Senin, 30 Maret 2015
Manfaat dan Kandungan Ikan Tuna
Posisi perairan Indonesia yang terletak di antara Samudera Hindia dan Pasifik merupakan tempat perlintasan ikan tuna dalam pengembaraan jarak jauhnya ikan tuna terdiri dari bermacam-macam jenis, antara lain mandidihang/yellowfin (Thunnus albacores), mata besar (Thunus obesus), abu-abu (Thunus tonggol), albakora (Thunus alalunga), dan sirip biru (Thunus thynnus).
Hingga saat ini tuna masih dihasilkan dari kegiatan penangkapan, bukan hasil budi daya. Keberhasilan operasi penangkapan sangat ditentukan oleh keterampilan mengenali pola tingkah laku ikan tuna yang berkaitan dengan kebiasaan makan, suhu air, arus air, dan musim kawin.
Kaya Omega-3
Nilai gizi tuna yang sangat baik, kandungan omega-3-nya membuat tuna mempunyai seribu satu manfaat bagi kesehatan tubuh. Namun, hal itu harus didukung dengan pemilihan, pengolahan, dan penyimpanan tuna yang baik. Ikan tuna yang masih segar sebaiknya disimpan di lemari es (jika akan segera digunakan) atau dibekukan (jika ingin disimpan untuk beberapa lama). Dilihat dari komposisi gizinya, tuna mempunyai nilai gizi yang sangat luar biasa. Kadar protein pada ikan tuna hampir dua kali kadar protein pada telur yang selama ini dikenal sebagai sumber protein utama. Kadar protein per 100 gram ikan tuna dan telur masing-masing 22 g dan 13 g.
Sebagai salah satu komoditas laut, ikan tuna juga kaya akan asam lemak omega-3. Kandungan omega-3 pada ikan air laut, seperti ikan tuna, adalah 28 kali lebih banyak daripada ikan air tawar. Perbandingan kadar omega-3 antara ikan tuna dengan ikan jenis lainnya dapat dilihat pada Tabel 2. Omega-3 dapat menurunkan kadar kolesterol darah dan menghambat proses terjadinya aterosklerosis (penyumbatan pembuluh darah). Konsumsi ikan 30 gram sehari dapat mereduksi risiko kematian akibat penyakit jantung hingga 50 persen. Asam lemak omega-3 juga mempunyai peran penting untuk proses tumbuh kembang sel-sel saraf, termasuk sel otak, sehingga dapat meningkatkan kecerdasan, terutama pada anak-anak yang sedang mengalami proses tumbuh kembang.
Sumber mineral
Ikan tuna juga kaya berbagai mineral penting yang esensial bagi tubuh. Kandungan iodium pada ikan tuna mencapai 28 kali kandungan iodium pada ikan air tawar. Iodium sangat berperan penting untuk mencegah penyakit gondok dan meningkatkan kecerdasan anak. Selain itu, ikan tuna juga kaya akan selenium. Konsumsi 100 gram ikan tuna cukup untuk memenuhi 52,9 persen kebutuhan tubuh akan selenium. Selenium mempunyai peran penting di dalam tubuh, yaitu mengaktifkan enzim antioksidan glutathione peroxidase. Enzim ini dapat melindungi tubuh dari serangan radikal bebas penyebab berbagai jenis kanker.
Dilihat dari perbandingan kalium dan natrium, ikan tuna baik untuk penderita jantung. Makanan ini tergolong makanan sehat untuk jantung dan pembuluh darah bila mengandung rasio kalium dan natrium minimal 5 berbanding 1. Perbandingan kalium dan natrium mencapai 6,4:1 pada tuna sirip biru; 11:1 pada tuna jenis skipjack; dan 12:1 pada tuna yellow fin. Kalium diketahui bermanfaat untuk mengendalikan tekanan darah, terapi darah tinggi, serta membersihkan karbondioksida di dalam darah. Kalium juga bermanfaat untuk memicu kerja otot dan simpul saraf: Kalium yang tinggi akan memperlancar pengiriman oksigen ke otak dan membantu memperlancar keseimbangan cairan tubuh.
Sumber Vitamin
Kandungan vitamin pada ikan tuna, terutama jenis sirip biru sangat tinggi, yaitu mencapai 2,183 IU. Konsumsi 100 gram ikan tuna sirip biru cukup untuk memenuhi 43,6 persen kebutuhan tubuh akan vitamin A setiap hari. Vitamin A sangat baik untuk pemeliharaan sel epitel, peningkatan imunitas tubuh, pertumbuhan, penglihatan, dan reproduksi.
Ikan tuna juga merupakan sumber yang baik untuk vitamin B6 dan asam folat. World's Health Rating dari The George Mateljan
Foundation menggolongkan kandungan vitamin B6 tuna ke dalam kategori sangat bagus karena mempunyai nutrient density yang
tinggi, yaitu mencapai 6,7 (batas kategori sangat bagus adalah 3,4-6,7). Vitamin B6 bersama asam folat dapat menurunkan level homosistein. Homosistein merupakan komponen produk antara yang diproduksi selama proses metilasi. Homostein sangat berbahaya bagi pembuluh arteri dan sangat potensial untuk menyebabkan terjadinya penyakit jantung. Meskipun ikan tuna mengandung kolesterol, kadarnya cukup rendah dibandingkan dengan pangan hewani lainnya. Kadar kolesterol pada ikan tuna 38 - 45mg per 100gr daging.
Cegah Stroke dan ObesitasKandungan gizi yang tinggi membuat tuna sangat efektif untuk menyembuhkan berbagai penyakit, salah satunya stroke. Sebuah studi yang pernah dilakukan selama 15 tahun menunjukkan bahwa konsumsi ikan tuna 2-4 kali setiap minggu, dapat mereduksi 27% resiko penyakit sroke daripada yang hanya mengkonsumsi 1 kali dalam sebulan. Konsumsi 5 kali atau lebih dalam setiap minggunya dapat mereduksi penyakit stroke hingga 52 persen. Konsumsi tuna 13 kali per bulan dapat mengurangi risiko tubuh dari ischemic stroke, yaitu stroke yang disebabkan oleh kurangnya aliran darah ke otak.
Dari delapan penelitian yang tercatat dalam The George Mateljan Foundation (2006), konsumsi tuna 1-3 kali per bulan dapat mengurangi risiko ischemic stroke sebesar 9 persen. Selanjutnya risiko menurun sebanyak 13 persen pada konsumsi tuna sekali seminggu, 18 persen pada konsumsi 2-4 kali per minggu, serta 31 persen pada konsumsi tuna 5 kali atau lebih setiap minggunya. Sebuah penelitian yang dipublikasikan pada 6th Congress of The International Society for the Study of Fatty Acids and Lipid pada Desember 2004 membuktikan bahwa ikan tuna dapat mencegah obesitas dan sangat baik untuk penderita diabetes melitus tipe 2. Hal itu disebabkan kandungan EPA (eicosapentaenoic acid) yang tinggi pada ikan tuna dapat menstimulasi hormon leptin, yaitu sebuah hormon yang membantu meregulasi asupan makanan. Dengan regulasi tersebut, tubuh akan terhindar dari konsumsi makanan secara berlebihan, penyebab obesitas.
Tangkal kanker payudara
Ikan tuna juga baik untuk mencegah kanker payudara. Hal tersebut disebabkan kandungan omega-3 pada tuna dapat menghambat enzim proinflammatory yang disebutcyclooxygenase 2 (COX 2), enzim pendukung terjadinya kanker payudara. Omega-3 juga dapat mengaktifkan reseptor di membran sel yang disebut peroxisome proliferator-activated receptor (PPAR)-ã, yang bisa menangkap aktivitas sel penyebab kanker. Selain itu, omega-3 juga dapat memperbaiki DNA.
Hingga saat ini tuna masih dihasilkan dari kegiatan penangkapan, bukan hasil budi daya. Keberhasilan operasi penangkapan sangat ditentukan oleh keterampilan mengenali pola tingkah laku ikan tuna yang berkaitan dengan kebiasaan makan, suhu air, arus air, dan musim kawin.
Kaya Omega-3
Nilai gizi tuna yang sangat baik, kandungan omega-3-nya membuat tuna mempunyai seribu satu manfaat bagi kesehatan tubuh. Namun, hal itu harus didukung dengan pemilihan, pengolahan, dan penyimpanan tuna yang baik. Ikan tuna yang masih segar sebaiknya disimpan di lemari es (jika akan segera digunakan) atau dibekukan (jika ingin disimpan untuk beberapa lama). Dilihat dari komposisi gizinya, tuna mempunyai nilai gizi yang sangat luar biasa. Kadar protein pada ikan tuna hampir dua kali kadar protein pada telur yang selama ini dikenal sebagai sumber protein utama. Kadar protein per 100 gram ikan tuna dan telur masing-masing 22 g dan 13 g.
Sebagai salah satu komoditas laut, ikan tuna juga kaya akan asam lemak omega-3. Kandungan omega-3 pada ikan air laut, seperti ikan tuna, adalah 28 kali lebih banyak daripada ikan air tawar. Perbandingan kadar omega-3 antara ikan tuna dengan ikan jenis lainnya dapat dilihat pada Tabel 2. Omega-3 dapat menurunkan kadar kolesterol darah dan menghambat proses terjadinya aterosklerosis (penyumbatan pembuluh darah). Konsumsi ikan 30 gram sehari dapat mereduksi risiko kematian akibat penyakit jantung hingga 50 persen. Asam lemak omega-3 juga mempunyai peran penting untuk proses tumbuh kembang sel-sel saraf, termasuk sel otak, sehingga dapat meningkatkan kecerdasan, terutama pada anak-anak yang sedang mengalami proses tumbuh kembang.
Sumber mineral
Ikan tuna juga kaya berbagai mineral penting yang esensial bagi tubuh. Kandungan iodium pada ikan tuna mencapai 28 kali kandungan iodium pada ikan air tawar. Iodium sangat berperan penting untuk mencegah penyakit gondok dan meningkatkan kecerdasan anak. Selain itu, ikan tuna juga kaya akan selenium. Konsumsi 100 gram ikan tuna cukup untuk memenuhi 52,9 persen kebutuhan tubuh akan selenium. Selenium mempunyai peran penting di dalam tubuh, yaitu mengaktifkan enzim antioksidan glutathione peroxidase. Enzim ini dapat melindungi tubuh dari serangan radikal bebas penyebab berbagai jenis kanker.
Dilihat dari perbandingan kalium dan natrium, ikan tuna baik untuk penderita jantung. Makanan ini tergolong makanan sehat untuk jantung dan pembuluh darah bila mengandung rasio kalium dan natrium minimal 5 berbanding 1. Perbandingan kalium dan natrium mencapai 6,4:1 pada tuna sirip biru; 11:1 pada tuna jenis skipjack; dan 12:1 pada tuna yellow fin. Kalium diketahui bermanfaat untuk mengendalikan tekanan darah, terapi darah tinggi, serta membersihkan karbondioksida di dalam darah. Kalium juga bermanfaat untuk memicu kerja otot dan simpul saraf: Kalium yang tinggi akan memperlancar pengiriman oksigen ke otak dan membantu memperlancar keseimbangan cairan tubuh.
Sumber Vitamin
Kandungan vitamin pada ikan tuna, terutama jenis sirip biru sangat tinggi, yaitu mencapai 2,183 IU. Konsumsi 100 gram ikan tuna sirip biru cukup untuk memenuhi 43,6 persen kebutuhan tubuh akan vitamin A setiap hari. Vitamin A sangat baik untuk pemeliharaan sel epitel, peningkatan imunitas tubuh, pertumbuhan, penglihatan, dan reproduksi.
Ikan tuna juga merupakan sumber yang baik untuk vitamin B6 dan asam folat. World's Health Rating dari The George Mateljan
Foundation menggolongkan kandungan vitamin B6 tuna ke dalam kategori sangat bagus karena mempunyai nutrient density yang
tinggi, yaitu mencapai 6,7 (batas kategori sangat bagus adalah 3,4-6,7). Vitamin B6 bersama asam folat dapat menurunkan level homosistein. Homosistein merupakan komponen produk antara yang diproduksi selama proses metilasi. Homostein sangat berbahaya bagi pembuluh arteri dan sangat potensial untuk menyebabkan terjadinya penyakit jantung. Meskipun ikan tuna mengandung kolesterol, kadarnya cukup rendah dibandingkan dengan pangan hewani lainnya. Kadar kolesterol pada ikan tuna 38 - 45mg per 100gr daging.
Cegah Stroke dan ObesitasKandungan gizi yang tinggi membuat tuna sangat efektif untuk menyembuhkan berbagai penyakit, salah satunya stroke. Sebuah studi yang pernah dilakukan selama 15 tahun menunjukkan bahwa konsumsi ikan tuna 2-4 kali setiap minggu, dapat mereduksi 27% resiko penyakit sroke daripada yang hanya mengkonsumsi 1 kali dalam sebulan. Konsumsi 5 kali atau lebih dalam setiap minggunya dapat mereduksi penyakit stroke hingga 52 persen. Konsumsi tuna 13 kali per bulan dapat mengurangi risiko tubuh dari ischemic stroke, yaitu stroke yang disebabkan oleh kurangnya aliran darah ke otak.
Dari delapan penelitian yang tercatat dalam The George Mateljan Foundation (2006), konsumsi tuna 1-3 kali per bulan dapat mengurangi risiko ischemic stroke sebesar 9 persen. Selanjutnya risiko menurun sebanyak 13 persen pada konsumsi tuna sekali seminggu, 18 persen pada konsumsi 2-4 kali per minggu, serta 31 persen pada konsumsi tuna 5 kali atau lebih setiap minggunya. Sebuah penelitian yang dipublikasikan pada 6th Congress of The International Society for the Study of Fatty Acids and Lipid pada Desember 2004 membuktikan bahwa ikan tuna dapat mencegah obesitas dan sangat baik untuk penderita diabetes melitus tipe 2. Hal itu disebabkan kandungan EPA (eicosapentaenoic acid) yang tinggi pada ikan tuna dapat menstimulasi hormon leptin, yaitu sebuah hormon yang membantu meregulasi asupan makanan. Dengan regulasi tersebut, tubuh akan terhindar dari konsumsi makanan secara berlebihan, penyebab obesitas.
Tangkal kanker payudara
Ikan tuna juga baik untuk mencegah kanker payudara. Hal tersebut disebabkan kandungan omega-3 pada tuna dapat menghambat enzim proinflammatory yang disebutcyclooxygenase 2 (COX 2), enzim pendukung terjadinya kanker payudara. Omega-3 juga dapat mengaktifkan reseptor di membran sel yang disebut peroxisome proliferator-activated receptor (PPAR)-ã, yang bisa menangkap aktivitas sel penyebab kanker. Selain itu, omega-3 juga dapat memperbaiki DNA.
Kamis, 26 Maret 2015
Menghitung Kebutuhan Es dalam Pengawetan Ikan
Pada dasarnya cara pengolahan/pengawetan ikan yang umum dilakukan dibagi menjadi empat golongan yakni 1) pengolahan dengan memanfaatkan faktor fisikawi, 2) pengolahan dengan bahan pengawet, 3) pengolahan yang memanfaatkan faktor fisikawi dan bahan pengawet, dan 4) pengolahan dengan cara fermentasi.
Pengolahan/pengawetan ikan dengan faktor fisikawi merupakan pengolahan yang salah satu caranya adalah dengan memanfaatkan suhu rendah. Pengolahan dengan suhu rendah lebih ditekankan pada tujuan untuk menjaga sifat kesegaran pada ikan. Pengawetan ikan dengan suhu rendah merupakan suatu proses pengambilan/pemindahan panas dari tubuh ikan ke bahan lain. Ada pula yang mengatakan, pendinginan adalah proses pengambilan panas dari suatu ruangan yang terbatas untuk menurunkan dan mempertahankan suhu di ruangan tersebut bersama isinya agar selalu lebih rendah daripada suhu di luar ruangan.
Kelebihan pengawetan ikan dengan pendinginan adalah sifat-sifat asli ikan tidak mengalami perubahan tekstur, rasa, dan bau. Efisiensi pengawetan dengan pendinginan sangat tergantung pada tingkat kesegaran ikan sebelum didinginkan. Apabila proses pendinginan dilakukan sebelum fase rigor mortis berlalu dan disertai dengan teknik yang benar, maka proses pendinginan akan berjalan efektif. Sedangkan bila pendinginan dilakukan setelah proses autolisis berlangsung, maka proses pendinginan akan berjalan sia-sia.
Pendinginan dapat dilakukan dengan teknik seperti dibawah ini atau dengan pengombinasian:
1. Pendinginan dengan es,
2. Pendinginan dengan es kering, dan
3. Pendinginan dengan udara kering.
Proses pendinginan ikan hingga 0oC dapat memperpanjang kesegaran ikan antara 12-18 hari sejak saat ikan ditangkap. Namun demikian, hal ini juga sangat tergantung pada jenis ikan, cara penanganan, serta teknik pendinginan yang digunakan. Dan cara yang paling mudah untuk mendinginkan ikan adalah dengan menggunakan es.
Es mendinginkan dengan cepat tanpa banyak memengaruhi keadaan ikan. Berdasarkan bentuknya, es dibagi ke dalam lima jenis diantaranya: 1) es balok (block ice), 2) es tabung (tube ice), 3) es keping tebal (plate ice), 4) es keping tipis (flake ice), dan 5) es halus (slush ice).
- Es Balok (block ice), yaitu balok es dengan ukuran 12 – 60 kg/balok. Sebelum digunakan es balok harus dihancurkan/dipecahkan terlebih dahulu untuk memperkecil ukuran.
- Es Tabung (tube ice), yaitu es berbentuk tabung kecil yang siap untuk dipakai
- Es Keping Tebal (plate ice), yaitu es dalam bentuk lempengan yang besar dan tebal 8 – 15 mm, kemudian dipecahkan menjadi potongan-potongan kecil dengan diameter kurang dari 5 cm, agar lebih cepat kontak dengan permukaan ikan.
- Es Keping Tipis (flake ice), yaitu lempengan-lempengan es yang tipis dengan ukuran setebal 5 mm, diameter 3 cm, merupakan hasil pengerukan dari lapisan es yang terbentuk diatas permukaan pembeku berbentuk silinder. Akibat pengerukan itu, es sudah cukup kecil sehingga tidak memerlukan pemecahan lagi.
- Es Halus (slush ice), yaitu butiran-butiran es yang sangat halus dengan diameter 2 mm dan tekstur lembek, umumnya sedikit berair. Mesin yang digunakan berukuran kecil dan produksinya sedikit, hanya untuk ikan di sekitar pabrik.
a. Jenis, mutu, harga es yang tersedia di pasar,
b. Kecukupan jumlah dan ketersediaan es,
c. Sarana pemecah es yang diperlukan,
d. Sarana pengangkutan dan penyimpanan es yang diperlukan,
e. Biaya investasi dan operasi mesin es, serta
f. Kemudahan pemakaian es.
Setelah mengetahui jenis, kualitas, dan faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan es untuk pendinginan ikan, selanjutnya adalah penentuan jumlah kebutuhan es dalam proses pendinginan ikan.
Es mempunyai daya pendinginan yang sangat besar. Tiap satu kilogram es yang meleleh pada 0oC dapat menyerap panas sebanyak 80 kkal untuk meleleh menjadi air 0oC dan es mempunyai titik cair pada 0oC.
Proses pendinginan terjadi apabila es bersinggungan dengan ikan (20oC) memindahkan panas kepada es, dan es (0oC) menerima atau menyerap panas tersebut untuk digunakan dalam pencairannya. Proses pemindahan panas akan terhenti apabila ikan telah mencapai suhu es yaitu 0oC, jika es telah habis dan air lelehan es itu telah sama suhunya dengan ikan. Jika es yang diberikan untuk mendinginkan cukup banyak, maka sisa es yang belum meleleh dapat membantu memelihara suhu campuran es dan ikan pada 0oC.
Hukum kekekalan energi berlaku dalam menghitung jumlah es yang dibutuhkan untuk mendinginkan ikan. Apabila tidak ada faktor-faktor lain yang memengaruhi maka panas yang perlu diambil dari ikan setara dengan panas yang diserap oleh es untuk meleleh. Jumlah panas yang terlibat di dalam proses pemanasan atau pendinginan dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Q = B x PJ x Dt untuk proses yang melibatkan perubahan suhu.
Atau
Q = B x L untuk proses pada suhu tetap (pelelehan dan pembekuan).
Keterangan :
Q = jumlah panas yang ditambahkan atau diambil (kkal)
B = berat benda yang dipanaskan atau didinginkan (kg)
PJ = panas jenis (kkal/kg/oC)
· PJ ikan berkisar 0,6 – 0,8 kkal/kg/oC sesuai dengan kandungan airnya.
· Jika kandungan air tidak diketahui, sebaiknya diambil nilai tertinggi 0,8.
· Jika kandungan air tidak diketahui, sebaiknya diambil nilai tertinggi 0,8.
Dt = selisih antara suhu awal dengan suhu akhir (oC)
L = panas laten, yang diperlukan untuk membekukan atau melelehkan (kakl/kg).
Contoh:
Jika ikan seberat 1 ton dengan suhu awal 22oC akan didinginkan menjadi 0oC, diketahui panas jenis ikan 0,8. Berapa jumlah es yang diperlukan?
Jawab:
1. Panas yang dikeluarkan dari ikan untuk mendinginkan dari 22oC menjadi 0oC.
L = panas laten, yang diperlukan untuk membekukan atau melelehkan (kakl/kg).
Contoh:
Jika ikan seberat 1 ton dengan suhu awal 22oC akan didinginkan menjadi 0oC, diketahui panas jenis ikan 0,8. Berapa jumlah es yang diperlukan?
Jawab:
1. Panas yang dikeluarkan dari ikan untuk mendinginkan dari 22oC menjadi 0oC.
Q = 1.000 x 0,8 x (22 – 0) = 17.600 kkal
2. Berat es yang diperlukan Q = B x L
17.600 = B x 80
B = 17.600 : 80 = 220 kg
Selain jumlah es yang diperlukan untuk mendinginkan ikan, juga dibutuhkan es tambahan untuk membuang panas lain yang terlibat dalam proses pendinginan ikan, yaitu:
Sumber:
http://mediapenyuluhan.blogspot.com/
2. Berat es yang diperlukan Q = B x L
17.600 = B x 80
B = 17.600 : 80 = 220 kg
Selain jumlah es yang diperlukan untuk mendinginkan ikan, juga dibutuhkan es tambahan untuk membuang panas lain yang terlibat dalam proses pendinginan ikan, yaitu:
- Panas dari udara sekeliling, besarnya bervariasi menurut keadaan cuaca;
- Panas dari sinar matahari, cahaya lampu, maupun sumber panas lain disekitar ikan;
- Panas dari wadah yang digunakan;
- Panas yang timbul akibat tekanan ikan atau benda-benda diatasnya;
- Panas yang timbul akibat guncangan kendaraan atau guncangan kapal
Sumber:
http://mediapenyuluhan.blogspot.com/
Cegah Aeromonas pada Ikan Lele dengan Obat Herbal
Dalam proses pembudidayaan ikan, salah satu permasalahan yang selalu menjadi momok bagi para pembudidaya ikan adalah masalah penyakit seperti penyakit Aeromonas yang dapat menyebabkan hasil produksi tidak optimal. Ikan yang terserang oleh penyakit ini ditandai dengan gejala-gejala sebagai berikut:
Lele yang terinfeksi Aeromonas
terdapat bercak merah pada bagian dada, perut, dan pangkal sirip,
berkurangnya selaput lendir (mucus),
sisik rusak dan rontok
sirip punggung, dada dan ekor rusak dan pecah-pecah, menyebabkan ikan lemah dan kehilangan keseimbangan.
Bawang Putih
Daun Meniran
Sayangnya untuk mengatasi penyakit ini, kebanyakan pembudidaya ikan menggunakan obat-obatan kimia yang apabila digunakan secara terus menerus dalam kurun waktu yang cukup lama dapat berdampak buruk pada lingkungan budidaya itu sendiri. Padahal ada alternatif lain yang bersifat alami dan dapat digunakan sebagai bahan pengobatan penyakit Aeromonas hydrophila pada ikan lele, yakni daun meniran (Phylanthus urinaria) dan bawang putih (Allium sativum). Daun meniran dan bawang putih yang bagi manusia dapat berkhasiat sebagai pencegah infeksi virus dan bakteri, serta mendorong sistem kekebalan tubuh, ternyata juga dapat digunakan untuk mengatasi penyakit Aeromonas pada ikan. Berdasarkan penelitaian yang sudah dilakukan sejak Tahun 2008 oleh salah satu dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor, Dinamella, penggunaan daun meniran dan bawang putih pada ikan yang terkena penyakit Aeromonas dapat meningkatkan tingkat kelangsungan hidup ikan hingga 25-30%.
Cara membuat obat dari tepung daun meniran dan bawang putih ini relatif mudah. Daun meniran dibersihkan lalu dikeringkan tanpa terkena sinar matahari langsung selama 3 – 4 hari. Setelah kering kemudian dihaluskan dengan menggunakan blender. Sedangkan untuk membuat tepung bawang putih diawali dengan mengupas bawang putih dan diiris tipis-tipis. Selanjutnya dikeringkan tanpa menggunakan sinar matahari langsung selama 3-4 hari dan dimasukkan ke dalam oven selama 1 jam dengan suhu 60 oC. Jika sudah kering kemudian dihaluskan degan cara diblender.
Adapun cara aplikasinya adalah melalui metode repelleting atau mencampur tepung daun meniran dan tepung bawang putih dengan pakan (pellet). Perbandingan daun meniran dengan bawang putih yang digunakan adalah 2 : 1. Hasil dari pengujian Dinamella, penggunaan dosis 2,1% tepung meniran dan bawang putih yang dicampur pada pakan, efektif untuk pencegahan infeksi Bakteri Aeromonas hydrophila pada ikan lele dan dapat meningkatkan kelangsungan hidup 25-30% pada ikan yang terinfeksi.
Sumber :
http://mediapenyuluhan.blogspot.com/
Lele yang terinfeksi Aeromonas
terdapat bercak merah pada bagian dada, perut, dan pangkal sirip,
berkurangnya selaput lendir (mucus),
sisik rusak dan rontok
sirip punggung, dada dan ekor rusak dan pecah-pecah, menyebabkan ikan lemah dan kehilangan keseimbangan.
Bawang Putih
Daun Meniran
Sayangnya untuk mengatasi penyakit ini, kebanyakan pembudidaya ikan menggunakan obat-obatan kimia yang apabila digunakan secara terus menerus dalam kurun waktu yang cukup lama dapat berdampak buruk pada lingkungan budidaya itu sendiri. Padahal ada alternatif lain yang bersifat alami dan dapat digunakan sebagai bahan pengobatan penyakit Aeromonas hydrophila pada ikan lele, yakni daun meniran (Phylanthus urinaria) dan bawang putih (Allium sativum). Daun meniran dan bawang putih yang bagi manusia dapat berkhasiat sebagai pencegah infeksi virus dan bakteri, serta mendorong sistem kekebalan tubuh, ternyata juga dapat digunakan untuk mengatasi penyakit Aeromonas pada ikan. Berdasarkan penelitaian yang sudah dilakukan sejak Tahun 2008 oleh salah satu dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor, Dinamella, penggunaan daun meniran dan bawang putih pada ikan yang terkena penyakit Aeromonas dapat meningkatkan tingkat kelangsungan hidup ikan hingga 25-30%.
Cara membuat obat dari tepung daun meniran dan bawang putih ini relatif mudah. Daun meniran dibersihkan lalu dikeringkan tanpa terkena sinar matahari langsung selama 3 – 4 hari. Setelah kering kemudian dihaluskan dengan menggunakan blender. Sedangkan untuk membuat tepung bawang putih diawali dengan mengupas bawang putih dan diiris tipis-tipis. Selanjutnya dikeringkan tanpa menggunakan sinar matahari langsung selama 3-4 hari dan dimasukkan ke dalam oven selama 1 jam dengan suhu 60 oC. Jika sudah kering kemudian dihaluskan degan cara diblender.
Adapun cara aplikasinya adalah melalui metode repelleting atau mencampur tepung daun meniran dan tepung bawang putih dengan pakan (pellet). Perbandingan daun meniran dengan bawang putih yang digunakan adalah 2 : 1. Hasil dari pengujian Dinamella, penggunaan dosis 2,1% tepung meniran dan bawang putih yang dicampur pada pakan, efektif untuk pencegahan infeksi Bakteri Aeromonas hydrophila pada ikan lele dan dapat meningkatkan kelangsungan hidup 25-30% pada ikan yang terinfeksi.
Sumber :
http://mediapenyuluhan.blogspot.com/
Teknik Pembibitan dan Penanaman Mangrove
PEMBIBITAN DAN PENANAMAN MANGROVE
Pembuatan Bedeng
Tahap pertama dalam penanaman mangrove yaitu pembuatan bedeng. Lokasi pembuatan bedeng, dipilih yang berdekatan dengan lokasi penanaman mangrove. Hal ini, bertujuan untuk mempermudah distribusi bibit mangrove pada saat penanaman. Selain itu, harus diperhatikan juga tentang kondisi lingkungan, seperti tipe pasang surut di lokasi bedeng. Informasi mengenai kondisi pasang surut yang tepat sangat dibutuhkan untuk menjaga sirkulasi air dan mengenali pola penggenangan di bedeng. Mengingat pembangunan bedeng sangat tergantung dengan pasang surut, maka suatu lokasi yang tidak memiliki pola sirkulasi pasang surut yang baik, sudah seharusnya tidak dipilih sebagai lokasi peletakan bedeng.
Bedeng bisa dibuat dengan berbagai macam tipe, disesuaikan dengan kondisi, situasi, budaya setempat dan tentunya anggaran yang dimiliki. Pembangunan bedeng persemaian untuk menyemaikan benih – benih mangrove. Terdapat 3 tipe tempat persemaian, yaitu dua buah bedeng dan satu buah tempat persemaian mangrove.
Bedeng Tingkat
Bedeng tingkat artinya, dasar bedeng ditinggikan beberapa sentimeter dari atas tanah dengan tujuan untuk menghindari dari pemangsaan bibit mangrove oleh pemangsa misalkan kepiting. Bedeng tingkat ini dibuat dari potongan bambu dan bisa dibuat beberapa buah dengan ukuran yang disesuaikan dengan kebutuhan dan anggaran yang tersedia. Sebagai naungan, bisa digunakan daun kelapa dan atau bahan penutup lainnya. Intinya, bibit – bibit mangrove tidak boleh terkena sinar matahari secara langsung karena akan mengakibatkan pada kematian bibit mangrove yang sedang disemaikan.
Kelebihan dari bedeng ini adalah konstruksinya yang kuat, bagus dan mampu bertahan kurang lebih selama 4 tahun. Dengan pemeliharaan bibit yang baik dan benar. Sedangkan kelemahannya adalah biaya yang dibutuhkan untuk membangun bedeng tingkat berukuran 2m x 3m dengan tinggi 1,5m membutuhkan biaya sekitar RP 600.000,00. Padahal, setidaknya dibutuhkan enam buah bedeng untuk menyemaikan enam jenis mangrove.
Bedeng Tanpa Tingkat
Bedeng tanpa tingkat artinya, dasar bedeng tidak ditinggikan melainkan langsung menggunakan tanah sebagai dasarnya. Kelebihan bedeng ini adalah bisa cepat dibangun hanya dengan membutuhkan biaya yang murah. Kelemahan dari bedeng jenis ini adalah bagi daerah persemaian yang memiliki kelimpahan kepiting yang besar, maka ketahanan hidup bibit mangrove bisa mencapai minimal, apabila program pemeliharaan bibit mangrove tidak berjalan secara optimal.
Tanpa Bedeng
Persemaian dilakukan tanpa bedeng, dengan cara benih langsung disemaikan di bawah pohon indukannya.
Hal yang paling penting untuk diperhatikan dalam pembuatan bedeng dan tempat persemaian mangrove adalah bibit – bibit mangrove harus tertutup dari sinar matahari secara langsung. Menurut penelitian, persentase penutupan yang baik adalah 50 % sampai dengan 75%.
Pengambilan Benih
Benih mangrove diambil dari pohonnya secara langsung. Buah – buah mangrove dari jenis Rhizopora dan Avicennia, terletak bervariasi di ketinggian yang berbeda. Buah Rhizopora yang diambil adalah buah yang sudah matang, yang ditandai dengan adanya cincin kuning dibagian propagulnya. Untuk propagul yang belum muncul cincin kuningnya, tidak diambil karena belum bisa disemaikan.
Gambar 1. Buah Mangrove jenis (kiri). dan buah mangrove Rhizopora dan Avicennia (kanan)
Bentuk Buah (Propagul) Mangrove
Tipe buah mangrove ada dua buah, yaitu Vivipari dan Kriptovivipar. Vivipar adalah biji yang telah berkecambah ketika masih melekat pada pohon induknya dan kecambah telah keluar dari buah. Sedangkan kriptovivipar adalah biji yang telah berkecambah ketika masih melekat pada pohon induknya, tetapi masih tetutup oleh kulit biji.
Dibawah ini adalah gambar propagul (buah vivipar) jenis mangrove Rhizopora opiculata. Bisa dilihat bagian – bagiannya mulai dari tangkai, kelopak buah, plumula (bakal buah), buah, keping buah, hipokotil dan radikula.
Keterangan mengenai beberapa bagian dalam propagul ini telah jelas. Plumula adalah bakal daun yang tertutupi oleh keping buah. Selanjutnya, keping buah bisa dijadikan indikator bagi pemasakan buah. Apabila warna keping buah berubah menjadi kuning atau coklat, maka bisa dipastikan bahwa buah Rhizopora opiculata telah masak. Tidak hanya jenis Rhizopora spp saja, jenis lainnya juga akan menunjukkan “gejala” kematangan buah yang sama.
Hipokotil adalah semai antara batang dan akar. Bagi beberapa jenis tumbuhan mangrove, hipokotil merupakan bagian yang sangat penting untuk menyimpan cadangan makanan dan bahan cadangan lainnya. Hipokotil merupakan “kecambah” yang keluar dari buahnya. Sementara itu radikula adalah bakal akar yang akan menjelma menjadi akar – akar mangrove yang kuat yang akan bisa melindungi pesisir pantai kita dari abrasi dan gelombang tsunami.
Perlakuan Benih
Setelah diambil dari sumbernya, buah mangrove kemudian diletakkan di tempat yang terlindung. Buah mangrove bisa diletakkan sementara di bedeng atau di pohon indukannya. Bibit mangrove kemudian diberikan perlakuan sedemikian rupa sehingga pada saat disemaikan bisa mencapai ketahanhidup yang maksimal.
Secara sederhana, buah mangrove yang ditemukan di lapangan biasanya terdiri dari dua tipe, yaitu tipe propagul dan tipe buah bulat. Tipe propagul berbentuk bulat – lonjong – memanjang dan tipe buah bulat berbentuk bulat dengan variasi bulat lancip seperti pada jenis Avicennia spp dan bulat penuh yang terdepat pada Sonnerita spp. Kedua tipe benih mangrove ini mendapatkan perlakuan yang sama setelah dipetik dari lapangan, yaitu direndam kurang lebih dua hari atau menyesuaikan dengan jarak waktu antara pembibitan dan penanaman, sebelum kemudian disemaikan di bedeng. Perendaman ini berfungsi untuk menghilangkan bau manis pada benih, yang disukai oleh kepiting. Dengan demikian, pada saat disemaikan, maka pemangsaan benih oleh kepiting bisa dikurangi.
Pembibitan
Alat dan bahan yang dibutuhkan untuk melakukan pembibitan mangrove adalah polybag, benih mangrove berbagai jenis, lumpur, cetok dan bedeng. Sebagai informasi, polybag terdiri dari dua tipe, yaitu polybag kecil untuk benih berukuran kecil, seperti Avicennia spp, Sonneratia spp, dan Ceriops spp. Dan polybag besar untuk benih Rhizopora spp dan Bruguiera spp. Polybag memiliki lubang di bagian samping dan bawahnya, yang berguna untuk sirkulasi air dan udara.
Selanjutnya, lumpur yang digunakan pada tahap pembibitan ini, sebaiknya diambil dari sekitar lokasi penanaman. Hal ini bertujuan untuk mengoptimalkan ketahananhidup benih sewaktu pembibitan. Bedeng persemaian yang dipergunakan bisa disesuaikan dengan tiga buah jenis bedeng yang ada diatas.
Tahap pembibitan dilakukan setelah tahap perlakuan bibit selesai. Pembibitan dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Ambil polybag, lalu isi dengan lumpur yang ada disekitar bedeng.
2. Isi poly bag dengan sedimen, tetapi jangan terlalu penuh melainkan ¾ dari isi polybag.
3. Setelah diisi lumpur, lipat bagian atas polybag ke bagian luar dengan tujuan pada saat surut dan cuaca kering, Kristal –kristal garam air laut tidak terjebak di dalam polybag yang bisa menghambat pertumbuhan benih mangrove.
4. Selanjutnya, tanam benih mangrove yang telah dipilih dan berkondisi baik ke dalam sedimen dengan kedalaman yang cukup.
5. Jangan lupa untuk menanam benih Ceriops, Sonneratia dan Avicennia ke dalam polybag kecil dan benih Rhizopora dan Bruguiera ke dalam polybag yang berukuran besar.
6. Setelah itu, masukkan satu per satu polybag yang sudah terisi dengan benih – benih mangrove tersebut ke dalam bedeng. Sebaiknya diusahakan agar satu buah bedeng bisa digunakan untuk satu jenis mangrove saja, agar mempermudah distribusi pada saat pengambilannya di tahap penanaman mangrove.
Pembuatan Pemecah Gelombang (Apo)
Pembuatan pemecah gelombang ini disarankan apabila diperlukan sebaiknya setelah melakukan tahap pembibitan. Hal ini dilakukan untuk melindungi bibit – bibit mangrove yang telah ditanam di lokasi penanaman. Perlu diketahui bahwa mangrove baru bisa berfungsi sebagai penahan abrasi, setelah berumur kurang lebih lima tahun disaat akarnya telah kuat sehingga mampu mengurangi kekuatan gempuran gelombang.
Pemecah gelombang memiliki empat macam model pemecah gelombang (Apo). Keempat jenis apo – apo tersebut bisa dibedakan dari jenis bahan pembuatnya. Apo – apo pertama terbuat dari beton dan semen berbentuk bundar. Apo – apo kedua terbuat dari beton dan semen berbentuk segiempat. Selnjutnya, pemecah gelombang ketiga terbuat dari potongan bambu yang dianyam, dan yang terakhir adalah apo – apo yang terbuat dari ban bekas yang dikuatkan dengan potongan bambu.
Masing – masing model dari pemecah gelombang ini memiliki kelebihan dan kekurangannya. Untuk pemecah gelombang dari semen dan beton (baik yang bundar maupun yang berbentuk segiempat), kelebihannya terletak dari konstruksinya yang tahan lama sehingga mampu lebih banyak mereduksi kekuatan gelombang laut. Kelemahan jenis ini adalah biaya pembangunannya yang sangat mahal sehingga tidak sesuai dengan konsep pemberdayaan masyarakat. Biaya pemecah gelombang yang hanya dimonopoli oleh pihak penyandang dana telah menempatkan masyarakat sebagai obyek dan bukan subyek dari penanaman mangrove.
Selanjutnya, pemecah gelombang yang terbuat dari potongan bambu yang dianyam memiliki kelebihan dianggarannya yang lebih kecil dan bahan bakunya juga bisa diperoleh dari warga sekitar sehingga mampu memberdayakan warga sekitar untuk turut serta dalam penanaman mangrove sebagai subyek dan bukan obyek.
Sementara model pemecah gelombang yang terakhir, yaitu yang terbuat dari ban bekas, selain biayanya yang murah juga memiliki kekuatan penahan gelombang yang lebih baik dibandingkan denga pemecah gelombang yang lainnya. Namun masih dipertanyakan mengenai keramahan lingkungannya.
Penanaman dan Penyulaman Mangrove
Sebelum melakukan tahap penanaman mangrove, maka lokasi penanaman mangrove harus sudah disepakati bersama antara tenaga pendamping, para mitra kerja dan masyarakat. Tenaga pendamping bisa menyampaikan sebuah rekomendasi tentang letak lokasi penanaman mangrove yang tepat yang berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan pada penelitian awal.
Beberapa faktor lingkungan penting yang harus diperhatikan sebelum melakukan tahap penanaman mangrove antara lain adalah tipe substrat, salinitas, temperature, ketinggian tanah, pH, musim dan saluran air. Substrat untuk penanaman mangrove harus sesuai dengan jenis mangrove yang akan ditanam. Secara sederhana, pada sedimen yang berlumpur, maka jenis Rhizopora spp adalah jenis mangrove yang tepat untuk ditanam. Avicennia spp dan Sonneratia spp, menyukai tanah berpasir yang berada di pinggiran pantai. Jenis mangrove lainnya seperti Ceriops spp dan Bruguiera spp bisa hidup bervariasi di substrat lumpur berpasir. Salinitas atau kadar garam juga perlu diperhatikan, karena mangrove hidup pada salinitas yang bervariasi. Kadar salinitas yang bervariasi ini ikut pula menentukan pola penyebaran mangrove di habitatnya.
Perlu diketahui bahwa penentuan jenis mangrove untuk ditanam disuatu lokasi harus disesuaikan dengan kondisi substratnya dan budaya masyarakat lokal setempat. Beberapa hal yang kami temui dilapangan menginformasikan bahwa jenis – jenis mangrove tertentu cenderung “tidak” disukai untuk ditanam di daerah tertentu, sebagai contoh di Surodadi, misalnya jenis mangrove Rhizopora spp cenderung tidak bnyak ditanam tetapi ditebangi, karena di wilayah tersebut perakaran Rhizopora spp ditengarai telah menyebabkan jebolnya tanggul pertambakan mereka. Untuk itu, mangrove jenis Avicennia spp yang dianggap memiliki sistem perakaran yang lebih rapat dan mampu menstabilkan tanah tambak.
Secara teori penanaman mangrove dengan mempergunakan bibit mangrove akan memiliki tingkat kelulusanhidupan yang lebih tinggi apabila dibandingkan dengan penanaman mangrove dengan menggunakan propagul. Namun demikian, penanaman mangrove dengan propagul tanpa penyemaian sebaiknya juga dilakukan terutama pada saat penyulaman. Faktanya, penanaman mangrove menggunakan propagul juga seringkali dilakukan dengan alasan bibit mangrove lebih mudah menyesuaikan diri terhadap lingkungan. Sementara itu, penggunaan propagul sebagai “bahan baku” penanaman mangrove, walaupun diklaim memiliki daya adaptasi yang lebih tinggi, tetapi tidak demikian dengan daya tahannya terhadap gelombang.
Selanjutnya, penanaman bibit mangrove harus dikelompokkan sesuai dengan jenisnya. Hal ini dilakukan mengingat pada kondisi alami, mangrove memamng membentuk tegakan murni yang berarti ditemukan secara berkelompok sesuai dengan jenisnya. Penanaman mangrove sebaiknya dilakukan pada saat air laut surut. Namun demikian, apabila keadaan tidak memungkinkan, maka penanaman mangrove bisa tetap dilaksanakan pada saat air tergenang dengan syarat pada saat melakukan penanaman akar bibit benar – benar tertancap dengan baik di sedimen dan terikat kuat di smaping ajirnya. Alat dan bahan yang dipergunakan untuk melakukan tahapan penanaman mangrove adalah bibit mangrove berbagai jenis, cetok, ajir dan tali rafia.
Gambar Penanaman Mangrove
Teknik penanamannya sendiri adalah sebagai berikut :
1. Ambil satu bibit mangrove di bedeng.
2. Buka polybag yang menutupi sedimen dan akar bibit. Jangan buang polibag secara sembarangan, tetapi letakkan polybag di atas ajir.
3. Tanam langsung bibit mangrove ke tanah dengan cara melubangi tanah dengan cetok, sedemikian rupa hingga lubang penanaman cukup dalam, sehingga akar bisa tertanam dengan baik.
4. Setelah itu, ikat batang bibit mangrove ke ajir dengan menggunakan tali rafia yang telah disediakan. Penggunaan ajir berguna untuk menjaga bibit mangrove agar tidak tumbang ketika terkena ombak. Jarak tanam adalah 1m x 1m.
5. Timbun dengan tanah. Jangan terlalu menekan tanah, sehingga oksigen bisa dengan leluasa ke luar dan masuk ke tanah.
6. Ambil polybag yang terletak di atas ajir, kumpulkan menjadi stu di sebuah keranjang atau plastik. Selanjutnya polybag bisa didaur ulang menjadi berbagai macam barang plastik daur ulang.
Tidak semua bibit mangrove harus ditanam pada saat penanaman, melainkan bisa disisihkan untuk tahapan selanjutnya, yaitu penyulaman. Penyulaman adalah tahapan penting setelah tahapan penanaman, karena bertujuan untuk memelihara bibit – bibit mangrove yang telah ditanam agar mendapatkan kelulushidupannya yang maksimal. Penyulaman dilakukan dengan cara mengganti bibit – bibit mangrove yang telah mati dengan bibit – bibit mangrove yang baru. Sebagai contoh, dari 10 ribu bibit yang ada, bisa disisihkan 2 ribu bibit untuk penyulaman.
Pemeliharaan Kawasan Mangrove
Tahap ini adalah tahap lanjutan setelah tahap penyulaman selesai dilakukan. Tahapan pemeliharaan mangrove memiliki tujuan jangka panjang untuk memastikan agar bibit – bibit mangrove, bisa hidup dalam jangka waktu yang lama. Hal yang harus dilakukan pada tahapan ini adalah program penjarangan, yaitu berupa penebangan beberapa buah dan batang pohon mangrove muda. Jika ditenggarai bibit mangrove yang berhasil tumbuh memiliki kepadatan yang sangat tinggi. Hal ini penting dilakukan untuk memaksimalkan pertumbuhan pohon mangrove lainnya. Hal seperti ini dilakukan agar pertumbuhan pohon mangrove bisa tumbuh secara optimal.
Selain penjarangan, dilakukan juga pembersihan lokasi terhadap hama dan gangguan lainnya seperti rumput liar, pencemaran minyak dan gangguan lainnya, serta pengelolaan saluran air. Jika didapati terjadinya penutupan saluran air sebagai akibat dari perubahan alam di daerah pesisir.
Selanjutnya tata aturan seperti larangan melakukan penebangan pohon mangrove yang telah berhasil tumbuh dengan baik dilokasi penanaman, juga harus dibuat untuk memberikan informasi dan pendidikan kepada masyarakat luas akan pentingnya penjagaan terhadap kelestarian mangrove di pesisir.
Sumber:
https://suksemina.wordpress.com
https://www.mangrovesforthefuture.org
Tahap pertama dalam penanaman mangrove yaitu pembuatan bedeng. Lokasi pembuatan bedeng, dipilih yang berdekatan dengan lokasi penanaman mangrove. Hal ini, bertujuan untuk mempermudah distribusi bibit mangrove pada saat penanaman. Selain itu, harus diperhatikan juga tentang kondisi lingkungan, seperti tipe pasang surut di lokasi bedeng. Informasi mengenai kondisi pasang surut yang tepat sangat dibutuhkan untuk menjaga sirkulasi air dan mengenali pola penggenangan di bedeng. Mengingat pembangunan bedeng sangat tergantung dengan pasang surut, maka suatu lokasi yang tidak memiliki pola sirkulasi pasang surut yang baik, sudah seharusnya tidak dipilih sebagai lokasi peletakan bedeng.
Bedeng bisa dibuat dengan berbagai macam tipe, disesuaikan dengan kondisi, situasi, budaya setempat dan tentunya anggaran yang dimiliki. Pembangunan bedeng persemaian untuk menyemaikan benih – benih mangrove. Terdapat 3 tipe tempat persemaian, yaitu dua buah bedeng dan satu buah tempat persemaian mangrove.
Bedeng Tingkat
Bedeng tingkat artinya, dasar bedeng ditinggikan beberapa sentimeter dari atas tanah dengan tujuan untuk menghindari dari pemangsaan bibit mangrove oleh pemangsa misalkan kepiting. Bedeng tingkat ini dibuat dari potongan bambu dan bisa dibuat beberapa buah dengan ukuran yang disesuaikan dengan kebutuhan dan anggaran yang tersedia. Sebagai naungan, bisa digunakan daun kelapa dan atau bahan penutup lainnya. Intinya, bibit – bibit mangrove tidak boleh terkena sinar matahari secara langsung karena akan mengakibatkan pada kematian bibit mangrove yang sedang disemaikan.
Kelebihan dari bedeng ini adalah konstruksinya yang kuat, bagus dan mampu bertahan kurang lebih selama 4 tahun. Dengan pemeliharaan bibit yang baik dan benar. Sedangkan kelemahannya adalah biaya yang dibutuhkan untuk membangun bedeng tingkat berukuran 2m x 3m dengan tinggi 1,5m membutuhkan biaya sekitar RP 600.000,00. Padahal, setidaknya dibutuhkan enam buah bedeng untuk menyemaikan enam jenis mangrove.
Bedeng Tanpa Tingkat
Bedeng tanpa tingkat artinya, dasar bedeng tidak ditinggikan melainkan langsung menggunakan tanah sebagai dasarnya. Kelebihan bedeng ini adalah bisa cepat dibangun hanya dengan membutuhkan biaya yang murah. Kelemahan dari bedeng jenis ini adalah bagi daerah persemaian yang memiliki kelimpahan kepiting yang besar, maka ketahanan hidup bibit mangrove bisa mencapai minimal, apabila program pemeliharaan bibit mangrove tidak berjalan secara optimal.
Tanpa Bedeng
Persemaian dilakukan tanpa bedeng, dengan cara benih langsung disemaikan di bawah pohon indukannya.
Hal yang paling penting untuk diperhatikan dalam pembuatan bedeng dan tempat persemaian mangrove adalah bibit – bibit mangrove harus tertutup dari sinar matahari secara langsung. Menurut penelitian, persentase penutupan yang baik adalah 50 % sampai dengan 75%.
Pengambilan Benih
Benih mangrove diambil dari pohonnya secara langsung. Buah – buah mangrove dari jenis Rhizopora dan Avicennia, terletak bervariasi di ketinggian yang berbeda. Buah Rhizopora yang diambil adalah buah yang sudah matang, yang ditandai dengan adanya cincin kuning dibagian propagulnya. Untuk propagul yang belum muncul cincin kuningnya, tidak diambil karena belum bisa disemaikan.
Gambar 1. Buah Mangrove jenis (kiri). dan buah mangrove Rhizopora dan Avicennia (kanan)
Bentuk Buah (Propagul) Mangrove
Tipe buah mangrove ada dua buah, yaitu Vivipari dan Kriptovivipar. Vivipar adalah biji yang telah berkecambah ketika masih melekat pada pohon induknya dan kecambah telah keluar dari buah. Sedangkan kriptovivipar adalah biji yang telah berkecambah ketika masih melekat pada pohon induknya, tetapi masih tetutup oleh kulit biji.
Dibawah ini adalah gambar propagul (buah vivipar) jenis mangrove Rhizopora opiculata. Bisa dilihat bagian – bagiannya mulai dari tangkai, kelopak buah, plumula (bakal buah), buah, keping buah, hipokotil dan radikula.
Keterangan mengenai beberapa bagian dalam propagul ini telah jelas. Plumula adalah bakal daun yang tertutupi oleh keping buah. Selanjutnya, keping buah bisa dijadikan indikator bagi pemasakan buah. Apabila warna keping buah berubah menjadi kuning atau coklat, maka bisa dipastikan bahwa buah Rhizopora opiculata telah masak. Tidak hanya jenis Rhizopora spp saja, jenis lainnya juga akan menunjukkan “gejala” kematangan buah yang sama.
Hipokotil adalah semai antara batang dan akar. Bagi beberapa jenis tumbuhan mangrove, hipokotil merupakan bagian yang sangat penting untuk menyimpan cadangan makanan dan bahan cadangan lainnya. Hipokotil merupakan “kecambah” yang keluar dari buahnya. Sementara itu radikula adalah bakal akar yang akan menjelma menjadi akar – akar mangrove yang kuat yang akan bisa melindungi pesisir pantai kita dari abrasi dan gelombang tsunami.
Perlakuan Benih
Setelah diambil dari sumbernya, buah mangrove kemudian diletakkan di tempat yang terlindung. Buah mangrove bisa diletakkan sementara di bedeng atau di pohon indukannya. Bibit mangrove kemudian diberikan perlakuan sedemikian rupa sehingga pada saat disemaikan bisa mencapai ketahanhidup yang maksimal.
Secara sederhana, buah mangrove yang ditemukan di lapangan biasanya terdiri dari dua tipe, yaitu tipe propagul dan tipe buah bulat. Tipe propagul berbentuk bulat – lonjong – memanjang dan tipe buah bulat berbentuk bulat dengan variasi bulat lancip seperti pada jenis Avicennia spp dan bulat penuh yang terdepat pada Sonnerita spp. Kedua tipe benih mangrove ini mendapatkan perlakuan yang sama setelah dipetik dari lapangan, yaitu direndam kurang lebih dua hari atau menyesuaikan dengan jarak waktu antara pembibitan dan penanaman, sebelum kemudian disemaikan di bedeng. Perendaman ini berfungsi untuk menghilangkan bau manis pada benih, yang disukai oleh kepiting. Dengan demikian, pada saat disemaikan, maka pemangsaan benih oleh kepiting bisa dikurangi.
Pembibitan
Alat dan bahan yang dibutuhkan untuk melakukan pembibitan mangrove adalah polybag, benih mangrove berbagai jenis, lumpur, cetok dan bedeng. Sebagai informasi, polybag terdiri dari dua tipe, yaitu polybag kecil untuk benih berukuran kecil, seperti Avicennia spp, Sonneratia spp, dan Ceriops spp. Dan polybag besar untuk benih Rhizopora spp dan Bruguiera spp. Polybag memiliki lubang di bagian samping dan bawahnya, yang berguna untuk sirkulasi air dan udara.
Selanjutnya, lumpur yang digunakan pada tahap pembibitan ini, sebaiknya diambil dari sekitar lokasi penanaman. Hal ini bertujuan untuk mengoptimalkan ketahananhidup benih sewaktu pembibitan. Bedeng persemaian yang dipergunakan bisa disesuaikan dengan tiga buah jenis bedeng yang ada diatas.
Tahap pembibitan dilakukan setelah tahap perlakuan bibit selesai. Pembibitan dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Ambil polybag, lalu isi dengan lumpur yang ada disekitar bedeng.
2. Isi poly bag dengan sedimen, tetapi jangan terlalu penuh melainkan ¾ dari isi polybag.
3. Setelah diisi lumpur, lipat bagian atas polybag ke bagian luar dengan tujuan pada saat surut dan cuaca kering, Kristal –kristal garam air laut tidak terjebak di dalam polybag yang bisa menghambat pertumbuhan benih mangrove.
4. Selanjutnya, tanam benih mangrove yang telah dipilih dan berkondisi baik ke dalam sedimen dengan kedalaman yang cukup.
5. Jangan lupa untuk menanam benih Ceriops, Sonneratia dan Avicennia ke dalam polybag kecil dan benih Rhizopora dan Bruguiera ke dalam polybag yang berukuran besar.
6. Setelah itu, masukkan satu per satu polybag yang sudah terisi dengan benih – benih mangrove tersebut ke dalam bedeng. Sebaiknya diusahakan agar satu buah bedeng bisa digunakan untuk satu jenis mangrove saja, agar mempermudah distribusi pada saat pengambilannya di tahap penanaman mangrove.
Pembuatan Pemecah Gelombang (Apo)
Pembuatan pemecah gelombang ini disarankan apabila diperlukan sebaiknya setelah melakukan tahap pembibitan. Hal ini dilakukan untuk melindungi bibit – bibit mangrove yang telah ditanam di lokasi penanaman. Perlu diketahui bahwa mangrove baru bisa berfungsi sebagai penahan abrasi, setelah berumur kurang lebih lima tahun disaat akarnya telah kuat sehingga mampu mengurangi kekuatan gempuran gelombang.
Pemecah gelombang memiliki empat macam model pemecah gelombang (Apo). Keempat jenis apo – apo tersebut bisa dibedakan dari jenis bahan pembuatnya. Apo – apo pertama terbuat dari beton dan semen berbentuk bundar. Apo – apo kedua terbuat dari beton dan semen berbentuk segiempat. Selnjutnya, pemecah gelombang ketiga terbuat dari potongan bambu yang dianyam, dan yang terakhir adalah apo – apo yang terbuat dari ban bekas yang dikuatkan dengan potongan bambu.
Masing – masing model dari pemecah gelombang ini memiliki kelebihan dan kekurangannya. Untuk pemecah gelombang dari semen dan beton (baik yang bundar maupun yang berbentuk segiempat), kelebihannya terletak dari konstruksinya yang tahan lama sehingga mampu lebih banyak mereduksi kekuatan gelombang laut. Kelemahan jenis ini adalah biaya pembangunannya yang sangat mahal sehingga tidak sesuai dengan konsep pemberdayaan masyarakat. Biaya pemecah gelombang yang hanya dimonopoli oleh pihak penyandang dana telah menempatkan masyarakat sebagai obyek dan bukan subyek dari penanaman mangrove.
Selanjutnya, pemecah gelombang yang terbuat dari potongan bambu yang dianyam memiliki kelebihan dianggarannya yang lebih kecil dan bahan bakunya juga bisa diperoleh dari warga sekitar sehingga mampu memberdayakan warga sekitar untuk turut serta dalam penanaman mangrove sebagai subyek dan bukan obyek.
Sementara model pemecah gelombang yang terakhir, yaitu yang terbuat dari ban bekas, selain biayanya yang murah juga memiliki kekuatan penahan gelombang yang lebih baik dibandingkan denga pemecah gelombang yang lainnya. Namun masih dipertanyakan mengenai keramahan lingkungannya.
Penanaman dan Penyulaman Mangrove
Sebelum melakukan tahap penanaman mangrove, maka lokasi penanaman mangrove harus sudah disepakati bersama antara tenaga pendamping, para mitra kerja dan masyarakat. Tenaga pendamping bisa menyampaikan sebuah rekomendasi tentang letak lokasi penanaman mangrove yang tepat yang berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan pada penelitian awal.
Beberapa faktor lingkungan penting yang harus diperhatikan sebelum melakukan tahap penanaman mangrove antara lain adalah tipe substrat, salinitas, temperature, ketinggian tanah, pH, musim dan saluran air. Substrat untuk penanaman mangrove harus sesuai dengan jenis mangrove yang akan ditanam. Secara sederhana, pada sedimen yang berlumpur, maka jenis Rhizopora spp adalah jenis mangrove yang tepat untuk ditanam. Avicennia spp dan Sonneratia spp, menyukai tanah berpasir yang berada di pinggiran pantai. Jenis mangrove lainnya seperti Ceriops spp dan Bruguiera spp bisa hidup bervariasi di substrat lumpur berpasir. Salinitas atau kadar garam juga perlu diperhatikan, karena mangrove hidup pada salinitas yang bervariasi. Kadar salinitas yang bervariasi ini ikut pula menentukan pola penyebaran mangrove di habitatnya.
Perlu diketahui bahwa penentuan jenis mangrove untuk ditanam disuatu lokasi harus disesuaikan dengan kondisi substratnya dan budaya masyarakat lokal setempat. Beberapa hal yang kami temui dilapangan menginformasikan bahwa jenis – jenis mangrove tertentu cenderung “tidak” disukai untuk ditanam di daerah tertentu, sebagai contoh di Surodadi, misalnya jenis mangrove Rhizopora spp cenderung tidak bnyak ditanam tetapi ditebangi, karena di wilayah tersebut perakaran Rhizopora spp ditengarai telah menyebabkan jebolnya tanggul pertambakan mereka. Untuk itu, mangrove jenis Avicennia spp yang dianggap memiliki sistem perakaran yang lebih rapat dan mampu menstabilkan tanah tambak.
Secara teori penanaman mangrove dengan mempergunakan bibit mangrove akan memiliki tingkat kelulusanhidupan yang lebih tinggi apabila dibandingkan dengan penanaman mangrove dengan menggunakan propagul. Namun demikian, penanaman mangrove dengan propagul tanpa penyemaian sebaiknya juga dilakukan terutama pada saat penyulaman. Faktanya, penanaman mangrove menggunakan propagul juga seringkali dilakukan dengan alasan bibit mangrove lebih mudah menyesuaikan diri terhadap lingkungan. Sementara itu, penggunaan propagul sebagai “bahan baku” penanaman mangrove, walaupun diklaim memiliki daya adaptasi yang lebih tinggi, tetapi tidak demikian dengan daya tahannya terhadap gelombang.
Selanjutnya, penanaman bibit mangrove harus dikelompokkan sesuai dengan jenisnya. Hal ini dilakukan mengingat pada kondisi alami, mangrove memamng membentuk tegakan murni yang berarti ditemukan secara berkelompok sesuai dengan jenisnya. Penanaman mangrove sebaiknya dilakukan pada saat air laut surut. Namun demikian, apabila keadaan tidak memungkinkan, maka penanaman mangrove bisa tetap dilaksanakan pada saat air tergenang dengan syarat pada saat melakukan penanaman akar bibit benar – benar tertancap dengan baik di sedimen dan terikat kuat di smaping ajirnya. Alat dan bahan yang dipergunakan untuk melakukan tahapan penanaman mangrove adalah bibit mangrove berbagai jenis, cetok, ajir dan tali rafia.
Gambar Penanaman Mangrove
Teknik penanamannya sendiri adalah sebagai berikut :
1. Ambil satu bibit mangrove di bedeng.
2. Buka polybag yang menutupi sedimen dan akar bibit. Jangan buang polibag secara sembarangan, tetapi letakkan polybag di atas ajir.
3. Tanam langsung bibit mangrove ke tanah dengan cara melubangi tanah dengan cetok, sedemikian rupa hingga lubang penanaman cukup dalam, sehingga akar bisa tertanam dengan baik.
4. Setelah itu, ikat batang bibit mangrove ke ajir dengan menggunakan tali rafia yang telah disediakan. Penggunaan ajir berguna untuk menjaga bibit mangrove agar tidak tumbang ketika terkena ombak. Jarak tanam adalah 1m x 1m.
5. Timbun dengan tanah. Jangan terlalu menekan tanah, sehingga oksigen bisa dengan leluasa ke luar dan masuk ke tanah.
6. Ambil polybag yang terletak di atas ajir, kumpulkan menjadi stu di sebuah keranjang atau plastik. Selanjutnya polybag bisa didaur ulang menjadi berbagai macam barang plastik daur ulang.
Tidak semua bibit mangrove harus ditanam pada saat penanaman, melainkan bisa disisihkan untuk tahapan selanjutnya, yaitu penyulaman. Penyulaman adalah tahapan penting setelah tahapan penanaman, karena bertujuan untuk memelihara bibit – bibit mangrove yang telah ditanam agar mendapatkan kelulushidupannya yang maksimal. Penyulaman dilakukan dengan cara mengganti bibit – bibit mangrove yang telah mati dengan bibit – bibit mangrove yang baru. Sebagai contoh, dari 10 ribu bibit yang ada, bisa disisihkan 2 ribu bibit untuk penyulaman.
Pemeliharaan Kawasan Mangrove
Tahap ini adalah tahap lanjutan setelah tahap penyulaman selesai dilakukan. Tahapan pemeliharaan mangrove memiliki tujuan jangka panjang untuk memastikan agar bibit – bibit mangrove, bisa hidup dalam jangka waktu yang lama. Hal yang harus dilakukan pada tahapan ini adalah program penjarangan, yaitu berupa penebangan beberapa buah dan batang pohon mangrove muda. Jika ditenggarai bibit mangrove yang berhasil tumbuh memiliki kepadatan yang sangat tinggi. Hal ini penting dilakukan untuk memaksimalkan pertumbuhan pohon mangrove lainnya. Hal seperti ini dilakukan agar pertumbuhan pohon mangrove bisa tumbuh secara optimal.
Selain penjarangan, dilakukan juga pembersihan lokasi terhadap hama dan gangguan lainnya seperti rumput liar, pencemaran minyak dan gangguan lainnya, serta pengelolaan saluran air. Jika didapati terjadinya penutupan saluran air sebagai akibat dari perubahan alam di daerah pesisir.
Selanjutnya tata aturan seperti larangan melakukan penebangan pohon mangrove yang telah berhasil tumbuh dengan baik dilokasi penanaman, juga harus dibuat untuk memberikan informasi dan pendidikan kepada masyarakat luas akan pentingnya penjagaan terhadap kelestarian mangrove di pesisir.
Sumber:
https://suksemina.wordpress.com
https://www.mangrovesforthefuture.org
Memilih Lokasi Budidaya Rumput Laut
Keberhasilan dalam proses budidaya rumput laut sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah pemilihan lokasi budidaya. Pemilihan lokasi budidaya rumput laut sedapat mungkin harus disesuaikan dengan kebiasaan hidup/habitat asli dari jenis rumput laut yang akan dibudidayakan. Dalam pemilihan lokasi ini harus dipertimbangkan hal-hal yang bersifat teknis, ekonomis, maupun sosial termasuk terkait tentang ketentuan dari perundang-undangan yang berlaku.
Adapun syarat-syarat lokasi budidaya rumput laut secara umum adalah:
Secara spesifik, terdapat perbedaan syarat kondisi dalam pemilihan lokasi antara lokasi untuk budidaya Eucheuma dan budidaya Gracilaria. Persyaratan tersebut adalah sebagai berikut.
1. Syarat Pemilihan Lokasi untuk Budidaya Jenis Euchema:
2. Syarat-syarat Pemilihan Lokasi Budidaya untuk Jenis Gracillaria
Adapun syarat-syarat lokasi budidaya rumput laut secara umum adalah:
- Lokasi budidaya rumput laut harus bebas dari pengaruh angin topan.
- Lokasi sebaiknya tidak mengalami fluktuasi salinitas yang besar.
- Lokasi budidaya yang dipilih harus mengandung makanan untuk tumbuhnya rumput laut.
- Perairan harus bebas dari pencemaran industri maupun rumah tangga.
- Lokasi perairan harus berkondisi mudah menerapkan metode budidaya.
- Lokasi budidaya harus mudah dijangkau sehingga biaya transportasi tidak terlalu besar.
- Lokasi budidaya harus dekat dengan sumber tenaga kerja.
Secara spesifik, terdapat perbedaan syarat kondisi dalam pemilihan lokasi antara lokasi untuk budidaya Eucheuma dan budidaya Gracilaria. Persyaratan tersebut adalah sebagai berikut.
1. Syarat Pemilihan Lokasi untuk Budidaya Jenis Euchema:
- Lokasi budidaya harus terlindung dari hempasan langsung, sebaiknya terletak di perairan terlindung oleh karang penghalang (barrierr reef) yang berfungsi sebagai pemecah gelombang, dengan pecahnya gelombang akan menghasilkan gelembung udara yang mengandung oksigen dan karbondioksida yang penting bagi rumput laut.
- Kecepatan arus berkisar antara 0,41 – 0,45 m/dt,
- Dasar perairan sedikit berlumpur bercampur dengan pasir karang.
- Surut terendah berkisar antara 30 – 60 cm. Keuntungan dari adanya genangan air ini yaitu penyerapan makanan yang terus menerus, dan tanaman tidak rusak akibat sengatan sinar matahari langsung.
- Kecerahan perairan berkisar 4 – 6 m.
- Suhu perairan berkisar antara 27,0 – 30,2°C.
- Salinitas berkisar antara 31- 35,8 o/oo. Salinitas dibawah 30 o/oo dapat mengakibatkan rumput laut mudah terserang penyakit dan pertumbuhan terhambat.
- pH air berkisar antara 7,2 – 8,2. dan
- Perairan bebas dari pencemaran.
2. Syarat-syarat Pemilihan Lokasi Budidaya untuk Jenis Gracillaria
- Keadaan tambak: Dasar tambak lumpur berpasir, dipengaruhi pasang surut (untuk memudahkan pergantian air), dekat dengan sumber air tawar dan laut.
- Agar salinitas air cocok untuk pertumbuhan Gracilaria, sebaiknya lokasi berjarak 1 km dari pantai.
- Kedalaman air 60 – 80 cm.
- pH air dalam tambak berkisar antara 6 sampai 9.
- Air tidak mengandung lumpur sehingga kekeruhan (turbidity) air masih cukup bagi tanaman untuk menerima sinar matahari.
Langganan:
Postingan (Atom)