Kamis, 27 Februari 2020

Kualitas Air - Manajemen Pengelolaan Kolam Budidaya Ikan Lele

Pengelolaan Kualitas Air Budidaya Ikan Lele | Bibitikan.net
Masalah air dalam media budidaya adalah faktor penting dalam keberhasilan usaha budidaya ikan lele, masalah air harus benar-benar diperhatikan. Mulai dari perlakuan sebelum digunakan serta cara menggunakan dan mengaturnya agar kualitas air di kolam pemeliharaan lele terjaga dan terkendali dengan baik. Dengan demikian, ikan menjadi sehat dan cepat tumbuh. Pada budidaya lele, pengaturan air berhubungan dengan pemeliharaan induk, pemijahan, penetasan, dan pemeliharaan yang dalam praktiknya ada sedikit perbedaan.
1. Manajemen air pemeliharaan induk
Dalam pengelolaan air pada budidaya ikan lele, perlu manjemen yang kaik. Hal pertama adalah pemeliharaan induk. Untuk pemeliharaan induk bisa menggunakan air sungai, air irigasi, air sawah, air sumur, air bekas kolam, bahkan air selokan. Sebelum digunakan, air untuk pemeliharaan induk tidak perlu diendapkan, kecuali air hujan. Secara fisik, induk lele sudah tahan terhadap perubahan, suhu, pH, dan kadar oksigen yang rendah serta mampu beradaptasi dengan air baru. Khusus untuk kolam induk, airnya harus dikeruhkan dengan pekat menggunakan tanah sawah atau tanah merah. Tujuannya untuk mencegah perkelahian dan pemijahan liar di kolam pemeliharaan.

Untuk menjaga kualitas air kolam pemeliharaan, perlu adanya pengawasan rutin, baik harian atau mingguan. Pergantian air sangat tergantung pada kepadatan ikan, jenis pakan, dan banyaknya pakan yang diberikan. Semakin padat ikan dan jumlah pakan yang diberikan, frekuensi pengantian air tentunya lebih sering. Air kolam yang sudah menurun kualitasnya ditandai dengan bau menyegat dan tidak sedap, air berbusa, terlalu keruh, berlendir, atau ada indukan yang mengantungiindakan yang dilakukan untuk menetralisir air tersebut antara lain sebagai berikut.
  • Mengurangi, lalu menambah air sesuai volume yang dikurangi.
  • Pergantian air total bila ada induk yang mengambang.
  • Penambahan air baru dan dibiarkan meluap melalui pembuangan.
  • pemberian probiotik pengencer air serta pengurai sisa pakan dan amoniak.
2. Manajemen air untuk pemijahan dan penetasan telur
Dalam Manajemen Air budidaya ikan lele yang kedua adalah untuk pemijahan dan penetasan telur. Air untuk pemijahan yang dapat dimanfaatkan bisa berasai dari mata air, sungai, irigasi, sumur bor, sumur gali, atau air ledeng yang tidak menggunakan kaporit. Air sungai dan irigasi sebaiknya diendapkan sebelum digunakan agar partikel-partikel terlarutnya mengendap. Kelemahan dari air sungai dan irigasi terkadang mengandung bibit hama yang bisa memangsa larva ketika telur menetas. 

Air yang diendapkan lebih dari tiga hari tidak baik untuk pemijahan dan penetasan karena terlalu dingin serta bisa menjadi tempat tumbuhnya hama dan bibit penyakit. Pengendapan air cukup semalam saja, setelah itu langsung digunakan.

Air yang terlalu asam (pH rendah) atau basa (pH tinggi) masih bisa digunakan dengan cara menetralisir pH-nya terlebih dahulu. Air yang asam bisa dinaikkan pH-nya dengan kapur pertanian atau soda kue. Untuk air yang pH-nya tinggi bisa diturunkan dengan jeruk nipis, asam belimbing sayur, atau cuka. Setelah pH-nya netral, air diendapkan sekitar 1-2 malam; lalu bisa digunakan baik untuk pemijahan, pemeliharaan benih, ataupun pembesaran. Air hujan tidak baik untuk pemijahan dan penetasan telur. Selain asam dan dingin, kadar oksigen terlarutjuga sangat rendah sehingga menyebabkan telur gagal menetas.

3. Manajemen air untuk pendederan
Manajemen Air budidaya ikan lele yang ketiga adalah untuk pendederan. Permasalahan air pada budi daya lele tahap pendederan adalah tidak netralnya air yang digunakan. Supaya aman, sebaiknya air diendapkan minimal 1-2 malam. Kolam terbuka yang terkena hujan dapat menyebabkar pH berubah. Selain itu, suhu menjadi dingin dan kadar oksigen air menurun sehingga ikan menjadi stres, mengambang, atau mati. Untuk mengatasinya bisa dengan membuang setengah air kolam dan diganti dengan air baru yang telah diendapkan. Bisa juga menebarkan beberapa genggam garam ikan pada saat hujan turun atau setelah berhenti.

Untuk menaikkan pH air, bisa menggunakan soda kue (misalnya ferrnipan). Caranya adalah menyeduhnya terlebih dahulu. lalu disebar ke dalam kolam. Dosisnya 1/2 sendok teh/m3 yang dilarutkan dalam air. Kontrol harian dapat dilakukan dengan berbagai cara. Bila kualitas air di kolam pemeliharaan mulai menurun, segera dinetralisir dengan penambahan, pengurangar overflow (diluapkan), atau diencerkan dengan probiotik Frekuensinya tergantung kepadatan ikan dan jenis pakan yang diberikan, antara 2-5 hari sekali.

4. Manajemen air untuk pembesaran
Manajemen Air budidaya ikan lele yang ke empat adalah untuk pembesaran. Air kolam pembesaran kualitasnya harus dilaga agar ikan tidak terserang penyakit atau mati. Sebelum digunakan, sebaiknya air diendapkan terlebih dahulu selama 2-4 hari agar suhu. pH. dan oksigennya stabil sehingga tidak menyebabkan ikan stres. Pergantian air di kolam pemeliharaan frekuensinya tidak sesering pembenihan. Hal itu karena lele sudah cukup besar dan mampu beradaptasi dengan kondisi air yang kurang baik. Namun, pada kepadatan tinggi, jumlah dan jenis pakan yang diberikan cepat merusak air, seperti pelet, ayam tiren, ikan runcah. Dengan demikian, frekuensi pergantian air harus lebih sering.

Pengantian air sebaiknya dilakukan sebelum air mengalami kerusakan. Mutu air yang buruk akan menurunkan selera makan dan penyebabkan pertumbuhan ikan terhambat. Air yang buruk juga menjadi tempat perkembangan bibit penyakit yang dapat menyerang ikan yang dapat menyebabkan ikan sakit dan mati. Ciri-ciri air yang harus diganti adalah berbusa atau berwarna cokelat/hijau pekat.

Untuk menjaga kualitas air, bisa dilakukan dengan cara pengenceran atau mengurangi sebagian dan menambah sebanyak air yang terbuang. Probiotik pengurai amoniak dan kotoran juga dapat digunakan atau di-overflow (dibiarkan meluap melalui pembuangan air).

Cara Harian untuk Mengelola Kualitas Air Kolam Ikan Lele
Ikan lele memang merupakan ikan yang mudah tumbuh dan berkembang biak di kolam apa saja. Namun, bukan berarti kualitas air kolam bisa diabaikan begitu saja oleh para pembudidaya. Anda juga harus menjaga kualitas air kolam ikan lele rutin setiap hari agar ikan tidak mati keracunan akibat kualitas air yang tidak baik.


Kualitas air kolam menurun ditandai dengan tercium bau busuk yang ditimbulkan oleh amonia. Jika sudah tercium bau, pembudidaya harus mengurangi pemberian pakan. Selanjutnya, berikan kapur pertanian sebanyak 10—20 gram/m3 air media.

Jika kualitas air kolam sudah sangat buruk, tingkah laku ikan lele menjadi berubah, seperti aktivitas makan yang menurun. Jika sudah terjadi seperti itu, buang air kolam bagian bawah sebanyak 30 persen dan diganti dengan air yang baru. Selanjutnya, berikan larutan garam gosok dengan takaran 1—3 kg/m3 dan pemberian pakan sementara waktu harus sedikit dikurangi.

Salah satu cara menjaga kualitas air kolam ikan lele adalah dengan memberikan pakan yang tepat. Dengan begitu, pakan akan dikonsumsi dengan baik dan persentase pakan yang tidak terkonsumsi dan akhirnya mengendap di dasar kolam tidak terlalu besar. Pakan yang terakumulasi di dasar kolam yang tidak dibersihkan dapat menjadi penyebab kualitas air kolam semakin menurun.

Anda juga dapat memberikan probiotik dalam pakan ikan agar membentuk bioflok. Bioflok merupakan gabuangan dari kata ‘bios’ (kehidupan) dan ‘flock’ (gumpalan). Biofolok adalah kumpulan dari berbagai macam organisme seperti bakteri, mikoralga, ragi, protozoa, dan semacamnya. Mikroorganisme tersebut bersatu dalam satu gumpalan.

Gumpalan atau bioflok berfungsi untuk menambahkan organisme hidup dalam media kolam. Mikroorganisme tersebut dapat berperan menjadi pakan alami ikan lele, tetapi juga dapat menjaga keseimbangan air kolam sehingga ikan lele menjadi lebih sehat.

Probiotik juga dapat diberikan dengan menambahkan probiotik khusus air sebanyak 300 ml untuk setiap 1 kg pakan fermentasi yang diberikan pada benih lele. Pemberian pakan ini dilakukan rutin setiap sore selama masa pemeliharaan.

Selanjutnya, Anda juga harus melakukan pemantauan kepekatan bioflok dalam kolam secara rutin setiap 5—7 hari sekali. Bioflok tidak boleh terlalu pekat yang ditandai dengan jumlah endapan dasar kolam lebih dari 10 persen dari volume air media.

Endapan tersebut juga harus dikeluarkan dengan cara mengalirkan air kolam bagian bawah sebanyak 25 persen. Proses pembuangan tersebut berlangsung selama 5—10 menit dengan kondisi intalasi aerasi yang dimatikan.

Sumber Referensi:

Rahmawati, D., 2015; http://www.jurnal.unikal.ac.id/index.php/akuatika/article/download/324/305

..................., 2018; https://www.academia.edu/35236265/Manajemen Kualitas Air Media Budidaya Ikan Lele Sangkuriang/

2 komentar:

  1. AJO_QQ poker
    kami dari agen poker terpercaya dan terbaik di tahun ini
    Deposit dan Withdraw hanya 15.000 anda sudah dapat bermain
    di sini kami menyediakan 9 permainan dalam 1 aplikasi
    - play aduQ
    - bandar poker
    - play bandarQ
    - capsa sunsun
    - play domino
    - play poker
    - sakong
    -bandar 66
    -perang baccarat (new game )
    Dapatkan Berbagai Bonus Menarik..!!
    PROMO MENARIK
    di sini tempat nya Player Vs Player ( 100% No Robot) Anda Menang berapapun Kami
    Bayar tanpa Maksimal Withdraw dan Tidak ada batas maksimal
    withdraw dalam 1 hari.Bisa bermain di Android dan IOS,Sistem pembagian Kartu
    menggunakan teknologi yang mutakhir dengan sistem Random
    Permanent (acak) |
    Whatshapp : +855969190856

    BalasHapus
  2. ayo segera bergabung dengan saya di D3W4PK
    hanya dengan minimal deposit 10.000 kalian bisa menangkan uang jutaan rupiah
    ditunggu apa lagi ayo segera bergabung, dan di coba keberuntungannya
    untuk info lebih jelas silahkan di add Whatshapp : +8558778142
    terimakasih ya waktunya ^.^

    BalasHapus