Kamis, 11 Maret 2021

Budidaya Ikan Patin - Teknis Pembenihan


Ikan Patin dengan nama ilmiah Pangasius hypophthalmus masuk ke dalam golongan jenis ikan lele (catfish), habitat asli ikan patin di alam bebas adalah berasal dari sungai-sungai besar yang ada di kawasan pulau Kalimantan, pulau Sumatra, dan pulau Jawa. Namun ikan patin dapat juga hidup dan dibudidayakan di kolam air tawar. Jenis ikan patin local di Indonesia mempunyai kesamaan bentuk, ukuran dan tekstur dengan jenis ikan patin yang ada di Thailand (pangasius sutchi).
Ikan patin termasuk golongan ikan yang paling banyak dikonsumsi karena sebagai sumber protein hewani. Menggeluti bisnis peternakan Ikan patin merupakan bisnis yang memiliki prospek bagus karena dapat menghasilkan nilai jual yang tinggi, karena selain sebagai sumber gizi ikan patin juga bisa bernilai jual sebagai ikan hias.

Kolam Indukan Betina dan Pejantan

Cara pembenihan ikan patin sebaiknya dipilih lokasi kolam untuk peternakan yang dekat dengan sumber air dan bebas dari banjir. Untuk memudahkan sistim pengairan ke dalam kolam sebaiknya kolam dibangun pada lokasi lahan yang landai dan mempunyai kemiringan 3 sampai dengan 5 %. Hal ini bertujuan agar air mudah dan lancer mengalir ke kolam.

Setidaknya ada 3 jenis kolam yang perlu disiapkan untuk memulai cara budidaya ikan patin.

1) Kolam Indukan

Kolam Indukan Betina

Luas kolam ditentukan oleh seberapa banyak jumlah induk dan intensitas dalam pengolahannya, misalnya untuk 100 kilogram induk sebaiknya dipelihara di dalam kolam dengan luas kira-kira 500 m2 , persyaratan memilih kolam jenis ini jika anda hanya mengandalkan sumber pakan alami ditambah dedak. Tetapi jika pakan yang akan diberikan berupa pelet maka untuk 100 kilogram induk bisa dipelihara di dalam kolam dengan luas antara 150 sampai dengan 200 m2 saja. Kolam sebaiknya mempunyai bentuk persegi panjang, dinding samping kolam bisa ditembok, tetapi untuk jenis kolam tanah sebaiknya dinding samping dilapisi anyaman bambu.

2) Kolam Pemijahan

Bak Karantina

Kolam tempat memijahkan bisa di kolam tanah atau berupa bak tembok atau pun akuarium, jumlah induk yang hendak dipijahkan memengaruhi besarnya ukuran atau luas kolam. Misalnya untuk 1 ekor induk yang mempunyai berat 3 kilogram sebaiknya ditempatkan pada kolam dengan luas 18 meter persegi yang sudah dilengkapi dengan kira-kira 18 buah ijuk.

3) Lab Penetasan Telur

Laboratorium untuk penetasan telur menjadi larva

Biasanya dari akuarium, semakin banyak indukan maka semakin banyak akuarium yang harus disediakan.

4) Kolam Tempat Pendederan

Kolam Pendederan

Untuk kolam tempat pendederan sebaiknya dibuatkan kolam berbentuk 4 persegi, buatkanlah saluran (kemalir) pada dasar kolam dan buatkan juga kubangan di daerah saluran pengeluaran. Saluran kemalir dan kubangan dibuat dengan tujuan untuk mengumpulkan benih pada saat panen tiba.

Cara Pemijahan dan Memilih Bibit Ikan Patin
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika melakukan pembibitan di dalam cara budidaya ikan patin agar didapatkan bibit yang sehat dan cepat dalam membesarkannya.

1) Memilih Bibit Ikan Patin yang Bagus

Pemilihan Indukan Betina

Memilih Bibit Ikan Patin bisa berasal dari proses pemeliharan di kolam sejak kecil atau merupakan hasil dari tangkapan di alam , pilihlah induk yang berasal dari kawanan ikan patin yang sudah dewasa sehingga diharapkan kita mendapatkan induk yang ideal dan mempunyai kualitas yang bagus.

Seleksi Induk
1. Kriteria induk betina

Pencarian Indukan Betina

  • Induk sudah mempunyai usia diatas 2 tahun.
  • Induk sudah mempunyai berat antara 1,5 sampai dengan 2 kilogram.
  • Secara visual induk sudah mempunyai perut yang membesar pada daerah anus.
  • Bila diraba perut induk patin akan terasa empuk, lembek dan tipis.
  • Ada pembengkakan dan timbul warna merah di daerah kloaka.
  • Akan keluar beberapa butir telur jika daerah kloaka ditekan.
2. Kriteria induk jantan

Pemilihan Indukan Betina

  • Induk sudah mempunyai usia diatas 2 tahun.
  • Induk sudah mempunyai berat antara 1,5 sampai dengan 2 kilogram
  • Seperti halnya pada induk betina, bila diraba induk jantan mempunyai perut yang lembek dan tipis.
  • Jika diurut sambil ditekan induk jantan akan mengeluarkan cairan berupa sperma yang berwarna putih.
  • Pada bagian kelamin Induk jantan ada pembengkakan dan mempunyai warna merah tua sebagai tanda bahwa induk siap dikawinkan.
2) Perawatan dan Pemeliharaan Induk patin
Lakukanlah pemeliharaan secara khusus terlebih dahulu terhadap induk ikan patin yang telah dipilih untuk dipijahkan, pemeliharan bisa dilakukan di dalam sangkar yang terapung, berikanlah makanan special terhadap induk yaitu makanan yang kaya akan protein. Makanan induk bisa dibuat dari bahan-bahan yang bisa dibeli dan tersedia banyak dipasaran seperti : Bahan-bahan berupa pakan ayam yang mengandung 35 persen tepung ikan di dalamnya, dedak halus dengan komposisi 30 persen, menir beras dengan komposisi 25 persen, tepung kedelai dengan komposisi 10 persen, dan tambahan vitamin atau mineral sebesar 0,5 persen.

Bahan dan Alat

Artemia (plankton)

  • Induk Ikan Patin yang sudah matang gonad yang mempunyai berat 1,5 – 2,5 kg
  • Artemia, Tubifex sp untuk pakan alami larva
  • vitamin C merk Premium-C sebagai bahan campuran pada pakan alami
  • bak pakan alami
  • Timbangan, Alat suntik
  • Bak pemeliharaan larva
  • Dll
Tehnik Pembenihan

a. Pemijahan

Alat dan bahan penyuntikan

Pemijahan adalah proses pertemuan antara ikan jantan dan betina untuk melakukan pembuahan telur oleh spermatozoa yang terjadi diluar tubuh atau secara eksternal. Menyatakan bahwa pemijahan merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan ikan dalam upaya mempertahankan kelangsungan hidup spesiesnya. Hal-hal yang perlu dilakukan pada proses pembenihan antara lain, pengadaan induk yang meliputi karantina dan perawatan induk. Hal itu bertujuan untuk memilih induk yang berkualitas baik. Biasanya induk-induk yang berasal dari alam memiliki kualitas yang kurang baik sehingga perlu dilakukan karantina dan perawatan untuk meningkatkan kualitas induk.

Indukan Jantan di Bak Karantina

Pemijahan ikan patin biasanya dilakukan dengan teknik kawin suntik karena induk patin sulit terangsang untuk memijah bila dengan perlakuan secara alami. Teknik pemijahan induksi (induce breeding) dengan menyuntikkan larutan hipofisa dicampur dengan ovaprim. Biasanya, teknik ini diikuti dengan teknik pengurutan (stripping) agar telur tidak berceceran dan bisa ditetaskan di dalam akuarium

Persiapan Penyuntikan

Pemijahan ikan Patin siam (Pangasius hypopthalamus) dilakukan dengan cara pemijahan buatan yaitu dengan menyuntikan hormon perangsang yang berasal dari kelenjar hipofisa LH-RH-A atau hCG atau hormon sintetis dengan merk dagang ovaprim. Penyuntikkan dilakukan dengan tujuan untuk merangsang pemijahan yang sudah matang gonad, ikan patin sulit dipijahkan secara alami karena keadaan lingkungan yang tidak sesuai.

Pemijahan ikan patin mengalami kesulitan pada musim kemarau karena ikan patin memiliki kebiasaan memijah pada musim penghujan. Untuk mengatasi hal tersebut maka dilakukan penyuntikan dengan menggunakan hormon yang berbeda. Penyuntikan dengan menggunakan hormon bertujuan untuk merangsang perkembangan gonad dan ovulasi secara lebih cepat pada musim kemarau. Hormon yang biasa digunakan adalah hCG menurut penyuntikan pada induk betina, hCG digunakan pada penyuntikan pertama dengan dosis 500 IU/kg

Penyuntikan Indukan Betina

Penyuntikan kedua dengan menggunakan ovaprim 0,6 ml/kg. Penyuntikan induk jantan cukup menggunakan ovaprim dengan satu kali penyuntikan menggunakan dosis 0,2 ml/kg.

Keesokan harinya ikan patin siap untuk dipijahkan atau dilakukan fertilisasi dengan cara pencampuran sperma dengan telur. Alat - alat yang dibutuhkan berupa peralatan pemijahan (baskom plastik), kain lap, tisu gulung.

Sebelum dilakukan striping pada induk betina, terlebih dahulu dilakukan pengambilan sperma dari induk jantan dengan cara melakukan pemijatan dari perut ke bawah. Usahakan sperma tidak terkena air dengan terlebih dahulu dilakukan pengeringan dengan menggunakan tisu. Sedangkan induk betina distriping untuk mendapatkan telur kemudian telur yang didapatkan dimasukkan kedalam mangkok plastik. Setelah itu telur yang didapat ditambah dengan sperma dan encerkan dengan menggunakan larutan fisiologis (NaCl). Tujuan dari pengenceran ini adalah untuk mempertahankan daya hidup spermatozoa dalam waktu yang relatif lama.

Telur dan sperma harus diletakkan di tempat yang tidak terkena sinar matahari. Selanjutnya telur dan sperma segera dibawa ke tempat penetasan, dan diaduk dengan menggunakan bulu ayam kemudian menggoyang - goyangkan wadah secara perlahan kemudian dicuci dengan air sebanyak dua kali, banyak dan lamanya pencucian dilakukan tergantung dari kondisi telur tersebut, semakin lengket telur maka semakin banyak dan lama pencucian. Kemudian telur ditebarkan pada bak fiber berukuran 4 x 2 x 0,5 m3 yang dilengkapi hapa didalamnya dengan ukuran 2 x 1 x 0,3 m3 secara merata agar tidak terjadi penumpukan telur.

b. Penetasan

Artemia, makanan telur yang baru menetas

Fertilisasi Merupakan proses masuknya spermatozoa ke dalam telur ikan melalui lubang mikrofil yang terdapat pada chorion dan selanjutnya akan terjadi perubahan pada telur dalam proses pembuahan. Telur ikan dan sperma mempunyai zat kimia yang terbentuk dalam proses pembuahan. Zat tersebut adalah gamone. Gamone yang dikeluarkan sel telur disebut gynamone 1 dan gynamone 11. Setelah telur dibuahi sampai dengan menetas maka akan terjadi proses embriologi (masa pengeraman)

Artemia, makanan telur yg baru di tetaskan

Lama penetasan telur ikan setelah ditebar didalam bak fiber yang di lengkapi hapa yaitu selama 35 - 40 jam setelah pembuahan. Pada keesokan paginya dihitung jumlah telur yang terbuahi untuk mendapatkan nilai dari Fertility Rate (% FR). Pada sore harinya dilakukan penghitungan terhadap telur-telur yang sudah menetas untuk mengetahui daya tetas telur (% HR). Selanjutnya itu dilakukan pemeliharaan larva.

c. Pemeliharaan Larva
Pemeliharaan larva pasca penetasan telur dilakukan pada hapa penetasan telur yang dialiri air dan dilengkapi dengan aerasi yang tidak terlalu kencang agar larva tidak teraduk. Pemeliharaan larva dalam happa dilakukan selama 1 hari tanpa diberi pakan, karena larva pada saat itu masih memanfaatkan kuning telur yang ada dalam tubuh larva itu sendiri.

Benih Patin umur 1 bulan yg siap jual

Larva ikan patin mulai membutuhkan makan dari luar setelah cadangan makanannya yang berupa yolk suck telah habis. Pada fase ini larva ikan patin bersifat kanibal. Larva yang berumur 2 hari diberi pakan berupa artemia sampai berumur 7 hari kemudian dilanjutkan dengan pemberian cacing sutera hingga berumur 14 hari. Pada perkembangan larva membutuhkan lingkungan yang kaya oksigen. Fluktuasi suhu yang besar perlu dihindari selama stadia larva untuk mencegah terjadinya stress. Perubahan suhu yang besar dapat mematikan larva.

Secara morfologi, benih telah memiliki kelengkapan organ tubuh meskipun dalam ukuran yang sangat kecil dan berwarna agak putih.

Setelah larva berumur 3 hari selanjutnya benih ditebar pada bak pemeliharaan. Benih yang ditebar dalam kondisi sehat, hal ini dapat diketahui dari gerakannya yang lincah dan bersifat agresif terhadap makanan

Telur yang telah dibuahi akan menetas menjadi larva setelah 35-40 jam. Larva dipelihara 1 hari pada hapa penetasan dan tidak perlu diberi pakan tambahan, karena kuning telur pada larva baru akan habis pada saat larva berumur 1 hari. Setelah berumur 2 hari, selanjutnya larva dipindahkan ke dalam bak fiber yang berukuran lebih besar, dan dilakukan penyiphonan secara rutin, hal ini bertujuan untuk membersihkan sisa-sisa pakan dan kotoran untuk mencegah hama dan penyakit yang akan timbul.

d. Pemanenan

Benih Patin siap jual

Kegiatan pemanenan dilakukan pada pagi hari, pada saat larva ikan sudah berumur 14 hari. Larva Ikan yang berada didalam bak fiber diambil dengan menggunakan scopnet kemudian dimasukkan kedalam plastik. Sebagian dijual kepada para petani ikan dan sisanya dibesarkan di kolam pendederan.

Proses pemanenan larva Patin menggunakan alat bantu seperti tabung ukur, ember, baskom, plastik dan scopnet.

Sebelum dilakukan panen, air terlebih dahulu dikurangi sebanyak 80% untuk mempermudah proses pemanenan. Kemudian larva ditangkap dengan menggunakan scopnet dan dimasukkan kedalam baskom dan dilakukan penghitungan dengan menggunakan tabung ukur untuk selanjutnya dipindahkan kedalam bak pemeliharaan yang telah disiapkan atau dijual kepada para pembeli.

Bahan Penunjang

1. Pakan

Pakan Larva

Pakan merupakan faktor yang dapat menunjang dalam pertumbuhan ikan, baik ikan air tawar, ikan air payau maupun ikan air laut. Sedangkan pakan dibutuhkan oleh ikan sejak mulai hidup yaitu dari larva, dewasa sampai ukuran induk.

Penggunaan pakan dalam pemeliharaan larva berpengaruh secara dominan terhadap pertumbuhan ikan kerena pakan berfungsi sebagai pemasok energi untuk memacu pertumbuhan dan mempertahankan hidupnya

2. Kualitas Air

Bak penyaringan air sebelum di alirkan dari sumur bor ke kolam

Air merupakan media hidup bagi ikan dimana di dalamnya mengandung berbagai bahan kimia lainnya, baik yang terlarut dan dalam bentuk partikel. Kualitas air bagi perikanan didefenisikan sebagai air yang sesuai untuk mendukung kehidupan dan pertumbuhan ikan, dan biasanya hanya ditentukan dari beberapa parameter. Unsur kualitas air yang paling berpengaruh terhadap kehidupan ikan antara lain suhu, oksigen terlarut (DO), keasaman (pH) dan kesadahan

3. Hama dan Penyakit

Penyakit yang menyerang pada pemeliharaan induk Patin Siam (Pangasius hypopthalamus) antara lain MAS (Motil Aeromonas Septicemia) yang disebabkan oleh bakteri Aeromonas hydrophilla. Gejala yang timbul pada ikan yang terserang bakteri ini adalah terdapat bercak-bercak merah pada bagian permukaan tubuh, kurangnya nafsu makan dan gerakan kurang agresif. Penyakit ini timbul karena keadaan lingkungan yang kurang baik, nutrisi yang kurang dan faktor genetik. Apabila kondisi induk terserang penyakit maka telur yang dihasilkan akan kurang baik

4. Harga Benih Patin

1 ekor indukan bisa menghasilkan 100.000 s.d 150.000 telur setiap masa bertelur (1,5 s.d 2 bulan sekali) Harga di Kolam Pembenihan untuk benih yang berumur 1 bulan (2,5 cm) adalah : Rp. 120,- s.d Rp. 140,- Sedangkan di pemasar (agen) bisa mencapai Rp. 170,- s.d Rp. 190,-


Referensi

  1. Djarijah, A. S. 2001. Budidaya Ikan Patin. Kanisius. Yogyakarta. Hal 23
  2. Khairuman, dan D. Sudenda. 2002. Budidaya Patin Secara Intensif. Agro Media Pustaka. Jakarta.
  3. Kordi K, M. G. H. 2005. Budidaya Ikan Patin. Yayasan Pustaka Nusatama.Yogyakarta. Hal 26
  4. Slembruock. J, K. Oman, Maskur dan M. Legendre. 2005. Petunjuk Teknis Pembenihan Ikan Patin Indonesia, Pangasius djambal, IRD (institut de recherche pour le developpement). Jakarta.
  5. Hadinata, F. 2009. Pembenihan Ikan Patin Djambal. Balai Budidaya Air Tawar Jambi. Ds. Sungai Gelam Kecamatan Kumpeh UluKabupaten Muaro Jambi.
  6. Aday, 2018, www.hendrizainuddin.com


1 komentar:

  1. ayo segera bergabung dengan saya di D3W4PK
    hanya dengan minimal deposit 10.000 kalian bisa menangkan uang jutaan rupiah
    ditunggu apa lagi ayo segera bergabung, dan di coba keberuntungannya
    untuk info lebih jelas silahkan di add Whatshapp : +8558778142
    terimakasih ya waktunya ^.^

    BalasHapus