Senin, 06 Juli 2015
Penanganan Pasca Panen Kepiting Bakau Hidup Kualitas Ekspor
Pemeliharaan atau pembesaran kepiting bakau yang kita kenal pada umumnya dilaksanakan dalam tambak. Pada arus pasang surut dengan menggunakan kotak kepiting (crab box) untuk kepiting lunak atau sistem penebaran di dasar tambak untuk metode yang lebih sederhana. Tapi bagaimana jadinya dengan pemeliharaan sementara kepiting hidup untuk pengiriman keluar negeri? Merawat kepiting dalam kotak fiber, aerasi khusus, kolam perendaman, dan metode packingnya yang dilaksanakan dalam gudang sebelum di ekspor?
Itu bisa dilakukan dengan mengetahui perinsip-perinsip dasar budidaya, karakteristik hewan budidaya, beserta ekologinya. Dimana pun tempatnya, jika kita dapat menyesuaikan dengan kondisi di habitat aslinya, sehingga kepiting merasa betah dan rajin makan dan mengikuti alur waktu, kita pun bisa mengirimnya kapan saja kita mau. Tentu dengan pertimbangan kuat terhadap harga pasar di luar negeri, atau dengan pertimbangan peningkatan bobot tubuh kepiting yang tadinya daging kurang menjadi daging penuh.
Prinsip dasar itu seperti kualitas air, tercakup di dalamnya suhu, salinitas, pH, oksigen terlarut, dan amoniak. Prinsip dasar yang berikutnya adalah pola hidup kepiting, seperti kebiasaannya dalam air, metode adaptasi terhadap udara dan air yang baru, sensitifitasnya pada warna dan cahaya, kebiasaannya menyembunyikan diri dan hidup soliter, yang berkaitan dengan kepadatan pada tiap keranjang, box dan fiber, metode ikat yang tepat, pembuatan kotak khusus yang gelap, atau pemberian tirai hitam pada kamar-kamar fiber tersebut. Hal ini dilakukan untuk meminimalisir tingkat stress kepiting. Jika hal ini sudah terpenuhi, masuk ke tahap berikutnya, yaitu adaptasi terhadap pakan. Sehingga ia dapat bertahan hidup lebih dari seminggu.
Jadi yang pertama harus dipahami adalah bagaimana tingkat stress kepiting dapat berkurang setelah berada di dalam lokasi perawatan. Kepiting datang dari beragam daerah di Indonesia, dari Tarakan, Pontianak, Batu Licin Banjarmasin, Palangkaraya, Medan, Palembang, hingga Surabaya. Datangnya pun silih berganti, sangat tergantung dengan kondisi musim di lokasi setempat. Kadang melimpah dan kadang kurang stok. Para pengirim senang melakukan kegiatan pengiriman, karena harga kepiting di lingkar Jakarta untuk kepiting eksport cukup tinggi.
Kepiting-kepiting ini memiliki karakteristik, jenis, dan kebiasaan hidup yang berbeda. Begitu pula pola penanganan yang dilakukan oleh para pengumpul di sana, yang belum diketahui seluk beluk kepitingnya, seperti sudah berapa lama ditampung, bagaimana perawatan sementaranya di sana? Kepiting-kepiting ini pun datang ke gudang pusat di Jakarta dengan model packing dan ikatan yang berbeda-beda. Ada yang ikatannya rapi dan hanya mengikat capitnya saja, dan ada yang mengikat kaki-kaki jalannya juga dengan bahan tali rapiah, tali keras, dan ada serbuk pelepah pisang. kepiting yang juga diikat kaki-kaki jalannya ini yang merepotkan, karena harus dibuka lagi dan diikat ulang. Sehingga menambah beban kerja para pekerja dalam gudang. Kalau sudah seperti ini, kepiting diinjak-injak lagi, capitnya pun dapat terluka pada saat pengikatan ulang, sehingga menambah tingkat stress kepiting. Selain itu, jika kepiting terluka, maka dengan cepat keluar cairan pada lukanya itu, sehingga terjadi penurunan bobot tubuh. Jika bobot tubuh (cairan) berkurang 3-4 persen, dapat terjadi kematian.
Sortir
Boks kepiting dari daerah masuk ke dalam gudang, ada yang diikat ulang seperti yang di atas dan ada yang langsung disortir untuk menentukan klasifikasi berdasarkan berat, standar kualitas, seperti daging penuh, capit lengkap, dan segar. Kepiting yang daging kurang atau kosong dipisahkan tersendiri. Sementara kepiting mati tidak masuk hitungan atau menjadi beban pengirim. Berat kepiting dibagi dua, ada yang masuk kategori 20 atau 200 gram ke atas dan ada yang rata-rata 170 gram, dibawah 170 g tidak masuk kategori. Kepiting penuh diseleksi dengan memencet abdomennya menggunakan jempol jari, kalau lembek berarti dagingnya kurang. Saat memencet dilakukan tidak boleh terlalu keras, karena dapat membuat kepiting kesakitan. Sebaiknya memencet pada ujung bawah, bukan tepat ditengah abdomen (perut kepiting).
Pada gudang ini tidak memperhatikan warna abdomen yang kadang diselimuti warna kemerahan. Standarnya hanya berisi penuh, capit lengkap atau hampir lengkap, dan lincah. Mestinya, kepiting pada saat datang, didiamkan dulu dengan boks terbuka. Agar kepitingnya tenang sebelum pelaksanaan proses sortir.
Kepiting yang sudah dipisahkan ditimbang ulang dalam keranjang, berat optimalnya adalah 5 kg per keranjang. Ini dilakukan untuk mengurangi kepadatan tinggi yang menyebabkan kepiting yang letaknya di tengah kesulitan bernafas. Selain itu, jika kepiting padat, kaki jalan kepiting bisa terjepit-jepit dan pada akhirnya luka. Saya sudah mencobanya sendiri sebanyak tiga kali, dengan perbandingan masing-masing antara 5 kg dua keranjang dan 8 kg satu keranjang. Persentase kematian tertinggi ada pada 8 kg, yakni 20% dalam dua hari penyimpanan dengan pemandian satu kali sehari. Sementara keranjang yang beratnya 4 kg, hanya 5 persen.
Kolam Aklimatisasi
Setelah itu, kepiting dalam keranjang didiamkan sejenak, barang 30 menit sembari menunggu air dalam kolam perendaman penuh dan kandungan oksigen cukup untuk diaerasi dengan air cipratan-cipratan air dari sumbu-sumbu pipa. Air pun tampak segar sesegar air terjun. Kandungan oksigen melimpah, sekitar 7-8 mg/liter. Kandungan DO sebelumnya hanya 4-5 mg/liter. Parameter yang lainnya diusahakan stabil, untuk salinitas sekitar 17-22 ppt, Jika salinitas dibawah 15 ppt akan menyebabkan kepiting kaget dan mengalami gangguan osmoregulasi. Jika kadar garamnya terlalu rendah dapat membuat kondisi kepiting melemah, warna tubuh pucat dan mudah terserang penyakit. Sementara jika terlalu tinggi, pertumbuhannya akan terhambat, karena kepiting harus berupaya menyeimbangkan antara cairan dalam tubuh dengan cairan di luar tubuhnya, (Amri, 2008).
Suhu kamar dalam air bak perendaman itu sekitar 28-29oC. Ini terbilang normal, karena tidak tinggi dan tidak juga rendah. Jika suhu di bawah 25 0C, daya cerna kepiting terganggu atau menurun intensitasnya. Sebagian energi dalam tubuh digunakan untuk adaptasi perubahan suhu atau untuk memanaskan tubuh. Sementara jika terlalu tinggi, yaitu di atas 30 0C, kepiting akan mengalami stress karena kemampuan untuk menghirup oksigen mengeluarkan energi tinggi. pH pada kolam ini rata-ratanya berkisar pada 8-8,2, cukup basah. Kondisi pH ini masih terbilang normal, karena tidak dibarengi peningkatan suhu di atas 30 0C, jika pH basah dan suhu tinggi, dapat menyegerakan terbentuknya amoniak dalam kolam perendaman, yang walau cukup singkat direndam dapat sebagai sebab awal keracunan kepiting.
Perendaman ini dilakukan paling lambat 30 menit, hingga kepiting-kepiting malang itu puas minum. Setelah itu, ditiriskan sebentar barang 30 menit lalu dimasukkan ke dalam fiber perawatan. Jika terlalu lama dibiarkan diterlantar tanpa ada perawatan khusus, dapat menyebabkan kepiting kembali stress, daya tahan tubuh melemah dan mati lemas. Tapi jika kepiting sangat banyak dan media perawatan sudah penuh terisi, kita bisa meniriskannya saja dalam kondisi gelap dengan kepadatan 4-5 kg/keranjang sebelum dipecking esok harinya.
Bak Fiber
Bak fiber ini berfungsi sebagai media hidup kepiting dari daerah untuk sementara, atau boleh dikata masuk dalam penampungan. Kepiting ditampung, dimasukkan dalam media fiber. Ketinggian air diatur pada penutup pipa yang terletak di pangkal fiber. Sebaiknya air agak tinggi. Jumlah kepiting rata-rata perfiber sekitar 100 ekor. Sementara untuk mengurangi stress, pada sisi-sisi fiber dilapisi kain hitam agar kepiting dapat puas beristirahat.
Yang menjadi perhatian penuh pada media penampungan ini adalah kualitas airnya. Air ini pun diputar dengan sistem tertutup melalui bak tandon (penampungan air), masuk ke pipa fiber, dari fiber-fiber ini air di saring ke bak filter yang berlapis-lapis. Mulai dari lapisan pertama berupa kain kain keset berlapis-lapis, lapisan kedua terdapat karang dan bola penangkap bakteri, lalu dikirim lagi ke kolam untuk mengeluarkan amoniak menggunakan scimmer. Semakin banyak batu karang di tandon akan semakin bagus, karena karang akan menetralisir kandungan-kandungan beracun pada air.
Hal penting lain yang harus diperhatikan dalam perawatan kepiting adalah pakannya. Untuk sementara pakan yang digunakan adalah ikan rucah segar yang harga pasarnya terjangkau. Kepiting dapat hidup tanpa pemberian pakan berkisar 6-7 hari saja, setelah itu kepiting akan mati lemas. Dengan begitu, setelah sehari pemeliharaan, kepiting mesti mendapat asupan pakan agar kondisi tubuhnya kembali stabil. Ikatan kepiting pun tidak perlu dilepas, karena kepiting mampu memasukkan pakan ke dalam mulut menggunakan kaki-kaki jalannya. Untuk menghemat pakan, pemberian pakan dapat dilakukan sebanyak satu kali dalam dua hari.. pakan pagi hari yang tidak termakan hingga sore hari, dibiarkan saja hingga pagi hari berikutnya, karena biasanya kepiting yang tidak mau makan pada siang harinya akan makan walau sedikit pada malam harinya. Sisa pakan pada pagi hari harus dibuang..
Untuk memperbaiki suhu kepiting dalam fiber, dapat dilakukan dengan menutup akrilik dengan karung goni agar suhu air tidak terlalu panas.
Packing
Kepiting dari bak pentirisan di rendam kembali barang 30 menit lalu ditiriskan di ruang tempat packing. Sementara kepiting dalam fiber dikeluarkan ke ruang itu juga. Kepiting ditiriskan hingga sudah tak terlihat basah lagi, biasanya sekitar 1.5 jam. Pada saat menunggu itu telah dipersiapkan boks stryofoamnya, yang telah dilubang-lubangi sisi-sisinya dengan besi panas. Lalu ditaburi kopi dan pemberian alas berupa koran.
Kepiting dimasukkan satu persatu dalam styrofoam dengan posisi kepala menghadap ke atas, disusun berderet tanpa menyisakan ruang kosong hingga ke penuh. Tapi tetap terdapat aliran udara pada pertemuan antar kepiting pada bagian samping. Kepiting pun dirapatkan dengan penutup lalu dilapbam hingga erat. Setelah itu, kepiting siap diantar ke bandara.
Penutup
Untuk memperbaiki kualitas perawatan kepiting tak lain sangat bergantung pada kualitas sumberdaya manusianya.. terimakasih.
Sumber : https://suksesmina.wordpress.com
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar