Pada perhitungan usaha di karamba jaring apung ini, mortalitas yang dihitung ini mengacu pada kebiasaan yang terjadi di Kedung Ombo, yakni sekitar 30%. Sementara itu, penyusutan karamba dihitung untuk tiga tahun. Jika dalam satu tahun dilakukan pembesaran sebanyak dua kali periode, biaya investasi yang dibebankan dalam satu kali periode dibagi enam.
a. Biaya Investasi
1. Biaya pembuatan keramba 2 buah @Rp. 6.000.000,- = Rp. 12.000.000,-
2. Rumah jaga/gudang apung = Rp. 9.000.000,-
Total biaya investasi = Rp. 21.000.000,-
b. Biaya produksi (6bulan)
1. Pembelian benih ikan (200 kg x Rp.20.000/kg) = Rp. 4.000.000,-
2. Pakan (6.000 kg x Rp. 250/kg) = Rp. 37.500.000,-
3. Tenaga kerja (6 bulan x Rp. 600.000/bln) = Rp. 3.600.000,-
4. Biaya operasional lainnya = Rp. 3.000.000,-
5. Biaya penyusutan (biaya tetap) = Rp. 3.500.000,-
Total biaya produksi = Rp. Rp. 51.000.000,-
Benih ikan dengan harga Rp.20.000/kg berisi sekitar 80 ekor benih/kg. Jika pembelian sebanyak 200 kg, berarti terdapat 16.000 ekor benih yang ditebar. Saat panen, biasanya jumlahnya berkurang karena mortalitas sebanyak 30%. Karena itu, sisanya menjadi 11.200 ekor. Setelah masa pemeliharaan 6 bulan, menghasilkan ikan nila dengan bobot 600 gram/ekor. Sehingga saat panen menghasilkan 6.720 kg.
- Biaya Investasi =Rp.21.000.000
- Biaya produksi =Rp.51.600.000
- Harga jual ikan =Rp.15.000/kg
- Jumlah panen = 6.720 kg
- Penjualan per periode (6 bulan) =Harga jual ikan x jumlah panen = Rp.15.000/kg x 6.720 kg =Rp.100.800.000
- Keuntungan per periode (6 bulan) =Penjualan per periode – (biaya investasi+biaya produksi) =Rp.100.800.000 – (21.000.000 + 51.600.000) =Rp.49.200.000
- Kauntungan per bulan =Keuntungan per periode : 6 bulan = Rp.49.200.000 : 6 = Rp.8.200.000
Sumber : https://www.banyudadi.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar