Selasa, 10 Juli 2018

Kemandirian Pakan untuk Tingkatkan Kesejahteraan

Hasil gambar untuk pakan ikan

Kelautan dan Perikanan dan produsen pakan ikan sepakat menurunkan harga pakan. Selain itu, KKP melalui DJPB juga terus mengkampanyekan Gerakan Pakan Ikan Mandiri dengan memanfaatkan bahan baku lokal untuk menekan biaya produksi

Ada kabar gembira bagi para pembudidaya ikan. Para pengusaha pakan ikan bersepakat dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) untuk menurunkan harga pakan ikan budidaya sebesar Rp 1.000. Pakan ikan yang harganya diturunkan itu terutama adalah pakan untuk ikan budidaya air tawar seperti ikan mas, lele, mujair, nila, gurame, dan lain-lain.Kabar gembira ini disampaikan Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti, kepada wartawan di Kantor Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Jakarta, pada 9 Oktober 2015 silam. Menurut Menteri Susi, kesepakatan penurunan harga pakan ini dicapai antara KKP dengan produsen pakan ikan PT JAPFA dan sejumlah pabrik pakan ikan lainnya yang bersedia memenuhi janjinya untuk mendukung produksi perikanan budidaya, melalui penetapan kembali harga pakan ikan, atau penyediaan pakan murah.

Susi Pudjiastuti tak menyembunyikan rasa senangnya. ”Saya menyampaikan terima kasih. Saya apresiasi. Ini tero- bosan pabrik pakan yang bersedia mengadakan pakan murah, untuk membantu meningkatkan produksi ikan budidaya, dan membantu meningkatkan keuntungan para pembudidaya ikan,” kata Menteri.

Terus Berupaya
Selama ini, KKP memang terus berupaya mengusahakan agar harga pakan ditekan, untuk meningkatkan produksi perikanan budidaya sekaligus mengurangi biaya produksi sehingga bisa meningkatkan keuntungan pembudidaya. Selain mengupayakan penurunan harga pakan, KKP melalui Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (DJPB), juga terus mengkampanyekan usaha penyediaan pakan ikan secara mandiri, dengan memanfaatkan bahan- bahan lokal. Upaya ini dituangkan dalam program Gerakan Pakan Ikan Mandiri (Gerpari), yang sudah dilaksanakan oleh kelompok-kelompok pembudidaya ikan di berbagai daerah.

Selama ini, harga pakan ikan yang dianggap mahal memang cukup memiriskan para pembudidaya. Nilai tukar rupiah yang beberapa waktu lalu sempat melemah terhadap dolar AS juga membuat harga pakan ikan mengalami kenaikan. Saat ini, rata-rata harga pakan ikan air tawar adalah Rp 9.500 hingga Rp10.000 per kilogram. Meskipun kenaikan harga pakan diikuƟ dengan kenaikan harga jual ikan, tetapi menurut Susi Pudjiastuti, kenaikan harga pakan tetap saja lebih memberatkan keƟmbang keuntungan dari hasil penjualan ikan.

”Biaya pakan adalah komponen terbesar biaya budidaya, karena 70 persen biaya produksi berasal dari pakan,” ujar Menteri. Susi Pudjiastuti tentu saja menyampaikan penghargaan atas kesediaan produsen pakan ikan menurunkan harga jual produknya. Namun, Susi mengingatkan agar kualitas pakan Ɵdak diturunkan. Untuk itu, KKP akan melakukan analisa pakan yang harganya sudah diturunkan itu agar tetap sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) dan juga sekaligus memberikan nomor pendaŌaran pakan murah tersebut, tanpa dikenakan biaya atau graƟs.

Sempat Diprotes
Sebelum harga pakan ikan turun, Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti, mengaku sempat diprotes para pelaku industri perikanan melalui jejaring media sosial, berkaitan dengan harga pakan yang tetap Ɵnggi. Susi dinilai Ɵdak konsisten dalam menjalankan upayanya untuk menurunkan harga pakan ikan, sehingga keuntungan para pembudidaya atau pengusaha perikanan budidaya sangat Ɵpis, bahkan merugi.

Kala itu, Susi sempat menuding para produsen pakan yang terhimpun dalam Asosiasi Pakan tidak serius dalam membantu pemerintah untuk menstabilkan harga pakan ikan. Padahal mereka sempat berjanji akan membantu meningkatkan produksi perikanan budi- daya sesuai dengan target pemerintah. Karena itu, Menteri Susi mendesak agar Asosiasi Pakan segera memenuhi janji- nya, dengan menurunkan harga pakan. Kemudian, Susi Pudjiastuti mengumpulkan para pengusaha pakan ikan. Dan, pada awal Maret lalu tercapailah kesepahaman untuk menurunkan harga pakan ikan, namun baru terlaksana mulai Oktober ini. Susi mengatakan, untuk menindaklanjuti kesepakatan itu ia mengaku siap mempertaruhkan apa pun agar janji penurunan harga itu jadi dilaksanakan, apa pun kendalanya. Dan ia bersyukur meski pun kurs dollar sempat menguat cukup Ɵnggi, tapi para produsen pakan ikan konsisten menurunkan harganya.

Penurunan Bervariasi
Direktur Jenderal Perikanan Budidaya KKP, Dr. Ir. Slamet Soebjakto, MSi., mengungkapkan, penurunan harga pakan ikan ini bervariasi tergantung jenis pakannya. Namun penurunan harganya rata-rata Rp 1.000. ”Berapa pun harga awalnya, penurunannya tetap Rp 1.000. Misalnya yang tadinya Rp 9.000 sekarang Rp 8.000, atau dari Rp 7.500 sekarang Rp 6.500,” jelas Slamet.

Slamet menyatakan, sebagai kompensasi, pemerintah akan membantu para produsen pakan menjamin ketersediaan bahan baku sehingga kontinuitas produksi mereka terjaga. Slamet Soebjakto mengatakan bahwa harga pakan ikan yang tinggi disebabkan karena 60 persen bahan baku pakan ikan masih diimpor dari luar negeri. Kondisi ini tentu sangat tidak menguntungkan ketika kurs dollar naik Karena itu, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) berupaya menggenjot pengembangan pakan ikan lokal. ”Ke depan, kita usahakan pakan ikan lebih banyak mengandalkan bahan baku dari dalam negeri. Kalau saat ini memang 60 persen masih impor,” katanya. Menurut Slamet, selain mengimpor bahan baku pakan, Indonesia juga masih mengimpor pakan jadi dari negara lain, terutama pakan benih yang hampir 80 persennya diimpor. ”Pakan untuk ikan hias juga 50 persen impor. Sedangkan bahan baku yang masih banyak diimpor adalah tepung ikan, kedelai, dan jagung,” Slamet menambahkan. Menurut Slamet, untuk mengurangi ketergantungan Indonesia pada pakan dan bahan baku pakan impor, pro- dukƟvitas bahan baku pakan lokal perlu digenjot. ”Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah untuk bahan baku pakan, dan sisi kualitas, bahan baku pakan asal Indonesia dinilai tidak kalah dengan bahan dari negara lain,” ujar Slamet. Memang, Slamet mengakui bahwa tepung ikan masih impor karena soal konƟnuitas produksi dalam negeri yang masih terbatas dan kualitasnya tidak stabil.

Gerakan Pakan Mandiri
Untuk menggenjot produksi pakan ikan di dalam negeri, KKP melalui DJPB terus melakukan pengembangan pakan ikan mandiri melalui Gerakan Pakan Ikan Mandiri (Gerpari). ”Gerakan ini berupaya memanfaatkan bahan baku pakan lokal. Tujuannya, untuk mendorong peningkatan kesejahteraan pembudidaya dengan mengurangi ketergantungan terhadap bahan baku impor,” kata Slamet Soebjakto. Dalam Gerpari, salah satu bahan baku pakan yang digunakan adalah eceng gondok sebagai pengganti dedak. Pemanfaatan tepung eceng gondok sebagai bahan baku pakan ikan sudah berhasil dilakukan oleh beberapa kelompok pembudidaya ikan di beberapa daerah seperƟ di Sukabumi (Jawa Barat), di Banjar Negara, di Boyolali (Jawa Tengah) dan di Yogyakarta. Tepung ecek gondok ternyata memiliki kandunhgan nutrisi dan cukup bagus dalam memacu pertumbuhan ikan. Pemanfaatan eceng gondok juga membantu memecahkan masalah, karena selama ini eceng gondok menjadi persoalan di beberapa waduk dan perairan umum.

Selain itu, kata Slamet, bahan baku pakan non tepung ikan juga bisa menggunakan limbah kelapa sawit, serta pemanfaatan bakteri dan biogas serta bahan lain. Dari segi biaya pun relatif lebih murah dibanding dengan bahan baku pakan impor. Menurut Slamet, beberapa kelompok pembudidaya ikan sudah berhasil membuat pakan ikan berbahan baku lokal itu. Karena itu, pihaknya akan mencoba mendorong mereka lebih fokus pada produksi pakan dengan membentuk kelompok-kelompok khusus pembuat pakan, agar bisa memproduksi pakan ikan secara konƟnyu dalam kapasitas yang lebih besar. Dengan ketersediaan pakan lokal berbiaya murah itu diharapkan, para pembudidaya bisa menekan ongkos produksinya, dan bisa meningkatkan produksinya dengan keuntungan yang lebih besar untuk kesejahteraan mereka.„


Sumber : Tabloid Akuakultur, Edisi No.17 Th 3 September - Oktober 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar