Minggu, 20 November 2016
Budidaya Lele Sistem C-First
Budidaya Lele Sistem C-First sangat tepat diterapkan. Agar hasil panen bisa delapan kali lipat, daripada cara konvensional. Sebanyak 250 kilogram ikan lele bisa dipanen, dari kolam berukuran 1 meter kubik. Padahal dengan cara lain, biasanya hanya mampu menghasilkan 31 kilogram saja. Dengan begitu, peningkatan bisa mencapai 800 persen.
Mekanisme sistem sistem C-First
Catfish Farming in Recirculation System Tank atau C-First adalah sistem budidaya resirkulasi, yang sangat layak diterapkan. Kandungan oksigennya menjadi semakin baik. Dikarenakan air mengalir sepanjang waktu. Dengan begitu, perubahan amonia atau nitrifikasi menjadi nitrit, selanjutnya nitrit diubah menjadi nitra, akan berlangsung dengan baik.
Senyawa racun yang bisa menyebabkan kematian pada ikan lele, juga tidak akan terbentuk. Jadi meskipun populasi ikan sangat padat, tetap bisa hidup dengan nyaman. Filter mekanik berupa zeolit dan arang, juga membantu penurunan kadar fosfat hingga 0,021 mg per liternya. Metabolisme ikan akan terganggu dan dapat mengakibatkan kematian, kalau konsentrasi fosfat sangat tinggi pada air.
Dr. TB Haeru Rahayu, MSc adalah sosok yang mengenalkan sistem C-First 250. Jadi peternak lele diharapkan bisa menghasilkan panen sebesar 250 kilogram per meter kubik. Sistem ini sudah melalui penelitian sejak tahun 2004. Prinsip dari metode ini dalah menekan jumlah limbah dan agar penggunaan energi lebih efisien. Sistem budidaya ini memang relatif baru, sehingga masih belum dikenal dan sedikit peternak yang sudah menerapkannya.
Sistem sirkulasi untuk pembenihan biasa diterapkan peternak ikan yang ada di Belanda. Di sejumlah negara di Afrika juga sudah menerapkan sistem budidaya ikan ini. Penerapan sistem C-First, membuat kolam mendapatkan sirkulasi sepanjang waktu. Pompa dengan daya 125 watt bisa diandalkan untuk mengalirkan airnya. Kalau listriknya padam, genset menjadi solusinya.
Air di dalam kolam akan mengalir melintasi talang dengan ukuran 10 centimeter. Kemudian menuju ke filter mekanik. Filter itu akan menyaring partikel kasar. Seterusnya, air ditampung dalam bak pengendapan. Pada bak tersebut partikel halus akan terperangkap. Kemudian air akan dipompa menuju atas, melintasi filter biologis. Filter ini berisi bola-bola berwarna hitam, yang dinamakan bioball.
Pada filter biologis tersebut akan terjadi proses nitrifikasi. Tahapan terakhir, air air akan masuk ke dalam bak kontrol. Selanjutnya, air mengalir ke seluruh kolam. Agar filter terebut bisa berfungsi optimal, maka setiap minggunya harus dibersihkan filter mekaniknya. Sehingga kotoran bisa dihilangkan lebih mudah.
Kelebihan dan kekurangan sistem C-First
Sistem sistem C-First memang banyak kelebihannya, tapi juga masih terdapat kekurangan. Kelebihannya seperti, lebih hemat air dan hasil panennya lebih banyak. Sedangkan kelemahannya adalah terlalu bergantung pada listrik. Karena menerapkan pompa air, yang harus bekerja selama 24 jam penuh.
Bagi peternak lele yang berada di kawasan dengan air terbatas, sangat tepat menerapkan metode budidaya tersebut. Penerapan sistem C-First juga lebih hemat tempat, dengan begitu sangat tepat diterapkan di kawasan perkotaan. Berbagai keuntungan ini, tentunya membuat segala kendala bisa tersingkirkan. Sayangnya, karena modal yang dibutuhkan relatif besar, bisa hingga 60 juta. Maka bagi pemodal terbatas, bisa membuat kelompok peternak lele. Sehingga kebutuhan modalnya bisa terasa lebih ringan.
Kolam bisa dibuat dengan ukuran panjang 2 meter, lebar 1,5 meter dan tingginya 0,7 meter. Populasi ikan lelenya mencapai 5.000 ekor. Jadi dalam setiap 1 meter kubik, populasi ikannya mencapai 2.380 ekor. Padahal biasanya peternak, hanya mampu mengisinya dengan 300 ekor lele per meter kubik.
Bibit lele yang ditebar berukuran antara 9 hingga 10 centimeter. Tujuannya agar daya adaptasinya lebih tinggi. Sedangkan besarannya nanti akan lebih seragam. Sehingga nantinya saatnya panen, tidak diperlukan penyortiran ikan lele. Pemberian pakan bisa dilakukan dua kali setiap hari, sampai ikannya terasa kenyang. Pemberian pakannya harus dilakukan dengan cepat, agar pakannya bisa tersebar dengan merata ke seluruh ikan lelenya.
Rasio konversi pakannya atau FCR (Food Convertion Ratio) hingga 0,9 hingga 1. Jadi agar bisa menghasilkan sekitar 1 kilogram daging, dibutuhkan 0,9 hingga 1 kilogram pakan. Dengan tingkat kelulusan hidup hingga 80 persen. Sedangkan lama pemeliharaan lele sekitar tiga bulan, dengan hasil sangat tinggi. Inilah mekanisme Budidaya Lele Sistem C-First.
Sumber : http://www.patillele.web.id
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar