Pembangunan perikanan budidaya terus di dorong untuk mendukung Tiga Pilar Pembangunan yaitu Kedaulatan, Kesejahteraan dan Keberlanjutan. Sebagai wujud nyata dari kedaulatan, perlu digerakkan adanya kemandirian. Salah satunya adalah kemandirian pakan, yang merupalan salah satu sarana produksi utama dalam usaha perikanan budidaya.
“Ada empat kemandirian yang harus kita kembangkan, yaitu kemandirian kawasan, kemandirian sarana produksi, kemandirian kelompok pembudidaya dan juga kemandirian usaha. Kemandirian pakan yang merupakan bagian dari kemandirian sarana produksi, saat ini di dorong melalui Gerakan Pakan Ikan Mandiri (GERPARI)”, demikian disampaikan Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Slamet Soebjakto, pada saat memberikana arahan dalam acara Workshop Pakan Ikan Mandiri di Hotel Century, Jakarta.
Lebih lanjut Slamet mengatakan bahwa sarana produksi pakan lebih diutamakan karena komponen biaya yang paling besar dari usaha budidaya ikan adalah pakan. “Biaya yang dikeluarkan untuk pakan bisa mencapai 80 %. Sehingga instruksi dari Menteri Kelautan dan Perikanan, ibu Susi Pudjiastuti, biaya pakan harus turun sampai dengan 60% sehingga kesejahteraan pembudidaya meningkat dan sejajar dengan Usaha Kecil dan Menengah (UKM)”, jelas Slamet.
“Melalui GERPARI, diharapkan akan terbentuk kelompok – kelompok baru seperti Kelompok Produsen Pakan, Kelompok Penyedia Bahan baku Pakan dan bahkan Kelompok Pemasar Pakan. Ini akan mampu menyerap lebih banyak lagi tenaga kerja di bidang perikanan budidaya . Dan juga meningkatkan perekonomian daerah”, jelas Slamet.
Slamet menambahkan bahwa salah satu ahli pakan Albert J. Tacon, mengatakan Indonesia sangat kaya akan bahan baku pengganti tepung ikan. “Ketergantungan akan tepung ikan impor harus dikurangi. Dengan semakin meningkatnya produksi ikan dari perikanan budidaya, maka kebutuhan pakan akan juga meningkat. Sehingga penggunaan subtitusi tepung ikan atau bahan baku pakan impor harus mulai dikurangi dari sekarang. Potensi masing-masing wilayah di Indonesia berbeda-beda, dan ini harus di gali dan dikembangkan oleh kelompok dengan dukungan dari pemerintah daerah”, papar Slamet“Melalui workshop ini, kita harapkan kemampuan para kelompok pakan mandiri akan meningkat, sehingga mampu memproduksi pakan ikan yang berkualitas sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI). Pemerintah akan membantu dalam hal pembinaan dan juga monitoring sekaligus memberikan layanan pengujian pakan di unit pelaksana teknis perikanan budidaya. Kemandirian dalam bidang pakan akan terus kita dorong menuju perikanan budidaya yang mandiri, berdaya saing dan berkelanjutan”, pungkas Slamet.
“Ada empat kemandirian yang harus kita kembangkan, yaitu kemandirian kawasan, kemandirian sarana produksi, kemandirian kelompok pembudidaya dan juga kemandirian usaha. Kemandirian pakan yang merupakan bagian dari kemandirian sarana produksi, saat ini di dorong melalui Gerakan Pakan Ikan Mandiri (GERPARI)”, demikian disampaikan Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Slamet Soebjakto, pada saat memberikana arahan dalam acara Workshop Pakan Ikan Mandiri di Hotel Century, Jakarta.
Lebih lanjut Slamet mengatakan bahwa sarana produksi pakan lebih diutamakan karena komponen biaya yang paling besar dari usaha budidaya ikan adalah pakan. “Biaya yang dikeluarkan untuk pakan bisa mencapai 80 %. Sehingga instruksi dari Menteri Kelautan dan Perikanan, ibu Susi Pudjiastuti, biaya pakan harus turun sampai dengan 60% sehingga kesejahteraan pembudidaya meningkat dan sejajar dengan Usaha Kecil dan Menengah (UKM)”, jelas Slamet.
“Melalui GERPARI, diharapkan akan terbentuk kelompok – kelompok baru seperti Kelompok Produsen Pakan, Kelompok Penyedia Bahan baku Pakan dan bahkan Kelompok Pemasar Pakan. Ini akan mampu menyerap lebih banyak lagi tenaga kerja di bidang perikanan budidaya . Dan juga meningkatkan perekonomian daerah”, jelas Slamet.
Slamet menambahkan bahwa salah satu ahli pakan Albert J. Tacon, mengatakan Indonesia sangat kaya akan bahan baku pengganti tepung ikan. “Ketergantungan akan tepung ikan impor harus dikurangi. Dengan semakin meningkatnya produksi ikan dari perikanan budidaya, maka kebutuhan pakan akan juga meningkat. Sehingga penggunaan subtitusi tepung ikan atau bahan baku pakan impor harus mulai dikurangi dari sekarang. Potensi masing-masing wilayah di Indonesia berbeda-beda, dan ini harus di gali dan dikembangkan oleh kelompok dengan dukungan dari pemerintah daerah”, papar Slamet“Melalui workshop ini, kita harapkan kemampuan para kelompok pakan mandiri akan meningkat, sehingga mampu memproduksi pakan ikan yang berkualitas sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI). Pemerintah akan membantu dalam hal pembinaan dan juga monitoring sekaligus memberikan layanan pengujian pakan di unit pelaksana teknis perikanan budidaya. Kemandirian dalam bidang pakan akan terus kita dorong menuju perikanan budidaya yang mandiri, berdaya saing dan berkelanjutan”, pungkas Slamet.
Sumber : http://www.djpb.kkp.go.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar