Ikan sepat siam biasanya diolah menjadi ikan asin yang lezat dan siap menggoyang lidah Anda. Beberapa danau di Sulawesi, Sumatera, dan Kalimantan memiliki potensi besar sebagai daerah penghasil ikan asin sepat. Oleh karena itulah, budidaya ikan sepat siam memiliki potensi yang cukup besar jika Anda mengembangkannya menjadi lahan bisnis. Berikut ini langkah-langkah budidaya ikan sepat siam.
Memilih induk
Tahap awal untuk budidaya ikan sepat siam adalah memilih indukan. Untuk membedakan kelamin indukan dapat dilihat dari bentuk dan panjang-pendeknya sirip yang terdapat di punggung. Sepat betina memiliki sirip punggung membulat, pendek, serta tidak mencapai dasar pangkal sirip ekor.
Sementara itu, sepat jantan memiliki sirip punggung panjang mencapai dasar pangkal sirip ekor dan bentuknya lancip. Selain bentuk sirip punggung, perbedaan kelamin ikan ini dapat dilihat dari warna atau tinggi badannya. Warna ikan betina biasanya lebih bersih atau lebih terang, sedangkan ikan jantan berwarna lebih gelap. Tinggi badan ikan jantan biasanya lebih tinggi daripada ikan betina. Induk yang baik untuk dipijahkan minimal berumur 7 bulan.
Pemijahan di kolam
Proses pemijahan ikan ini sebenarnya cukup mudah. Pemijahannya dapat meniru kebiasaan hidup ikan ini di alam. Sepat siam tidak membutuhkan aliran air yang besar dalam pemijahannya. Bahkan, di kolam air tergenang pun ikan ini dapat memijah. Namun, sebaiknya disediakan kolam pemijahan yang cukup baik, di antaranya mudah memasukkan dan mengeluarkan air. Luas lahan pemijahan tergantung lahan yang tersedia, biasanya antara 50—300 m2 dengan kedalaman air sekitar 70—100 cm.
Persiapan pemijahan
Persiapan pemijahan diawali dengan pengisian air pada kolam yang sebelumnya telah dikeringkan hingga ketinggian 70—100 cm. Sebelum induk ditebar, 7—10 hari sebelumnya kolam diberi pupuk kandang, lalu pintu pemasukan dan pengeluaran air ditutup selama seminggu. Ini bertujuan agar pakan alami selalu tersedia untuk benih setelah kuning telurnya habis. Setelah itu, induk sepat yang telah diseleksi dimasukkan ke dalam kolam pemijahan dengan perbandingan antara jantan dan betina 1:1. Induk jantan memiliki sifat membuat sarang sebelum memijah sehingga pada permukaan air kolam harus disediakan bahan untuk melindungi sarang.
Pemijahan
Pemijahan diawali oleh pembuatan gelembung udara busa di bawah jerami. Pembuatan sarang ini membutuhkan waktu sekitar 1—2 hari. Biasanya, gelembung udara (buih) yang terbentuk bergaris tengah 1,5—3 mm. Pada saat jantan membuat sarang, perangainya berubah menjadi galak dan tidak akan membiarkan ikan lain mendekati sarangnya, termasuk induk betina. Namun, begitu sarang telah selesai dibuat, perangainya akan berubah menjadi lemah lembut, terutama terhadap induk betina. Bermodalkan sarang busa tersebut, tidak sulit bagi induk jantan untuk memikat betina yang telah matang telur.
Telur-telur tersebut akan mengapung di bawah sarang busa karena induk jantan mengajak induk betina mengeluarkan telur di bawah sarang yang telah dibuatnya. Telur-telur yang telah dibuahi akan menetas setelah 2—3 hari sejak pembuahan. Setelah itu, induk jantan akan merawat telur dan larvanya. Larva yang baru menetas akan mendapatkan pakan cadangan dari kuning telurnya. Hingga hari ke-7, benih sepat akan memakan plankton yang tersedia dari hasil pemupukan.
Di dalam kolam pemijahan ini, telur-telur akan dibiarkan menetas dan larvanya tumbuh bersama dengan induknya hingga berumur 30 hari. Setelah itu, induk dipisahkan dari benih-benihnya, lalu dikembalikan ke kolam pemeliharaan, sedangkan benihnya dipelihara di kolam tersendiri.
Pembesaran
Pembesaran ikan sepat siam dilakukan ketika benih berumur 2 bulan dengan ukuran sekitar 5—6 cm. Ini karena pada usia itu, ikan dianggap sudah bisa melindungi diri dari serangan ikan predator atau kompetitornya. Persiapan kolam pembesaran dilakukan seperti halnya pada kolam pemijahan, yaitu kolam dipupuk terlebih dahulu untuk menumbuhkan pakan alami ikan. Namun, untuk pembesaran sepat siam tidak boleh hanya mengandalkan pakan alami yang terbatas jumlahnya.
Untuk memperoleh pertumbuhan ikan secara optimal, ikan harus disuplai pakan dari luar kolam berupa tepung (dedak, tepung daun), kangkung, lemna, daun singkong, dan pelet. Pertumbuhan ikan sepat di kolam yang telah dipupuk dan ditambah pemberian pakan akan mencapai ukuran sekitar 7—9 cm setelah berumur tiga bulan sejak masa penetasan.
Sumber: Buku 25 Budidaya Ikan di Pekarangan, Penulis : Heru Susanto Penerbit Penebar Swadaya BP , 2014
Pemijahan di kolam
Proses pemijahan ikan ini sebenarnya cukup mudah. Pemijahannya dapat meniru kebiasaan hidup ikan ini di alam. Sepat siam tidak membutuhkan aliran air yang besar dalam pemijahannya. Bahkan, di kolam air tergenang pun ikan ini dapat memijah. Namun, sebaiknya disediakan kolam pemijahan yang cukup baik, di antaranya mudah memasukkan dan mengeluarkan air. Luas lahan pemijahan tergantung lahan yang tersedia, biasanya antara 50—300 m2 dengan kedalaman air sekitar 70—100 cm.
Persiapan pemijahan
Persiapan pemijahan diawali dengan pengisian air pada kolam yang sebelumnya telah dikeringkan hingga ketinggian 70—100 cm. Sebelum induk ditebar, 7—10 hari sebelumnya kolam diberi pupuk kandang, lalu pintu pemasukan dan pengeluaran air ditutup selama seminggu. Ini bertujuan agar pakan alami selalu tersedia untuk benih setelah kuning telurnya habis. Setelah itu, induk sepat yang telah diseleksi dimasukkan ke dalam kolam pemijahan dengan perbandingan antara jantan dan betina 1:1. Induk jantan memiliki sifat membuat sarang sebelum memijah sehingga pada permukaan air kolam harus disediakan bahan untuk melindungi sarang.
Pemijahan
Pemijahan diawali oleh pembuatan gelembung udara busa di bawah jerami. Pembuatan sarang ini membutuhkan waktu sekitar 1—2 hari. Biasanya, gelembung udara (buih) yang terbentuk bergaris tengah 1,5—3 mm. Pada saat jantan membuat sarang, perangainya berubah menjadi galak dan tidak akan membiarkan ikan lain mendekati sarangnya, termasuk induk betina. Namun, begitu sarang telah selesai dibuat, perangainya akan berubah menjadi lemah lembut, terutama terhadap induk betina. Bermodalkan sarang busa tersebut, tidak sulit bagi induk jantan untuk memikat betina yang telah matang telur.
Telur-telur tersebut akan mengapung di bawah sarang busa karena induk jantan mengajak induk betina mengeluarkan telur di bawah sarang yang telah dibuatnya. Telur-telur yang telah dibuahi akan menetas setelah 2—3 hari sejak pembuahan. Setelah itu, induk jantan akan merawat telur dan larvanya. Larva yang baru menetas akan mendapatkan pakan cadangan dari kuning telurnya. Hingga hari ke-7, benih sepat akan memakan plankton yang tersedia dari hasil pemupukan.
Di dalam kolam pemijahan ini, telur-telur akan dibiarkan menetas dan larvanya tumbuh bersama dengan induknya hingga berumur 30 hari. Setelah itu, induk dipisahkan dari benih-benihnya, lalu dikembalikan ke kolam pemeliharaan, sedangkan benihnya dipelihara di kolam tersendiri.
Pembesaran
Pembesaran ikan sepat siam dilakukan ketika benih berumur 2 bulan dengan ukuran sekitar 5—6 cm. Ini karena pada usia itu, ikan dianggap sudah bisa melindungi diri dari serangan ikan predator atau kompetitornya. Persiapan kolam pembesaran dilakukan seperti halnya pada kolam pemijahan, yaitu kolam dipupuk terlebih dahulu untuk menumbuhkan pakan alami ikan. Namun, untuk pembesaran sepat siam tidak boleh hanya mengandalkan pakan alami yang terbatas jumlahnya.
Untuk memperoleh pertumbuhan ikan secara optimal, ikan harus disuplai pakan dari luar kolam berupa tepung (dedak, tepung daun), kangkung, lemna, daun singkong, dan pelet. Pertumbuhan ikan sepat di kolam yang telah dipupuk dan ditambah pemberian pakan akan mencapai ukuran sekitar 7—9 cm setelah berumur tiga bulan sejak masa penetasan.
Sumber: Buku 25 Budidaya Ikan di Pekarangan, Penulis : Heru Susanto Penerbit Penebar Swadaya BP , 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar