Budidaya ikan lele pembenihan semiintensif dilakukan tidak hanya dengan mengandalkan manipulasi lingkungan. Tetapi campur tangan manusia lebih banyak terlibat di dalamnya untuk mencapai hasil yang optimal melalui beberapa sentuhan teknologi budidaya.
Budidaya lele pembenihan semiintensif ini memiliki beberapa keuntungan antara lain, petani atau peternak lele dapat memperkirakan jumlah telur yang dihasilkan, dapat diperkirakan waktu atau saat telur ikan lele akan menetas, pemijahan dapat dilakukan diluar musim memijah, artinya dengan memiliki peluang untuk melakukan pemijahan sewaktu-waktu, maka petani pembudidaya ikan lele dapat menghasilkan keuntungan lebih banyak. Kegiatan utama dari budidaya ikan lele pembenihan semi intensif ini memang difokuskan pada manipulasi teknik pemijahan. Dengan demikian, petani atau pembenih dapat memenuhi permintaan pasar setiap saat. Manipulasi tersebut dilakukan dengan cara memberikan perangsang pada induk ikan lele jantan dan betina menggunakan kelenjar hipofisa melalui penyuntikan. Dengan kata lain, teknik pemijahan yang dilakukan dalam budidaya ikan lele pembenihan semi intensif ini tidak terjadi secara alami, melainkan melalui rekaya petani pembudidaya.
a. Pemeliharaan Induk -
Pemeliharaan induk ikan lele dilakukan secara terpisah antara induk ikan lele jantan dan induk ikan lele betina. Pemisahan induk ikan lele tersebut bertujuan untuk memudahkan pengontrolan, pengelolaan, dan yang paling utama adalah untuk menghindari terjadinya pemijahan liar atau diluar kehendak pembudidaya. Dengan demikian, tingakt kematangan kelamin induk ikan lele sudah bisa dipastikan benar-benar siap untuk memijah.
Kolam yang digunakan untuk pemeliharaan induk ikan lele bisa berupa kolam tanah, kolam tembok, atau kolam tanah dengan dinding tembok. Ukuran dan bentuk kolam pemeliharaan induk disesuaikan dengan ukuran dan bentuk lahan. Hal yang perlu dipertimbangkan saat membuat kolam pemeliharaan induk ini adalah biaya pembuatan, teknis pemeliharaan dan penanganannya. Sehingga ukuran dan bentuk kolam harus disesuaikan dengan teknis pemeliharaan yang paling mudah dengan biaya yang paling murah.
Misalnya, untuk memudahkan pengelolaan dan efisiensi penggunaan kolam, luas kolam pemeliharaan induk ikan lele jantan dan betina dibuat masing-masing 3x5 m. Pada salah satu sisi kolam dibuat saluran atau pintu masuk air (inlet) pada sisi yang lain secara bersebrangan dibuat saluran pembuangan atau outlet. Pada pintu masuk air dan saluran pembuangan dipasang penyaring agar ikan lele tidak keluar dari kolam.
Kepadatan penebaran induk ikan lele di kolam pemeliharaan ini antara 4-5 kg/ m². Ketinggian air kolam juga diatur sedemikian rupa hingga bisa dicapai ketinggian stabil 60-75 cm. Untuk menjaga kualitas air, sebaiknya gunakan air bersih dan tidak tercemar oleh limbah rumah tangga maupun limbah lain. Usahakan agar debit air yang masuk cukup stabil yaitu 20-20 liter/menit sehingga supplay oksigen terlarut dalam air tetap optimal.
Agar diperoleh kematangan induk yang memadai, setiap hari induk diberi pakan bergizi. Jenis pakan yang diberikan berupa pakan buatan berupa pelet sebanyak 3-5% per hari dari bobot induk yang dipelihara. Pakan diberikan dua sampai tiga kali sehari pada pagi, sore, dan malam hari.
b. Pemilihan Induk -
Pemilihan atau seleksi induk ikan lele perlu dilakukan untuk memastikan bahwa induk ikan lele yang akan dipijahkan telah benar-benar siap. Tidak semua induk yang kita pelihara akan mengalami pertumbuhan yang seragam, sehingga akan menghasilkan keragaman tingkat kesiapan induk yang akan dipelihara. Salah satu persyaratan utama yang harus dipenuhi untuk memijahkan induk ikan lele dengan teknik pemijahan secara semiintensif ini adalah induk ikan lele baik jantan maupun betina telah mencapai umur 12 bulan atau satu tahun. Saat melakukan seleksi induk ikan lele, penangkapan harus dilakukan dengan hati-hati. Cara penangkapan induk ikan lele yang dapat dilakukan adalah dengan menyurutkan air kolam, hingga induk-induk ikan lele tersebut berkumpul di kemalir atau kobakan. Kemudian induk ikan lele tersebut ditangkap menggunakan seser dan dimasukkan ke dalam ember atau wadah yang telah dipersiapkan. Induk yang lolos seleksi atau masuk kriteria telah siap memijah dimasukkan dalam kolam pemijahan.
Beberapa ciri-ciri umum induk ikan lele yang siap memijah antara lain:
Ciri-ciri induk ikan lele betina yang telah siap untuk dipijahkan sebagai berikut.
Ciri-ciri induk ikan lele betina yang telah siap untuk dipijahkan sebagai berikut.
- Bagian perut tampak membesar ke arah anus dan jika diraba terasa lembek.
- Lubang kelamin berwarna kemerahan dan tampak agak membesar.
- Jika bagian perut secara perlahan diurut ke arah anus, akan keluar beberapa butir telur berwarna kekuning-kuningan dan ukurannya relatif besar.
- Pergerakannya lamban dan jinak.
Ciri-ciri induk ikan lele jantan yang telah siap untuk dipijahkan sebagai berikut.
- Alat kelamin tampak jelas dan lebih runcing.
- Warna tubuh agak kemerah-merahan.
- Tubuh ramping dan gerakannya lincah.Jumlah induk ikan lele yang akan dipijahkan disesuaikan dengan ketersediaan kolam pemijahan, kolam penetasan, dan rencana produksi atau target produksi yang ingin dicapai.
Setelah selesai seleksi induk ikan lele yang akan dipijahkan, maka langkah selanjutnya adalah pemijahan atau perkawinan. Kolam pemijahan harus telah dibuat dan dipersiapkan sebelum melakukan seleksi induk, sehingga pada saat melakukan seleksi induk, maka induk ikan lele yang telah lolos seleksi atau telah memenuhi kriteria siap memijah bisa langsung dimasukkan ke dalam kolam pemijahan. Untuk setiap pasang induk dengan berat induk jantan 500 g dan induk betina 500 g diperlukan satu buah kolam pemijahan, dengan ukuran 1 x 2 x 0,5 m. Bak atau kolam pemijahan harus dipastikan kebersihannya sebelum digunakan untuk pemijahan. Kebersihan kolam pemijahan ini sangat diutamakan untuk menghindarkan induk ikan lele terserang penyakit. Setelah dipastikan bersih, kolam atau bak pemijahan diisi dengan air bersi setinggi 50-60 cm. Bagian bawah atau dasar kolam diberi kakaban yang terbuat dari ijuk. Pastikan seluruh dasar kolam tertutup oleh kakaban, sehingga telur yang diahasilkan bisa tertampun dan menempel pada kakaban. Untuk mengindari induk ikan lele melompat keluar pada saat melakukan pemijahan, maka bagian atas kolam diberi penutup, misalnya dari triplek atau papan kayu.
Kawin Suntik
Kawin Suntik
Agar dapat memijah sesuai dengan target produksi yang ditetapkan, induk ikan lele harus dirangsang terlebih dahulu dengan menggunakan zat perangsang. Zat perangsang yang bisa digunakan adalah kelenjar hipofisa. Kelenjar hipofisa bisa diambil dari donor ikan lele lain atau menggunakan kelenjar hipofisa dari ikan mas yang telah berumur 12 bulan dan sudah matang kelamin. Ikan yang akan digunakan untuk diambil kelenjar hipofisanya harus dalam keadaan sehat.
Jika menggunakan ikan lele lain yang akan digunakan untuk donor kelenjar hipofisa cara pengambilannya adalah:
Jika menggunakan ikan lele lain yang akan digunakan untuk donor kelenjar hipofisa cara pengambilannya adalah:
- Pilih dan timbang ikan lele donor sesuai dengan berat induk ikan lele yang akan disuntik.
- Ikan lele donor dipotong tepat pada batas bagian kepala dengan badan.
- Belah kepala lele dari arah bukaan mulut, ambil dan bersihkan dari bercak darah dan lendir.
- Ambil kelenjar menggunakan pinset atau penjepit. Sebelumnya gunakan tang penjepit untuk mengangkat tulang penutup hipofisa.
- Gerus atau hancurkan menggunakan alat penggerus. Alat penggerus dapat dibeli di toko alat-alat laboratorium atau kimia. Sambil digerus, tambahkan pelarut akuabides sebanyak 1-2 cc.
- Diamkan larutan kelenjar beberapa saat (tidak sampai 1 menit), selanjutnya ambil menggunakan spuit (alat injeksi atau alat suntik) dan kelenjar siap untuk disuntikkan.
Jika penyuntikan menggunakan kelenjar hipofisa yang berasal dari donor ikan mas, cara penyiapan kelenjar hipofisanya sebagai berikut.
- Pilih dan timbang ikan mas donor seberat induk ikan lele yang akan disuntik.
- Ikan mas donor dipotong tepat pada bagian atas antara kepala dan badan.
- Ambil kepalanya, kemudian belah bagian atasnya, dari batas lubang hidung ke arah belakang.
- Angkat bagian otak besar menggunakan pinset, lalu bersihkan darah dan lendir menggunakan kapas atau tisu.
- Secara perlahan ambil kelenjar hipofisa yang berwarna putih menggunakan pinset.
- Hancurkan atau haluskan (gerus) sambil menambahkan pelarut berupa akuabides sebanyak 1-2 cc.
- Ambil kelenjar hipofisa separuhnya, kemudian suntikkan kepada induk ikan lele betina dan separuhnya lagi suntikkan kepada induk jantan.Selain menggunakan kelenjar hipofisa, perangsangan induk ikan lele juga bisa menggunakan HCG (human chlorionic gonadotropin). HCG banyak tersedia di pasaran, dengan merk dagang Ovaprim.
- Penyuntikan menggunakan kelenjar hipofisa cukup 1 dosis. Artinya, ikan donor yang akan diambil kelenjar hipofisanya, beratnya sama dengan induk ikan lele yang akan disuntik. Namun, jika menggunakan Ovaprim, dosisnya sebanyak 0,5 cc/kg induk yang akan dipijahkan. Penyuntikan harus dilakukan pada pagi atau sore hari. Penyuntikan dilakukan pada bagian punggung atau bagian daging ikan lele yang paling tebal dengan kemiringan kurang lebih sedalam 2 cm.
Setelah selesai penyuntikan, maka induk ikan lele dimasukkan ke dalam bak atau kolam pemijahan. Induk-induk ikan lele akan melakukan pemijahan secara alami 8-12 jam setelah dilakukan penyuntkan. Biasanya pemijahan akan berlangsung pada malam hari. Selama proses pemijahan, lakukan pengontrolan terhadap kolam pemijahan agar induk-induk ikan lele tidak melompat keluar saat memijah.
d. Penetasan Telur dan Perawatan Larva
d. Penetasan Telur dan Perawatan Larva
Kolam penetasan dibuat dan dipersiapkan bersamaan dengan persiapan kolam pemijahan. Kolam penetasan bisa terbat dari plastik terpal maupun kolam tembok. Kolam penetasan telur ikan lele diisi dengan air jernih setinggi 10 cm. Air yang digunakan untuk mengisi kolam penetasan telur ikan lele berasal dari air yang tidak mengandung kaporit maupun bahan kimia lain yang dapat membahayakan keselamatan telur atau benih ikan lele setelah menetas. Jika menggunakan air PDAM, maka harus diendapkan terlebih dahulu selama tiga hari. Kaporit dalam air PDAM dipastikan sudah hilang atau tidak berpengaruh terhadap keselamatan telur dan benih ikan lele setelah diendapkan selama tiga hari.
Setelah selesai memijah, induk ikan lele dikembalikan ke dalam kolam pemeliharaan induk. Induk jantan dikembalikan kedalam kolam pemeliharan induk jantan. Begitu pula untuk induk betina. Sementara itu, kakaban tempan menempel telur-telur ikan lele dipindahkan ke dalam kolam penetasan yang sudah dipersiapkan.
Seluruh kakaban tempat menempelnya telur ikan lele yang ditetaskan harus terendam air. Oleh karena itu, kakaban tersebut harus dipasang di dasar kolam dengan pemberat. Telur yang dibuahi dan berpotensi untuk menetas berwarna kuning cerah kecokelatan, sedangkan telur yang tidak dibuahi berwarna putih pucat. Penetasan telur ikan lele dipengaruhi oleh suhu air dan suhu udara. Suhu udara yang tinggi akan membantu mempercepat penetasan telur. Di daerah dataran rendah, dengan suhu tinggi, telur ikan lele akan menetas dalam waktu 20-24 jam setelah terjadi pemijahan. Demikian pula sebaliknya, jika suhu udara rendah atau dingin, maka telur ikan lele tersebut akan semakin lama menetas.
Setelah dipastikan hampir semua telur menetas, bak penetasan harus sering dikontrol atau diamati. Larva yang baru menetas akan berkumpul di dasar bak. Selanjutnya, kakaban diangkat untuk menghindari penurunan kualitas air akibat adanya pembusukan dari telur-telur yang tidak menetas.
Benih atau larva ikan lele yang baru menetas biasanya berwarna kehijauan, kecokelatan, hingga kehitaman. Benih atau larva ikan lele tersebut terlihat berkumpul di dasar kolam atau bak penetasan. Benih akan mulai bergerak menyebar setelah berumur dua hari. Hingga hari ketiga, benih ikan lele tidak perlu diberi pakan, karena masih memiliki cadangan pakan yang menempel pada tubuhnya, berupa kuning telur.
Pada hari keempat, larva atau benih ikan lele baru diberi pakan, disamping ukurannya yang suda bertambah besar, cadangan pakan berupa telur yang menempel pada tubuhnya juga sudah habis atau tidak mencukupi. Pakan tambahan yang sesuai untuk benih ikan lele tersebut adalah pakan alami yang ukurannya sangat kecil karena bukaan mulut benih ikan lele juga masih kecil. Pakan alami yang biasa diberikan untuk benih ikan lele berupa mahluk hidup misalnya, kutu air (Daphnia sp., Moina sp.) atau cacing sutera.
Usahakan untuk tidak memberikan pakan tambahan berupa pakan buatan, karena pakan buatan kurang baik untuk benih ikan lele karena jika tidak pakan tersebut diberikan berlebihan dan tidak habis dimakan benih ikan lele maka sisa pakan tersebut akan membusuk, sehingga menurunkan kualitas air. Pakan alami diberikan 2 kali sehari pada pagi dan sore hari sesuai dengan kebutuhan makan benih ikan lele. Pemberian pakan alami pun tidak boleh berlebihan, karena jika pemberiannya berlebihan dan pakan alami tersebut tidak habis, maka akan terjadi persaingan kebutuhan oksigen di dalam air antara sisa pakan alami dengan benih ikan lele. Kekurangan posokan oksigen di dalam air akan menggangu pertumbuhan dan perkembangan ikan lele, bahkan bisa memicu kematian benih ikan lele.
Faktor lain yang perlu diperhatikan selama pemeliharaan larva adalah kualitas air. Penggantian air dilakukan setiap 2-3 hari sekali atau tergantung dari kebutuhan. Jumlah air yang diganti sebanyak 50-70% dengan cara menyifon (mengeluarkan air secara selektif dengan selang) sambil membuang kotoran. Selang yang digunakan adalah selang plastik yang lentur dan biasa digunakan sebagai selang air.
Setelah berumur 2-3 minggu dan mencapai ukuran 1-3 cm, benih sudah siap untuk dipanen. Agar benih lele tidak mengalami stres, pemanenan harus dilakukan pada pagi atau sore hari saat suhu masih rendah. Caranva, air di dalam bak atau kolam disurutkan secara perlahan, selanjutnya benih akan berkumpul di tempat yang paling dalam. Benih tersebut kemudian ditangkap secara hati-hati menggunakan sair (serok) yang halus untuk didederkan di tempat lain atau dapat pula dipasarkan (dijual) langsung kepada pembeli yang akan mendederkannya di tempat lain.
Produksi benih yang dihasilkan dengan teknik pemijahan semiintensif ini sangat bergantung pada ukuran dan tingkat kematangan kelamin induk ikan lele yang dipijahkan. Sebagai gambaran, untuk pemijahan ikan lele yang berasal dari seekor induk ikan lele betina dengan berat 0,5-1 kg maka produksi benih ikan lele yang dihasilkan berkisar antara 40-50 ribu ekor.
Setelah selesai memijah, induk ikan lele dikembalikan ke dalam kolam pemeliharaan induk. Induk jantan dikembalikan kedalam kolam pemeliharan induk jantan. Begitu pula untuk induk betina. Sementara itu, kakaban tempan menempel telur-telur ikan lele dipindahkan ke dalam kolam penetasan yang sudah dipersiapkan.
Seluruh kakaban tempat menempelnya telur ikan lele yang ditetaskan harus terendam air. Oleh karena itu, kakaban tersebut harus dipasang di dasar kolam dengan pemberat. Telur yang dibuahi dan berpotensi untuk menetas berwarna kuning cerah kecokelatan, sedangkan telur yang tidak dibuahi berwarna putih pucat. Penetasan telur ikan lele dipengaruhi oleh suhu air dan suhu udara. Suhu udara yang tinggi akan membantu mempercepat penetasan telur. Di daerah dataran rendah, dengan suhu tinggi, telur ikan lele akan menetas dalam waktu 20-24 jam setelah terjadi pemijahan. Demikian pula sebaliknya, jika suhu udara rendah atau dingin, maka telur ikan lele tersebut akan semakin lama menetas.
Setelah dipastikan hampir semua telur menetas, bak penetasan harus sering dikontrol atau diamati. Larva yang baru menetas akan berkumpul di dasar bak. Selanjutnya, kakaban diangkat untuk menghindari penurunan kualitas air akibat adanya pembusukan dari telur-telur yang tidak menetas.
Benih atau larva ikan lele yang baru menetas biasanya berwarna kehijauan, kecokelatan, hingga kehitaman. Benih atau larva ikan lele tersebut terlihat berkumpul di dasar kolam atau bak penetasan. Benih akan mulai bergerak menyebar setelah berumur dua hari. Hingga hari ketiga, benih ikan lele tidak perlu diberi pakan, karena masih memiliki cadangan pakan yang menempel pada tubuhnya, berupa kuning telur.
Pada hari keempat, larva atau benih ikan lele baru diberi pakan, disamping ukurannya yang suda bertambah besar, cadangan pakan berupa telur yang menempel pada tubuhnya juga sudah habis atau tidak mencukupi. Pakan tambahan yang sesuai untuk benih ikan lele tersebut adalah pakan alami yang ukurannya sangat kecil karena bukaan mulut benih ikan lele juga masih kecil. Pakan alami yang biasa diberikan untuk benih ikan lele berupa mahluk hidup misalnya, kutu air (Daphnia sp., Moina sp.) atau cacing sutera.
Usahakan untuk tidak memberikan pakan tambahan berupa pakan buatan, karena pakan buatan kurang baik untuk benih ikan lele karena jika tidak pakan tersebut diberikan berlebihan dan tidak habis dimakan benih ikan lele maka sisa pakan tersebut akan membusuk, sehingga menurunkan kualitas air. Pakan alami diberikan 2 kali sehari pada pagi dan sore hari sesuai dengan kebutuhan makan benih ikan lele. Pemberian pakan alami pun tidak boleh berlebihan, karena jika pemberiannya berlebihan dan pakan alami tersebut tidak habis, maka akan terjadi persaingan kebutuhan oksigen di dalam air antara sisa pakan alami dengan benih ikan lele. Kekurangan posokan oksigen di dalam air akan menggangu pertumbuhan dan perkembangan ikan lele, bahkan bisa memicu kematian benih ikan lele.
Faktor lain yang perlu diperhatikan selama pemeliharaan larva adalah kualitas air. Penggantian air dilakukan setiap 2-3 hari sekali atau tergantung dari kebutuhan. Jumlah air yang diganti sebanyak 50-70% dengan cara menyifon (mengeluarkan air secara selektif dengan selang) sambil membuang kotoran. Selang yang digunakan adalah selang plastik yang lentur dan biasa digunakan sebagai selang air.
Setelah berumur 2-3 minggu dan mencapai ukuran 1-3 cm, benih sudah siap untuk dipanen. Agar benih lele tidak mengalami stres, pemanenan harus dilakukan pada pagi atau sore hari saat suhu masih rendah. Caranva, air di dalam bak atau kolam disurutkan secara perlahan, selanjutnya benih akan berkumpul di tempat yang paling dalam. Benih tersebut kemudian ditangkap secara hati-hati menggunakan sair (serok) yang halus untuk didederkan di tempat lain atau dapat pula dipasarkan (dijual) langsung kepada pembeli yang akan mendederkannya di tempat lain.
Produksi benih yang dihasilkan dengan teknik pemijahan semiintensif ini sangat bergantung pada ukuran dan tingkat kematangan kelamin induk ikan lele yang dipijahkan. Sebagai gambaran, untuk pemijahan ikan lele yang berasal dari seekor induk ikan lele betina dengan berat 0,5-1 kg maka produksi benih ikan lele yang dihasilkan berkisar antara 40-50 ribu ekor.
Sumber :
Novik Kurnianti ; http://www.tanijogonegoro.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar