Untuk mengatasi kelangkaan akibat permintaan yang terus meningkat tersebut maka solusi yang paling tepat adalah membudidayakan ikan tersebut. Budidaya pada dasarnya merupakan usaha unuk memperbanyak suatu individu atau organisme dengan menerapkan beberapa kegiatan yang mendukung berhasilnya budidaya tersebut. Sedangkan kegiatan budidaya perikanan merupakan usaha manusia untuk mengelola faktor-faktor budidaya, hama, dan penyakit organisme budidaya serta dapat memproduksi organisme yang dibudidayakan.
Buidaya ikan bandeng sudah lama dikenal oleh petani dan saat ini sudah berkembang hampir diseluruh wilayah perairan indonesia dengan memanfaatkan perairan payau dan pasang surut. Teknologi budidaya ikan ini juga sudah mulai mengalami perkembangan yang sangat pesat mulai dari pemeliharaan yang traisional yang hanya mengandalakan pasokan benih dari alam pada saat terjadinya pasang sampai ke teknologi intensif yang membutuhkan penyediaan benih, penelolaan air, dan pakan secara terencana. Ikan bandeng merupakan yang mempunyai keunggulan ketika dibudidaya seperti mudah dalam pemeliharaan dan tidak rentan terhadap penyakit.
Kegiatan budidaya ikan bandeng pada tambak meliputi dua tahapan yaitu pendederan dan pembesaraan baik untuk umpan maupun sebagai ikan konsumsi. Pada setiap tahap diperlukan beberapa kegiatan seperti pemeberantasan hama, pengendalian penyakit ikan, pengolahan tanah dasar, dan perbaikan pematang. Kelalaian pada persiapan tambak dapat menurunkan hasil panen, sehingga perlu adanya keseriusan dalam usaha budidaya ikan bandeng (Rangka dan Asaad 2010).
Namun faktor yang membuat para petani budidaya ikan bandeng resah adalah hama dan penyakit yang menyerang ikan bandeng tersebut. Hama dapat dapat dikendalikan di awal pembuatan lahan budidaya dengan cara pengeringan tanah dasar lahan. Pengeringan dasar lahan bertujuan untuk membunuh hama dan penyakit yang ada di dasar. Pengeringan dilakukan dengan cara membuang semua air yang ada dilahan dan dilakukan penjemuran. Selama penjemuran tersebut dapat dilakukan pengolahan tanah seperti pencangkulan dan lain lain dan dikeringkan selama 3-5 hari sampai tanah benar- benar mengering. Selain itu bisa dilakukan pengapuran yang bertujuan untuk memberantas hama penyakit. Selain itu pengapuran dapat mempertahankan derajat keasam (pH) air lahan dan meningkatkan kesuburan dasar lahan (Rangka dan Asaad 2010).
Berbeda dengan hama penyakit ikan bandeng bisa datang secara tiba-tiba meskipun ditahap awal telah dipersiapkan untuk hal tersebut. Penyakit ikan adalah sesuatu yang dapat menimbulkan ganguan pada ikan baik secara langsung maupun tidak langsung. Gangguan terhadap ikan dapat disebabkan oleh organisme lain, pakan, maupun kondisi lingkungan yang kurang menunjang kehidupan ikan. Adanya informasi yang memadai tentang cara menanggulangi penyakit ikan sangat dibutuhkan, sehingga para pembudidaya tidak harus membuka buku maupun literatur untuk mengatasi penyakit ikan tersebut. Sehingga kemungkinan besar panen dapat dilakukan tepat waktu dan hasilnya cukup memuaskan (Suwarsito dan Mustafidah 2011).
Hama dan penyakit ikan Bandeng
Hama merupakan sumber penyakit pada ikan yang sering menyerang kolam budidaya. Hama merupakan hewan yang berukuran lebih besar dan mampu menimbulkan gangguan pada ikan, yang terdiri dari predator, kompetitor, dan pencuri. Sumber penyakit yang sering menyerang ikan dikelompokkan menjadi 3, yaitu: hama, parasiter, dan non parasiter. Parasiter adalah penyait yang disebabkan oleh aktifitas organisme parasit, seperti virus, bakteri, jamur, protozoa, cacing, dan udang renik. Non parasiter adalah penyakit yang disebabkan oleh hama atau parasit, tetapi disebabkan oleh lingkungan, pakan, dan keturunan (Suwarsito dan Mustafidah 2011).
Penyakit ikan adalah sesuatu yang dapat menimbulkan ganguan pada ikan baik secara langsung maupun tidak langsung. Gangguan terhadap ikan dapat disebabkan oleh organisme lain, pakan, maupun kondisi lingkungan yang kurang menunjang kehidupan ikan. Sedangkan penyakit ikan dibedakan menjadi dua yaitu penyakit infeksi (biasanya disebabkan oleh bakteri, virus, parasit, dan jamur) dan penyakit non infeksi (seperti stres, tumor, gangguan gizi pakan, dan traumatik). Berdasarkan daerah penyerangannya, penyakit yang disebabkan oleh parasit dibagi menjadi penyait kulit, penyakit pada insang, dan penyakit pada organ dalam (Suwarsito dan Mustafidah 2011).
Menrut Rangka dan Asaad (2010) menjelaskan bahwa tahapan budidaya ikan bandeng terdiri dari :
1. Penentuan dan persiapan lokasi tambak
2. Konstruksi
a. Pematang
b. Pintu pemasukan air
c. Caren dan saluran
a. Pematang
b. Pintu pemasukan air
c. Caren dan saluran
3. Persiapan dasar tambak
a. Pengapuran
b. Pemupukan
c. Pemberantasan hama
d. Penebaran benih bandeng
a. Pengapuran
b. Pemupukan
c. Pemberantasan hama
d. Penebaran benih bandeng
4. Pendederan
a. Persiapan wadah pendederan
b. Perawatan dan penebaran nener
c. Panen dan pasca panen
a. Persiapan wadah pendederan
b. Perawatan dan penebaran nener
c. Panen dan pasca panen
Berdasarkan tahap diatas faktor yang bisa mempercepat tumbuhnya hama dan penyakkit ikan bandeng terdapat pada tahap nomor 2 khususnya poin (a) dan tahap nomor 3. Pada tahap nomor 2 sangat rentan terhadap tumbuhnya hama karena tahap ini merupakan dasar dari terbentuknya budidaya di tambak. Karena itu dilakukan pengeringan dasar tambak sebelum di pasang air. Pengeringan bertujuan untuk memberantas hama dan penyakit ikan. Begitu juga dengan tahap nomor 3 pengapuran berfungsi untuk mengurangi bakteri dan patogen dan menetralkan pH.
Berdasarkan pernyataan diatas bahwa hama terdiri dari predator, kompetitor, dan pencuri. Berikut contoh hewan kompetitor dan predator yang biasanya menyerang ikan bandeng adalah belanak, payus, bioso, serta kepiting. Sedangkan hewan penyaing pakan dan ruang adalah ikan mujair, udang, serangga, sera siput. Sedangkan penyaki pada ikan bandeng dapat disebabkan oleh bakteri, virus, ektoparasit, dan lingkungan yang kurang baik untuk pertumbuhan. Ektoparasit yang sering meyerang ikan bandeng biasanya adalah Caligus sp., Trichodina sp., Caligus epidemicus, Caligus punctatus, Lernaea, dan Dactylogyrus(Fidyandini et.al 2012).
Berdasarkan pernyataan diatas bahwa hama terdiri dari predator, kompetitor, dan pencuri. Berikut contoh hewan kompetitor dan predator yang biasanya menyerang ikan bandeng adalah belanak, payus, bioso, serta kepiting. Sedangkan hewan penyaing pakan dan ruang adalah ikan mujair, udang, serangga, sera siput. Sedangkan penyaki pada ikan bandeng dapat disebabkan oleh bakteri, virus, ektoparasit, dan lingkungan yang kurang baik untuk pertumbuhan. Ektoparasit yang sering meyerang ikan bandeng biasanya adalah Caligus sp., Trichodina sp., Caligus epidemicus, Caligus punctatus, Lernaea, dan Dactylogyrus(Fidyandini et.al 2012).
Penanggulangan Hama Dan Penyakit Pada Ikan Bandeng
Pemberantasan hama yang lazim dilakukan adalah dengan pengeringan dasar lahan dan dilakukannya pengapuran maupun dengan bahan kimia. Jika pengeringan belum maksimal maka akan menghasilkan pertumbuhan klekap yang kurang baik juga, maka untuk mengatasi permasalahan ini selanjutnya ditambahkan Saponin 50 kg/ha lalu pengapuran dengan dosis 500 kg/ha untuk meninngkatkan pH tanah, biasanya saponin direndam dulu dalam air selama 12 jam sekaligus memberantas hama dan penyait (Fidyandini et.al 2012).
Menurut Rangka dan Asaad (2010), menjelaskan bahwa pengandalian hama pada budidaya ikan bandeng yang dilakukan di Kabupaten Sinjai adalah sebagai berikut:
Pemberantasan hama yang lazim dilakukan adalah dengan pengeringan dasar lahan dan dilakukannya pengapuran maupun dengan bahan kimia. Jika pengeringan belum maksimal maka akan menghasilkan pertumbuhan klekap yang kurang baik juga, maka untuk mengatasi permasalahan ini selanjutnya ditambahkan Saponin 50 kg/ha lalu pengapuran dengan dosis 500 kg/ha untuk meninngkatkan pH tanah, biasanya saponin direndam dulu dalam air selama 12 jam sekaligus memberantas hama dan penyait (Fidyandini et.al 2012).
Menurut Rangka dan Asaad (2010), menjelaskan bahwa pengandalian hama pada budidaya ikan bandeng yang dilakukan di Kabupaten Sinjai adalah sebagai berikut:
a. Pengendalian Dini
Pengendalian dini dilakukan bersmaan dengan persiapan tambak (pengeringan, pengapuran dan pemberian saponin). Selain itu, pemasangan saringan pada pintu air tambak sangat berguna mencegah masuknya predator atau penyaing ikan bandeng ke dalam tambak.
Pengendalian dini dilakukan bersmaan dengan persiapan tambak (pengeringan, pengapuran dan pemberian saponin). Selain itu, pemasangan saringan pada pintu air tambak sangat berguna mencegah masuknya predator atau penyaing ikan bandeng ke dalam tambak.
b. Pengendalian Lanjutan
Pengendalian selanjutnya dilakukan dengan monitoring terhadap gangguan ular, kepiting, dan jenis ikan lain sebagai penyaing.
Pengendalian selanjutnya dilakukan dengan monitoring terhadap gangguan ular, kepiting, dan jenis ikan lain sebagai penyaing.
Ciri-ciri Ikan Bandeng yang terinfeksi penyakit
Dibawah ini akan dijelaskan beberapa ciri ikan bandeng yang terkena penyakit khususnya oleh ektoparasit.
1. Trichodina sp.
Trichodina sp. merupakan parasit yang biasa ditemukan hampir disetiap perairan. Biasanya parasit ini menyerang ikan yang terlebih dahulu terkena parasit lain, seperti luka, sakit, setres, dan sebagainya. Jadi boleh dikatakan penyakit yang disebabkan oleh parasit ini merupakan infeksi sekunder. Ciri-ciri ikan bandeng yang terserang parasit ini adalah sebagai berikut :
a. Terdapat bintik putih keabuan pada bagian yang terserang parasit ini terutama kepala dan punggung.
b. Nafsu makan ikan bandeng hilang, sehinga ikan menjadi kurus dan lemah.
c. Produksi lendir bertambah, sehingga ikan kelihatan mengkilat.
d. Parasit ini biasa menyerang insang dan kulit.
Trichodina sp.diduga menyerang ikan karena kepadatan kolam tinggi sehingga pergesekan ikan yang terinfeksi terjadi ikan mengalami stressakibat fluktuasi kualitas air karena perubahan musim dan pemberian pakan yang kurang atau tidak optimal (Adelaide et.al 2011).
Dibawah ini akan dijelaskan beberapa ciri ikan bandeng yang terkena penyakit khususnya oleh ektoparasit.
1. Trichodina sp.
Trichodina sp. merupakan parasit yang biasa ditemukan hampir disetiap perairan. Biasanya parasit ini menyerang ikan yang terlebih dahulu terkena parasit lain, seperti luka, sakit, setres, dan sebagainya. Jadi boleh dikatakan penyakit yang disebabkan oleh parasit ini merupakan infeksi sekunder. Ciri-ciri ikan bandeng yang terserang parasit ini adalah sebagai berikut :
a. Terdapat bintik putih keabuan pada bagian yang terserang parasit ini terutama kepala dan punggung.
b. Nafsu makan ikan bandeng hilang, sehinga ikan menjadi kurus dan lemah.
c. Produksi lendir bertambah, sehingga ikan kelihatan mengkilat.
d. Parasit ini biasa menyerang insang dan kulit.
Trichodina sp.diduga menyerang ikan karena kepadatan kolam tinggi sehingga pergesekan ikan yang terinfeksi terjadi ikan mengalami stressakibat fluktuasi kualitas air karena perubahan musim dan pemberian pakan yang kurang atau tidak optimal (Adelaide et.al 2011).
2. Lernea sp.
Parsit ini menyebabkan penyakit learneasis. Penyakit ini biasanya menyerang pada saat pembenihan atau pendederan. Ikan yang terserang penyakit ini mengalami luka pada tubuhnya dan terlihat dengan jelas cacing jangkar yang menempel dengan kuatnya dibagian badan, sirip,insang dan mata. Parasit ini sangat berbahaya karena menghisap cairan tubuh ikan untuk perkembangantelurnya. Selain itu bila parasit ini mati, akan meninggalkan berkas lubang pada kulit ikan sehinggaakan terjadi infeksi sekunder oleh bakteri. Parasit ini dalam siklus hidupnya mengalami tiga kaliperubahan tubuhnya yaitu nauplius, copepodit dan bentuk dewasa (Adelaide et.al 2011).
DAFTAR PUSTAKA
Parsit ini menyebabkan penyakit learneasis. Penyakit ini biasanya menyerang pada saat pembenihan atau pendederan. Ikan yang terserang penyakit ini mengalami luka pada tubuhnya dan terlihat dengan jelas cacing jangkar yang menempel dengan kuatnya dibagian badan, sirip,insang dan mata. Parasit ini sangat berbahaya karena menghisap cairan tubuh ikan untuk perkembangantelurnya. Selain itu bila parasit ini mati, akan meninggalkan berkas lubang pada kulit ikan sehinggaakan terjadi infeksi sekunder oleh bakteri. Parasit ini dalam siklus hidupnya mengalami tiga kaliperubahan tubuhnya yaitu nauplius, copepodit dan bentuk dewasa (Adelaide et.al 2011).
DAFTAR PUSTAKA
Adelaide, M.U., Mega,M., Zaelani, M., Nico, A.M.Siti, L. , yudha A. 2011.IDENTIFIKASI PARASIT PADA IKAN BANDENG (CHANO CHANOS). JURUSAN PERIKANAN FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYSA.
Fidyandini, H.P., Subekti, S., Kismiyati.2012. IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI EKTOPARASIT PADA IKAN BANDENG (CHANOS CHANOS) YANG DIPELIHARA DI KARAMBA JARING APUNG UPBL SITUBONDO DAN DI TAMBAK DESA BANGUNREJO, JABON, SIDOARJO.
Journal Of Marine And Coastal Science. I(2): 91-112.
Rangka, N.A., Asaad, A.I.J.2010. TEKNOLOGI BUDIDAYA IKAN BANDENG DI SULAWESI SELATAN.Prosiding Forum InovasiTeknologi Akuakultur.187-203.
Reksono, B., Hamdani, H., Yuniarti, M.S. 2012. PENGARUH PADAT PENEBARAN GRACILARIA SP. TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP IKAN BANDENG (CHANOS CHANOS) PADA BUDIDAYA SISTEM POLIKULTUR. Jurnal Perikanan dan Kelautan. III(3): 41-49.
Suwarsito, Mustafidah,H. 2011. DIAGNOSA PENYAKIT IKAN MENGGUNAKAN SISTEM PAKA (DIAGNOZING FISH DISEASE USING EXPERT SYETEM). JUITA ISSN: 2086-9398. I(4).
Sumber : Handoko Ahmad ; http://handoko12.blogspot.co.id
Sumber : Handoko Ahmad ; http://handoko12.blogspot.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar