Rabu, 26 Mei 2021

Vaksinasi Ikan - Pencegahan Penyakit pada Ikan Mas

Pengendalian penyakit yang paling murah dan efisien adalah dengan cara pencegahan. Mencegah timbulnya penyakit dapat dengan, pengelolaan lingkungan, penggunaan pakan yang tepat mutu, tepat jumlah dan tepat pemberiannya. Salah satu cara pencegahan yang sekarang sudah mulai dilaksanakan adalah dengan cara menimbulkan kekebalan. Kekebalan pada ikan dapat ditimbulkan baik dengan menggunakan vaksin maupun dengan menggunakan imunostimulator lain. Dengan hanya 1 atau dua kali pemberian vaksin biasanya daya tahan tubuh/kekebalan akan bertahan sampai akhir masa pemeliharaan ikan.

Vaksinasi pada perikanan budidaya telah terbukti memberi kontribusi yang sangat signifikan terhadap peningkatan produksi perikanan budidaya, terutama industri salmon dan trout di Eropa. Saat ini, sedikitnya ada 10 jenis vaksin telah dipasarkan secara umum dan diaplikasikan oleh pembudidaya ikan di Amerika, Eropa dan Jepang. Keberhasilan program vaksinasi tersebut cukup menggembirakan, hal itu terlihat dari (1) menurunnya tingkat mortalitas ikan budidaya akibat infeksi patogen potensial, (2) menurunnya penggunaan antibiotik pada budidaya ikan, dan (3) menurunnya daya resistensi beberapa jenis patogen terhadap antibiotik.

Masalah yang ada pada ikan ialah bahwa sistem kekebalan pada ikan masih sangat sederhana, sehingga respon kebal yang timbul akibat rangsangan imunostimulator biasanya tidak optimal, serta level antibodi yang dihasilkannya juga masih rendah. Oleh karena itu sebelum vaksinasi pada ikan dilakukan maka kita harus memahami persyaratan-persyaratan kusus berkaitan dengan ikan yang akan divaksinasi.

Penyakit pada ikan mas
Penyakit golongan parasit biasanya cenderung menyerang benih ukuran 1-2 cm hingga 5-8 cm. Namun parasit yang teridentifikasi pada ikan mas ukuran konsumsi hingga induk, relatif tidak menyebabkan kematian dalam jumlah besar. Jenis parasit berukuran besar dan dapat dilihat adalah Argulus sp dan Lernea sp.

Jenis parasit yang paling berbahaya dan belum ada obatnya adalah Myxobolus sp. dan menyebabkan kematian hingga 100% dalam waktu 1-2 minggu. Adapun jenis parasit seperti Dactylogyrus sp, Gyrodactylus sp dan Trichodina sp juga menyebabkan tingkat kematian hingga 50%, namun bisa mencapai 100% bila tidak dilakukan upaya pengendalian.

Golongan bakteri seperti Aeromonas hydrophila lebih berbahaya dari pada golongan parasit. Biasanya mulai terjadi kasus serangan penyakit mulai benih ukuran 5-8 cm hingga ukuran induk, dan menyebabkan tingkat kematian hingga 90% dalam waktu 1-10 hari.

Golongan virus seperti Koi Herpes Virus (KHV), lebih berbahaya dari pada golongan parasit dan bakteri. Menyerangan benih ukuran 2-3 cm hingga ukuran induk, tingkat kematian hingga 100% dalam waktu kurang dari 1 minggu. Pemicu terjadinya wabah KHV adalah faktor suhu yang rendah, yaitu ≤ 25oC. Suhu rendah dan stress akibat faktor lingkungan juga dapat memicu terjadinya wabah KHV.

Golongan jamur seperti Achlya sp dan Saprolegnia sp., merupakan infeksi sekunder akibat adanya luka akibat infestasi parasit, infeksi bakteri atau benturan fisik. Penyakit golongan jamur cenderung terjadi pada kondisi air kolam dengan suhu rendah ≤ 26oC dan kadar bahan organik yang tinggi.

Aplikasi Vaksin DNAGlycoprotein Untuk Pencegahan Koi Herpes Virus (KHV) Pada Budidaya Ikan Koi dan Ikan Mas

Tujuan : Peningkatkan sistem imunitas spesifik terhadap KHV dalam tubuh ikan.

Manfaat : Mendapatkan metode pencegahan penyakit KHV pada ikan mas dan koi yang efektif dan aman. Vaksin DNA KHV mampu meningkatkan respon kekebalan ikan yang bersifat spesifik mencakup selular maupun humoral sehingga ikan tahan terhadap serangan KHV. Diharapkan dengan adanya vaksin yang efektif maka tingkat serangan KHV dapat dikendalikan dan berdampak pada peningkatan produksi pada budidaya ikan mas dan koi.

Kegunaan : Untuk melindungi organisme target khususnya ikan mas dan koi dari serangan virus KHV.

1. Persyaratan Teknis Penerapan Teknologi
Bahan utama vaksin berupa Isolat bakteri E. coli (DH5 alpha) yang telah disisipi DNA glikoprotein virus KHV (Gp-25) berasal dari Institut Pertanian Bogor (IPB). Aplikasi Vaksin DNA Gp-KHV dapat dilakukan melalui tiga metode yaitu injeksi, perendaman dan oral (melalui pakan). Metode injeksi (menggunakan vaksin bentuk plasmid), dilakukan pada benih mulai berukuran 5-8 cm (umur minimal 2 bulan) hingga calon induk; Metode ini tepat diberikan untuk ikan koi (nilai ekonomis tinggi) atau ikan terseleksi (misal untuk calon induk mas/koi). Metode perendaman (menggunakan pellet bakteri basah/kering), dapat dilakukan pada benih, mulai ukuran 5-8 cm.

· Persyaratan Teknis Produksi Vaksin:
1. Ruangan : Ruangan ber AC
2. Peralatan: Peralatan harus steril

· Persyaratan Penyimpanan Vaksin
1. Vaksin Sediaan bakteri : suhu penyimpanan 4oC
2. Vaksin sediaan Plasmid : Suhu penyimpanan -20oC

· Persyaratan teknis Vaksinasi:
1. Ikan : umur ikan minimal 2 bulan dan kondisi ikan harus dalam keadaan sehat
2. Suhu air untuk proses vaksinasi minimal 25oC

2. Standar Operational Procedure pemberian vaksin
Aplikasi pemberian vaksin dalam bentuk plasmid melalui metode injeksi, sedangkan aplikasi dalam bentuk bakteri melalui perendaman.


Vaksin DNA Gp-KHV bentuk plasmid
Sebelum dilakukan vaksinasi Ikan dikarantina (bebas parasit & bakteri) jika memungkinkan status negatif KHV, dikondisikan pada suhu 24-25 °C minimal selama 2 minggu (Perelberg et al., 2005).

Teknik vaksinasi yang dilakukan berupa teknik vaksinasi secara injeksi intramuskular. Dosis vaksin yang digunakan adalah 12,5 ug/0,1ml/ekor (ukuran ikan 10-50 g). Proses vaksinasi dilakukan satu tahapan pertama (priming). Setelah divaksin ikan dipelihara secara terkontrol dalam bak fiber (sistem air mengalir; debit 0,5 liter/detik). Periode pemeliharaan ini merupakan masa induksi kekebalan dilakukan selama 1-2 minggu.

Vaksin DNA Gp-KHV bentuk pellet bakteri dan bakteri kering
Sebelum dilakukan vaksinasi ikan dikarantina (bebas parasit dan bakteri) jika memungkinkan status negatif KHV, dikondisikan pada suhu 24-25 °C minimal selama 2 minggu (Perelberg et al.,2005).

Teknik vaksinasi yang dilakukan berupa metode perendaman; Dosis vaksin yang digunakan adalah 107 CFU/ml media vaksinasi; kepadatan ikan disesuaikan. Sejumlah vaksin bentuk pellet bakteri/bakteri kering, dilarutkan ke dalam air (media vaksinasi) untuk mendapatakan konsentrasi yang telah ditentukan.

Sejumlah benih ikan dimasukkan ke dalam suspensi vaksin (kepadatan disesuaikan); Proses perendaman vaksin selama 60 menit. Setelah divaksin ikan dipelihara secara terkontrol dalam bak fiber (sistem air mengalir; debit 0,5 liter/detik). Periode pemeliharaan ini merupakan masa induksi kekebalan dilakukan selama 1-2 minggu.

Beberapa keunggulan vaksin DNA KHV adalah:
1. Bersifat generik dan sederhana.
2. Aman dan tidak menimbulkan resiko terinfeksi penyakit.
3. Kombinasi keuntungan dari vaksin tradisional (inactivated vaccine) dan yang dilemahkan (attenuated vaccine).
4. Dapat mencapai keberhasilan tujuan vaksinasi ketika vaksinasi konvensional gagal.
5. Memungkinkan untuk diberikan bersama ajuvan molekular misalnya motif CpG.
6. Mengaktifkan baik sistem kekebalan humoral maupun seluler.
7. Memungkinkan vaksinasi multivalen yaitu dengan mencampur vaksin DNA untuk lebih dari satu jenis penyakit melalui vaksinasi yang dilakukan secara bersamaan.
8. Memberikan proteksi yang baik apabila diberikan pada stadia awal.
9. Proteksi dapat diinduksi dalam waktu singkat dan memberikan efek proteksi dalam jangka waktu lama.
10. Dapat memberikan proteksi baik dalam suhu rendah maupun tinggi.
11. Dapat memberikan proteksi pada heterologous strain pathogen.
12. Produk murni memiliki stabilitas yang tinggi.
13. Vaksin DNA KHV ini juga diisolasi dari isolate virus KHV local (dalam negeri) sehingga vaksin ini memiliki kehomologan antibodi dengan antigen yang cukup tinggi. Kehomologan ini merupakan syarat penting untuk mencapai keberhasilan vaksinasi.

Referensi:
  1. Alifuddin, M., Waryat, A. Putra, D. Setyani & Soewidah. 2001a. Uji Adaptasi Usaha Penanggulangan Penyakit pada Budidaya Ikan Hias di DKI Jakarta.. Laporan Akhir Penelitian Kerjasama LP-IPB dengan BPTP/PAATP Wilayah DKI Jakarta. 26 hal.
  2. Maswan, N. A. 2009. Pengujian Efekti- vitas Dosis Vaksin DNA dan Korelasinya Terhadap Parameter Hematologi Secara Kuantitatif. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 70 hal.
  3. Purwanto, A. 2006. Gambaran Darah Ikan Mas (Cyprinus carpio) yang Terin- feksi Koi Herpes Virus. Skripsi Program Studi Teknologi dan Manajemen Akuakultur. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 35 hal.
  4. Sari, R. H., Agus. H, dan Suparmono. 201. Peningkatan Imunogenisitas Vak- sin Inaktif Aeromonas salmonicida dengan Penambahan Adjuvant pada Ikan Mas (Cyprinus carpio). Jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan. 1 (2) : 87-94.
  5. Prinsip-prinsip Budidaya Ikan. Gramedium. Jakarta.Sumber: Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan KKP

Tidak ada komentar:

Posting Komentar