Ikan yang Mas yang banyak dipelihara dan dikonsumsi oleh masyarakat, bagi pembudidayanya perlu mengenal penyakit ikan mas yang biasa menyerang untuk mengantisipasi dan meminimalisir hal itu terjadi dan memilih penanganan yang tepat. Dalam budidaya ikan mas, pengganggu seperti penyakit mungkin saja bisa menghambat hasil produksi budidaya. Kita perlu mengenal penyakit ikan mas yang biasa menyerang untuk mengantisipasi dan meminimalisir hal itu terjadi dan memilih penanganan yang tepat.
Dalam usaha budidaya perikanan pengenalan jenis-jenis dan karakteristik hama dan penyakit pada ikan mutlak diperlukan untuk mendukung kelancaran usaha budidaya. Secara umum, hama dan penyakit ikan diartikan sebagai semua hewan atau makhluk hidup yang berada dalam areal budidaya ikan yang mana keberadaannya dapat menimbulkan kerugian. Hama ikan dapat mengakibatkan kerugian secara langsung maupun tidak langsung.
Hama ikan adalah semua makhluk hidup (hewan) baik yang berukuran tubuh lebih kecil, sama ataupun lebih besar dari tubuh ikan yang keberadaannya tidak diinginkan karena mampu menimbulkan gangguan pada ikan. Dengan kata lain hama ikan adalah semua makhluk hidup yang dapat memangsa, mengganggu ataupun menjadi pesaing hidup dalam suatu habitat ikan
penyakit ikan adalah suatu gejala fisiologis ikan yang disebabkan oleh suatu parasit atau faktor lingkungan yang tidak sesuai. Munculnya penyakit pada ikan selain dipengaruhi kondisi ikan yang lemah juga cara penyerangan dari organisme yang menyebabkan penyakit tersebut. Beberapa faktor ynag menyebabkan timbulnya penyakit pada ikan antara lain sebagai berikut :
a. Adanya serangan organisme parasit
b. Lingkungan yang tercemar (ammonia, sulfide atau bahan-bahan kimia beracun)
c. Lingkungan dengan fluktuasi suhu, pH, salinitas, dan kekeruhan yang besar
d. Pakan yang tidak sesuai atau gizi yang tidak sesuai dengan kebutuhan ikan
e. Kondisi tubuh ikan yang lemah karena faktor genetic (kurang kuat menghadapi perubahan lingkungan).
Penyakit ikan terjadi jika ikan (inang), hidup dalam lingkungan perairan yang kurang sesuai untuk kehidupan ikan, tetapi mendukung patogen untuk memperbanyak diri atau berkembang biak. Ini akan menyebabkan perubahan secara patofisiologi pada organ-organ tubuh ikan. Timbulnya serangan penyakit ikan di kolam merupakan hasil interaksi yang tidak serasi antara ikan, kondisi lingkungan dan organisme penyakit.
Interaksi yang tidak serasi ini telah menyebabkan stress pada ikan, sehingga mekanisme pertahanan diri yang dimilikinya menjadi lemah dan akhirnya mudah diserang oleh penyakit. Jika pertahanan tubuh inang lemah dan patogen yang terdapat dalam tubuh inang banyak, tetapi lingkungan tetap sesuai dan mendukung untuk meningkatkan ketahanan tubuh inang maka penyakit tidak akan muncul karena patogen tidak dapat berkembang biak.
Hubungan antara parasit, ikan (inang) dan faktor lingkungan terhadap terjadinya penyakit (yang disebut Interaksi Tripel) digambarkan dalam diagram Venn pada Gambar 5 di bawah ini.
Penjelasan dari “Interaksi Tripel” diatas adalah sebagai berikut ;
1. Ikan
Ikan merupakan sasaran atau inang dari penyakit. Ikan sehat memiliki kemampuan mempertahankan diri dari serangan berbagai penyakit dengan adanya mekanisme pertahanan diri. Kemampuan ikan mempertahankan diri dari serangan penyakit tergantung pada kesehatan ikan dan lingkungan. Jika kesehatan ikan menurun atau kondisi lingkungan kurang menunjang, maka ikan akan mengalami stres, sehingga menurunkan kemampuannya mempertahankan diri dari serangan penyakit.
Stres terjadi jika suatu faktor lingkungan (stressor) meluas atau melewati kisaran toleransi untuk ikan dan akan mengganggu fungsi fisiologis pada ikan tersebut. Pengaruh stres terhadap menurunnya ketahanan ikan terjadi secara hormonal. Ikan stres mempunyai respon hormonal, contohnya dapat berupa hormon esteorase (hormon yang banyak tertimbun di otak), atau hormon adrenaline dan respon seluler (phagocytic) relatif rendah, sehingga tidak mempunyai ketahanan yang memadai terhadap serangan penyakit.
2. Lingkungan
Lingkungan dalam hal ini air, merupakan media paling vital bagi kehidupan ikan. Stressor (faktor lingkungan) dalam sistem budidaya ikan meliputi stressor 1) fisik (suhu, cahaya, suara, tekanan air) 2) kimiawi (pH, NH3, NO2, CO2, buangan metabolik, logam berat), 3) biologis (padat tebar, keberadaan hama) dan 4) prosedural budidaya (penebaran, sampling, pergantian air, pergantian wadah, pemanenan). Ikan yang mengalami stres akan mengalami rangkaian perubahan morfologi, biokimia, dan fisiologi yang disebut general adaptive syndrome (GAS). Selain jumlahnya, kualitas air yang memenuhi syarat merupakan salah satu kunci keberhasilan budidaya ikan.
Parameter air yang biasanya diamati untuk menentukan kualitas air adalah oksigen, karbondioksida, pH (derajat keasaman), alkalinitas dan sistem buffer, ammonia, dan temperatur.
3. Parasit
Penyakit ikan yang disebabkan oleh organisme parasit umumnya menimbulkan kerugian cukup besar. Karakteristik khusus yang terdapat pada penyakit ikan yang menyebabkan infeksi adalah kemampuan untuk menularkan penyakit (transmisi) dari satu ikan ke ikan yang lain secara langsung dimana organisme parasit sering menyebabkan infeksi sekunder. Tubuh ikan dapat terluka karena gesekan dengan benda keras atau berhasil meloloskan diri dari serangan hama. Tetapi jika terlambat mengobatinya, tubuh ikan yang luka akan mengalami infeksi sekunder yang disebabkan oleh serangan organisme parasit.
Serangan parasit pada suatu usaha budidaya ikan menimbulkan dampak negatif yang cukup tinggi. Jika tidak ditangani segera tidak tertutup kemungkinan terjadi infeksi sekunder oleh patogen lain seperti bakteri dan virus misalnya melalui luka yang ditimbulkan olehnya. Dengan demikian, petani tidak akan membuat kesalahan dalam menduga penyebab timbulnya penyakit tersebut.
Infeksi sekunder yang disebabkan oleh organisme parasit telah terbukti menimbulkan banyak kematian pada ikan. Faktor-faktor yang menentukan prevalensi dan tingkat serangan dari parasit dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu :
a). Faktor Biologis meliputi umur, stres, nutrisi dan tingkat kepadatan yang tinggi
b). Faktor Lingkungan meliputi salinitas, kualitas air dan jenis sistem akuakultur
Inang dapat berupa ikan atau hewan air lainnya dimana daya tahan tubuh inang terhadap serangan penyakit dipengaruhi oleh faktor-faktor antara lain : umur dan ukuran, jenis, daya tahan tubuh dan status kesehatan ikan. Pada kondisi normal, ketiga faktor yaitu ikan, lingkungan dan patogen akan mampu menjaga keseimbangan. Ikan yang kita budidayakan akan memanfaatkan makanan yang berasal dari makanan yang bermutu, sehingga ikan dapat tumbuh berkembang dengan baik, bereproduksi dalam rangka melanjutkan keturunan, mampu mempertahankan diri dari perubahan lingkungan sekitarnya dengan baik.
Terjadinya serangan penyakit pada ikan merupakan akibat adanya ketidakseimbangan antara ketiga faktor di atas. Jasad patogen biasanya akan menimbulkan gangguan sehingga terjadi perubahan pada kondisi lingkungan yang mengakibatkan penurunan daya tahan tubuh ikan (ikan menjadi stress).
Hama dan penyakit ikan mas merupakan salah satu faktor risiko budidaya yang harus ditekan atau dihilangkan. Serangan hama dan penyakit bisa berakibat turunnya produktivitas hingga menyebabkan gagal panen yang berpotensi menggerus keuntungan.
Meskipun sama-sama mengganggu budidaya, cara pengendalian hama dan penyakit berbeda. Hama biasanya berupa jenis organisme yang berpotensi untuk memangsa, mengganggu dan menyaingi ikan. Ukiran tubuhnya bisa lebih besar atau lebih kecil dari ikan yang dibudidayakan.
Sedangkan yang dimaksud dengan penyakit adalah suatu gejala fisiologis pada ikan yang menyebabkan gangguan pertumbuhan atau kematian. Gejala ini bisa disebabkan oleh organisme parasit atau kondisi lingkungan yang buruk.
Terdapat dua hal yang menyebabkan ikan sakit, yakni kondisi lingkungan yang buruk dan organisme patogen. Penyakit yang disebabkan lingkungan biasanya datang karena kekurangan nutrisi, kualitas air yang buruk atau keracunan zat berbahaya. Penyakit ini biasanya tidak menular.
Sedangkan penyakit yang disebabkan oleh organisme patogen disebut penyakit infeksi, karena berpotensi menular dari satu ikan ke ikan lainnya. Penyakit infeksi ini bisa dibebakan oleh virus, bakteri, jamur protozoa, dan parasit lainnya.
Salah satu cara untuk mengendalikan penyakit ikan mas adalah dengan mengenali faktor-faktor penyebabnya.
Beberapa penyakit yang sering menyerang budidaya ikan mas adalah sebagai berikut.
a. Bintik putih (White spot)
Bintik putih disebabkan oleh ichthyophthirius multifiliis, kelompok protozoa dari kelas ciliata. Gejala: bintik-bintik putih berlendir pada permukaan tubuh dan insang, gerakan ikan lambat dan sulit bernafas. Pada fase berat menyebabkan pendarahan pada sirip dan tertutup lendir. Ikan bergerak lamban dan muncul ke permukaan air.
Pencegahan: menjaga kualitas air, usahakan sirkulasi air kolam mengalir terus-menerus.
Pengobatan: pada fase pembelahan atau perkembangbiakan protozoa belum ada obat yang efektif. Selain fase itu bisa diobati dengan direndam dalam larutan methylene blue 1% (1 gram dalam 100 cc air). Ambil 2-4 cc campurkan dalam 4 liter air. Perendaman selama 24 jam. Atau rendam dalam larutan garam dapur (NaCl) selama 10 menit. Dosis garam 1-3 gram per 100 cc air.
b. Bengkak insang dan badan
Disebabkan oleh myxospores, sejenis spora yang dihasilkan oleh mycobacteria. Ikan yang terserang penyakit ini menunjukkan gejala insang selalu terbuka terdapat bintil putih kemerahan, pada bagian punggung terjadi pendarahan.
Pencegahan: keringkan dan jemur kolam sebelum budidaya dimulai. Berikan kapur tohor saat pengolahan tanah dasar kolam dengan dosis 200 gram/m2. Hingga saat ini belum ada obat yang efektif membrantas penyakit ini.
c. Cacing insang dan kulit
Penyakit ini disebabkan oleh organisme sejenis cacing, yakni cacing kulit (Gyrodactylus) dan cacing insang (Dactylogyrus). Gejala penyakit ini terlihat pada insang, terjadi pendarahan dan penebalan. Ikan terlihat menggosok-gosokkan badannya pada dasar atau dinding kolam, sirip kadang rontok, ikan tampak kurus, sisik buram.
Cara penanggulangannya dengan direndam dalam larutan formalin 250 gram/m3 air selama 15 menit. Atau direndam dalam methylene blue 3 gram/m3 selama 24 jam.
d. Kutu ikan (argulosis)
Penyakit kutu ikan nampak dengan adanya bercak merah pada bagian sirip, kulit dan insang. Ikan terlihar kurus karena si kutu menyerap darah ikan.
Pengobatan: ikan yang terinfeksi direndam dalam larutan garam dapur (NaCl) dengan dosis 20 gram/liter air selama 15 menit.
e. Jamur (Saprolegniasis)
Penyakit ini disebabkan oleh jamur, biasanya menyerang bagian kepala, tutup insang dan sirip. Kondisi air yang dingin akan mempercepat luka. Gejalanya pada tubuh ikan tampak seperti ada kapas, pada telur ikan akan tampak serabut seperti kapas.
Pengobatan: Ikan direndam dalam larutan Malachite Green Oxalat (MGO) dengan dosis 3 gram/m3 air selama 30 menit. Untuk telur, direndam selama 1 jam.
f. Gatal (Trichodiniasis)
Penyakit ini lebih sering menyerang benih ikan. Ikan yang sakit akan terlihat menggosk-gosokkan badannya ke benda keras. Tidak ada ciri khusus gejala penyakit ini.
Pengobatan: ikan yang terkena direndam dalam larutan formalin 200 ppm selama 15 menit atau MGO 0,1 gram/m3 selama 24 jam.
g. Bakteri (Aeromonas punctata)
Penyakit ini cukup ganas. Gejala: seluruh badan ikan menjadi kusam, kulit kesat, melepuh. Ikan bernapas lemah, terlihat megap-megap. Mengalami pendarahan organ dalam seperti hati dan ginjal, kantong empedu mengembung.
Pengobatan: berikan Terramycine dengan dosis 50 mg/kg berat ikan per hari, pemberian dicampurkan dengan pakan. Berikan selama 7-10 hari berturut-turut. Atau, lakukan penyuntikan dengan Chloramphenicol10-15 mg/kg bobot tubuh ikan.
h. Bakteri (Pseudomonas flurescens)
Gejala: gejala serangan mirip dengan aeromonas, kulit ikan mengalami pendarahan, luka pada kulit selanjutnya menjadi borok. Sirip ekor lambat laut terkikis dan rontok. Pendarahan pada organ dalam.
Pengobatan: berikan Oxytetracycline yang dicampurkan pada pakan, dosis 25-30 mg/kg bobot tubuh ikan per hari. Berikan selama 7-10 har berturut-turut.
i. Koi herves virus (KHV)
KHV merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus yang menyerang ikan koi. Namun pada tahun 2002 KHV mulai menyerang budidaya ikan mas secara besar-besaran di Pulau Jawa yang segera menyebar ke Bali dan Sumatera. Bahkan sempat membuat kelesuan usaha budidaya ikan mas karena mengakibatkan kematian ikan secara massal.
Penyakit ini bisa menyebar dengan cepat pada perairan bersuhu 15-27oC. Sehingga bila satu kolam budidaya maka kawasan disekitarnya biasanya ikut terserang juga. Tingkat kematian ikan akibat virus ini mencapai 80-100%.
Hingga saat ini tidak ada obat yang efektif mengendalikan KHV. Berdasarkan penelitian BBPBAT Sukabumi, pemberian cromium yeast bisa membantu meningkatkan kekebalan ikan terhadap penyakit ini. Cromium yeast adalah bahan yang biasa dicampurkan pada pakan hewan ternak. Pemberiannya dicampurkan dalam pakan.
Meskipun sama-sama mengganggu budidaya, cara pengendalian hama dan penyakit berbeda. Hama biasanya berupa jenis organisme yang berpotensi untuk memangsa, mengganggu dan menyaingi ikan. Ukiran tubuhnya bisa lebih besar atau lebih kecil dari ikan yang dibudidayakan.
Sedangkan yang dimaksud dengan penyakit adalah suatu gejala fisiologis pada ikan yang menyebabkan gangguan pertumbuhan atau kematian. Gejala ini bisa disebabkan oleh organisme parasit atau kondisi lingkungan yang buruk.
Terdapat dua hal yang menyebabkan ikan sakit, yakni kondisi lingkungan yang buruk dan organisme patogen. Penyakit yang disebabkan lingkungan biasanya datang karena kekurangan nutrisi, kualitas air yang buruk atau keracunan zat berbahaya. Penyakit ini biasanya tidak menular.
Sedangkan penyakit yang disebabkan oleh organisme patogen disebut penyakit infeksi, karena berpotensi menular dari satu ikan ke ikan lainnya. Penyakit infeksi ini bisa dibebakan oleh virus, bakteri, jamur protozoa, dan parasit lainnya.
Salah satu cara untuk mengendalikan penyakit ikan mas adalah dengan mengenali faktor-faktor penyebabnya.
Beberapa penyakit yang sering menyerang budidaya ikan mas adalah sebagai berikut.
a. Bintik putih (White spot)
Bintik putih disebabkan oleh ichthyophthirius multifiliis, kelompok protozoa dari kelas ciliata. Gejala: bintik-bintik putih berlendir pada permukaan tubuh dan insang, gerakan ikan lambat dan sulit bernafas. Pada fase berat menyebabkan pendarahan pada sirip dan tertutup lendir. Ikan bergerak lamban dan muncul ke permukaan air.
Pencegahan: menjaga kualitas air, usahakan sirkulasi air kolam mengalir terus-menerus.
Pengobatan: pada fase pembelahan atau perkembangbiakan protozoa belum ada obat yang efektif. Selain fase itu bisa diobati dengan direndam dalam larutan methylene blue 1% (1 gram dalam 100 cc air). Ambil 2-4 cc campurkan dalam 4 liter air. Perendaman selama 24 jam. Atau rendam dalam larutan garam dapur (NaCl) selama 10 menit. Dosis garam 1-3 gram per 100 cc air.
b. Bengkak insang dan badan
Disebabkan oleh myxospores, sejenis spora yang dihasilkan oleh mycobacteria. Ikan yang terserang penyakit ini menunjukkan gejala insang selalu terbuka terdapat bintil putih kemerahan, pada bagian punggung terjadi pendarahan.
Pencegahan: keringkan dan jemur kolam sebelum budidaya dimulai. Berikan kapur tohor saat pengolahan tanah dasar kolam dengan dosis 200 gram/m2. Hingga saat ini belum ada obat yang efektif membrantas penyakit ini.
c. Cacing insang dan kulit
Penyakit ini disebabkan oleh organisme sejenis cacing, yakni cacing kulit (Gyrodactylus) dan cacing insang (Dactylogyrus). Gejala penyakit ini terlihat pada insang, terjadi pendarahan dan penebalan. Ikan terlihat menggosok-gosokkan badannya pada dasar atau dinding kolam, sirip kadang rontok, ikan tampak kurus, sisik buram.
Cara penanggulangannya dengan direndam dalam larutan formalin 250 gram/m3 air selama 15 menit. Atau direndam dalam methylene blue 3 gram/m3 selama 24 jam.
d. Kutu ikan (argulosis)
Penyakit kutu ikan nampak dengan adanya bercak merah pada bagian sirip, kulit dan insang. Ikan terlihar kurus karena si kutu menyerap darah ikan.
Pengobatan: ikan yang terinfeksi direndam dalam larutan garam dapur (NaCl) dengan dosis 20 gram/liter air selama 15 menit.
e. Jamur (Saprolegniasis)
Penyakit ini disebabkan oleh jamur, biasanya menyerang bagian kepala, tutup insang dan sirip. Kondisi air yang dingin akan mempercepat luka. Gejalanya pada tubuh ikan tampak seperti ada kapas, pada telur ikan akan tampak serabut seperti kapas.
Pengobatan: Ikan direndam dalam larutan Malachite Green Oxalat (MGO) dengan dosis 3 gram/m3 air selama 30 menit. Untuk telur, direndam selama 1 jam.
f. Gatal (Trichodiniasis)
Penyakit ini lebih sering menyerang benih ikan. Ikan yang sakit akan terlihat menggosk-gosokkan badannya ke benda keras. Tidak ada ciri khusus gejala penyakit ini.
Pengobatan: ikan yang terkena direndam dalam larutan formalin 200 ppm selama 15 menit atau MGO 0,1 gram/m3 selama 24 jam.
g. Bakteri (Aeromonas punctata)
Penyakit ini cukup ganas. Gejala: seluruh badan ikan menjadi kusam, kulit kesat, melepuh. Ikan bernapas lemah, terlihat megap-megap. Mengalami pendarahan organ dalam seperti hati dan ginjal, kantong empedu mengembung.
Pengobatan: berikan Terramycine dengan dosis 50 mg/kg berat ikan per hari, pemberian dicampurkan dengan pakan. Berikan selama 7-10 hari berturut-turut. Atau, lakukan penyuntikan dengan Chloramphenicol10-15 mg/kg bobot tubuh ikan.
h. Bakteri (Pseudomonas flurescens)
Gejala: gejala serangan mirip dengan aeromonas, kulit ikan mengalami pendarahan, luka pada kulit selanjutnya menjadi borok. Sirip ekor lambat laut terkikis dan rontok. Pendarahan pada organ dalam.
Pengobatan: berikan Oxytetracycline yang dicampurkan pada pakan, dosis 25-30 mg/kg bobot tubuh ikan per hari. Berikan selama 7-10 har berturut-turut.
i. Koi herves virus (KHV)
KHV merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus yang menyerang ikan koi. Namun pada tahun 2002 KHV mulai menyerang budidaya ikan mas secara besar-besaran di Pulau Jawa yang segera menyebar ke Bali dan Sumatera. Bahkan sempat membuat kelesuan usaha budidaya ikan mas karena mengakibatkan kematian ikan secara massal.
Penyakit ini bisa menyebar dengan cepat pada perairan bersuhu 15-27oC. Sehingga bila satu kolam budidaya maka kawasan disekitarnya biasanya ikut terserang juga. Tingkat kematian ikan akibat virus ini mencapai 80-100%.
Hingga saat ini tidak ada obat yang efektif mengendalikan KHV. Berdasarkan penelitian BBPBAT Sukabumi, pemberian cromium yeast bisa membantu meningkatkan kekebalan ikan terhadap penyakit ini. Cromium yeast adalah bahan yang biasa dicampurkan pada pakan hewan ternak. Pemberiannya dicampurkan dalam pakan.
Referensi:
- ............., 2016; https://www.academia.edu/12947658/Hama pada ikan dan Pengendaliannya
- ............., 2019; https://kkp.go.id/djpb/artikel/12252-buku-saku-pengendalian-hama-dan-penyakit-ikan
ayo segera bergabung dengan saya di D3W4PK
BalasHapushanya dengan minimal deposit 10.000 kalian bisa menangkan uang jutaan rupiah
ditunggu apa lagi ayo segera bergabung, dan di coba keberuntungannya
untuk info lebih jelas silahkan di add Whatshapp : +8558778142
terimakasih ya waktunya ^.^