Kali ini kita akan membahas mengenai kualitas air kolam budidaya beserta faktor penyebab menurunnya kualitas air kolam tersebut. Perlu diingat bahwa air sebagai tempat hidup ikan yang dibudidayakan harus memenuhi syarat kuantitas dan kualitas. Suplai air yang cukup belum tentu menjamin keberhasilan budidaya ikan.
Empat Faktor Penyebab Menurunnya Kualitas Air Kolam Budidaya
Kepadatan penebaran
Padat penebaran yang tinggi dapat mempercepat laju penurunan kualitas air kolam. Dengan padatnya “penghuni” kolam maka akan didapati sisa metabolisme ikan yang lebih banyak. Hal tersebut dapat menyebabkan oksigen terlarut rendah. Oleh karenanya, pembudidaya ikan yang menggunakan padat tebar yang tinggi sebaiknya harus lebih memperhatikan pengelolaan kualitas air di kolamnya.
Pakan yang berlebihan
Pengelolaan pakan menjadi hal yang substansial dalam usaha budidaya ikan. Pemberian pakan yang kurang akan mempengaruhi pertumbuhan ikan, namun sebaliknya pemberian pakan yang berlebih, selain tidak ekonomis, juga mempengaruhi penurunan kualitas airnya. Secara tidak langsung akan menghambat pertumbuhan ikan.
Akumulasi Bahan Organik
Bahan organik dapat berasal dari akumulasi sisa pakan ikan dan hasil metabolisme ikan. Keduanya akan didekomposisi oleh bakteri dalam air yang mana dalam prosesnya menggunakan oksigen dan menghasilkan amonia. Di alam, daur ulang nutrien (bahan organik) sebenarnya telah berlangsung alami. Namun dalam kondisi kualitas air yang tidak optimal, dimana konsentrasi oksigen untuk dekomposisi kurang, maka proses dekomposisi akan berlangsung secara anaerob. Hal tersebut memiliki efek mematikan bagi ikan yang hidup di kolam tersebut.
Perubahan Cuaca
Perubahan cuaca perlu diwaspadai dalam budidaya ikan. Beberapa parameter kualitas air yang mudah dipengaruhi perubahan cuaca (hujan) adalah salinitas, kadar pH, dan kecerahan. Kecerahan dipengaruhi oleh kurangnya sinar matahari pada saat hari mendung. Hal tersebut berpengaruh terhadap laju fotosintesa dari fitoplankton yang dapat menyebabkan kadar DO menjadi turun.
Berkurangnya fitoplankton dalam rantai makanan akan secara efektif menyebabkan kematian massal ikan yang dapat meningkatkan bahan organik di kolam itu sendiri. Kematian masal ikan menyebabkan bertambahnya akumulasi bahan organik dan akibatnya sebagaimana dijelaskan pada poin sebelumnya.Turunnya hujan memuat air sadah yang mengandung unsur CO2, H2S, dan Fe yang membuat air menjadi lebih asam. Untuk kolam tanah, keberadaan air hujan akan mengikis pematang kolam dan menyebabkan substrat lumpur didasar kolam meningkat. Antisipasi penyakit ikan sangat dibutuhkan apabila kondisi terjadi.
Sebenarnya masih banyak faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas air kolam budidaya tetapi pada tulisan kali ini kita fokuskan pada keempat faktor tersebut. Bagi Anda yang memiliki usaha maupun hobi dalam bidang perikanan, kami sarankan untuk selalu memantau kualitas air kolam budidaya Anda.
Mengetahui kualitas Air dengan Cara sederhana
Dalam usaha budidaya perikanan, baik tambak maupun kolam, kualitas air budidaya merupakan salah satu faktor penting yang menentukan keberhasilan budidaya. Maka dari itu, harus dijaga kualitasnya mulai dari awal sampai akhir pemeliharaan. Tentunya agar ikan yang kita budidayakan bisa hidup dengan baik, tidak pernah mengalami stress dan mempunyai pertumbuhan yang normal.
Nah, Bagaimana cara mengetahui kualitas air budidaya kita? Untuk mengetahui berbagai parameter kualitas air secara pasti, tentu saja dengan bantuan alat yang sesuai. Akan tetapi, kebanyakan petani ikan belum memiliki alat tersebut. Oleh karena itu, artikel ini akan mencoba mengulas cara mengetahui kualitas air secara sederhana. Tentu saja dengan tingkat keakuratan yang masih kalah jika dibandingkan dengan menggunakan alat, namun cara ini sudah bisa menjadi solusi dari ketiadaan alat tersebut.
Cara Sederhana Mengetahui Kualitas Air Kolam Budidaya
Salah satu cara mudah dan murah dalam menentukan kulaitas air adalah dengan melihat langsung perubahan tingkah laku ikan di air saat pengontrolan kolam. Bila ikan terlaku sering menyembul ke permukaan, dapat dipastikan bahwa jumlah kandungan oksigen terlarut dalam kolam dalam kondisi rendah. Kondisi itu dapat diperbaiki dengan mengganti atau menambah air kolam.
Cara lain untuk mengetahui jumlah oksigen terlarut dapat diketahui dengan melemparkan potongan kayu yang diberi warna merah atau cat merah ke dalam air dan dibiarkan selama kurang lebih 30 – 60 menit. Jika terdapat bintik-bintik kotor pada kayu tersebut bisa dipastikan kendungan oksigen terlarut dalam air berkisar 0,1 – 2 mg/l, artinya oksigen terlarut dalam air tersebut hanya cukup untuk kebutuhan oksigen ikan tersebut. Kondisi ini sedikit banyak akan berpengaruh meskipun beberapa ikan memiliki kemampuan mengambil oksigen dari udara bebas (gurami, lele).
Untuk mengukur pH secara sederhana adalah dengan menggunakan kertas lakmus atau melihat permukaan air dibagian pinggir kolam. Jika terdapat endapan atau seperti busa berwarna merah di pinggir kolam, maka bisa disimpulkan bahwa air kolam mempunyai pH yang rendah (kondisi asam), sehingga memerlukan kapur untuk menetralkannya.
Ada lagi cara biologis yang dapat dilakukan, yaitu dengan melihat langsung apakah di air kolam terdapat ikan seribu (Lebistus reticulatus). Ikan seribu ini berukuran kecil namun hidupnya bergerombol, dan mampu hidup di hampir semua perairan. Bila dalam suatu perairan ditemukan ikan seribu, maka dapat dijadikan tanda bahwa perairan tersebut bisa digunakan untuk budidaya ikan.
Penurunan Kualitas Air Akibat Pakan
Selama budidaya berlangsung menghasilkan limbah organik terdiri atas sisa pakan, feses, dan sisa metabolisme lainnya. Berdasarkan bentuknya, limbah budidaya berupa limbah solid dan larutan. Limbah berbentuk solid berasal dari pakan yang tidak termakan, partikel feses, hasil molting, dan materi organik di dasar kolam. Limbah berbentuk larutan berupa materi yang dikeluarkan bersamaan urin atau melalui insang dan komponen yang larut dari limbah solid. Limbah tersebut umumnya berubah melalui proses biologi dan kimia diantaranya menjadi amonia, nitrit, dan nitrat. Pada sistem intensif, tingginya tebar selaras dengan tingginya limbah yang dihasilkan baik yang tersuspensi dalam air maupun yang mengendap di dasar kolam.
Tingkat pemanfaatan pakan yang tinggi dapat menjaga kualitas air tetap baik sehingga menghasilkan pertumbuhan udang dan produksi yang optimal. Sebaliknya, rendahnya pemanfaatan pakan menyebabkan turunnya kualitas air. Seiring berjalannya waktu budidaya kualitas air akan turun yang disebabkan oleh produk metabolik hasil penguraian sisa pakan dan feses udang, terutama jika tanpa monitor kualitas air yang terus-menerus.
Kondisi kualitas air juga dapat dijadikan pertimbangan saat memberikan pakan. Misalnya suhu dan kadar oksigen terlarut (DO) yang dapat mempengaruhi aktivitas makan dan laju metabolisme udang. Suhu optimal bagi pencernaan udang pada kisaran 29-31°C. Pada suhu yang tinggi (32°C) pencernaan lebih cepat dan konsumsi pakan lebih tinggi, tetapi jumlah pakan tetap harus dikontrol agar tidak menyebabkan tingginya konsentrasi materi organik di dasar kolam. Pada saat DO 4-5 ppm nafsu makan udang baik, tetapi jika dibawah 4 ppm nafsu makan udang akan menurun.
Kualitas air dapat mempengaruhi fungsi fisiologis . Misalnya DO rendah menyebabkan turunnya nafsu makan dan justru cenderung mencari oksigen ke permukaan air. Selain itu, tingginya salinitas dapat menyebabkan memerlukan energi lebih untuk menyeimbangkan laju osmosis tubuhnya sehingga kompensasinya laju pertumbuhan akan turun. Parameter kualitas air lain yaitu amonia, konsentrasi amonia menjadi lebih tinggi pada saat salinitas tinggi (40 ppt), amonia juga dipengaruhi oleh suhu dan pH yaitu cenderung semakin tinggi pada suhu dan pH yang semakin tinggi. Amonia adalah salah satu senyawa paling beracun, sehingga sangat dihindari jumlahnya melebihi batas yang disarankan.
Berbagai kondisi dan variabel kualitas air tersebut mengganggu fisiologi dan dapat menyebabkan turunnya nafsu makan dan akhirnya pemanfaatan pakan turun yang artinya pakan hanya akan menjadi limbah. Pemberian pakan yang tidak tepat meskipun dengan pengelolaan air yang baik tetap akan menyebabkan penurunan kualitas air. Efek dari kualitas air yang buruk ini adalah turunnya nafsu makan udang yang mengakibatkan laju pertumbuhan turun dan FCR naik.
Referensi:
Budiarti, T., C. Muluk, B. Widigdo, K. Praptokardiyo, dan D. Soedhama. 2008. Tingkat Pemanfaatan Pakan dan Kelayakan Kualitas Air serta Estimasi Pertumbuhan dan Produksi Udang Vaname (Litopenaeus vannamei, Boone 1931) Pada Sistem Intensif. Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia. 15 (2): 109-116.
Primavera, J.H. 1991. Intensive Prawn in the Philippines: Ecological, Social, and Economic Implication. Ambrio. 20: 28-33.
Barnie. 2012. Temperature Effects Feeding Behaviour of Pacific White Shrimp. https://thefishsite.com/articles/temperature-effects-feeding-behaviour-of-pacific-white-shrimp. diakses pada tanggal 8 April 2019.
..............., 2017; https://www.pinterest.com/pin/230316968421324329/
..............., 2017; https://www.sangkutifarm.com/penyebab-menurunnya-kualitas-air-kolam-lele/
Jubaedah, 2018; https://media.neliti.com/media/publications/283172-analisis-kondisi-kualitas-air-dan-produk-0c9a7ffb.pdf
ayo segera bergabung dengan saya di D3W4PK
BalasHapushanya dengan minimal deposit 10.000 kalian bisa menangkan uang jutaan rupiah
ditunggu apa lagi ayo segera bergabung, dan di coba keberuntungannya
untuk info lebih jelas silahkan di add Whatshapp : +8558778142
terimakasih ya waktunya ^.^