Minggu, 14 Maret 2021

Budidaya Ikan Patin - Vaksinasi Penyakit Bakterial


Salah satu kendala yang sering diahadapi dalam budidaya patin adalah hama dan penyakit. Dalam pengendalian hama dan penyakit pencegahan merupakan tindakan paling efektif dibandingkan pengobatan. Tindakan pencegahan juga tidak memerlukan biaya yang besar. Pencegahan sebaiknya dilakukan sebelum pemeliharaan dimulai.Penyakit
Penyakit ikan patin ada yang disebabkan infeksi dan non-infeksi. Penyakit non-infeksi adalah penyakit yang timbul akibatadanya gangguan faktor yang bukan patogen. Penyakit non-infeksi ini tidak menular. Sedangkan penyakit akibat infeksi biasanya timbul karena gangguan organisme patogen.

Penyakit akibat infeksi Organisme patogen yang menyebabkan infeksi biasanya berupa parasit, jamur, bakteri, dan virus. Produksi benih ikan patin secara masal masih menemui beberapa kendala antara lain karena sering mendapat serangan parasit Ichthyoptirus multifilis (white spot) sehingga banyak benih patin yang mati, terutama benih yang berumur 1-2 bulan. Dalam usaha pembesaran patin belum ada laporan yang mengungkapkan secara lengkap serangan penyakit pada ikan patin, untuk pencegahan, beberapa penyakit akibat infeksi berikut ini sebaiknya diperhatikan.

Penyakit Infeksi
NO
JENIS PENYAKIT
GEJALA
1.Parasit
(Bintik Putih/White Spot)
  • Ikan berkumpul di tempat yang gelap
  • Menggosok-gosokan tubuhnya
2.Bakteri
(Aeromonas sp)
  • Menyerang bagian punggung, perut dan pangkal ekor yang disertai dengan pendarahan
3.Jamur
(Saproglegnia )
  • Luka di bagian tubuh, tutup insang, punggung, dan sirip yang ditumbuhi benang halus seperti kapas berwarna putih
Penanggulangan Penyakit
NO
JENIS PENYAKIT
PENGOBATAN
BAHAN KIMIABAHAN ALAMI
1.Parasit
(Bintik Putih/White Spot)
Formalin 20 ppm
Malachite green 4 gr/lt selama 24 jam
Sambiloto yaitu dengan cara mengambil ekstraknya dan dilarutkan ke dalam air
2.Bakteri
(Aeromonas sp)
PK 10-20 ppm selama 30-60 menitMemakai kunyit  dengan cara diparut. Kunyit ini berfungsi untuk mengobati borok atau luka dan mempercepat pengeringan
3.Jamur
(Saproglegnia )
Malachite green 2-3 gr/m3air selama 30 menit pengobatan diulang selama 3 hari berturut-turutMemakai rimpang lengkuas yang diparut dan diambil ekstraknya

Penyakit Non-infeksi
Contoh penyakit non infeksi yaitu keracunan dan penyakit kekurangan gizi. Beberapa factor yang menyebabkan keracunan yaitu pemberian pakan yang kurang baik kualitasnya atu pencemaran air media akibat tumpukan bahan organic.

Penyakit Non-infeksi banyak diketemukan adalah keracunan dan kurang gizi.Keracunan disebabkan oleh banyak faktor seperti pada pemberian pakan yang berjamur dan berkuman atau karena pencemaran lingkungan perairan. Gajala keracunan dapat diidentifikasi dari tingkah laku ikan. – Ikan akan lemah, berenang megap-megap dipermukaan air. Pada kasus yang berbahaya, ikan berenang terbalik dan mati. Pada kasus kurang gizi, ikan tampak kurus dan kepala terlihat lebih besar, tidak seimbang dengan ukuran tubuh, kurang lincah dan berkembang tidak normal.

Kendala yang sering dihadapi adalah serangan parasit Ichthyoptirus multifilis (white spot) mengakibatkan banyak benih mati, terutama benih yang berumur 1-2 bulan. Penyakit ini dapat membunuh ikan dalam waktu singkat. Organisme ini menempel pada tubuh ikan secara bergerombol sampai ratusan jumlahnya sehingga akan terlihat seperti bintik-bintik putih.
Tempat yang disukai adalah di bawah selaput lendir sekaligus merusak selaput lendir tersebut.

Penyakit parasit
Penyakit white spot (bintik putih) disebabkan oleh parasit dari bangsa protozoa dari jenis Ichthyoptirus multifilis Foquet. Pengendalian: menggunakan metil biru atau methilene blue konsentrasi 1% (satu gram metil biru dalam 100 cc air). Ikan yang sakit dimasukkan ke dalam bak air yang bersih, kemudian kedalamnya masukkan larutan tadi. Ikan dibiarkan dalam larutan selama 24 jam. Lakukan pengobatan berulang-ulang selama tiga kali dengan selang waktu sehari.

Penyakit jamur
Penyakit jamur biasanya terjadi akibat adanya luka pada badan ikan. Penyakit ini biasanya terjadi akibat adanya luka pada badan ikan. Penyebab penyakit jamur adalah Saprolegnia sp. dan Achlya sp. Pada kondisi air yang jelek, kemungkinan patin terserang jamur lebih besar. Pencegahan penyakit jamur dapat dilakukan dengan cara menjaga kualitas air agar kondisinya selalu ideal bagi kehidupan ikan patin. Ikan yang terlanjur sakit harus segera diobati. Obat yang biasanya di pakai adalah malachyt green oxalate sejumlah 2 –3 g/m air (1 liter) selama 30 menit. Caranya rendam ikan yang sakit dengan larutan tadi, dan di ulang sampai tiga hari berturut- turut.

Penyakit Bakteri
Penyakit bakteri juga menjadi ancaman bagi ikan patin. Bakteri yang sering menyerang adalah Aeromonas sp. dan Pseudo-monas sp. Ikan yang terserang akan mengalami pendarahan pada bagian tubuh terutama di bagian dada, perut, dan pangkal sirip. Penyakit bakteri yang mungkin menyerang ikan patin adalah penyakit bakteri yang juga biasa menyerang ikan-ikan air tawar jenis lainnya, yaitu Aeromonas sp. dan Pseudomonas sp. Ikan patin yang terkena penyakit akibat bakteri, ternyata mudah menular, sehingga ikan yang terserang dan keadaannya cukup parah harus segera dimusnahkan. Sementara yang terinfeks, tetapi belum parah dapat dicoba dengan beberapa cara pengobatan. Antara lain:
  • Dengan merendam ikan dalam larutan kalium permanganat (PK) 10-20 ppm selama 30–60 menit,
  • Merendam ikan dalam larutan nitrofuran 5- 10 ppm selama 12–24 jam, atau
  • merendam ikan dalam larutan oksitetrasiklin 5 ppm selama 24 jam.
Vaksinasi Penyakit Bakterial pada Ikan Patin

Vaksin Patin Pertama di Indonesia Kini telah hadir vaksin patin untuk penyakit ESC, protektif, aplikasi mudah, dan harga terjangkau. Penyakit mematikan pada semua umur patin ini ditandai perut membesar dan anus memerah bahkan berdarah Budidaya ikan patin di Pulau Sumatera, Kalimantan, dan Jawa merupakan salah satu usaha budidaya ikan air tawar yang berprospek cerah.

“Keunggulan budidaya patin antara lain mudahnya dibesarkan dan memiliki toleransi yang tinggi terhadap berbagai penyakit,” dituturkan Edy Barkat Kholidin Perekayasa Muda dari Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Jambi. Namun, dikatakan Edy, budidaya patin bukannya tanpa ancaman penyakit. Terbukti ditemukan pertama kali kasus kematian massal pada usaha pembesaran dan pendederan ikan patin di Desa Tangkit, Kecamatan Sungai Gelam, Jambi yang disebabkan bakteri Edwardsiella Ictaluri. “Bakteri yang menyebabkan penyakit Enteric Septicemia (ESC) itu menjadi problem baru dalam budidaya ikan patin,“ cetusnya.

Penyakit ESC Diterangkan Edi, infeksi bakteri Edwardsiella ictaluri sangat patogen pada ikan patin.“Infeksi E. ictaluri biasanya terjadi pada ukuran kecil (0.2 gram) sampai dengan ukuran konsumsi (300 gram) selama periode musim hujan dari Maret hingga Mei,” jelasnya. Dijabarkan Edi, gejala klinis infeksi bakteri E. Ictaluri pada budidaya ikan patin seperti abdomen membesar dan pendarahan atau kemerahan pada sekitar anus, terdapat bintik putih pada organ dalam misalnya limpa. Lalu, lemah, hilang nafsu makan, warna insang pucat, terkadang mata menonjol dan/atau perut bengkak (dropsy) “Kerugian yang besar bagi para pembudidaya dengan mengakibatkan kematian mencapai 80 – 100%,” sebutnya.

Bintik putih pada organ dalam

Abdomen membesar

Lanjutnya, penyakit ini menyerang ikan pada berbagai ukuran. Paling merugikan pembudidaya patin adalah jika penyakit ini menyerang pada ukuran menjelang panen.“Vaksin E. Ictaluripada budidaya ikan patin sebagai salah satu cara pengendalian penyakit ESC,” sebutnya.Vaksinasi ikan patin dengan bakteri E. Ictaluri dilakukan dengan metode perendaman dan penyuntikan. “Serta melalui pemberian pakan bervaksin,” ujarnya. Aplikasi vaksin Dijelaskan Edi, vaksinasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan ketahanan tubuh yang bersifat spesifik melalui pemberian vaksin (imunisasi aktif dan pasif).

Aplikasi vaksin untuk pencegahan ESC ini merupakan yang pertama di Indonesia. “Pernah dikembangkan di Amerika Serikat, akan tetapi beda isolat. Vaksin patin yang dikembangkan di AS menggunakan isolat yang sudah dimodifikasi atau dimutasi gen,” sebutnya. Untuk proses pembuatan inaktif vaksin, dituturkan Edi melalui 2 tahap, yaitu reaktivasi bakteri dan kultur bakteri (lihat gambar).

Terkait respon pembudidaya terhadap vaksin ini, Ia sebutkan pembudidaya patin sangat menunggu kehadiran vaksin ini. “Sekarang sudah mulai diproduksi massal oleh salahsatu perusahaan obat swasta asal Indonesia,” sebutnya. Untuk harganya disebutkan Edi, sangat terjangkau bagi para pembudidaya ikan Patin. Satu botol 60ml digunakan untuk perendaman 15.000 benih. “Pembudidaya akan jauh lebih besar mendapatkan keuntungan dengan penerapan vaksin ini,” ujarnya.

Referensi
  1. Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air. Kanisius. Yogyakarta.Hal 56-60
  2. Kordi K, M. G. H. 2005. Budidaya Ikan Patin. Yayasan Pustaka Nusatama.Yogyakarta. Hal 26
  3. Lesmana. 2001. Kualitas Air untuk Ikan Hias Air Tawar. Penebar Swadaya. Jakarta.Hal 28
  4. Buku Pengantar Parasit & Penyakit Ikan; https://core.ac.uk/download/pdf/76935939.pdf
  5. ..............., 2018, https://jom.unri.ac.id/index.php/JOMFAPERIKA/article/download/23425/22684



1 komentar:

  1. ayo segera bergabung dengan saya di D3W4PK
    hanya dengan minimal deposit 10.000 kalian bisa menangkan uang jutaan rupiah
    ditunggu apa lagi ayo segera bergabung, dan di coba keberuntungannya
    untuk info lebih jelas silahkan di add Whatshapp : +8558778142
    terimakasih ya waktunya ^.^

    BalasHapus