Adanya kemitrasejajaran pria
dan wanita telah dicanangkan oleh pemerintah Indonesia jauh sebelum tahun 2000,
untuk menunjukkan adanya komitmen bangsa Indonesia tentang adanya
kemitrasejajaran antara pria dan wanita. Lahirnya gerakan kemitrasejajaran
tersebut di latar belakangi oleh masalah peranan sumberdaya manusia dalam
pembangunan, yaitu kaum wanita punya peranan yang cukup besar. Karenanya wanita
perlu lebih di dorong dan dikondisikan untuk mengambil peranan yang lebih besar
lagi agar tujuan pembangunan dapat dicapai secara cepat dan tepat.
Kemitrasejajaran yang harmonis
antara pria dan wanita adalah kondisi dinamis, dimana pria dan wanita memiliki
kesamaan hak, kewajiban, kedudukan, peranan dan kesempatan yang dilandasi sikap
dan perilaku yang saling menghormati, saling menghargai, saling membantu dan
saling mengisi dalam pembangunan diberbagai bidang.
Dengan adanya cara pandang yang
demikian itu, maka peningkatan peranan wanita dalam pembangunan tidak dilandasi
oleh sikap atau keinginan untuk menciptakan persaingan yang tidak sehat antara
pria dan wanita, apalagi mempertentangkan pria dan wanita, karena pada
hakekatnya Tuhan Yang Maha Esa menciptakan manusia, pria dan wanita untuk
saling membantu dan saling mengisi. Apabila dalam kehidupan yang nyata pria dan
wanita menjadi mitrasejajar yang harmonis, maka potensi kedua sumberdaya
manusia tersebut dapat digalang secara maksimal bagi upaya mensukseskan
pembangunan termasuk dalam hal penyuluhan.
Strategi yang digunakan dalam
mewujudkan kemitrasejajaran yang harmonis antara pria dan wanita adalah dengan
melaksanakan analisis jender. Karena analisis jender, profil kedudukan dan
peranan wanita dan pria dalam kegiatan pembangunan di segala bidang termasuk
penyuluhan dapat dilihat secara jelas. Dilingkungan masyarakat Kelautan dan
Perikanan, keluarga nelayan dan pembudidaya ikan mengandalkan seluruh anggota
keluarganya untuk memajukan usaha yang dikelola. Pemisahan peran pria dan
wanita terutama dalam pembagian tugas pekerjaan usaha bersifat khas dari satu
lingkungan masyarakat ke lingkungan masyarakat lainnya. Dalam hal ini pengaruh
sosial budaya dan adat istiadat setempat mempunyai peranan penting dalam
membentuk peran sosial anggota keluarga nelayan dan pembudidaya ikan.
Lebih lanjut istilah jender
yang selama ini muncul dan sering disebut-sebut bukan hanya tentang wanita,
tetapi mengandung arti hubungan sosial antara pria dan wanita, Atau lengkapnya
: Jender adalah perbedaan-perbedaan perilaku antara pria dan wanita yang
tidak mengacu pada perbedaan biologis, tetapi pada nilai-nilai sosial budaya
yang menentukan peranan pria dan wanita dalam kehidupan pribadi dan dalam
kegiatan masyarakat. Peran jender berarti peran pria dan wanita dikaitkan
dengan status, lingkungan dan budaya. Peran ini diperoleh melalui proses
belajar, bersosialisasi atau bermasyarakat melalui kebudayaan masyarakat dimana
kita berada.
Jenis kelamin pria dan wanita
berbeda secara biologis dan merupakan ketentuan sejak manusia dilahirkan,
karenanya tidak bisa dirubah. Dan hanya ada empat hal yang membedakan pria dan
wanita secara biologis dan tak bisa dirubah yaitu menstruasi, mengandung,
melahirkan, dan menyusui. Sedangkan jender merupakan
perbedaan-perbedaan yang terbentuk setelah manusia dilahirkan. Perbedaan ini
dibentuk oleh lingkungan masyarakat yang dipengaruhi oleh agama,
ekonomi, nilai dan norma budaya, sertasystem politik.
Mengapa kita perlu
mengkaji peran jender dan penyuluhan ?
Hal ini karena merupakan cara
atau pendekatan yang dewasa ini dikembangkan untuk mengetahui peran sosial pria
dan wanita disuatu lingkungan masyarakat. Seperti yang telah kita ketahui,
penyuluhan Kelautan dan Perikanan bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan,
keterampilan dan sikap nelayan dan pembudidaya ikan. Demi tercapainya usaha
tersebut, maka penyebarluasan pengetahuan dan keterampilan dalam berusaha
hendaknya disampaikan kepada sasaran yang tepat. Oleh karena itu pemahaman
tentang “siapa berbuat apa” dan “bagaimana tingkat pengetahuannya” hendaknya
menjadi dasar pertimbangan pemilihan sasaran serta materi dan metode
penyampaiannya.
Setelah itu analisa jender
dilakukan untuk mengetahui tingkat partisipasi pria dan wanita dalam suatu
proses kegiatan produksi barang dan jasa, serta untuk mengetahui manfaat yang
diperoleh dari kegiatan tersebut. Pada sektor Kelautan dan Perikanan, tenaga
kerja sudah banyak berperan tetapi dirasakan adanya ketimpangan jender.
Ketimpangan jender yang terjadi adalah masih kurang dihargainya tenaga kerja
wanita, belum tepatnya sasaran penyuluhan Kelautan dan Perikanan, masih
banyaknya pekerjaan wanita yang tidak produktif, dan adanya nilai-nilai sosial
dan ekonomi yang masih mendiskreditkan peran wanita.
Bagi wanita, pekerjaan rumah
tangga apapun bentuknya merupakan bagian penting dari peran jendernya. Peran
jendernya itu merupakan aktivitas dimana mereka, khususnya jika mereka
mempunyai anak, mencurahkan seluruh energi dan komitmennya. Dalam Kelautan dan
Perikanan, khususnya dalam usaha penangkapan dan pembudidaya ikan, wanita
terlibat dalam hampir semua tahap kegiatan, mulai dari persiapan sampai dengan
pengolahan dan pemasaran.
Kenyataan ini mengharuskan kita
melakukan analisis jender, sehingga dapat diketahui siapa melakukan apa, kapan,
berapa lama, didalam rumah tangga dan atau dalam usaha penangkapan dan
pembudidaya ikan.
Disinilah perlu disebarkan
analisa jender dengan teknik analisis jender, yaitu suatu teknik analisis yang
sistimatis untuk mengidentifikasi tingkat partisipasi pria dan wanita dalam
suatu kegiatan. Kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan proses produksi barang
dan jasa. Dilihat juga manfaat yang di peroleh pria dan wanita dari kegiatan
tersebut.
Teknik analisis jender adalah
salah satu teknik yang telah diakui keampuhannya, dalam memberikan gambaran
yang lebih sempurna tentang adanya perbedaan maupun saling ketergantungan dan
isi mengisi antara peran wanita dan pria secara keseluruhan proses pembangunan,
maupun tentang adanya perbedaan jenis dan tingkat manfaat yang di peroleh pria
dan wanita dari hasil pembangunan.
Teknis analisis jender
bertujuan untuk mengetahui sejauh mana peranan wanita dan pria dalam mengambil
keputusan dalam suatu rumah tangga. Ruang lingkup teknik analisis jender yaitu
analisa curahan tenaga kerja analisa peluang dan penguasaan terhadap sumberdaya
dan analisa factor-faktor yang mempengaruhi. Dan untuk melakukan teknik analisa
jender diperlukan tiga alat yaitu : (1) Profil kegiatan; (2) Profil peluang dan
penguasaan sumberdaya, dan (3) Faktor yang mempengaruhi.
I. Profil kegiatan digunakan
untuk melihat :
a. Siapa yang melakukan
kegiatan produltif, reproduktif dan sosial
1.
Kegiatan
Produktif adalah kegiatan yang menyumbang pendapatan keluarga dalam bentuk uang
atau barang, dari usaha penangkapan dan pembudidaya ikan
2.
Kegiatan
Reproduktif adalah kegiatan yang menjamin kelangsungan hidup manusia dan
keluarga misalnya : melahirkan dan mengasuh anak, pekerjaan rumah tangga,
memasak, mencuci, mengambil air, mencari kayu bakar, membetulkan baju dsb.
3.
Kegiatan
Sosial adalah kegiatan yang tidak terbatas pada pengaturan rumah tangga, tetapi
yang menyangkut kegiatan masyarakat, misalnya : berorganisasi dalam kelompok
pembudidaya ikan dan pengelolahan koperasi, PKK, LKMD, kelompok simpan pinjam
dan berpartisipasi dalam kelompok agama dan sosial budaya.
b. Kapan kegiatan dilaksanakan
dan berapa waktu di butuhkan untuk melakukan kegiatan tersebut.
c. Apa dan atau berapa
pendapatan/imbalan yang di terima dari kegiatan tersebut.
Analisis pembagian kerja
diperlukan untuk mengidentifikasikan :
1.
.
Kegiatan mana yang memiliki potensi untuk dikaitkan dengan suatu program
2.
.
Kapasitas waktu wanita dan pria untuk ikut serta dalam satu kegiatan
3.
.
Ketidakseimbangan beban kerja antara wanita dan pria
4.
.
Ketidakseimbangan pendapatan yang di hasilkan pria dan wanita dalam suatu
pekerjaan.
II. Profil peluang dan penguasaan sumber daya yaitu :
1.
Peluang
(akses) adalah kesempatan untuk menggunakan sumberdaya tanpa memiliki wewenang
untuk mengambil keputusan terhadap penggunaan dan hasil sumberdaya tersebut.
Contoh : seorang buruh yang menggarap tanah milik orang lain.
2.
Penguasaan
(kontrol) adalah kewenangan penuh untuk mengambil keputusan atas penggunaan dan
hasil sumber daya. Contoh : seorang tuan tanah yang memanfaatkan tanahnya.
Profil peluang dan penguasaan
terhadap sumberdaya digunakan untuk melihat siapa yang mempunyai peluang dan
penguasaan terhadap :
1.
Sumberdaya
fisik/material, misalnya : tanah, modal, peralatan, dsb
2.
Pasar
Komoditi (untuk membeli dan menjual barang) dan pasar kerja
3.
Sumberdaya
sosial budaya, misalnya informasi, pendidikan dan latihan.
Analisis peluang dan penguasaan
terhadap sumberdaya membantu mengidentifikasi :
1.
Dimana
ada kekurangan sumberdaya yang dapat diatasi/ditanggulangi melalui setiap
kegitatan proyek
2.
Ketidakseimbangan
peluang dan penguasaan antara pria dan wanita
3.
Siapa
memperoleh manfaat dari penggunaan sumberdaya yang ada
4.
Jenis
potensi yang dapat digunakan dan di tingkatkan melalui kegiatan suatu proyek
Untuk mengetahui secara rinci
tentang keterlibatan pria dan wanita dalam masyarakat dan keluarga dapat
dilakukan dengan analisis partisipasi dan pengambilan keputusan didalam
keluarga pembudidaya ikan serta pengolahan. Analisis partisipasi dilakukan
untuk mengetahui secara kuantitatif dan kualitatif seberapa besar peran serta
wanita dan pria di suatu lembaga baik formal maupun nonformal di desa. Analisis
pola pengambilan keputusan dalam keluarga nelayan dan pembudidaya ikan
dilakukan untuk melihat :
(a). Siapa bertanggung jawab untuk
apa, (b). Siapa memperoleh apa, (c). Siapa bias dijadikan mitra untuk
kegiatan yang menyangkut perubahan sikap dan perilaku.
III. Faktor-faktor yang
mempengaruhi
Faktor-faktor yang mempengaruhi
adanya perbedaan kesempatan atau hambatan-hambatan bagi partisipasi pria dan
wanita di analisis.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
profil kegiatan dan profil peluang dan penguasaan sumberdaya dapat disebabkan
oleh : struktur kependudukan, kondisi ekonomi, kondisi politik, pola sosial
budaya, system norma yang berlaku, perundang undangan, system pendidikan dan
lain-lain.
Dari analisa di atas maka akan
dapat diketahui ada tidaknya ketimpangan peran pria dan wanita sehingga dapat
dilakukan suatu pembinaan yang tepat demi terwujudnya kemitrasejajaran pria dan
wanita dalam mengisi pembangunan NKRI yang lebih baik.
Oleh : Ir.H.Dasril
Munir, MM
http://smspusluh.bpsdmkp.kkp.go.id/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar