Minggu, 31 Juli 2022

Ikan Mujair - Penyakit

Usaha penanggulangan penyakit di antaranya dapat dilakukan dengan cara memperbaiki struktur kolamnya dan mengamati air yang masuk kolam. Jika air berasal dari sumber air yang mengandung peptisida dan limbah, cari sumber air lainnya. Bila ikan mujair yang dibudidayakan kekurangan makan, berikan makanan tambahan seperti daun, dedak padi, serta makanan lainnya yang biasa diberikan ke ikan mujair. Upaya pencegahan penyakit lainnya adalah.
1. Penyakit Bintik Putih
penyebab penyakit bintik putih adalah protozoa Incthyrius multifilis. Faktor penyebab penyakit ini adalah kualitas air yang buruk, suhu yang terlalu rendah, pakan yang buruk, dan kontaminasi ikan lain yang sudah terkena penyakit bintik putih. penularan penyakit ini dapat melalui air atau dan kontak langsung antar ikan.

Bagian tubuh ikan yang diserang sel lendir, sisik, dan lapisan insang. Ikan yang terserang penyakit ini tampak sulit bernapas, sering menggosokkan tubuhnya ke dinding wadah, gerakannya lamban, muncul bintik putih pada insang dan sirip, lapisan lendir rusak, dan terjadi perdarahan pada sirip dan insang.

Pengendalian serangan penyakit bintik putih adalah dengan menggunakan peralatan yang bersih dan steril, mempertahankan kualitas air tetap baik, dan mempertahankan suhu air agar tidak kurang dari 28 derajat C. Jika jumlah ikan yang sudah terserang penyakit ini sedikit, pengobatannya dengan cara ikan dicelupkan didalam larutan garam dapur sebanyak 1-3 g/100 cc air selama 5-10 menit, atau methylene blue (MB 1%) sebanyak satu garam dilarutkan di dalam 100 cc air. ambil 2-4 cc larutan tersebut dan encerkan kembali didalam 4 liter air. rendam ikan yang sakit di dalam larutan tersebut selama 24 jam. Perendaman dilakukan 3-5 hari dengan selang waktu satu hari.

2. Penyakit Penducle
Penyakit ini sering disebut dengan penyakit air dingin (cold water descareases) yang biasa terjadi pada suhu 16 C. Penyebabnya adalah bakteri Flexbacter psychropahila yang berukuran sekitar 6 mikron. Ikan yang terserang penyakit Penducle tampak lemah, tidak mempunyai nafsu makan, muncul borok atau nekrosa pada kulit secara perlahan.

Pengobatan dilakukan dengan cara merendam ikan mujair yang sakit di dalam larutan oxytetracycline 10 ppm selama 30 menit (100 mg/liter). Di samping itu, pengobatan dapat dilakukan melalui makanan yang dicampur dengan sulfixazole. Dosis yang digunakan adalah 100 mg sulfixazole untuk setiap 1 kg berat ikan. Pencampuran dilakukan dengan cara mengencerkan sulfixazole di dalam 15 cc air dan menyemprotkannya ke pakan. Pakan tersebut kemudian dianginkan. Setelah kering, pakan diberikan berturut-turut selama 10-20 hari.

3. Penyakit Edward Siella
Penyebabnya adalah bakteri Edward siella yang berukuran 0,5-0,75 mikron. Jika terinfeksi penyakit ini, muncul luka kecil pada kulit dan daging ikan, disertai dengan pendarahan. Luka tersebut menjadi bisul dan mengeluarkan nanah (absees). Serangan lebih lanjut dapat menyebabkan luka pada hati dan ginjal.

Pengobatan dilakukan dengan mencampur sulfamerazine ke dalam pakan. Dosis yang digunakan adalah 100-200 mg sulfamerazine untuk setiap 1 kg berat ikan. Sulfamerazine diencerkan di dalam a1 meter kubik air bersih dan disemprotkan ke pakan. Pakan dianginkan hingga kering dan diberikan kepada ikan berturut-turut selama tiga hari.

4. Penyakit Gatal
Penyakit yang sering menyerang benih ikan ini disebabkan oleh Trichodina sp. Bagian tubuh yang diserang adalah kulit, sirip dan insang. Serangan penyakit gatal ditandai dengan gerakan ikan lemah dan ikan sering menggosok-gosokkan badannya ke benda keras di dinding wadah.

Tindakan pencegahan dilakukan dengan menurangi kepadatan tebar ikan dan menjaga kebersihan wadah pemeliharaan. Ikan yang sakit diobati dengan merendamnya di dalam larutan formalin 150-200 ml/meter kubik air atau 150-200 ppm selama 15 menit. Bisa juga direndam di dalam larutan malachite green oxalate (MGO) 19 gram/meter kubik air selama 24 jam.

5. Penyakit Lerneae
Penyebab penyakit ini adalah udang renik (Lerneae sp.). Gejala penyakit ini adalah munculnya parasit yang menempel di tutup insang, sirip dan mata ikan. Parasit ini mneyerang ikan dengan menusukkan tubuhnya, menyuntikkan jarum. Bentuk tubuhnya mirip kail pancing dan dapat dilihat dengan mata biasa, tanpa bantuan mikroskop.

Cara penanggulangannya adalah dengan merendam ikan mujair yang sakit di dalam 250 cc formalin yang diencerkan di dalam 1 meter kubik air bersih. Perendaman dilakukan selama 10 menit dan diulang sebanyak tiga kali selama tiga hari. Penanggulangan secara mekanis dilakukan dengan cara mengangkat tubuh ikan yang sakit secara hati-hati kemudian menggunting parasit yang menancap di tubuh ikan tersebut. Pekerjaan ini dilakukan dengan hati-hati agar tidak menimbulkan luka baru pada tubuh ikan yang sakit.

6. Penyakit Kutu Ikan (Argulus)
Penyebab penyakit ini adalah Argulus sp. , termasuk golongan udang renik. Parasit pengisap darah ini sering dijumpai menempel di insang, kulit dan sirip ikan yang sakit. Gejala akibat serangan kutu ini adalah tubuh menjadi kurus. Nafsu makan berkurang, dan muncul bercak merah di tubuhnya. Jika penyakit ini diabaikan, ikan akan mati karena darahnya terus diisap oleh parasit.

Pengobatan penyakit ini dilakukan dengan mencelupkan ikan yang sakit ke dalam larutan garam (NaCI) dengan takaran 20 gram/liter air selama lima menit atau pada larutan garam amonia (NH4CI) sebanyak 12,3 gram/liter air selama 5-10 menit.

Penyebaran penyakit ini dapat dicegah dengan pengapuran kolam. Awalnya, kolam dikeringkan. Setelah kolam kering, kapur ditabur dengan takaran 200 gram/meter persegi luas kolam.

Secara umum, hal yang dilakukan untuk mencegah timbulnya penyakit dan hama pada budidaya ikan mujair:
  • Pengeringan dasar kolam secara teratur setiap selesai panen.
  • Pemeliharaan ikan yang benar-benar bebas penyakit.
  • Hindari penebaran ikan melebihi kapasitas.
  • Sistem pemasukan air yang ideal adalah paralel. Setiap kolam diberi satu pintu pemasukan air.
  • Pemberian pakan cukup, baik kualitas maupun kuantitasnya.
  • Penanganan saat panen atau pemindahan benih dilakukan secara hati-hati dan benar.
  • Binatang seperti burung, siput, ikan seribu (Lebistus reticulatus peters) sebagai pembawa penyakit jangan dibiarkan masuk ke areal perkolaman.
Pengobatan terhadap ikan yang terkena serangan penyakit merupakan suatu tindakan pencegahan. Tindakan pencegahan beberapa penyakit nonparasit dan parasit adalah sebagai berikut.

1. Nonparasit
Pencegahan penyakit yang ditimbulkan oleh penyakit nonparasit adalah dengan membuat lingkungan lebih baik, membuat kepadatan ikan dan makanan ikan yang seimbang.

Lingkungan yang baik, terutama lingkungan fisik, kimia dan biologi perairan sangat memengaruhi keseimbangan antara ikan sebagai inang dan organisme penyebab penyakit. Lingkungan yang baik akan meningkatkan daya tahan ikan. Sebaliknya, lingkungan yang kurang baik akan menyebabkan ikan mudah stres dan menurunkan daya tahan tubuh ikan terhadap serangan penyakit nonparasit.

Kepadatan ikan dalam kolam harus seimbang. Kepadatan ikan yang melebihi daya dukung perairan (carrying capacity) akan menimbulkan persaingan antarikan, oksigen terlarut menjadi rendah dan sisa metabolisme seperti amoniak meningkat sehingga dapat menimbulkan stres dan menyebabkan timbulnya penyakit.

Makanan dalam kolam harus seimbang. Pemberian makanan yang kurang bermutu menyebabkan ikan menjadi kekurangan vitamin. Hal ini akan diikuti oleh pertumbuhan yang lambat atau menurunnya daya tahan ikan, hingga mudah terserang penyakit. Di samping itu, tingkat pemberian pakan dan kualitas makanan memngaruhi sistem kekebalan.

Pengobatan yang bisa dilakukan terhadap ikan yang terserang penyakit nonparasit adalah melalui suntikkan dengan antibiotik, obat yang dicampurkan dengan makanan, perendaman ikan dengan antibiotik dan penyemprotan dengan tekanan tinggi.

2. Parasit
Beberapa macam parasit yang menyerang ikan mujair dalam pemeliharaan dan cara pengobatannya adalah sebagai berikut.

a. Crustacea
Beberapa jenis Crustacea diketahui sebagai parasit ikan, di antaranya adalah Copepoda dan Isopoda. Salah satu jenis Copepoda ialah Argasilus sp. yang biasa menyerang pada ikan yang dipelihara. Jenis Isopoda yang menjadi parasit ikan adalah Nirocila sp. Binatang ini menyerang berbagai jenis ikan yang dipelihara, terutama terhadap ikan berukuran di atas 50 gram. Ia mempunyai duri pengait pada kakinya sehingga dapat menempel dengan kuat pada insang atau bagian sisi tubuh ikan yang diserang.

Serangan pada bagian insang mengakibatkan borok karena jaringan daging pada insang dimakan oleh parasit tersebut. Nirocila sp. tergolong binatang vivaparous. Telur yang dihasilkan akan dierami dan anak yang menetas tumbuh dan berkembang di dalam kantong yang terletak di bawah perutnya.

Nirocila sp. muda kemudian dilepaskan dan berenang bebas. Kemudian, dapat menginfeksi ikan yang lain. Nirocila sp. adalah protandrous yang pada waktu muda berkelamin jantan dan berubah menjadi betina pada waktu dewasa. Nirocila sp. tahan terhadap pestisida, seperti Dipterex, Matathion, dan Hhyrethriods syntetic. sekalipun demikian, organophospat DDVP aman dan efektif untuk pemberantasan parasit ini, namun jarang terdapat dalam bentuk yang masih murni.

Pengobatan dan pencegahan untuk penyakit ini adalah dengan memakai formalin dengan cara berikut. Angkat jaring apung dan simpan ikan-ikan yang terserang di dalam bak penampungan. Semprotkan formalin 1% ke jaring tersebut, tambahkan formalin (200 ppm) ke dalam bak sampai parasit lepas dari tubuh ikan dan keluarkan parasi tersebut dan musnahkan.

Biasanya serangan Nirocila sp. dewasa yang berukuran 2-3 cm jarang berakibat serius. Serangan parasit dewasa terlihat sewaktu dilakukan grading, hingga dengan mudah, parasit dapat diambil dari tubuh ikan, untuk kemudian dimusnahkan.

b. Cacing Pipih
Dectylogyrussp kadang-kadang menyerang ikan. Salah satu jenisnya adalah Diplectanum sp. Ciri parasit ini adalah mempunyai dua buha mata serta alat penghisap (sucker) pada bagian depan dan belakang. Bagian belakang berbentuk seperti martil dengan bentuk seperti jangkar pada ujungnya, bagian dalam perut seperti usus dan alat kelamin jelas terlihat. Parasit ini mempunyai panjang antara 0,5-1,0 cm dan memangsa sel-sel epitel insang ikan yang diserang.

Ikan yang terserang penyakit ini atau jenis-jenis parasit lain yang menyerang insang cenderung berenang ke arah air yang berarus kuat atau berenang miring, terlihat berbaring dengan insang terbuka lebar dan bergerak cepat. Serangan penyakit bersamaan dengan serangan bakteri Vibriosis. Insang ikan yang kelihatan pucat dan mengeluarkan lendir seperti pada penyakit Cryptocoryoniasis. Apabila kondisinya parah, pengobatan tidak akan berhasil.

Pengobatan harus dilakukan secepatnya pada saat ikan tampak mulai terserang penyakit, dengan cara menggunakan formalin 200 ppm selama 1/2-1 jam dengan aerasi yang kuat. Ulangi sampai 3 hari dengan menggunakan formalin 25 ppm (25 cc dalam 1 liter) dan malachite green 0,15 ppm selama semalam. Bisa juga dengan menggunakan acriflavine 10 ppm selama 1 jam atau acriflavine 100 ppm dicelupkan selama 1 menit, menggunakan dipterex 20 ppm selama 1 jam atau menggunakan air tawar murni selama 1 jam untuk beberapa jenis ikan.

c. Protozoa
Protozoa merupakan patogen utama bagi usaha pemeliharaan ikan. Protozoa merupakan jazad renik bersel satu dengan ukuran antara 10-500 mikron. Protozoa mempunyai bulu atau cilia di sekeliling tubuh. Parasit pada pemeliharaan ikan yang disebabkan oleh protozoa digolongkan menjadi 3 jenis, yaitu Cryptocaryoniasis, Brooklynelliasis dan Trychodiniasis.

1. Cryptocaryoniasis
Penyaki Cryptocaryoniasis disebabkan oleh protozoa. Organisme penyebabnya ialah Cryptocaryon irritans brown dan yang sering dijumpai adalah Ichthyophthirius multifilis yang hidup di air tawar. Pada stadium belum dewasa, parasit ini cenderung berbentuk seperti buah pear. Pemangsaan yang terus-menerus kadang-kadang menyebabkan keruskaan pada kulit atau insang ikan. Pada stadia “trophont”, parasit ini berbentuk seperti bola dengan garis tengah sekitar 300 mikron. Parasit ini terbungkus oleh bulu-bulu halus atau cilla.

Pada selaput ikan, parasit ini bergerombol sampai berpuluh-puluh, bahkan beratus-ratis jumlahnya, hingga terlihat sebagai bintik-bintik putih. Karena itu, biasa disebut White spot. Protozoa ini merusak sel-sel lendir ikan dan dapat menyebabkan pendarahan pada sirip dan insang ikan.

Serangan Ichthyophthirius multifilis menyebabkan penyakit bintik putih pada ikan. Bintik putih terlihat berbentuk tiitk yang masuk cukup dalam. Dalam hal-hal tertentu, serangan penyakit ini yang ditunggangi oleh serangan bakteri akan menimbulkan borok pada bagian yang terserang.

Ikan yang bersisik besar jarang terserang penyakit bintik putih. Akan tetapi, ia akan kehilangan nafsu makan, matanya membengkak, sisisk-sisiknya berlepasan, kadang terjadi perdarahan pada kulitnya dan terjadi pembusukan pada bagian sirip, akibat infeksi bakteri atau infeksi sekunder. Di samping itu, insang rusak dan tidak berfungsi, keluar lendir yang berlebihan, tetapi tidak sehebat seperti pada serangan parasit Diplectanum sp.

Siklus hidup parasit ini penting diketahui. Upaya pemberantasannya, pada dasarnya adalah dengan memutuskan rntai kehidupannya. Sesudah 8 hari hidup pada ikan, parasit ini cukup dewasa untuk melepaskan diri dari tubuh ikan dan melayang dalam air untuk beberapa saat. Kemudian, akan melekat pada benda, batu-batu, tumbuh-tumbuhan, ganggang dan lainnnya, serta membentuk suatu lapisan kulit yang terlihat sebagai lendir. Bentuk demikian disebut kista.

Parasit dalam bentuk kista akan membelah diri. Dalam waktu 5 jam, dengan suhu yang cocok, terbentuk beribu-ribu protozoa kecil. Kemudian, dinding kista pecah, lalu berhamburan anak-anak parasit, melayang-layang dalam air dan siap untuk menyerang ikan. Apabila dalam waktu 48 jam tidak menemukan ikan untuk ditempelinya, anak-anak parasit itu mati. Jika ada ikan, mereka menempel dan tumbuh pada selaput lendir ikan.

Pada selaput lendir ikan, parasit protozoa ini terbungkus oleh selaput sel lendir. Oleh karena itu, obat-obat pemberantas tidak dapat meresap ke dalam parasit dalam keadaan tersebut, tanpa merusak selaput lendir ikan yang bersangkutan. Fase prakista adalah fase yang mudah dikenai obat tanpa merusak ikan yang bersangkutan. Demikian juga, ketika benih parasit sudah keluar dari kista.

Pada fase kista penyakit ini tidak tertembus oleh obat, karena berdinding lendir. Tindakan yang harus dilakukan menciptakan suasana kesegaran dan kesehatan bagi ikan, sehingga ikan mempunyai daya tahan yang besar terhadap penyakit. Caranya ialah dengan memilih lokasi yang kondisi airnya selalu berganti dengan arus yang cukup.

Penanggulangan parasit ini cukup sulit. Stadia tomont yang berbentuk kista sangat tahan terhadap obat-obtan, sedangkan stadi trophonts seringkali masuk dalam jaring daging ikan. Untuk mengatasinya, lakukan perlakuan berikut. Celupkan ikan yang sakit ke dalam formalin 200 ppm selama 1/2-1 jam, bergantung pada daya tahan ikan atau celupkan ke dalam formalin 100 ppm dan acriflavine 10 ppm selama 1 jam. Dapat juga, celupkan dalam campuran formalin 25 ppm dan malachite green 0,15 ppm selama 12 jam. Pengobatan menggunakan nitrofurazone 30 ppm selama 12 jam, methylene blue 0,1 ppm selama 1/2 jam, atau air tawar murni selama 1 jam untuk beberapa jenis ikan.

Perlakuan tersebut diulangi 2-3 kali. Pengobatan dilakukan dengan pencampuran obat dalam ransum makanan, yaitu menggunakan mitronidozone 5 gram untuk setiap kilogram makanan selama 10 hari. Gejala penyakit Cryptocaryoniasis akan terlihat dalam waktu 5 hari.

Tindakan yang diambil untuk menanggulangi penyakit ini adalah mengisolasi ikan yang sakit, khususnya benih dari ikan-ikan yang sehat. Ambil ikan yang mati atau sakit parah dari keramba, kemudian musnahkan. Lakukan pengobatan sedini mungkin begitu terlihat tanda ikan yang terserang penyakit, untuk memotong siklus hidup penyakit ini aagr tidak menjadi stadia kista dan terbentuknya tomite.

2. Brooklynelliasis
Penyakit Brooklynelliasis disebabkan oleh bakteri Brooklynela sp., suatu protozoa berbentuk seperti kacang, mirip dengan Chilodonella sp., mudah dikenal karena ada cilia yang panjang, sebuah macronucleus dan kantong berbentuk oval yang terlihat. Parasit ini dijumpai pada insang dan kulit.

Gejala yang ditimbulkan sama dengan penyerangan Cryptocaryon irritans, jarang menyebabkan terjadinya kerusakan kulit ikan. Luka yang ditimbulkannya dengan mudah tersebar dan terjadi pendarahan pada kulit bagian dalam. Pendarahan disebabkan oleh ikan menggesek-gesekkan badannya ke jaring atau wadah lainnya akibat gatal yang disebabkan serangan parasit pada kulit.

Cara pemberantasannya sama seperti memberantas serangan penyakit Crypyocaryon irritans. Pemberantasan dapat dilakukan dengan pengamatan di bawah mikroskop terhadap preparat usapan pada ikan yang diobati. Serangan penyakit sekunder seperti kebusukan sirip dicegah dengan pengobatan acriflavine atau pemandian mengguanakan antibiotik.

3. Trychodiniasis
Penyakit Trychodiniasis disebabkan oleh Trichodina sp., suatu protozoa berbentuk cakram dengan diameter sekitar 100 mikron, dengan gigi yang terdapat di bagian tengan dan cilia pada bagian permukaan bawah. Pemberantasan dan pencegahan penyakit ini dilakukan seperti serangan “Cryptocaryoniasis” atau “Brooklynelliasis”.

d. Jamur
Jamur merupakan tumbuhan yang tidak membutuhkan cahaya untuk tumbuh dan makan bahan organik untuk mendapatkan energinya. Jamur menyebabkan penyakit bila tumbuh pada ikan. Dua penyakit ikan yang berasal dari jamur, yaitu Saprolegniasis dan Ichthyosporidosis.

1. Saprolegniasis
Penyakit ini disebabkan oleh jamur yang disebut Saprolegnia sp. Serangan jamur menyebabkan perubahan warna kulit dan tumbuhnya jamur putih keabu-abuan yang makin lama makin melebar dan menyebabkan kerusakan pada otot. Ikan yang sakit sebaiknya diambil dari kolam pemeliharaan. Penyakit ini menyerang ikan pada bagian sirip punggung dan melebar ke arah sirip ekor. Penyakit ini tidak mudah menyerang ikan yang sehat.

Pengobatan dapat dilakukan dengan larutan yodium tincture 0,1%, larutan potassium dichromat 1%, atau perendaman dengan menggunakan methylene blue 0,1 ppm, selama 1 jam dan diulangi selama 3 hari.

2. Ichthyosporidosis
Penyakit ini disebabkan oleh jamur Ichthyos poridium sp. atau Ichthyophonus sp., jamur berkembang mengikis jaringan bagian luar kepala dan menyebabkan luka dalam yang berwarna kemerah-merahan dan masuk ke dalam bagian tengkorak kepala ikan. Kadang-kadang, ditemukan di bawah kulit dan jaringan epitel kulit dari jaringan organ, misalnya insang, usus, hati dan jantung dlaam bentuk gumpalan granula.

Sampai saat ini belum ada obat yang manjur terhadap penyakit ini. Beberapa jenis antibiotik yang terdapat di pasaran tidak dapat menghadapi penyakit ini, cara untuk menghidarinya adalah dengan menjaga makanan ikan dan menghilangkan gumpalan penyakit di bagian kulit atau bagian lain.

e. Bakteri
Bakteri merupakan jasad renik yang ukurannya dua puluh kali lebih kecil dari sel-sel jamur, protozoa atau sel daging ikan. Bakteri terdapat di udara, tanah, air dan benda padat lainnya. Sebagian besar bakteri tidak menyebbakan penyakit. Namun, bakteri mempunyai kemampuan memperbanyak diri dengan sangat cepat, hingga apabila bakteri berada dalam bagian tubuh hewan, ia dapat menyerang hewan.

Ada bermacam-macam jenis bakteri. Bakteri yang menyerang manusia, berbeda dengan jenis bakteri yang menyerang ikan dan tumbuh-tumbuhan, serta ada jenis bakteri yang menyerang manusia dan hewan. Ikan yang terserang oleh bakteri memperlihatkan gejala yang berbeda-beda. Jika bakteri menyerang kulit, akan terlihat seperti kena api atau luka bakar, kudis atau borok yang membusuk.

Infeksi bakteri timbul apabila ikan menderita stres. Kematian terjadi pada ikan yang menderita stres karena menyebabkan infeksi. Penyakit bakteri merupakan yang terbanyak didapati pada pemeliharaan ikan di laut. Jenis-jenis penyakit akibat bakteri adalah sebagai berikut.

1. Vibriosis dan Stretococcosis
Pembusukan sirip atau ekor ikan disebabkan bakteri Fin Rot. Bakteri ini menyerang sirip, terutama sisip ekor dan mnegakibatkan luka akibat pengelupasan kulit. Ikan yang terserang penyakit mengalami kerusakan pada bagian tepi dan siripnya, termasuk sirip ekor dan terkikis secara tidak teratur. Tidak jarang yang tertinggal adalah bagian pangkal siirp.

Jika diamati, bagian yang terkena penyakit atau bagian yang luka yang diakibatkan protozoa hanya sedikit, tetapi banyak ditemukan populasi bakteri yang terdiir dari bakteri Mycobacter sp., Vibrio sp., jenis-jenis Pseudomonas dan Cocci gram positif. Kerusakan yang diakibatkan oleh serangan bakteri sangat besar.

Bakteri mudah menular melalui sentuhan ekor ikan yang sakit. Bakteri yang dominan adalah Vibrio sp. karena mempunyai kemampuan untuk hidup di air dan pertumbuhannya membentuk koloni lebih cepat dibandingkan dengan bakteri lain. Penyakit ini tidak berbahaya, tetapi yang menjadikan bahaya adalah infeksi sekunder jenis lain yang memperparah penyakit akibat bakteri ini dan menyebabkan kematian pada ikan.

Pencegahan dapat dilakukan dengan perendaman ikan yang sakit ke dalam bak, dengan menggunakan nitrofurozone 15 ppm, selama 3-4 jam, sulphonamides 50 ppm, selama 3-4 jam, neomycin sulphate 50 ppm, selama 1-2 jam, chloramphenicol 50 ppm, selama 1-2 jam dan acriflavine 100 ppm, selama 1 menit. Sseudah pengobatan, tempatkan ikan ke dalam kolam yang bersih dengan kepadatan yang rendah dan aliran air yang baik, atau pada bak dengan penambahan aerasi secukupnya.

2. Vibriosis
Vibriosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Vibrio sp. Bakteri ini termasuk kelompok bakteri heterogen gram negatif. Ada 2 bakteri penting yang menyerang ikan, yaitu Vibrio alginolyticus dan Vibrio parahaemollyticus. Vibriosis merupakan penyakit sekunder, artinya penyakit ini muncul setelah adanya serangan penyakit lain, misalnya protozoa atau penyakit lainnya.

Bakteri yang diisolasikan dari ikan yang sakit, tidak membuat ikan menjadi sakit, setelah dilakukan penyuntikkan dengan bakteri tersebut, kecuali apabila dalam dosis tinggi. Ikan yang terkena Vibriosis akibat suntikan bakteri, mengalami perubahan warna kulit menjadi lebih gelap dan daerah bekas suntikan akan menjadi borok. Selanjutnya, terjadi pendarahan pada bagian peritonial dan terjadi kerusakan pada ginjalnya. Ikan menjadi kurang nafsu makan, mengalamai pembusukan pada sirip dan akumulasi cairan dibagian abdomen.

Pengobatan dengan antibiotik dilakukan dengan menggunakan oxytetracycline 0,5 gram per kg makanan ikan selama 7 hari atau sulphonamides 0,5 gram per kg makanan ikan selama 7 hari atau chloramphenicol sebanyak 0,2 gram per kg berat makanan ikan selama 4 hari. Apabila ikan tidak makan, cobalah dengan perendaman nitrofurozone 15 ppm, selama lebih kurang 4 jam atau sulphonamides 50 ppm, selama labih kurang 4 jam.

3. Streptococcus
bakteri dari genus strepcoccus ini menyebabkan penyakit pada ikan laut yang dibudidayakan. Tanda dari infeksi penyakit ini tidak jelas. Ikan terkadang terlihat lesu, tidak sehat, berenang tidak teratur, dan terjadi pendarahan pada cornea. penyakit ini dapat diamati melalui pemeriksaan laboratorium. strepcoccus sp. termasuk bakteri yang resistan terhadap berbagai antibiotik yang terus-menerus digunakan untuk mengobati infeksi bakteri.

penegahan dan pengobatan yang dilakukan adalah melakukan tes sensitivitas antibiotik, dengan amphicilin 0,5 gram per kg makanan ikan 7 hari, atau erythromycin estolate 1,0 gram per kg makanan untuk 5 hari. dapat pula menggunakan penicilin 3.000 unit per kg berat ikan yang disuntikkan.

f. Virus
Virus adalah patogen yang paling kecil, dan ikan sangat rawan serangan virus. Virus menyerang ikan dan berkembang biak di dalam organisme inang, sehingga menyebabkan kerusakan pada organisme inang. Virus tahan terhdap jenis obat-obatan. karena itu, pemberantasan penyakit yang disebabkan virus lebih ditekankan pada upaya pencegahan dan upaya pemberantasan penularannya. salah satu virus yang menyerang ikan pada pameliharaan di laut adalah penyakit Lymphocystis.

penyakit lymphocystis disebabkan oleh serangan virus yang termasuk famili iridovirus. virus Lymphocystis bebentuk partikel bidang banyak sekitar 0,13-0,26 mikron. terdiri dari inti DNA yang dibungkus oleh lapisan protein. infeksi pada ikan yang terserang menyebabkan tumbuhnya sel jaringan. Sel yang di kenal dengan nama Lymphocystis menyerupai butiran sagu. Kelompok dari sel tersebut membentuk tumor pada kulit dan sirip. Karena itu, ikan yang terserang harus segera dipindahkan dan dipisahkan dari ikan yang sehat.

penyakit yang diakibatkan virus belum dapat ditanggulangi secara pas. Namun, pencegahan dapat dilakukan dengan jalan vaksinasi dengan obat antibiotik. akan tetapi, obat atau vaksin untuk penyakit ini sulit diperoleh di pasaran.

Referensi:
  1. Nontji,1988, Dunia Ikan. Armico, Bandung
  2. Prahasta,  Arief.  2009.  Budidaya  Usaha  Pengolahan  Agribisnis  Ikan  Mujair. Bandung: Pustaka Grafika.
  3. Pratiwi, K.D. 2015. Perbandingan Prevalensi Parasit pada Insang dan Usus Ikan Mujair  (Oreochromis  mossambicius)  di  Rawa  dan  Tambak  Paluh Merbau Percut Sei Tuan. Skripsi. Universitas Sumatera Utara.
  4. Rahardjo,2004. Avertebrata Air. Penebar Swadaya. Jakarta.
  5. Said, A. 2000. Budidaya Mujair dan Nila. Jawa Barat: Ganeca Exact.  
  6. Suryani,  A  dan  Aunurohim.  2013.  Paparan  Sub Lethal  Insektisida  Diazinon  600 EC  terhadap  Pertumbuhan  Ikan  Mujair  (Oreocrhomis  mossambicus). Jurnal  Sains  dan  Seni  Pomits  vol.  2,  No.2.  Institut  Teknologi  Sepuluh Nopember. Surabaya


Tidak ada komentar:

Posting Komentar