Minggu, 31 Juli 2022

Ikan Mujair - Pemeliharaan Benih

Mujair adalah sejenis ikan konsumsi air tawar dengan bentuk badan pipih dengan warna abu-abu, coklat atau hitam. ikan ini bentuknya hampir sama dengan ikan nila yang masih memiliki garis kekerabatan. Penyebaran alami ikan ini adalah perairan Afrika dan di Indonesia pertama kali ditemukan oleh Pak Mujair di muara Sungai Serang pantai selatan Blitar, Jawa Timur pada tahun 1939. Meski masih menjadi misteri, bagaimana ikan itu bisa sampai ke muara terpencil di selatan Blitar, tak urung ikan tersebut dinamai ‘mujair’ untuk mengenang sang penemu.
Dalam kondisi pasar yang cukup prospektif tidak banyak orang yang menekuni usaha perikanan mujair secara profesional dan berorientasi komersial. Maka walaupun permintaannya cukup tinggi, penawaran ikan mujair masih dirasakan lamban. Akibatnya, sekalipun untuk memenuhi permintaan lokal dan regional, pasar ikan mujair masih terbuka lebar.


Pemilihan Induk Ikan Mujair (Tilapia mossambica)
  • Mampu memproduksi benih dalam jumlah yang besar dengan kwalitas yang tinggi.
  • Pertumbuhannya sangat cepat.
  • Sangat responsif terhadap makanan buatan yang diberikan.
  • Resisten terhadap serangan hama, parasit dan penyakit.
  • Dapat hidup dan tumbuh baik pada lingkungan perairan yang relatif buruk.
  • Ukuran induk yang baik untuk dipijahkan yaitu 100 gram lebih per ekornya.
Adapun ciri-ciri untuk membedakan induk jantan dan induk betina adalah sebagai berikut:
Betina
  • Terdapat 3 buah lubang pada urogenetial yaitu: dubur, lubang pengeluaran telur dan lubang urine.
  • Ujung sirip berwarna kemerah-merahan pucat tidak jelas.
  • Warna perut lebih putih.
  • Warna dagu putih.
  • Jika perut distriping tidak mengeluarkan cairan.
Jantan
  • Pada alat urogenetial terdapat 2 buah lubang yaitu: anus dan lubang sperma merangkap lubang urine.
  • Ujung sirip berwarna kemerah-merahan terang dan jelas.
  • Warna perut lebih gelap/kehitam-hitaman.
Pemijahan Ikan Mujair (Tilapia mossambica)
  1. Perbandingan induk jantan dan betina yaitu 3:2 , 3 induk betina dan 2 induk jantan, untuk kolam ukuran 3x4 m. Dengan kedalaman kolam 0,5 meter.
  2. Bagian Kolam Yang dangkal sebaiknya berlumpur halus agar induk ikan dapat membuat sarang.
  3. Pemijahan akan terjadi setelah induk jantan membuat lubang sarang yang berupa cekungan di dasar kolam dengan garis tengah sekitar 10-35 cm.
  4. Begitu pembuatan sarang pemijahan selesai, segera berlangsung proses pemijahan. Setelah proses pembuahan selesai, maka telur-telur hasil pemijahan segera dikumpulkan oleh induk betina ke dalam mulutnya untuk dierami hingga menetas.
  5. Pada saat tersebut induk betina tidak aktif makan sehingga terlihat tubuhnya kurus.
  6. Telur akan menetas setelah 3-5 hari pada suhu air sekitar 25-27 derajat C. Setelah sekitar 2 minggu sejak penetasan, induk betina baru melepaskan anak-anaknya, karena telah mampu mencari makanan sendiri.
Cara Pengambilan Benih Ikan Mujair

Cara 2 Kolam
  1. Pembuatan Kolam 1 dan 2 berdampingan dengan posisi kolam 1 lebih tinggi dari kolam kedua.
  2. Sehingga dapat dibuat saluran pembuangan air dari kolam 1 ke kolam 2
  3. Saat pengambilan benih, saluran pembuangan di beri tutup berupa saringan kasar, agar induk tidak masuk ke kolam ke 2
  4. Kolam kedua menjadi tempat pembesaran benih sampai siap jual
Cara 1 Kolam
  1. Saat pengambilan benih berumur 2 minggu, kolam diberi anco, kemudian beri pakan diatasnya,
  2. kemudian tunggu benih ikan berkumpul
  3. Ambil anco, kemudian di pindah ke kolam pembesaran
Pakan
Pakan benih ikan berupa dedak halus, atau pakan ikan halus, bisa juga menggunakan pakan alami


PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA

1. Penyiapan Sarana dan Peralatan

1. Kolam
Sarana berupa kolam yang perlu disediakan dalam usaha budidaya ikan mujair tergantung dari sistim pemeliharaannya (sistim 1 kolam, 2 kolam dlsb). Adapun jenis kolam yang umum dipergunakan dalam budidaya ikan mujair antara lain:

1. Kolam pemeliharaan induk/kolam pemijahan
Kolam ini berfungsi sebagai kolam pemijahan, kolam sebaiknya berupa kolam tanah yang luasnya 50-100 meter persegi dan kepadatan kolam induk hanya 2 ekor/m². Adapun syarat kolam pemijahan adalah suhu air berkisar antara 20-22 derajat C; kedalaman air 40-60 cm; dasar kolam sebaiknya berpasir.

2. Kolam pemeliharaan benih/kolam pendederan
Luas kolam tidak lebih dari 50-100 meter persegi. Kedalaman air kolam antara 30-50 cm. Kepadatan sebaiknya 5-50 ekor/meter persegi. Lama pemeliharaan di dalam kolam pendederan/ipukan antara 3-4 minggu, pada saat benih ikan berukuran 3-5 cm.

3. Kolam pembesaran
Kolam pembesaran berfungsi sebagai tempat untuk memelihara dan membesarkan benih selepas dari kolam pendederan. Adakalanya dalam pemeliharaan ini diperlukan beberapa kolam pembesaran, yaitu:

Kolam pembesaran tahap I 
berfungsi untuk memelihara benih ikan selepas dari kolam pendederan. Kolam ini sebaiknya berjumlah antara 2-4 buah dengan luas maksimum 250-500 meter persegi/kolam. Pembesaran tahap I ini tidak dianjurkan memakai kolam semen, sebab benih ukuran ini memerlukan ruang yang luas. Setelah benih menjadi gelondongan kecil maka benih memasuki pembesaran tahap kedua atau langsung dijual kepada pera petani.

Kolam pembesaran tahap II 
berfungsi untuk memelihara benih gelondongan besar. Kolam dapat berupa kolam tanah atau sawah. Keramba apung juga dapat digunakan dengan mata jaring 1,25–1,5 cm. Jumlah penebaran pembesaran tahap II sebaiknya tidak lebih dari 10 ekor/meter persegi.

Pembesaran tahap III 
berfungsi untuk membesarkan benih. Diperlukan kolam tanah antara 80-100 cm dengan luas 500 - 2.000 meter persegi.

4. Kolam/tempat pemberokan
Merupakan tempat pembersihan ikan sebelum dipasarkan

2. Peralatan
Alat-alat yang biasa digunakan dalam usaha pembenihan ikan mujair diantaranya adalah: jala, waring (anco), hapa (kotak dari jaring/kelambu untuk menampung sementara induk maupun benih), seser, ember-ember, baskom berbagai ukuran, timbangan skala kecil (gram) dan besar (Kg), cangkul, arit, pisau serta piring secchi (secchi disc) untuk mengukur kadar kekeruhan. Sedangkan peralatan lain yang digunakan untuk memanen/menangkap ikan mujair antara lain adalah warring/scoopnet yang halus, ayakan panglembangan diameter 100 cm, ayakan penandean diameter 5 cm, tempat menyimpan ikan, keramba kemplung, keramba kupyak, fish bus (untuk mengangkut ikan jarak dekat), kekaban (untuk tempat penempelan telur yang bersifat melekat), hapa dari kain tricote (untuk penetasan telur secara terkontrol) atau kadang-kadang untuk penangkapan benih, ayakan penyabetan dari alumunium/bambu, oblok/delok (untuk pengangkut benih), sirib (untuk menangkap benih ukuran 10 cm keatas), anco/hanco (untuk menangkap ikan), lambit dari jaring nilon (untuk menangkap ikan konsumsi), scoopnet (untuk menangkap benih ikan yang berumur satu minggu keatas), seser (gunanya= scoopnet, tetapi ukurannya lebih besar), jaring berbentuk segiempat (untuk menangkap induk ikan atau ikan konsumsi).

3. Persiapan Media
Yang dimaksud dengan persiapan adalah melakukan penyiapan media untuk pemeliharaan ikan, terutama mengenai pengeringan, pemupukan dlsb. Dalam menyiapkan media pemeliharaan ini, yang perlu dilakukan adalah pengeringan kolam selama beberapa hari, lalu dilakukan pengapuran untuk memberantas hama dan ikan-ikan liar sebanyak 25-200 gram/meter persegi, diberi pemupukan berupa pupuk buatan, yaitu urea dan TSP masing- masing dengan dosis 50-700 gram/meter persegi, bisa juga ditambahkan pupuk buatan yang berupa urea dan TSP masing-masing dengan dosis 15 gram dan 10 gram/meter persegi.

2. Pembibitan
Untuk menyiapkan bibit ikan mujair yang akan dipelihara, perlu diperhatikan hal-hal penyiapan media pemeliharaan, pemilihan dan pemeliharaan induk, penetasan dan persyaratan bibit, ciri-ciri bibit dan induk unggul.

1. Pemilihan Induk
Ciri-ciri induk bibit mujair yang unggul adalah sebagai berikut:
1. Mampu memproduksi benih dalam jumlah yang besar dengan kwalitas yang tinggi.
2. Pertumbuhannya sangat cepat.
3. Sangat responsif terhadap makanan buatan yang diberikan.
4. Resisten terhadap serangan hama, parasit dan penyakit.
5. Dapat hidup dan tumbuh baik pada lingkungan perairan yang relatif buruk.
6. Ukuran induk yang baik untuk dipijahkan yaitu 100 gram lebih per ekornya.

Adapun ciri-ciri untuk membedakan induk jantan dan induk betina adalah sebagai berikut:

1. Betina
ƒ Terdapat 3 buah lubang pada urogenetial yaitu: dubur, lubang pengeluaran telur dan lubang urine.
ƒ Ujung sirip berwarna kemerah-merahan pucat tidak jelas.
ƒ Warna perut lebih putih.
ƒ Warna dagu putih.
ƒ Jika perut distriping tidak mengeluarkan cairan.

2. Jantan
ƒ Pada alat urogenetial terdapat 2 buah lubang yaitu: anus dan lubang sperma merangkap lubang urine.
ƒ Ujung sirip berwarna kemerah-merahan terang dan jelas.
ƒ Warna perut lebih gelap/kehitam-hitaman.
ƒ Warna dagu kehitam-hitaman dan kemerah-merahan.
ƒ Jika perut distriping mengeluarkan cairan.

2. Sistim Pembibitan
Pembibitan ikan mujair dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu:

1. Sistim satu kolam
Pada sistim ini kolam pemijahan/pembenihan disatukan dengan kolam pendederan/ pemeliharaan anak. Setelah dilakukan persiapan media pembibitan, tebarkan induk jantan dan betina dengan perbandingan 1:2 atau 1:4 dengan jumlah kepadatan 2 pasang/10 meter persegi. Pamanenan dilakukan setiap 2 minggu sekali.

2. Sistim dua kolam
Pada sistim ini proses pemijahan dan pendederan dilakukan pada kolam terpisah, dengan perbandingan luas kolam pemijahan dengan kolam pendederan adalah 1:2 atau 1:4. Dasar kolam pendederan harus lebih rendah dari dasar kolam lainnya agar aliran air cukup deras mengalir dari kolam pemijahan ke kolam pendederan. Pada pintu kedua kolam tersebut dipasang saringan kasar agar hanya anak-anak ikan saja yang dapat lewat. Jumlah dan kepadatan induk jantan dan betina yang disebarkan sama dengan sistim satu kolam.

3. Sistim platform
Pada sistim ini kolam dibagi dalam 4 bagian, yaitu kolam pertama sebagai tempat induk jantan dan betina bertemu atau tempat pemijahan. Kolam kedua tempat induk betina dimana disekat oleh kisi atau krei bambu dengan ukuran lubang-lubang sebesar badan induk betina sehingga hanya induk betina yang dapat lolos ke kolam kedua ini. Kolam ketiga merupakan temapt pelepasan larva dan temapat yang ke empat adalah tempat pendederan. Persiapan media dan jumlah induk yang dilepas sama dengan sistim yang pertama.

3. Pembenihan
Pemijahan dan penetasan ikan mujair berlangsung sepanjang tahun pada kolam pemijahan dan tidak memerlukan lingkungan pemijahan secara khusus.

Hal yang perlu dilakukan adalah penyiapan media pemeliharaan seperti pengerikan pengapuran dan pemupukan. Ketinggian air di kolam dipertahankan sekitar 50 cm. Untuk menambah tingkat produkivitas dan kesuburan, maka diberikan makanan tambahan dengan komposisi sebagai berikut: tepung ikan 25%, tepung kopra 10% dan dedak halus sebesar 65%. Komposisi ransum ini digunakan dalam usaha budidaya ikan mujair secara komersial. Dapat juga diberi makanan yang berupa pellet yang berkadar protein 20-30% dengan dosis 2-3% dari berat populasi per hari, diberikan sebanyak 2 kali/hari yaitu pada pagi dan sore hari. Pemijahan akan terjadi setelah induk jantan membuat lubang sarang yang berupa cekungan di dasar kolam dengan garis tengah sekitar 10-35 cm. Begitu pembuatan sarang pemijahan selesai, segera berlangsung proses pemijahan. Setelah proses pembuahan selesai, maka telur-telur hasil pemijahan segera dikumpulkan oleh induk betina ke dalam mulutnya untuk dierami hingga menetas. Pada saat tersebut induk betina tidak aktif makan sehingga terlihat tubuhnya kurus. Telur akan menetas setelah 3-5 hari pada suhu air sekitar 25-27°C. Setelah sekitar 2 minggu sejak penetasan, induk betina baru melepaskan anak- anaknya, karena telah mampu mencari makanan sendiri.

4. Pemeliharaan Bibit
Pendederan atau pemeliharaan anak ikan mujair dilakukan setelah telur-telur hasil pemijahan menetas. Kegiatan ini dilakukan pada kolam pendederan yang sudah siap menerima anak ikan dimana kolam tersebut dikeringkan terlebih dahulu serta dibersihkan dari ikan-ikan liar. Kolam diberi kapur dan dipupuk sesuai ketentuan. Begitu pula dengan pemberian pakan untuk bibit diseuaikan dengan ketentuan. Jumlah penebaran dalam kolam pendederan tergantung dari ukuran benih ikan. Benih ikan ukuran 1-3 cm, jumlah penebarannya sekitar 30-50 ekor/meter persegi, ukuran 3-5 cm jumlah penebarannya berkisar 5-10 ekor/meter persegi. Sedangkan anak ikan ukuran 5-8 cm jumlah penebarannya 2-5 ekor/meter persegi. Untuk benih yang ukuran 5-8 cm ini, sebaiknya dilakukan secara monoseks kultur, karena pada ukuran tersebut benih ikan sudah dapat dibedakan yang berjenis kelamin jantan atau betina.Pendederan atau pemeliharaan anak ikan mujair dilakukan setelah telur-telur hasil pemijahan menetas dan dipindahkan ke kolam pendederan. Kegiatan ini dilakukan pada kolam pendederan yang luasnya 500-1.000 meter persegi dan kolam tersebut sudah siap menerima anak ikan. Kolam harus disiapkan sekitar seminggu sebelum penebarab benih. Kegiatan persiapan meliputi pengeringan, perbaikan pematang, pengolahan tanah dasar dan pembuatan kamalir. Kolam tersebut dikeringkan terlebih dahulu serta dibersihkan dari ikan-ikan liar.

Untuk menambah produktivitas dan kesuburan tanah, kolam diberi kapur dengan kapur tohor sebanyak 50-100 gram/meter persegi dan dipupuk dengan pupuk organik dengan dosis 500 gram/meter persegi. Kemudian kolam diisi air. Pemberian pakan untuk bibit disesuaikan dengan ketentuan yang tertera dalam label pakan yang dibeli dari toko pakan ikan.

Bila kolam sudah siap, larva ditebar pada pagi hari dengan kepadatan 50-100 ekor/meter persegi. Setiap hari kolam diberi pakan tambahan berupa pelet halus sebanyak 750 gram/10 ribu ekor larva dengan frekuensi tiga kali sehari. Pemeliharaan di kolam pendederan awal dilakukan selama 21 hari.

Jumlah penebaran dalam kolam pendederan bergantung pada ukuran benih ikan. Benih ikan ukuran 1-3 cm, jumlah penebarannya sekitar 30-50 ekor/meter persegi, ukuran 3-5 cm, jumlah penebarannya berkisar 5-10 ekor/meter persegi. Sedangkan anak ikan ukuran 5-8 cm penebarannya 2-5 ekor/meter persegi. Untuk benih ukuran 5-8 cm ini, sebaiknya dilakukan secara monoseks kultur, karena pada ukuran tersebut, benih ikan sudah dapat dibedakan yang berjenis kelamin jantan atau berkelamin betina.

Larva ikan mujair dapat pula dipelihara dalam tempat yang sama dengan pemijahan, namun sebelumnya 3/4 bagian airnya dibuang. Padat penebaran larva 50-100 ekor/liter. Larva yang berumur 4 hari diberi pakan berupa naupli Artemia, Brachionus atau Moina. Pemeliharan larva ini berlangsung selama 14 hari. Selama pemeliharaan larva, air harus diganti setiap hari sebanyak 2/3 bagiannya. Setelah berumur 14 hari, larva siap ditebar ke kolam pendedera lanjutan.

Untuk perawatan larva yang sudah menetas, petani ikan harus berusaha mencegah matinya larva yang baru menetas. Benih-benih ikan mujair yang telah berusia lima hari diberi makanan yang berbentuk larutan kuning telur. Caranya adalah telur direbus sampai matang benar, kemudian isi telur yang telah matang dipisahkan antara putih telur dan kuning telurnya, lalu ambil kuning telurnya saja.

Kemudian bungkus kuning telur dengan kain kasa yang halus. Bungkusan kuning telur diremas-remas di dalam air, sehingga kuning telur keluar dari kain kasa tersebut dan habis tercampurkan semua dengan air yang disiapkan di luar kain kasa. Air untuk mencampur remasan kuning telur tersebut, sekitar 1/4 liter air untuk 1 telur.

Setelah berbentuk larutan, masukkan makanan kuning telur tersebut ke dalam alat penyemprot untuk memudahkan pemberian makanan atau dapat juga larutan tersebut dipercik-percikkan secara merata. Berikan larutan kuning telur 5 kali sehari, kebutuhan kuning telur per hari adalah 1 butir untuk benih ikan mujair sebanyak 100.000 ekor.

Referensi:
  1. Handarto., 1979. Perikanan Indonesia. PT.Cipta Sari Grafika, Bandung.
  2. Nontji,1988, Dunia Ikan. Armico, Bandung
  3. Prahasta,  Arief.  2009.  Budidaya  Usaha  Pengolahan  Agribisnis  Ikan  Mujair. Bandung: Pustaka Grafika.
  4. Rahardjo,2004. Avertebrata Air. Penebar Swadaya. Jakarta.
  5. Said, A. 2000. Budidaya Mujair dan Nila. Jawa Barat: Ganeca Exact.  
  6. Whitten, A.J; M. Mustafa. 1984. Ekologi Sulawesi. Gadjah Mada Univ. Press, Yogyakarta.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar