Kamis, 11 Juni 2020

Penanganan Hama dan Penyakit - Radang Insang & Jamuran pada Gurame

cara mencegah gurame jamuran
Serangan penyakit dalam budidaya ikan adalah masalah dan aspek yang sangat penting, artinya penanggulangan penyakit dan hama juga harus menjadi pengetahuan yang penting bagi petani ikan dan siapa saja yang hendak membudidayakan ikan. Sebab penyerangan penyakit maupun ganguan hama dapat mengakibatkan kerugian ekonomis.

Serangan penyakit dan ganguan hama dapatr menyebabkan pertumbuhan ikan menjadi lambat (kekerdilan), padat tebar sangat rendah, konversi pakan sangat tinggi, periode pemeliharaan lebih lama, yang berarti meningkatnya biaya produksi. Dan pada tahap tertentu, serangan penyakit dan gangguan hama tidak hanya menyebabkan menurunya hasil panen (produksi), tetapi pada tahap yang lebih jauh dapat menyebabkan kegagalan panen.

Agar para pembudidaya ikan mampu mencegah serta mengatasi serangan penyakit dan gangguan hama yang terjadi pada ikan pemeliharaannya, maka mereka perlu dibekali pengetahuan menyenai sumber penyakit, penyebab, dan jenisnya serta teknik-teknik penanggulangannya.

Permasalahan budidaya ikan antara lain, rusaknya lingkungan hutan mangrove karena pembukaan lahan tambak yang begitu luas serta menurunnya daya dukung lahan karena budidaya ikan dan udang di beberapa tempat mengabaikan daya dukung lahan tersebut. Khusus untuk jenis ikan tertentu, pasokan benih masih mengandalkan hasil penangkapan di alam, sehingga selain pasokan benih terbatas, penangkapan benih telah menyebabkan kerusakan habitat ikan.

Dan masalah yang dianggap sering menjadi penghambat budidaya ikan terbesara adalah munculnya serangan penyakit. Pengalaman dalam dunia perudangan merupakan trauma berkepanjangan, yang hingga saat ini belumterpecahkan secara tuntas. Karena senrangan penyakit dapat menimbulkan kerugian ekonomis, bahkan mengagalkan hasil panan, maka para akuakulturis dan calon akuakulturis perlu memiliki pengetahuan dan keterampilan tentang penanggulangan hama dan penyakit.

A. PENYAKIT IKAN
Penyakit ikan dapat didefinisikan sebagai segala sesuatu yang dapat menimbulkan gangguan suatu fungsi atau struktur dari alat tubuh atau sebagian alat tubuh, baik secara langsung maupun tidak lansung. Pada prinsipnya penyakit yang menyerang ikan tidak dating begitu saja, melainkan  melalui proses hubungan antara tiga faktor, yaitu kondisi lingkungan (kondisi di dalam air), kondisi inang (ikan), dan adanya jasad pathogen (jasad penyakit). Dengan demikian timbulnya serangan penyakit itu merupakan hasil dari interaksi yang tidak serasi antara lingkungan, ikan, dan jasad/ organisme penyakit. Interaksi yang tidak serasi ini menyebabkan stress pada ikan, sehingga mekanisme pertahanan diri yang dimilikinya menjdi lemah dan akhirnya mudah diserang penyakit.

Manusia memegang peranan penting dalam upaya mencegah terjadinya serangan penyakit pada ikan budidaya, baik di kolam, keramba, tambak, maupun di wadah budidaya lainnya, yaitu dengan cara memelihara keserasian interaksi antara tiga komponen di atas. Ini berarti kerugian yang diderita karena serangan penyakit sebenarnya dapat dihindari apabila petani mempunyai pengetahuan yang memadai mengenai cara menjaga keserasian antara ketiga komponen penyebab penyakit itu.

Penyebab penyakit pada ikan atau peristiwa yang memicu terjadinya penyakit antara lain sebagai berikut :

1. Stress
Semua perubahan pada lingkungan dianggap sebagai penyebab stress bagi ikan dan untuk itu diperlukan adanya adaptasi dari ikan. Beberapa faktor stress, misalnya suhu air dan salinitas, bisa menyebabkan meningkatnya metabolism ikan, bila ikan dipindahkan dari air tawar yang salinitasnya 0 ppt ke tambak atau laut yang salinitasnya di atas 20 ppt tidak secara bertahap maka ikan akan mengalami kesulitan beradaptasi. Faktor lain misalnya transportasi, dapat menyebabkan tekanan pada system kekebalan dan menghasilkan bermacam penyebab meningkatnya penyakit dan kematian pada ikan. Oleh karena itu kadang-kadang ikan diberi obat penenang sebelum ditransportasikan. Ada juga stres disebabkan dari segi makanan atau pakan yang diberikan, seperti yang terjadi pada ikan lele, jika ikan muda (0,5-5,0 gram) diberi makanan lebih dari 5% berat tubuh segar per hari, usus bagian belakang atau bagian tengah pecah menimbulkan penyakit pada peritoneum. Kemudian timbul radang pada dinding perut yang menyebabkan luka yang berasal dari dalam.

Untuk mengurangi stres pada saat penebaran benih harus hati-hati, ikan yang baru ditangkap atau baru didatangkan tidak boleh langsung dicampurkan dengan ikan-ikan yang lama, namun perlu dilakukan adaptasi suhu terlebih dahulu.

2. Kekurangan gizi
Ikan yang kekurangan gizi juga merupakan sumber dan penyebab penyakit. Pakan yang kandungan proteinnya rendah akan mengurangi laju pertumbuhan, proses reproduksi kurang sempurna, dan dapat menyebabkan ikan menjadi mudah terserang penyakit. Kekurangan lemak atau asam lemak akan menyebabkan pertumbuhan ikan terhambat, kesulitan reproduksi, dan warna kulit yang tidak normal. Kekurangan karbohidrat dan mineral jarang terjadi, kecuali yodium yang dapat menyebabkan gondok. Kekurangan vitamin dapat mengakibatkan pertumbuhan menurun, mata ikan redup, anemia, kulit pucat, dan pertumbuhan tulang belakang kurang baik.

Pakan yang tidak seimbang atau komponennya berlebihan juga dapat menimbulkan masalah, seperti kelebihan protein dan lemak dapat menimbulkan penimbunan lemak di hati dan ginjal (lipoid liver degeneration) sehingga ikan menjadi gemuk, nafsu makan berkurang, dan bengkat di sekitar perut. Dan kelebihan karbohidrat juga dapat menyebabkan penimbunan lemak di hati dan organ dalam lainya, rongga perut melebar, insang menjadi pucat, telur tertahan, dan kualitasnya menurun.

Pencegahan dilakukan dengan memberikan ikan makanan yang mengandung gizi lengkap, tidak kelebihan gizi, pemberian makanan cukup, tepat waktu, dan makanan tidak mengandung bahan beracun.

3. Pemberian pakan yang berlebihan
Selain kekurangan gizi sebagai pengebab mudahnya ikan terserang penyakit, pemberian makanan juga mengakibatkan hal yang sama. Ada dua kejadian yang berbahaya bila ikan diberikan pakan yang berlebihan, yaitu ikan mengalami kekenyangan yang berlebihan sehingga usus ikan mudah pecah dan penurunan kualitas air.

Pakan yang berlebihan yang tidak habis dimakan oleh ikan akan tertimbun didasar kolam dan tambak. Dengan demikian akan mempercepat penurunan kualitas air, karena pakan merupakan sumbernbahan organik yang mengalami dekomposisi (terutama protein) akan menjadi ammonia. Sedangkan konsentrasi ammonia yang berlebihan dapat menyebabkan timbulnya keracunan pada ikan.

4. Keracunan
Keracunan yang bayak dikenal adalah yang disebabkan oleh ion NO2– dan NH3. Tetapi ini terjadi hanya pada kondisi lingkungan tertentu, misalnya penimbunan lumpur dan sisa pakan yang banyak dikolam atau tambak. Gangguan kesehatan lainnya yang sangat tergantung pada keadaan  fisik adalah trauma gelembung gas atau disebut GBT (Gas Bubble Trauma). Penyakit ini terjadi karena air terlalu jenuh dengan gas-gas terutama nitrogen. Tetapi trauma gelembung gas atau GBT juga bisa terjadi karena terlalu jenuhnya oksigen. Terlalu jenuhnya darah dengan gas  bisa terjadi misalnya karena penggunakan air yang dipanaskan, air yang disediakan melalui tekanan yang berlebihan, dan pengaliran air menggunakan pompa-pompa yang rusak dan berlubang. Didalam tubuh ikan, dengan kejenuhan darah seperti tersebut di atas, akan timbul suatu gelembung udara dengan tingkat tertentu dan hal ini akan menyumbat kapiler-kapiler darah. Pecahnya kapiler-kapiler ini menghasilkan hemoragik.

Selain keracunan yang disebutkan di atas, kerucunan juga bisa berasal dari pakan. Misalnya dari bahan baku yang digunakan, aktivitas mikroorganisme yang mencemari pakan dan penurunan/ pengrusakan komponen pakan selama penyimpanan. Ketengikan lemak dapat merusak fungsi hati ikan. Mycotoksin dai Aspergilus flavus dapat menyebabkan tumor hati. Beberapa senyawa lainnya yang tidak beracun tetapi dapat menurunkan kualitas pakan antara lain enzim thiaminase yang dapat merusak thiamin (vitamin B1), trypsin inhibitor yang dapat menghambat aktivitas enzim tripsin.

Keracunan juga bisa berasal dari limbah baik limbah rumah tangga seperti ditergen, limbah pertanian seperti pestida maupun limbah industry seprti Cu, Cd, dan Hg serta berbagai bahan pencemaran lainnya. Kesemuanya ini pada konsentrasi tinggi dapat membahayakan ikan dan para pengkonsumsi ikan.

5. Memar dan luka
Ikan mengalami memar dan luka karena saling mengigit atau penangganan yang kurang baik. Penyakit ulcus syndrome pada ikan kerapu yang diidentifikasikan disebabkan oleh bakteri vibrio sp. (vibriosis) berawal dari memar dan luka pada ikan (Anonim, 1994).

Selama pengangkutan perlu diperhatikan agar kondisi lingkungan dalam media pengangkut tetap baik, sehingga ikan tidak mengalami gangguan. Untuk menjaga kondisi media pengangkut tetap baik, perlu diperhatikan waktu pengangkutan, jumlah ikan yang diangkut, dan jarak yang ditempuh. Di dalam wadah pengangkut, ukuran ikan harus seragam, terutama ikan-ikan yang mempunyai sifat kanibal (saling memangsa) seperti ikan kerapu, kakap, kuwe, gabus, dan ikan-ikan karnivor lainya. Hal ini perlu diperhatikan agar tidak terjadi saling menyerang antara ikan yang dapat menyebabkan memar dan luka pada ikan. Sebab ikan yang memar dan luka hanya cepat stres, tetapi bagian tubuh yang memar dan luka merupakan media potensial untuk diserang penyakit.

6. Cacat
Ikan cacat akan kesulitan memperoleh makanan, baik karena pergerakannya lambat atau karena kecacatannya sehingga mengalami kekerdilan. Dan karena itu, sulit bersaing terutama dalam memperoleh makanan. Walaupun demikian ikan cacat bukan hanya merupakan penyakit (non-infeksi) bawaan, tetapi juga karena perlakuan pembenih yang tidak tepat. Misalnya, ikan yang mempunyai kebiasaan memakan makanan di dasar perairan, oleh pembenih diberikan makanan terapung. Perlakuan seperti ini akan menyebabkan ikan menderita mata juling. Begitu juga ikan yang mengalami pembengkokan tulang. Mungkin saja telur ikan ditetaskan terserang penyakit terlebih dahulu sebelum menetas. Oleh karena itu, pembenih juga harus dapat memastikan media air yang digunakan maupun telur yang hendak ditetaskan adalah dalam kondisi optimal.

7. Kualitas air
Bila kualitas air tidak dalam kondisi optimum untuk keperluan kehidupan ikan, misalya tingkat bahan organik  di dasar kolam  atau tambak yang tinggi. Kualitas air juga mempunyai potensi untuk menyebabkan perubahan sito-patologi dan histo-patologi pada ikan. Kosentrasi amonia yang tinggi bisa menyebabkan perubahan histologis pada jaringan insang walaupun secara lambat tetapi terus menerus.

Menjaga agar kualitas air tetap optimum bagi kebutuhan ikan yang dibudidayakan, berarti menjaga kesehatan ikan dan mencegah serangan penyakit. Kualitas air yang optimum dapat dipertahankan dari kegiatan memilih lokasi yang ideal, menggunakan dan membuat wadah budidaya yang cocok, dan melaksanakan pengololaan usaha budidaya ikan secara benar, seperti memilih benih yang berkualitas, pemberian pakan yang cukup dan bermutu serta tepat waktu, pergantian air, pengelolaan tanah, dan sebagainya.

Infeksi jamur pada gurame
Infeksi jamur pada gurame yang menyebabkan busuk insang atau radang insang menjadi salah satu permasalahan bagi para pembudidaya gurame. Gurame yang terserang radang insang cenderung akan mudah stress dan berujung kematian jika tidak segera ditangani dengan baik. Tentu saja kerugian ini adalah hal yang tidak di inginkan bagi para peternak gurame.

Sebenarnya ada banyak cara dalam mencegah dan mengobati penyakit radang insang dan jamuran pada gurame. Bahkan beberapa pembudidaya memiliki ramuan dan cara tersendiri dalam mengatasi masalah ini. Mulai dari penggunaan obat kimia yang umum dijual dipasaran hingga pemanfaatan beberapa jenis tanaman herbal untuk mengobati gurame mereka.



Mencegah Gurami Stress Akibat Serangan Jamur & Radang Insang
Sebagai tindakan dalam pencegahan gurame stress, terkena jamur atau radang insang, Dianjurkan memberikan setengah botol Bendoz-A untuk kolam berukuran 2×3 meter yang ditebarkan 3 jam sebelum benih gurame masuk kolam.

Mengobati Gurami Terkena Jamur
Gurame yang terkena jamur biasanya ditandai dengan munculnya serabut berwarna putih, krem atau coklat yang menyerupai kapas pada bagian tubuh, sirip serta mulut ikan. Untuk mengatasi gurame yang terkena jamur, Bisa menggunakan garam ikan dan Bendoz-A. Dengan cara Gurame yang terkena jamur pindahkan ke dalam ember atau wadah khusus yang berisi 10 liter air dicampur larutan garam ikan 1 kg dan Bendoz A sebanyak 1-2 tutup botol.

Biarkan gurame yang sakit berendam selama kurang lebih 0.5 menit atau bisa juga dengan melihat gerakan ikan. Jika gurame yang jamuran tersebut gerakannya sudah mulai gesit kembali, maka ikan tersebut sudah bisa dipindahkan ke kolamyang steril dari jamur. Larutan garam ikan yang digunakan sebelumnya juga ikut dimasukkan ke kolam yang baru.

Mengobati Gurami Sakit Radang Insang
Gurame yang mengalami sakit radang insang atau busuk insang biasanya akan lebih sering berada di permukaan kolam untuk mengambil nafas dan membuat gelembung udara. Selain itu gurame yang sakit akan terlihat dari gerakannya lemah serta nafsu makan menurun bahkan tidak mau makan sama sekali. Pada kondisi yang lebih parah bisanya gurame hanya akan mengambang di permukaan air dan bila bergerak oleng.

Ada beberapa perlakuan untuk menangani gurami yang terkena radang insang. Secara garis besar cara untuk mengatasi gurame yang terkena radang insang adalah :
  • Kurangi jumlah kepadatan gurame di dalam satu kolam.
  • Ganti separuh air kolam menggunakan air baru atau bisa juga gurami dipindah ke kolam lain yang sebelumnya telah diberi 1 tutup botol Bendoz-A.
  • Selama perlakuan ini pakan pelet dihentikan dulu dan gurami cukup diberi pakan daun.
  • Jika dalam 3-4 hari gurami yang mengambang di permukaan air sudah tidak ditemui, maka pemberian pelet sudah bisa dilanjutkan kembali.
Dari beberapa tahapan dan cara mengatasi gurame sakit radang insang dan jamur tersebut, dapat menjadi referensi dalam penanganan gurame yang sakit. Gurame yang sehat akan senantiasa menghasilkan panen yang maksimal. Kebersihan air kolam menjadi salah satu kunci dalam menjaga kesehatan gurame, lakukan pembersihan kolam gurame secara berkala dan teratur. Semoga bermanfaat!.

Referensi:
  1. Akbar, J. 2010; http://eprints.ulm.ac.id/4458/1/Buku Manajemen Kesehatan Ikan.pd
  2. Khumaidi, A, 2016; https://media.neliti.com/media/publications/identifikasi penyebab kematian massal ik-9a658815.pdf



Tidak ada komentar:

Posting Komentar