan bahwa kepiting betina dapat dipercepat proses pematangan gonadnya dengan cara diablasi salah satu matanya.
Untuk jenis produksi ini , sebaiknya digunakan wadah berupa kotak-kotak dari bambu juga (sistem baterei) dimana seekor kepiting dipelihara di dalam satu kotak seperti digambar dan dijelaskan pada butir 5.1.
Kepiting betina yang dipilih untuk dipelihara ialah yang sudah cukup ukurannya ( dewasa) yaitu 200 gram atau lebih. Tidak ada tanda-tanda berpenyakit.
Mula-mula kepiting betina tsb dipelihara dengan diberi pakan yang bermutu baik yaitu ikan rucah yang segar , juga cumi-cumi dan kerang-kerangan. Bahan pakan itu tentu harganya cukup mahal, tetapi harga produksinya juga mahal, sebagai kepiting bertelur .
Banyaknya ransum 2-3 % berat tubuh kepiting per-hari. Jenis pakan tsb. cara pemberiannya dicuci bersih lebih dahulu , lalu dipotong-potong kecil-kecil agak mudah dimakan oleh kepiting yang memang ukurannya sudah cukup besar. Pakan ini diberikan selang sehari , mengingat kadang didaerah tertentu jenis cumi-cumi dan kerang-kerangn tidak selalu mudah diperoleh dan harganya cukup mahal.
Selain pakan tersebut diatas, kepiting juga dapat diberi pakan berupa pelet kering yang biasa diberikan untuk udang ditambak , yaitu pelet udang klas “grower” (untuk udang yang sedang tumbuh ).Dosis pelet kering itu 2-3 % berat kepiting/hari, yang diberikan 2 kali , pagi dan sore. Malahan pakan pelet itu dapat diberikan sebagai pakan yang utama setiap hari. Kepiting ternyata suka makan pelet kering itu. 3 hari setelah kepiting dipelihara, sehingga sudah cukup beradaptasi, lalu dilakukan ablasi mata.
Kepiting dipegang dengan tehnik khusus agar japit dan anggota tubuh lainnya tidak putus. Biasanya hanya tehnisi yang sudah terampil yang dapat dengan sempurna melakukannya.
Lalu satu mata kepiting itu di potong dengan gunting yang lebih dahulu dipanaskan (dibakar), agar lukanya cepat kering dan tidak mengeluarkan banyak cairan. Selesai ablasi, kepiting di rendam sementara didalam ember yang diisi larutan PK 3 ppm agar tidak infeksi. Setelah di desinfeksi selama 5 menit, kepiting dikembalikan ke dalam kandangnya /kotaknya . Pemeliharaan selanjutnya , berupa pemberian pakan dan pengaturan pengairannya agar menjamin kepiting calon induk tsb. hidup optimal.
Biasanya setelah 3 hari , telur didalam gonadanya sudah mulai tumbuh dan 7 hari gonada sudah berkembang penuh. Tandanya dapat dilihat di bagian belakang tubuhnya di batas antara karapas dengan abdomen yang terlipat itu , mengembang dan berwarna merah -jingga. Maka kepiting ini harus segera di panen dan dijual kepada pemesan.
Kepiting yang bertelur ini sebenarnya merupakan calon induk yang dapat dipelihara di Panti Pembenihan agar menghasilkan anak-anak kepiting. Yaitu sebelum di ablasi , lebih dahulu dikawinkan, agar betina ini mendapat sperma dari pejantannya un tuk fertilisasi telur-telurnya. Namun karena tujuannya untuk konsumsi di restoran, maka tidak perlu dikawinkan lebih dahulu.
Hal yang perlu dijaga oleh setiap petani yang memelihara kepiting, terutama untuk eksport, haruslah menjaga agar anggota badan (kaki-kaki, japit, dll) tidak putus. Karena anggota tubuh yang cacat akan menurunkan nilai jualnya.
Jadi Pada Prinsipnya dalam Usaha Budidaya Kepiting bakau ini, Ada 4 metoda budidaya kepiting menurut Produk yang dihasilkan , yaitu
1. Pembesaran dari benih menjadi kepiting ukuran konsumsi.
2. Penggemukan : kepiting jantan betina agar menjadi lebih gemuk, harga meningkat
3. Produksi kepiting cangkang lunak.
4. Produksi kepiting bertelur.
Lama pemeliharaan, pada no. 1 , 1-2 bulan , tergantung ukuran benih di awal pemeliharaan dan ukuran permintaan pasar/konsumen.
Pada no:2 , hanya 3-4 minggu. Pada no: 3, 3-4 minggu Pada no:4 , 3 minggu sampai 1 bulan.
a. Wadah pemeliharaan ada beberapa macam. Yang paling baik hasilnya ialah system Baterei, berupa kotak dari bambu yang disekat-sekat menjadi kotak-kotak kecil ukuran 30 cm2, masing-masing untuk wadah satu ekor kepiting. Dengan kotak- kecil ini kepiting lebih aman terhadap kanibaisme , ketika sedang dalam kondisi ganti kulit. Sehingga wadah semacam ini menghasilkan derajat kehidupan 95-100%.
b. Wadah berupa jaring apung, dapt digunakan , dengan ukuran 2,5 x 2,5 x 1 m dipasang pada perairan umum , diberi jngkar agar tidak terhanyut oleh arus. Bila dipelihara jantan atau betina saja secara terpisah, akan dapat mengurangi kanibalisme.
c. Tambak bekas memlihara udang dan bandeng, dapat di sekat-sekat dengan kerei bambu yang di tancapkan 20=30 cm kedalam Lumpur agar kepiting tidak lolos. Di bagian tengah kotak di beri pelataran tanah yang lebih tinggi , agar kepiting mencari makan. Sedangkan caren keliling yang agak dalam ( 30-50 cm) kepiting dapat berteduh. Pemeliharaan ini untuk pembesaran dan /atau penggemukan kepiting. Hasilnya mortalitas mencapai 10-20 % karena kanibalisme.
d. Pemeliharaan kepiting didalam pagar (pen culture) dengan pagar bambu itu dapat juga dipasang pada teluk yang dangkal. Biasanya kepiting sebagai benih (diawal pemeliharaan sudah cukup besar (100-150 gram) agar menjadi gemuk sebelum di jual.
e. Wadah pemeliharaan berupa bak dari semen seperti di dalam Panti Pembenihan yang biasanya untuk udang, baik untuk memelihara kepiting calon induk sampai mengandung telur tingkat 2, tetapi tidak sampai memijah. Ini perlu rangsangan pengembangan telur /gonada dengan cara ablasi mata, seperti diterangkan pada Materi Pokok 2. Disini hanya dipelihara kepiting betina saja, pejantan tidak diperlukan karena yang berproduksi telur hanya yang betina saja. Bila dicampur jantan, malahan bisa menyebabkan lebih banyak kematian karena kanibalisme.
Budidaya (pemeliharaan kepiting) kesemuanya memerlukan pemberian pakan yang harus diberikan secara cermat. Pakan harus mencukupi dosisnya yaitu 5-10 % berat kepiting yang dipelihara seluruhnya ( biomassa) per-hari, diberikan 2 kali sehari. Pakan harus dari bahan yang mudah didapat dan harganya tidak mahal, seperti, ikan rucah, kotoran dari penyembelihan hewan, sisa-sisa makanan dari restoran. Bila harga pakan mahal misalnya pelet, tentu tidak menguntungkan bagi petani.
Cara pemanenan kepiting dapat secara serentak (panen total) yaitu mengeringkan seluruh tambak tempat pemeliharaan kepiting. Atau panen secara selektif, bial menggunakan system baterei, dimana kepiting yang bercangkang lunak di panen. Yang lain, dipelihara lebih lanjut sampai ganti kulitnya.
Cara panen sebagian (selektif) juga dilakukan untuk kepiting bertelur. Yang sudah mengandung telur saja yang dipanen. Penanganan kepiting setelah dipanen haruslah dilakukan secara cermat supaya tidak mematahkan kaki-kakinya. Kepiting yang cacat, nilai jualnya akan menurun.
Kepiting yang dipelihara didalam petak tambak yang diberi berpagar, waktu air surut, air didalam petak juga di surutkan sampai tinggal 20 cm. Ketika pasang naik, air di masukkan melalui pintu air, kepiting akan berenang menentang arus air laut yang mengalir masuk. Ini memudahkan pengumpulan kepiting yang berenang menentang arus air itu. Sifat yang berenang menentang arus ini disebut “rheotaxis”.
Kepiting yang ditangkap segera diikat secara sistematik dengan cara ikatan yang benar agar kaki atau capit tidak patah. Hanya orang yang sudah terampil melakukan pengikatan yang berhasil mengerjakannya. Karena itu para peserta kursus harus berlatih mengikat kepiting dengan benar.
Pengangkutan jarak dekat, sampai 2-3 jam perjalanan, kepiting yang sudah diikat dengan benar, digantungkan terbalik dimasukan ke dalam kotak, sepanjang perjalanan harus dipercik dengan air payau, agar tetap basah. Metoda pengangkutan ini dapat berhasil hidup 90 % atau lebih.
Keterangan
Postingan ini di maksudkan sebagai bahan pengetahuan teori dasar bagi para pelaku utama , Pengusaha dan para pemerhati budidaya Kepiting. Kemungkinan besar para pembaca sama sekali belum pernah belajar yang mendalam tentang Budidaya Perikanan pada umumnya dan budidaya kepiting bakau pada khususnya. Namun demikian, para pembaca dan pengguna ini mempunyai minat yang cukup terhadap budidaya perikanan. Oleh karena itu Artikel ini sebagai pengetahuan dasar, haruslah di pelajari dan dipahami secara sungguh-sungguh sebelum yang bersangkutan memulai melakukan budidaya kepiting bakau. Tanpa mempelajari teori sebagai dasar, kiranya mustahil, seseorang akan dapat memulai usaha budidaya kepiting ini.
Juga setelah pelaku budidaya dan pengusaha, memulai usaha ini, tentu secara terus menerus mengingat dasar pengetahuan ini dan juga harus mengikuti perkembangan dan kemajuan tehnologi yang mungkin terjadi dikalangan para pelaku utama budidaya kepiting yang lain dan para peneliti serta akademisi yang pasti melakukan penelitian di bidang budidaya kepiting.
Sangat di anjurkan agar para pelaku budidaya kepiting , mengikuti perkembangan tehnologi budidaya kepiting yang lebih mutahir, yaitu dengan cara menyimak tulisan/publikasi baik berupa karya-karya tulis, seminar, diskusi, maupun publikasi dari media elektronik (inter net) baik siaran yang bersumber di dalam maupun di luar negeri.
Demikianlah , petunjuk singkat ini merupakan pengetahuan awal untuk budidaya kepiting yang merupakan rangkuman dari berbagai hasil penelitian para peneliti/ cendekiawan bidang perikanan yang publikasinya tersebar di berbagai perpustakaan, sehingga ini memudahkan para pemula dalam menimba ilmu khususnya budidaya Kepiting. Semoga Karya tulis ini dapat bermanfaat untuk perkembangan pembangunan Perikanan khususnya Budidaya Perikanan , lebih khusus lagi Budidaya
Untuk diketahui sebagai tambahan
Tambahan 1
1. Tubuh kepiting berkulit/ bercangkang keras terdiri dari zat khitin. Kulit keras itu menghambat pertumbuhan, karena itu Kepiting secara periodic berganti kulit, untuk mendapat kesempatan membesarkan tubuhnya. Bentuk tubuh kepiting tambak dari bagian dorsal (atas) berupa karapas yang membulat , sedangkan bagian kepala dada dan organ tubuh bagian dalam seperti alat pencernaan makanan, alat reproduksi , dsb. berada di dalam/ tertutup oleh karapas tsb. Bagian abdomen berupa segitiga terbentuk dari beberapa ruas , melipat erat dibawah ( bagian ventral) dari tubuhnya. Kaki jalan ke-1 berbentuk capit yang besar . kaki-kaki jalan no 2,3,4 berujung runcing berfungsi untuk berjalan; pasangan kaki jalan nomer 5 , berupa kaki dayung.
2. Pada kepiting jantan abdomen berbentuk segitiga yang sempit; pada betina berupa segitiga yang melebar. Pada betina kaki-kaki renang berbulu sebagai tempat melekatnya telur-telurnya setelah dibuahi, dan yang sedang dieramkan. Pengeraman telur lamanya 10-12 hari , dilakukan olrh induk betina.
3. Tempat hidup atau habitat kepiting bakau ialah wilayah perairan estuaria yaitu hutan bakau, tambak , saluaran dan sungai sampai laut dekat pantai yang berair payau. Adapun wilayah penyebarannya meliputi perairan pantai didaerah Indo-Pasifik, dari pantai timur benua Afrika, sampai kepulauan Polynesia, dari pulau-pulau di Jepang bagian selatan sampai pantai utara benua Australia.
4. Kepiting melakukan perkawinan di perairan estuaria sampai di laut. Telur setelah dibuahi , ditempelkan pada umbai-umbai (bulu-bulu kaki renang dibawah abdomen induk betina. Lama pengeraman telur 10-12 hari, menetas menjadi Pre-zoea yang setelah 30 menit, berubah menjadi Zoea-1 yang hidup planktonis dan makanannya terdiri fitoplankton : Chaetoceros sp. , Tetraselmis sp. dan zooplankton yang ukurannya lebih kecil-kecil : Brachionus sp. dan nauplii Artemia.. Zoea bermetamorfosa setiap 3-4 hari untuk ber-turut-turut menjadi Zoea-2, Zoea-3, Zoea-4 dan Zoea -5. Total lamanya 18-20 hari, berubah menjadi stadia Megalopa. Megalopa berumur 5-7 hari berubah menjadi Crablet , yaitu benih kepiting kecil yang organ tubuhnya sudah menyerupai kepiting besar. Crablet berganti kulit setiap 4-7 hari berganti kulit dan tumbuh menjadi berukuran lebih besar. Pada umur 50-70 hari Crablet sudah dapat di jual sebagai benih kepiting untuk di deder ditempat yang lebih luas.
5. Benih kepiting yang dihasilkan di Panti Pembenihan berupa stadia Crablet berukuran 2-5 cm ( pada umur 50-70 hari) untuk di pelihara di tempat pembesaran hingga bebrapa bulan lamanya menjadi kepiting ukukuran konsumsi dengan berat 150-200 gram atau lebih. Namun sementara ini, benih kepiting hasil tangkapan dari alam, telah berukuran berat 30-50 gram . yang juga dijadikan benih dari awal pemeliharaan pembesaran menjdai kepiting ukuran konsumsi.
Tambahan 2
Calon induk dan induk kepiting dapat diperoleh dari hasil penangkapan di alam. Dengan syarat , anggota badannya utuh tidak ada cacat dan tidak ada penyakit. Calon induk dan induk kepiting dipelihara didalam bak-bak didalam Panti Pembenihan.
Pematangan gonad dilakukan dengan tehnik ablasi satu mata pada kepiting betina . Tehnik ablasi ini mendorong mempercepat proses pematangan gonad pada binatang Krustasea pada umumnya (termasuk udang dan Kepiting). Selain itu, agar proses pematangan gonad berhasil sempurna, harus juga di barengi dengan pemberian pakan yang bernilai gizi sesuai dengan kebutuhan kepiting , dan pengelolaan kualitas air yang sesuai. Telah diketahui juga bahwa bak pemeliharaan induk harus diberi dasar Lumpur agar perkembangan gonad menjadi baik ( telur yang dihasilkan banyak dan kemampuan pertumbuhan larva akan baik).
Induk kepiting setelah diablasi dipelihara di dalam bak yang di beri dasar lapisan Lumpur , kedalaman air 50-80 cm diatas lapisan Lumpur , cukup aerasi dengan 1 batu aerasi per –m2 . Pakan berupa daging cumi-cumi , ikan , kekerangan yang segar dengan dosis ransum 5-10% berat biomassa per-hari yang diberikan 2 kali pagi dan sore. Untuk kelengkapan gizi, dapat diberi pelet kering berkualitas seperti untuk induk udang windu ( kadar protein 40%), sebanyak 2-3 % biomassa per-hari dan diberikan 2-3 kali per-minggu.
Pada Panti Pembenihan, Zoea-1 sampai Zoea 5 diberi pakan berupa fitoplankton (Chaetoceros sp . dan Tetraselmis sp.) dan zooplankton (Brachionus sp. dan nauplii Artemia sp.) semuanya disediakan sebagai kultur di dalam Panti Pembenihan. Stadia Megalopa ukuran lebih besar dan bersifat lebih agresif dan kanibal. Agar mengurangi kematian akibat kanibalsme, bak perlu diberi tempat persembunyian berupa potongan jaring-jaring bekas atau tali rafiah yang dibuat ikatan dan pemberat agar tenggelam sampai dasar bak. Megalopa pakan berukuran lebih besar , maka diberikan Artemia yang ditetaskan umur 5 hari banyaknya pakan sekenyangnya. Setelah Megalopa umur 10 -12 hari akan berubah menjadi Crablet (benih kepiting). Sifatnya hidup didasar (bentik). Pakan berupa cacahan daging ikan, udang atau kerang yang di blender. Sampai kenyang. Umur 50-70 hari benih kepiting dapat dijual untuk dipelihara di pendederan dalam kolam tanah (tambak) atau didalam hapa yang dipasang di dalam petak tambak.
Penanggulangan penyakit diutamakan dengan cara memelihara kebersihan bak dan ruang dan lingkungan Panti Pembenihan. Penularan dari luar di cegah dengan pelaksanaan Cara Budidaya yang Baik dan Bio security. Pemakaian anti biotika telah dilarang penggunaannya karena akan bersifat mengendap didalam Lumpur dan beberapa menyebabkan kanker pada manusia. Dianjurkan pemakaian bahan kimia sebagai disinfeksi yaitu merendam benih dan kepiting yang baru didatangkan dari luar denga larutan PK 2-3 ppm selama 10-15 menit untuk membunuh organisme pemyakit seperti bacteria, jamur, protozoa. Atau sebagai disinfektan juga dapat dipakai larutan formalin 100-200 ppm selam 15-20 menit.
Tambahan 3
1. 4 macam cara budidaya Kepiting dibedakan menurut tujuan produksi yang akan dihasilkan , yaitu :
Pembesaran : dari benih menjadi kepiting ukuran konsumsi (200gram atau lebih)
Penggemukan : kepiting yang masih ukuran cukup besar 100-150 gram, dipelihara 3-4 minggu menjadi kepiting berat 200-300 gram atau lebih, agar harga jualnya lebih tinggi.
Produksi kepiting cangkang lunak (kepiting soka), dari kepiting yang berukuran sudah besar untuk menjadi kepiting yang baru ganti kulit (berkulit lunak). Masa pemeliharaan 3-4 minggu.
Produksi kepiting bertelur . Kepiting betina berukuran 150-200 gram dipelihara kira2 1 bulan , dirangsang perkembangan gonadanya dengan cara ablasi mata, ditunggu 1-2 minggu pasca ablasi agar gonada berkembang . Gonad yang berkembang dapat dilihat dari celah belakang karapas yang berwarna merah dan nampak menggembung penuh telur.
2. Wadah pemeliharaan
Wadah pemeliharaan ada beberapa macam. Yang paling baik hasilnya ialah system Baterei , berupa kotak dari bambu yang disekat-sekat menjadi kotak-kotak kecil ukuran 30 cm2, masing-masing untuk wadah satu ekor kepiting. Dengan kotak- kecil ini kepiting lebih aman terhadap kanibaisme, ketika sedang dalam kondisi ganti kulit. Sehingga wadah semacam ini menghasilkan derajat kehidupan 95-100%.
Wadah berupa jaring apung, dapt digunakan, dengan ukuran 2,5 x 2,5 x 1 m dipasang pada perairan umum, diberi jngkar agar tidak terhanyut oleh arus. Bila dipelihara jantan atau betina saja secara terpisah, akan dapat mengurangi kanibalisme.
Tambak bekas memlihara udang dan bandeng , dapat di sekat-sekat dengan kerei bambu yang di tancapkan 20=30 cm kedalam Lumpur agar kepiting tidak lolos. Di bagian tengah kotak di beri pelataran tanah yang lebih tinggi, agar kepiting mencari makan. Sedangkan caren keliling yang agak dalam ( 30-50 cm) kepiting dapat berteduh.
Pemeliharaan ini untuk pembesaran dan /atau penggemukan kepiting. Hasilnya mortalitas mencapai 10-20 % karena kanibalisme.
Pemeliharaan kepiting didalam pagar (pen culture) dengan pagar bambu itu dapat juga dipasang pada teluk yang dangkal. Biasanya kepiting sebagai benih (diawal pemeliharaan sudah cukup besar (100-150 gram) agar menjadi gemuk sebelum di jual.
Wadah pemeliharaan berupa bak dari semen seperti di dalam Panti Pembenihan yang biasanya untuk udang , baik untuk memelihara kepiting calon induk sampai mengandung telur tingkat 2 , tetapi tidak sampai memijah. Ini perlu rangsangan pengembangan telur /gonada dengan cara ablasi mata, seperti diterangkan pada Materi Pokok 2. Disini hanya dipelihara kepiting betina saja , pejantan tidak diperlukan karena yang berproduksi telur hanya yang betina saja. Bila dicampur jantan , malahan bisa menyebabkan lebih banyak kematian karena kanibalisme.
3. Sampai saat ini Bebeapa hal yang Mungkin di lakukan di Indonesia.
Kendalanya ialah kekurangan benih karena belum ada usaha Panti Pembenihan kepiting Bakau dan selama ini hanya diperoleh dari penangkapan di alam. Juga karena pakan untuk pembesaran kepiting yang terutama terdiri dari ikan rucah, tidak selalu mudah diperoleh dan persaingan dengan keperluan konsumsi lain.
Sumber : http://kabmmu.blogspot.co.id
A. Lokasi Budidaya Kepiting
Daerah yang cocok untuk lokasi budidaya kepiting ialah tambak yang bisa untuk budidaya bandeng dan udang. Tambak yang dasarnya berlumpur lebih cocok untuk kepiting. Kadar garam airnya yang optimal berkisar 10-25 ppt . Sifat air lainnya yang cocok adalah : suhu 28-33 oC , pH 7,5 -8,5 dan DO lebih dari 5 ppm.
B. Benih kepiting
Terus terang saja Selama ini dihasilkan dari penangkapan. ukurannya sangat bervariasi. Anakan kepiting yang berukuran berat 30-50 gram dijadikan benih untuk budidaya unit pembesaran .
Kepiting tangkapan yang ukurannya 150-200 gram menjadi benih untuk unit Penggemukan, terdiri dari kepiting jantan dan betina. Kepiting ukuran itu juga dijadikan benih untuk unit produksi cangkang lunak dan juga unit produksi kepiting bertelur, (betina saja.).
Benih kepiting untuk dibesarkan di lokasi lain, diangkut dengan cara yang sama seperti mengangkut kepiting untuk konsumsi. Yaiut diikat capit-capitnya dengan tali , lalu digantungkan terbalik didalam bak atau ember yang diisi air payau. Pedagang biasanya membuat bak untuk penagngkut itu ukuran garis tengah 50 cm. Dapat juga dibuat dari fiber glass berbentuk kotak ukuran 50 x 50 cm , dalam 60 cm.
Bak ukuran itu dapat memuat 150-200 ekor kepiting kecil-kecil berat 20-50 gram/ekor. Selama diangkut, kepiting direndam dalam air payau 10-25 ppt. Pengangkutan selama 7-8 jam , mortalitasnya berkisar 0 -40 %. (Gunarto,1989 dalam Cholik,1991).
C. Tehnik Budidaya Kepiting.
Seperti telah di dokumentasikan oleh Cholik & Hanafi, 1991, Tehnik budidaya kepiting yang dipraktekkan diberbagai daerah di Indonesia, dideskripsikan dibawah ini.
1. Wadah
Wadah untuk memlihara kepiting pembesaran, penggemukan , kepiting bertelur maupun kepiting cangkang lunak, diberbagai daerah dikembangkan sendiri oleh para petani dan nelayan tradisional secara sederhana, disesuaikan dengan kemampuan dan lokasi yang memungkinkan.
1.1. Kotak dari bambu
Wadah penggemukan itu kebanyakan dibuat dari bambu ukuran kotak 2 x 0,5 x 0,2 m .Terbagi menjadi 2 bagian ( lihat gambar). Yang masing-bagian diberi tutup. Ruangan kotak itu disekat-sekat menjadi kotak-kotak kecil masing- masing 30 cm2. cukup untuk diisi dengan 1 ekor kepiting di setiap kotak tersebut. Wadah seperti ini digunakan oleh para nelayan di Cilacap (Jawa Tengah ) dan juga di Bone (Sulawesi Selatan), untuk memelihara kepiting bertelur.
1.2. Kotak plastik
Wadah yang mungkin digunakan juga ialah kotak dari plastic ukuran 60 x 40 x 20 cm. Kotak ini juga di beri sekat-sekat menjadi 9 ruang masing-masing untuk 1 ekor kepiting.
Sistem kotak kecil ( disebut sistem baterei pada kandang ayam!) , ini berarti sangat hemat ruang atau padat penebaran tinggi ,yaitu 40 ekor kepiting per-M2.
Dengan system ini mortalitas hanya 5 % atau kurang, karena kepiting tidak dapat saling menyerang atau memangsa. Menurut Cholik (1991) kematian itu disebabkan oleh kegagalan pada waktu ganti kulit.
Gambar: 7– Kotak bambu terapung sistem baterei .
1.3. Kotak dari jaring (Jaring apung)
Khusus untuk memelihara kepiting, Jaring apung yang dibuat berukuran kecil, 2,5 x 2,5 x 1 m Bingkai diibagian atas dari papan sedikit agak lebar, sedemikian rupa sehingga papan bingkai itu menjorok kedalam , dapat menghalangi kepiting keluar. (lihat gambar : 8 ) dibawah ini. Agar tidak hanyut terbawa arus, setiap sudut diberi jangkar dengan ikatan tali, seperti pada gambar itu.
Gambar::8. Kotak Jaring Apung (menurut Cholik dan Hanafi, 1994)
Metoda pemeliharaan kepiting dilakukan di petak tambak air payau . Petak luasnya 20 x 50 m = 100 m2, petak tambak itu diberi pintu air 2 buah : satu untuk pemasukan air dan satu untuk pembuangan. Didalam petak itu di sekat-sekat menjadi beberapa bagian dengan cara memasang pagar dari bambu. Setiap bagian ukurannya misalnya 5 m x 10 m . dibagian sekeliling pagar bambu dibuat lebih dalam berbentuk saluran keliling (caren ) sedalam 50-60 cm , sedangkan dibagian tengahnya menjadi pelataran yang dapat terendam air sedalam 30-40 cm. (lihat gambar dibawah ini.) Metoda ini dapat ditemui di daerah Kamal, dan Tangerang
1.4. Kotak berpagar tanpa caren
Dapat juga kotak-kotak yang dibuat dengan sekatan pagar bambu di dalam petak tambak, dibuat tanpa caren . Di dalam kotak-itu di bagian dalam pagar, dipasang bambu atau gedek 0,5 -1 m dibawah permukaan air, dimana kepiting dapat berteduh. Seperti di Lukis dibawah ini.. : Gambar: 7 menurut Cholik & Hanafi, 1991.
Gambar:9.Sekat petak tambak dengan pagar bambu.
1.5. Pagar dari jaring dengan pintu air
Pemagaran tambak dapat juga dipakai jaring yang dipasang tegak menggunakan tihang-tihang kayu atau bambu. Pintu air juga dipasang saringan dari kerei bambu , seperti pada gambar: 10, dan tanpa caren dalam pagar itu. Ditengah diberi pelataran terendam air 40-60 cm dimana kepiting mendapatkan makanan alami yang tumbuh disitu..
Gambar: 10 Pagar dari jaring berpintu air
Kotak dengan system pagar itu selain dipasang didalam petak tambak, dapat juga dipasang pada suatu teluk yang dangkal (lihat gambar: 13). Metoda ini dijumpai dipraktekkan petani tambak di Sumatera Utara.
2. Metoda Pemeliharaan Kepiting
Telah diuraikan diatas, bahwa pemeliharaan kepiting dilakukan dengan 4 macam tehnik sesuai dengan tujuan jenis produksinya . Pada bagian ini diuraikan satu persatu.
2.1. Pembesaran Benih
Yang paling banyak dilakukan metoda ini yaitu pembesaran kepiting hasil tangkapan yang masih berukuran kecil ( kurang dari 50 gram) dipelihara menjadi ukuran yang layak di konsumsi yaitu ukuran lebih besar dari 200 gram . Pembudidayaan ini dilakukan secara tradisional yang bersifat ekstentif.
2.2. Tempat Pemeliharaan
Tempat pembesaran ialah tambak yang biasa untuk memelihara bandeng dan udang. Agar kepiting tidak keluar dari tambak, dibuatlah kurungan atau sekeliling tanggul tambak dipasang pagar dari bambu yang cukup rapat.
Luas petak tambak yang dipergunakan untuk memelihara kepiting bervariasi, tergantung dari kepemilikan petani dan kondisi pengirannya dan juga aspek keamanan dipertimbangkan. Namun kisaran luas petak antara 100 m2 sampai 0,5 ha. Petakan yang lebih besar lebih sukar di kelola , misalnya pengaturan air dan biaya pembuatan pagar akan lebih besar, sehingga biaya harus disesuaikan pula dengan kemampuan petani.
Padat penebaran sebaiknya 2 ekor/m2. Derajat kehidupan dipengaruhi oleh kepatan tebar. Karena kepiting bersifat kanibal, semakin padat resiko dimangsa oleh sesamanya semakain besar. Percobaan yang dilakukan menunjukkan bahwa pada padat tebar 1 ekor/m2 derajat kehidupan 77 % ; kepadatan 3 ekor.m2 sintasan 49% dan kepadatan 5 ekor/m2 sintasan hanya 32 % (Gunarto dan Cholik, 1990). Maka disepakati bahwa kepadatan tebar sebaiknya 2 ekor/M2 dimana sintasan dapat dicapai 70 % atau mungkin lebih.
Lama pemeliharaan 3 bulan , dimana dari benih kepiting berat awal 50 gram rata-rata , akan menjadi kepiting dengan berat rata-rata 200 – 300 gram. Ukuran yang umum dipasarkan.
2.2.1. Pakan
Pakan yang diberikan ialah ikan rucah yang harganya murah atau binatang-binatang pengganggu di tambak seperti ular, belut yang dipotong-potong kecil-kecil. Di Negara lain seperti Malaysia dan Philippina , dianjurkan untuk memberi pakan kepiting dengan bahan-bahan buangan dari penyembelihan hewan ( jerohan) ayam, dan ternak lain. Banyaknya ransum 3-5 % berat biomassa kepiting 2-3 kali sehari. Pemberian yang terlalu banyak , pakan akan bersisa dan membusuk dalam tambak sehingga kurang baik akibatnya bagi kepiting. Karena itu petani harus mengamati keadaan mutu air tambak, sehingga bila terjadi hal yang memburuk, dapat dilakukan pergantian air, pada waktu terjadi pasang.
2.2.2. Pemanenan
Pada system pemeliharaan di tambak dengan pagar bambu itu, cara pemanenan Secara sederhana yaitu dimulai dengan membuang sebagian air tambak sampai kedalaman dalam petak 30 cm. Beberapa orang akan turun kedalam tambak membawa keranjang untuk wadah kepiting yang ditangkap dan membawa sebatang bambu . Bambu itu di tancapkan pada dasar tambak, lalu di tangkap oleh kepiting hingga dapat ditangkap dengan tangan saja. Tetapi cara ini sering menyebabkan capitnya lepas, sehingga harga jualnya turun.
Penangkapan secara total biasa dilakukan dengan pengeringan tambak, sehingga kepiting dapat ditangkap dengan seser, dan yang tersembunyi didalam lumpur dapat di juga ditangkap dengan seser dari bambu atau pengki untuk memungkinkan mengeruk lapisan Lumpur tempat kepiting bersembunyi.
2.2.3. Mengikat Kepiting Kepiting mempunyai capit yang kuat, dan anggota badannya mudah putus, sedangkan bila anggota badan tidak lengkap, harga jualnya akan menurun. Karena itu keterampilan cara mengikat kepiting haruslah dipelajari dengan cermat. Dibawah ini disajikan langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mengikat kepiting hidup dengan cara yang baik dan benar, agar kepiting tidak putus angota badan dan orang yang mengikatnya tidak terluka seperti di lukiskankan oleh Rattanachote dan Dangwatanakul ( 1991).
Gambar: 14 - Mengikat Kepiting (Rattanachote & Dangwatanakul , 1991)
2.3. Penggemukan Kepiting
Penggemukan kepiting dilakukan menggunakan wadah berupa kotak dari bambu yang di apungkan d dalam petak tambak. Konstruksi kotak bambu (system) baterai) seperti dibahas pada buti r : 5.1.Setiap kotak kecil diisi seekor kepiting.
Dengan system kotak-kotak kecil ini, sangat hemat dalam pemakaian ruang , dimana jumlah yang dipelihara 40 ekor kepiting per- m2. Lama pemeliharaan penggemukan ini hanya 3-4 minggu. Dari benih awal yang sudah berukuran 150-200 gram/ekor.
2.4. Produksi kepiting cangkang lunak
Kepiting Bakau Oleh para petani di Jawa Barat, kepiting cangkang lunak disebut kepiting “soka”.
Kepiting ini mempunyai sifat secara periodik berganti kulit. Sementara kulitnya lepas, akan diganti dengan kulit baru yang masih lunak untuk beberapa jam lamanya sebelum menjadi keras kembali. Ketika cangkang lunak itu kepiting juga berkesempatan untuk tumbuh membesar.
Frekuensi ganti kulit , pada yang masih muda lebih cepat, semakin tua frekuensinya semakin jarang.
Kepiting yang di pelihara sudah berukuran cukup besar yaitu 150-200 gram /ekor, dan lama pemeliharaan 2-3 minggu saja. Pergantian kulit ini secara alami dirangsang oleh faktor alam yaitu saat air pasang tinggi dari laut masuk . Juga dipengaruhi oleh banyaknya pakan . Karena itu dalam pemeliharaan kepiting harus diberi pakan dalam jumlah cukup , tidak boleh kelaparan.
Bila wadah yang dipergunakan sistem baterei, dimana kepiting seekor dipelihara dalam satu kotak , sehingga tidak saling memangsa, maka derajat kehidupan selalu tinggi bahkan tidak ada yang mati.
Wadah yang digunakan dianjurkan seperti dilukiskan pada butir 5.1. diatas. Jadi sama dengan wadah untuk tujuan Penggemukan kepiting.
2.5. Produksi kepiting bertelur
Para konsumen di restoran-restoran internasional, banyak menggemari kepiting yang mengandung telur. Memang kepiting yang penuh mengandung telur sangat lezat . Telurnya berwarna merah jingga memenuhi seluruh rongga dibawah karapas. Harganya menjadi berlipat 3-4 kali dibanding dengan kepiting yang gemuk tetapi tidak mengandung telur !
Yang dipelihara untuk ini tentu hanya kepiting berjenis kelamin betina saja, dan ukurannya sudah mencapai 200 gram atau lebih. Petunjuk untuk postingan ini telah diterangkan bahwa kepiting betina dapat dipercepat proses pematangan gonadnya dengan cara diablasi salah satu matanya.
Untuk jenis produksi ini , sebaiknya digunakan wadah berupa kotak-kotak dari bambu juga (sistem baterei) dimana seekor kepiting dipelihara di dalam satu kotak seperti digambar dan dijelaskan pada butir 5.1.
Kepiting betina yang dipilih untuk dipelihara ialah yang sudah cukup ukurannya ( dewasa) yaitu 200 gram atau lebih. Tidak ada tanda-tanda berpenyakit.
Mula-mula kepiting betina tsb dipelihara dengan diberi pakan yang bermutu baik yaitu ikan rucah yang segar , juga cumi-cumi dan kerang-kerangan. Bahan pakan itu tentu harganya cukup mahal, tetapi harga produksinya juga mahal, sebagai kepiting bertelur .
Banyaknya ransum 2-3 % berat tubuh kepiting per-hari. Jenis pakan tsb. cara pemberiannya dicuci bersih lebih dahulu , lalu dipotong-potong kecil-kecil agak mudah dimakan oleh kepiting yang memang ukurannya sudah cukup besar. Pakan ini diberikan selang sehari , mengingat kadang didaerah tertentu jenis cumi-cumi dan kerang-kerangn tidak selalu mudah diperoleh dan harganya cukup mahal.
Selain pakan tersebut diatas, kepiting juga dapat diberi pakan berupa pelet kering yang biasa diberikan untuk udang ditambak , yaitu pelet udang klas “grower” (untuk udang yang sedang tumbuh ).Dosis pelet kering itu 2-3 % berat kepiting/hari, yang diberikan 2 kali , pagi dan sore. Malahan pakan pelet itu dapat diberikan sebagai pakan yang utama setiap hari. Kepiting ternyata suka makan pelet kering itu. 3 hari setelah kepiting dipelihara, sehingga sudah cukup beradaptasi, lalu dilakukan ablasi mata.
Kepiting dipegang dengan tehnik khusus agar japit dan anggota tubuh lainnya tidak putus. Biasanya hanya tehnisi yang sudah terampil yang dapat dengan sempurna melakukannya.
Lalu satu mata kepiting itu di potong dengan gunting yang lebih dahulu dipanaskan (dibakar), agar lukanya cepat kering dan tidak mengeluarkan banyak cairan. Selesai ablasi, kepiting di rendam sementara didalam ember yang diisi larutan PK 3 ppm agar tidak infeksi. Setelah di desinfeksi selama 5 menit, kepiting dikembalikan ke dalam kandangnya /kotaknya . Pemeliharaan selanjutnya , berupa pemberian pakan dan pengaturan pengairannya agar menjamin kepiting calon induk tsb. hidup optimal.
Biasanya setelah 3 hari , telur didalam gonadanya sudah mulai tumbuh dan 7 hari gonada sudah berkembang penuh. Tandanya dapat dilihat di bagian belakang tubuhnya di batas antara karapas dengan abdomen yang terlipat itu , mengembang dan berwarna merah -jingga. Maka kepiting ini harus segera di panen dan dijual kepada pemesan.
Kepiting yang bertelur ini sebenarnya merupakan calon induk yang dapat dipelihara di Panti Pembenihan agar menghasilkan anak-anak kepiting. Yaitu sebelum di ablasi , lebih dahulu dikawinkan, agar betina ini mendapat sperma dari pejantannya un tuk fertilisasi telur-telurnya. Namun karena tujuannya untuk konsumsi di restoran, maka tidak perlu dikawinkan lebih dahulu.
Hal yang perlu dijaga oleh setiap petani yang memelihara kepiting, terutama untuk eksport, haruslah menjaga agar anggota badan (kaki-kaki, japit, dll) tidak putus. Karena anggota tubuh yang cacat akan menurunkan nilai jualnya.
Jadi Pada Prinsipnya dalam Usaha Budidaya Kepiting bakau ini, Ada 4 metoda budidaya kepiting menurut Produk yang dihasilkan , yaitu
1. Pembesaran dari benih menjadi kepiting ukuran konsumsi.
2. Penggemukan : kepiting jantan betina agar menjadi lebih gemuk, harga meningkat
3. Produksi kepiting cangkang lunak.
4. Produksi kepiting bertelur.
Lama pemeliharaan, pada no. 1 , 1-2 bulan , tergantung ukuran benih di awal pemeliharaan dan ukuran permintaan pasar/konsumen.
Pada no:2 , hanya 3-4 minggu. Pada no: 3, 3-4 minggu Pada no:4 , 3 minggu sampai 1 bulan.
a. Wadah pemeliharaan ada beberapa macam. Yang paling baik hasilnya ialah system Baterei, berupa kotak dari bambu yang disekat-sekat menjadi kotak-kotak kecil ukuran 30 cm2, masing-masing untuk wadah satu ekor kepiting. Dengan kotak- kecil ini kepiting lebih aman terhadap kanibaisme , ketika sedang dalam kondisi ganti kulit. Sehingga wadah semacam ini menghasilkan derajat kehidupan 95-100%.
b. Wadah berupa jaring apung, dapt digunakan , dengan ukuran 2,5 x 2,5 x 1 m dipasang pada perairan umum , diberi jngkar agar tidak terhanyut oleh arus. Bila dipelihara jantan atau betina saja secara terpisah, akan dapat mengurangi kanibalisme.
c. Tambak bekas memlihara udang dan bandeng, dapat di sekat-sekat dengan kerei bambu yang di tancapkan 20=30 cm kedalam Lumpur agar kepiting tidak lolos. Di bagian tengah kotak di beri pelataran tanah yang lebih tinggi , agar kepiting mencari makan. Sedangkan caren keliling yang agak dalam ( 30-50 cm) kepiting dapat berteduh. Pemeliharaan ini untuk pembesaran dan /atau penggemukan kepiting. Hasilnya mortalitas mencapai 10-20 % karena kanibalisme.
d. Pemeliharaan kepiting didalam pagar (pen culture) dengan pagar bambu itu dapat juga dipasang pada teluk yang dangkal. Biasanya kepiting sebagai benih (diawal pemeliharaan sudah cukup besar (100-150 gram) agar menjadi gemuk sebelum di jual.
e. Wadah pemeliharaan berupa bak dari semen seperti di dalam Panti Pembenihan yang biasanya untuk udang, baik untuk memelihara kepiting calon induk sampai mengandung telur tingkat 2, tetapi tidak sampai memijah. Ini perlu rangsangan pengembangan telur /gonada dengan cara ablasi mata, seperti diterangkan pada Materi Pokok 2. Disini hanya dipelihara kepiting betina saja, pejantan tidak diperlukan karena yang berproduksi telur hanya yang betina saja. Bila dicampur jantan, malahan bisa menyebabkan lebih banyak kematian karena kanibalisme.
Budidaya (pemeliharaan kepiting) kesemuanya memerlukan pemberian pakan yang harus diberikan secara cermat. Pakan harus mencukupi dosisnya yaitu 5-10 % berat kepiting yang dipelihara seluruhnya ( biomassa) per-hari, diberikan 2 kali sehari. Pakan harus dari bahan yang mudah didapat dan harganya tidak mahal, seperti, ikan rucah, kotoran dari penyembelihan hewan, sisa-sisa makanan dari restoran. Bila harga pakan mahal misalnya pelet, tentu tidak menguntungkan bagi petani.
Cara pemanenan kepiting dapat secara serentak (panen total) yaitu mengeringkan seluruh tambak tempat pemeliharaan kepiting. Atau panen secara selektif, bial menggunakan system baterei, dimana kepiting yang bercangkang lunak di panen. Yang lain, dipelihara lebih lanjut sampai ganti kulitnya.
Cara panen sebagian (selektif) juga dilakukan untuk kepiting bertelur. Yang sudah mengandung telur saja yang dipanen. Penanganan kepiting setelah dipanen haruslah dilakukan secara cermat supaya tidak mematahkan kaki-kakinya. Kepiting yang cacat, nilai jualnya akan menurun.
Kepiting yang dipelihara didalam petak tambak yang diberi berpagar, waktu air surut, air didalam petak juga di surutkan sampai tinggal 20 cm. Ketika pasang naik, air di masukkan melalui pintu air, kepiting akan berenang menentang arus air laut yang mengalir masuk. Ini memudahkan pengumpulan kepiting yang berenang menentang arus air itu. Sifat yang berenang menentang arus ini disebut “rheotaxis”.
Kepiting yang ditangkap segera diikat secara sistematik dengan cara ikatan yang benar agar kaki atau capit tidak patah. Hanya orang yang sudah terampil melakukan pengikatan yang berhasil mengerjakannya. Karena itu para peserta kursus harus berlatih mengikat kepiting dengan benar.
Pengangkutan jarak dekat, sampai 2-3 jam perjalanan, kepiting yang sudah diikat dengan benar, digantungkan terbalik dimasukan ke dalam kotak, sepanjang perjalanan harus dipercik dengan air payau, agar tetap basah. Metoda pengangkutan ini dapat berhasil hidup 90 % atau lebih.
Keterangan
Postingan ini di maksudkan sebagai bahan pengetahuan teori dasar bagi para pelaku utama , Pengusaha dan para pemerhati budidaya Kepiting. Kemungkinan besar para pembaca sama sekali belum pernah belajar yang mendalam tentang Budidaya Perikanan pada umumnya dan budidaya kepiting bakau pada khususnya. Namun demikian, para pembaca dan pengguna ini mempunyai minat yang cukup terhadap budidaya perikanan. Oleh karena itu Artikel ini sebagai pengetahuan dasar, haruslah di pelajari dan dipahami secara sungguh-sungguh sebelum yang bersangkutan memulai melakukan budidaya kepiting bakau. Tanpa mempelajari teori sebagai dasar, kiranya mustahil, seseorang akan dapat memulai usaha budidaya kepiting ini.
Juga setelah pelaku budidaya dan pengusaha, memulai usaha ini, tentu secara terus menerus mengingat dasar pengetahuan ini dan juga harus mengikuti perkembangan dan kemajuan tehnologi yang mungkin terjadi dikalangan para pelaku utama budidaya kepiting yang lain dan para peneliti serta akademisi yang pasti melakukan penelitian di bidang budidaya kepiting.
Sangat di anjurkan agar para pelaku budidaya kepiting , mengikuti perkembangan tehnologi budidaya kepiting yang lebih mutahir, yaitu dengan cara menyimak tulisan/publikasi baik berupa karya-karya tulis, seminar, diskusi, maupun publikasi dari media elektronik (inter net) baik siaran yang bersumber di dalam maupun di luar negeri.
Demikianlah , petunjuk singkat ini merupakan pengetahuan awal untuk budidaya kepiting yang merupakan rangkuman dari berbagai hasil penelitian para peneliti/ cendekiawan bidang perikanan yang publikasinya tersebar di berbagai perpustakaan, sehingga ini memudahkan para pemula dalam menimba ilmu khususnya budidaya Kepiting. Semoga Karya tulis ini dapat bermanfaat untuk perkembangan pembangunan Perikanan khususnya Budidaya Perikanan , lebih khusus lagi Budidaya
Untuk diketahui sebagai tambahan
Tambahan 1
1. Tubuh kepiting berkulit/ bercangkang keras terdiri dari zat khitin. Kulit keras itu menghambat pertumbuhan, karena itu Kepiting secara periodic berganti kulit, untuk mendapat kesempatan membesarkan tubuhnya. Bentuk tubuh kepiting tambak dari bagian dorsal (atas) berupa karapas yang membulat , sedangkan bagian kepala dada dan organ tubuh bagian dalam seperti alat pencernaan makanan, alat reproduksi , dsb. berada di dalam/ tertutup oleh karapas tsb. Bagian abdomen berupa segitiga terbentuk dari beberapa ruas , melipat erat dibawah ( bagian ventral) dari tubuhnya. Kaki jalan ke-1 berbentuk capit yang besar . kaki-kaki jalan no 2,3,4 berujung runcing berfungsi untuk berjalan; pasangan kaki jalan nomer 5 , berupa kaki dayung.
2. Pada kepiting jantan abdomen berbentuk segitiga yang sempit; pada betina berupa segitiga yang melebar. Pada betina kaki-kaki renang berbulu sebagai tempat melekatnya telur-telurnya setelah dibuahi, dan yang sedang dieramkan. Pengeraman telur lamanya 10-12 hari , dilakukan olrh induk betina.
3. Tempat hidup atau habitat kepiting bakau ialah wilayah perairan estuaria yaitu hutan bakau, tambak , saluaran dan sungai sampai laut dekat pantai yang berair payau. Adapun wilayah penyebarannya meliputi perairan pantai didaerah Indo-Pasifik, dari pantai timur benua Afrika, sampai kepulauan Polynesia, dari pulau-pulau di Jepang bagian selatan sampai pantai utara benua Australia.
4. Kepiting melakukan perkawinan di perairan estuaria sampai di laut. Telur setelah dibuahi , ditempelkan pada umbai-umbai (bulu-bulu kaki renang dibawah abdomen induk betina. Lama pengeraman telur 10-12 hari, menetas menjadi Pre-zoea yang setelah 30 menit, berubah menjadi Zoea-1 yang hidup planktonis dan makanannya terdiri fitoplankton : Chaetoceros sp. , Tetraselmis sp. dan zooplankton yang ukurannya lebih kecil-kecil : Brachionus sp. dan nauplii Artemia.. Zoea bermetamorfosa setiap 3-4 hari untuk ber-turut-turut menjadi Zoea-2, Zoea-3, Zoea-4 dan Zoea -5. Total lamanya 18-20 hari, berubah menjadi stadia Megalopa. Megalopa berumur 5-7 hari berubah menjadi Crablet , yaitu benih kepiting kecil yang organ tubuhnya sudah menyerupai kepiting besar. Crablet berganti kulit setiap 4-7 hari berganti kulit dan tumbuh menjadi berukuran lebih besar. Pada umur 50-70 hari Crablet sudah dapat di jual sebagai benih kepiting untuk di deder ditempat yang lebih luas.
5. Benih kepiting yang dihasilkan di Panti Pembenihan berupa stadia Crablet berukuran 2-5 cm ( pada umur 50-70 hari) untuk di pelihara di tempat pembesaran hingga bebrapa bulan lamanya menjadi kepiting ukukuran konsumsi dengan berat 150-200 gram atau lebih. Namun sementara ini, benih kepiting hasil tangkapan dari alam, telah berukuran berat 30-50 gram . yang juga dijadikan benih dari awal pemeliharaan pembesaran menjdai kepiting ukuran konsumsi.
Tambahan 2
Calon induk dan induk kepiting dapat diperoleh dari hasil penangkapan di alam. Dengan syarat , anggota badannya utuh tidak ada cacat dan tidak ada penyakit. Calon induk dan induk kepiting dipelihara didalam bak-bak didalam Panti Pembenihan.
Pematangan gonad dilakukan dengan tehnik ablasi satu mata pada kepiting betina . Tehnik ablasi ini mendorong mempercepat proses pematangan gonad pada binatang Krustasea pada umumnya (termasuk udang dan Kepiting). Selain itu, agar proses pematangan gonad berhasil sempurna, harus juga di barengi dengan pemberian pakan yang bernilai gizi sesuai dengan kebutuhan kepiting , dan pengelolaan kualitas air yang sesuai. Telah diketahui juga bahwa bak pemeliharaan induk harus diberi dasar Lumpur agar perkembangan gonad menjadi baik ( telur yang dihasilkan banyak dan kemampuan pertumbuhan larva akan baik).
Induk kepiting setelah diablasi dipelihara di dalam bak yang di beri dasar lapisan Lumpur , kedalaman air 50-80 cm diatas lapisan Lumpur , cukup aerasi dengan 1 batu aerasi per –m2 . Pakan berupa daging cumi-cumi , ikan , kekerangan yang segar dengan dosis ransum 5-10% berat biomassa per-hari yang diberikan 2 kali pagi dan sore. Untuk kelengkapan gizi, dapat diberi pelet kering berkualitas seperti untuk induk udang windu ( kadar protein 40%), sebanyak 2-3 % biomassa per-hari dan diberikan 2-3 kali per-minggu.
Pada Panti Pembenihan, Zoea-1 sampai Zoea 5 diberi pakan berupa fitoplankton (Chaetoceros sp . dan Tetraselmis sp.) dan zooplankton (Brachionus sp. dan nauplii Artemia sp.) semuanya disediakan sebagai kultur di dalam Panti Pembenihan. Stadia Megalopa ukuran lebih besar dan bersifat lebih agresif dan kanibal. Agar mengurangi kematian akibat kanibalsme, bak perlu diberi tempat persembunyian berupa potongan jaring-jaring bekas atau tali rafiah yang dibuat ikatan dan pemberat agar tenggelam sampai dasar bak. Megalopa pakan berukuran lebih besar , maka diberikan Artemia yang ditetaskan umur 5 hari banyaknya pakan sekenyangnya. Setelah Megalopa umur 10 -12 hari akan berubah menjadi Crablet (benih kepiting). Sifatnya hidup didasar (bentik). Pakan berupa cacahan daging ikan, udang atau kerang yang di blender. Sampai kenyang. Umur 50-70 hari benih kepiting dapat dijual untuk dipelihara di pendederan dalam kolam tanah (tambak) atau didalam hapa yang dipasang di dalam petak tambak.
Penanggulangan penyakit diutamakan dengan cara memelihara kebersihan bak dan ruang dan lingkungan Panti Pembenihan. Penularan dari luar di cegah dengan pelaksanaan Cara Budidaya yang Baik dan Bio security. Pemakaian anti biotika telah dilarang penggunaannya karena akan bersifat mengendap didalam Lumpur dan beberapa menyebabkan kanker pada manusia. Dianjurkan pemakaian bahan kimia sebagai disinfeksi yaitu merendam benih dan kepiting yang baru didatangkan dari luar denga larutan PK 2-3 ppm selama 10-15 menit untuk membunuh organisme pemyakit seperti bacteria, jamur, protozoa. Atau sebagai disinfektan juga dapat dipakai larutan formalin 100-200 ppm selam 15-20 menit.
Tambahan 3
1. 4 macam cara budidaya Kepiting dibedakan menurut tujuan produksi yang akan dihasilkan , yaitu :
Pembesaran : dari benih menjadi kepiting ukuran konsumsi (200gram atau lebih)
Penggemukan : kepiting yang masih ukuran cukup besar 100-150 gram, dipelihara 3-4 minggu menjadi kepiting berat 200-300 gram atau lebih, agar harga jualnya lebih tinggi.
Produksi kepiting cangkang lunak (kepiting soka), dari kepiting yang berukuran sudah besar untuk menjadi kepiting yang baru ganti kulit (berkulit lunak). Masa pemeliharaan 3-4 minggu.
Produksi kepiting bertelur . Kepiting betina berukuran 150-200 gram dipelihara kira2 1 bulan , dirangsang perkembangan gonadanya dengan cara ablasi mata, ditunggu 1-2 minggu pasca ablasi agar gonada berkembang . Gonad yang berkembang dapat dilihat dari celah belakang karapas yang berwarna merah dan nampak menggembung penuh telur.
2. Wadah pemeliharaan
Wadah pemeliharaan ada beberapa macam. Yang paling baik hasilnya ialah system Baterei , berupa kotak dari bambu yang disekat-sekat menjadi kotak-kotak kecil ukuran 30 cm2, masing-masing untuk wadah satu ekor kepiting. Dengan kotak- kecil ini kepiting lebih aman terhadap kanibaisme, ketika sedang dalam kondisi ganti kulit. Sehingga wadah semacam ini menghasilkan derajat kehidupan 95-100%.
Wadah berupa jaring apung, dapt digunakan, dengan ukuran 2,5 x 2,5 x 1 m dipasang pada perairan umum, diberi jngkar agar tidak terhanyut oleh arus. Bila dipelihara jantan atau betina saja secara terpisah, akan dapat mengurangi kanibalisme.
Tambak bekas memlihara udang dan bandeng , dapat di sekat-sekat dengan kerei bambu yang di tancapkan 20=30 cm kedalam Lumpur agar kepiting tidak lolos. Di bagian tengah kotak di beri pelataran tanah yang lebih tinggi, agar kepiting mencari makan. Sedangkan caren keliling yang agak dalam ( 30-50 cm) kepiting dapat berteduh.
Pemeliharaan ini untuk pembesaran dan /atau penggemukan kepiting. Hasilnya mortalitas mencapai 10-20 % karena kanibalisme.
Pemeliharaan kepiting didalam pagar (pen culture) dengan pagar bambu itu dapat juga dipasang pada teluk yang dangkal. Biasanya kepiting sebagai benih (diawal pemeliharaan sudah cukup besar (100-150 gram) agar menjadi gemuk sebelum di jual.
Wadah pemeliharaan berupa bak dari semen seperti di dalam Panti Pembenihan yang biasanya untuk udang , baik untuk memelihara kepiting calon induk sampai mengandung telur tingkat 2 , tetapi tidak sampai memijah. Ini perlu rangsangan pengembangan telur /gonada dengan cara ablasi mata, seperti diterangkan pada Materi Pokok 2. Disini hanya dipelihara kepiting betina saja , pejantan tidak diperlukan karena yang berproduksi telur hanya yang betina saja. Bila dicampur jantan , malahan bisa menyebabkan lebih banyak kematian karena kanibalisme.
3. Sampai saat ini Bebeapa hal yang Mungkin di lakukan di Indonesia.
Kendalanya ialah kekurangan benih karena belum ada usaha Panti Pembenihan kepiting Bakau dan selama ini hanya diperoleh dari penangkapan di alam. Juga karena pakan untuk pembesaran kepiting yang terutama terdiri dari ikan rucah, tidak selalu mudah diperoleh dan persaingan dengan keperluan konsumsi lain.
Sumber : http://kabmmu.blogspot.co.id
sangat bermanfaat, ingin juga mencoba budidaya kepiting bakau, trims bung
BalasHapushttp://kolamku.blogspot.com